• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis tingkat kerusakan hutan mangrove

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisis tingkat kerusakan hutan mangrove"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Indonesia mempunyai ekosistem hutan mangrove yang cukup luas yaitu ± 2,5 juta hektar, lebih besar dibandingkan dengan Brazil yang luasnya 1,3 juta ha, Nigeria yang luasnya 1,1 juta ha, dan Australia yang luasnya 0,97 juta ha (Noor et al., 1999 dalam Kaunang, 2009). ). 14 Dalam konteks pengembangan mangrove, rencana pengelolaan hutan mangrove disusun pada lokasi mangrove yang telah ditentukan. Berdasarkan tutupan mangrove dan kepadatan pohon mangrove dapat disimpulkan bahwa kriteria hutan mangrove Lantebung termasuk dalam kategori baik.

dimana luas areal yang akan direhabilitasi adalah 10 Ha, sehingga nilai rehabilitasi hutan mangrove Lantebung adalah Rp. Sikap dan persepsi responden terhadap Rencana Rehabilitasi Hutan Mangrove Lantebung di Desa Bira, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap degradasi/kerusakan di kawasan hutan mangrove Lantebung atau di lokasi penelitian, sama banyaknya dengan masyarakat.

Berikutnya data menunjukkan responden yang senang/menerima dengan rencana rehabilitasi hutan mangrove Lantebung yang memiliki luas 10 ha sebanyak 100%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengurangi kerusakan hutan mangrove, sehingga diperlukan upaya restorasi hutan mangrove Lantebung.

TINJAUAN PUSTAKA

Jenis-Jenis Hutan Mangrove

Tercatat hingga 24 famili dan antara 54 hingga 75 spesies telah dikenali (Tomlinson, 1986 dan Field, 1995). Di Thailand terdapat 27 jenis mangrove, di Ceylon terdapat 32 jenis dan di Filipina terdapat 41 jenis. 9 memiliki tidak kurang dari 89 jenis pohon bakau, atau setidaknya menurut FAO ada sebanyak 37 jenis.

Terdapat sekitar 12 famili dari berbagai spesies mangrove yang hidup di daerah pasang surut, mengangkut air asin dan menghasilkan buah vivipar (Irwanto, 2006). Jenis tumbuhan bakau yang banyak ditemukan di Indonesia antara lain api-api (Avicennia alba sp.), bakau (Rhizophora sp.), tanjang (Bruguiera sp.), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp.) yang merupakan tumbuhan utama bakau. yang sering dijumpai.. Jenis mangrove ini merupakan kelompok mangrove yang berfungsi menangkap, menahan sedimen dan menstabilkan tanah habitatnya (Irwanto, 2006).

Fungsi dan Manfaat Mangrove

Kerapatan pohon dapat mengurangi atau menetralisir peningkatan salinitas, akar yang lebat akan menyerap unsur-unsur sehingga salinitas meningkat, bentuk akar yang telah beradaptasi dengan kondisi salinitas tinggi menurut Arief, 2003 menyebabkan peningkatan salinitas pada daerah sekitar tegakan. Selain itu, akar mangrove juga mampu menahan pengendapan lumpur yang terbawa sungai di sekitarnya sehingga dapat memperluas lahan mangrove. Hewan darat antara lain serangga, monyet pemakan daun yang suka hidup di bawah naungan pepohonan, ular, dan reptil lainnya.

Satwa laut diwakili oleh berbagai kelompok epifauna yang hidup menempel di batang pohon dan kelompok infauna yang hidup di lapisan tanah. Hasil hutan mangrove dimanfaatkan untuk kayu bakar, produksi arang, bahan penyamakan kulit (tanin), perabot rumah tangga, bahan bangunan, obat-obatan dan sebagai bahan industri kertas.

Penyebab Kerusakan Mangrove

Kayu dari pohon mangrove sendiri merupakan produk produksi yang berharga (Hutabarat dkk, 1984). 12 mangrove akibat campur tangan manusia erat kaitannya dengan konversi lahan mangrove menjadi lahan basah dan penebangan kayu dari hutan mangrove (Nybakken, 1988).

Kebijakan Pemanfaatan Ekosistem Mangrove

13 adalah konteks khusus yang di dalamnya timbul peristiwa-peristiwa seputar persoalan politik, yang dapat dipengaruhi oleh pengambil keputusan publik, dan kebijakan operasional (operasi politik), yang didasarkan pada landasan kerja, yang menjadi landasan kebijakan yang dilakukan atau, dalam kata lain, Dengan kata lain, kebijakan merupakan dasar pelaksanaan atau pengambilan keputusan.

Pengelolaan Hutan Mangrove

Rencana pengelolaan ini harus direncanakan secara resmi dan dikoordinasikan dalam rencana tata ruang wilayah dan rencana tata ruang kabupaten. Rencana-rencana ini dikembangkan berdasarkan survei yang ketat untuk mengetahui potensi sumber daya yang ada dan aspirasi masyarakat, yang harus dinilai dan didengar melalui komunikasi langsung dan diperhitungkan dalam rencana pengelolaan. Tanpa adanya kesepakatan, pemahaman dan kerjasama dengan masyarakat setempat maka rencana pengelolaan tidak akan berfungsi dengan baik (Alikodra, 1999).

Pengelolaan multiguna juga akan menghadirkan beragam kegiatan, membuka pilihan yang lebih luas bagi masyarakat lokal untuk terlibat dalam pengelolaan hutan bakau.

Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove

Ekosistem hutan mangrove di Kecamatan Untia memerlukan pengelolaan yang baik sehingga berpotensi mengembangkan ekowisata yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar pesisir pantai Untia. Hutan mangrove mempunyai keanekaragaman yang sangat banyak sehingga memerlukan restorasi hutan mangrove agar ekosistem yang ada didalamnya dapat berkembang biak dengan baik. Kerusakan hutan mangrove lebih besar disebabkan oleh alih fungsi hutan mangrove menjadi tambak, pemukiman, dan perkebunan.

Masyarakat yang tinggal di kawasan hutan mangrove Lantebung umumnya bermatapencaharian sebagai nelayan, menurut masyarakat setempat mata pencahariannya menjadi tumpuan penghidupan, penghidupan masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan hanya melalui pemanfaatan potensi sumber daya alam. V Alasan puas terhadap rencana rehabilitasi hutan mangrove di Lantebung a Perbaikan ekosistem hutan mangrove 11 42,308 b Meningkatkan kepadatan tegakan mangrove 8 30,769 c Dapat memperkuat ketahanan terhadap abrasi 4 15,385 d Menambah nilai estetika sistem mangrove. 48 80,769% mengetahui adanya degradasi/kerusakan hutan mangrove dan 19,231% masyarakat tidak mengetahui hal tersebut disebabkan karena tempat tinggal masyarakat tidak jauh dari kawasan hutan mangrove Lantebung.

Berdasarkan tutupan mangrove dan kepadatan pohon mangrove dapat disimpulkan bahwa kriteria hutan mangrove Lantebung berada pada kategori baik dengan cakupan wilayah 100%, sedangkan kepadatan mangrove sebesar 1.760 pohon/ha. Dan melihat juga potensi wisata yang cukup tinggi di hutan mangrove Lantebung, apakah wisata ini bisa dijadikan alternatif rehabilitasi.

Tabel 1. Kriteria baku dan pedoman kerusakan mangrove
Tabel 1. Kriteria baku dan pedoman kerusakan mangrove

Upaya Rehabilitasi Hutan Mangrove Melalui Kegiatan Reboiasi

Nilai

Nilai merupakan hakikat yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan masyarakat, terutama dalam hal kehidupan dan perbuatan baik terhadap sesuatu. Nilai berarti sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kehidupan manusia. Menurut Davis dan Johnson (1987) dalam Sribianti (2008), nilai adalah persepsi seseorang atau harga yang diberikan seseorang terhadap sesuatu pada waktu dan tempat tertentu. Utilitas, kepuasan, dan kesenangan adalah istilah lain yang dapat diterima yang berkonotasi dengan nilai atau harga.

Besar kecilnya harga ditentukan oleh waktu, barang atau uang yang dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang dan jasa yang diinginkan. Nilai ekonomi merupakan upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan hidup, terlepas dari tersedia atau tidaknya nilai pasar. Tujuan dari penilaian ekonomi pada prinsipnya adalah untuk mendukung pengambilan keputusan untuk memperkirakan efisiensi ekonomi dari berbagai kemungkinan pemanfaatan ekosistem di wilayah pesisir dan laut.

Pengertian nilai, khususnya yang berkaitan dengan barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam dan lingkungan hidup, dapat berbeda jika dilihat dari berbagai disiplin ilmu. 18 diartikan sebagai ukuran seberapa besar kesediaan seseorang mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya.

Kerangka Pikir

Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan

Metode Pengumpulan Data Primer

  • Pengumpulan Data Persepsi Masyarakat
  • Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove

Pengumpulan Data Sekunder

Analisis Data

  • Analisis Persepsi Masyarakat
  • Analisis Vegetasi Mangrove
  • Tingkat Keanekaragaman Jenis (H’)
  • Analisis Tingkat Kerusakan Mangrove
  • Nilai Rehabilitasi

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan mangrove di Desa Bira Kecamatan Tamalanrea dengan nilai keanekaragaman Rhizophora mucronata -0,26 dan Avicennia alba -0,36 dengan hasil H' sebesar 0,62 dengan nilai tersebut berarti nilai H' < 1, maka indeks keanekaragaman jenis mangrove menunjukkan tingkat keanekaragamannya. 41 untuk INP tipe mangrove Rhizophora mucronata lebih rendah dibandingkan tipe Avicennia alba yaitu 145,29, sedangkan INP tipe mangrove Avicennia alba sebesar 154,71. Tutupan tipe mangrove di lokasi penelitian yang disajikan pada Tabel 13 terlihat bahwa untuk tipe mangrove Rhizophora mucronata persentase tutupannya sebesar 16,43% dan untuk tipe mangrove Avicennia alba persentase tutupannya sebesar 83,57%.

Berdasarkan kriteria dan pedoman kerusakan mangrove terlihat bahwa cakupan mangrove tipe Avicennia alba termasuk dalam kategori baik, sedangkan mangrove tipe Rhizophora Mucronata termasuk dalam kategori rusak. Hasil penelitian kepadatan pohon mangrove yang disajikan pada Tabel 14 terlihat kepadatan mangrove jenis Rhizophora mucronata sebanyak 1.216 pohon/ha dengan persentase 69,11% dan jenis mangrove Avicennia alba sebanyak 544 pohon/ha dengan persentase 30,89%. Dari Tabel 15 dan Gambar 8 terlihat bagaimana tingkat pendidikan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan mangrove Lantebung atau di lokasi penelitian masih sangat rendah karena banyak masyarakat yang hanya menamatkan sekolah dasar atau sekolah dasar. sekolah dengan persentase sebesar 53,846% dilihat dari 26 responden Hal inilah yang menyebabkan kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya dan manfaat hutan mangrove bagi kehidupan dan pendapatan masyarakat.

Keanekaragaman jenis mangrove di desa Bira kecamatan Tamalanrea dimana nilai H < 1 maka indeks keanekaragaman jenis mangrove menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman jenisnya kecil atau rendah. Upaya ini diperlukan mengingat peran mangrove dalam ekosistem pesisir sangat penting dan diperlukan juga penerapan hukum kelembagaan di hutan mangrove.

Tabel 2. Letak dan Status Kelurahan di Kecamatan Tamalanrea Tahun 2018  Kelurahan  Letek Kelurahan  Status Daerah
Tabel 2. Letak dan Status Kelurahan di Kecamatan Tamalanrea Tahun 2018 Kelurahan Letek Kelurahan Status Daerah

KEADAAN UMUM LOKASI

Kelurahan Bira

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan mencapai 6.108 jiwa (51,22%) lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki yaitu sebanyak 5.818 jiwa (48,78%). Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan mangrove di Desa Lantebung Kecamatan Tamalanrea disajikan pada Tabel 8. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bira Kecamatan Tamalanrea, Kerapatan Jenis (K), Kerapatan Relatif (KR) ), frekuensi (F) dan frekuensi diperoleh. Kepadatan relatif (FR) dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Berdasarkan Tabel 9 hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bira Kecamatan Tamalanrea terlihat bahwa kepadatan jenis Rhizophora mucronata lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan jenis Avicennia alba yaitu 1.216 pohon/ha dengan persentase sebesar 1.216 pohon/ha. 69,11%, sedangkan kepadatan jenis Avicennia alba sebanyak 544 pohon/ha dengan persentase 30,89%. Hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 10 menunjukkan bahwa frekuensi jenis Rhizophora mucronata adalah 0,75, dan frekuensi relatifnya adalah 60%. Dari data tersebut terlihat bahwa frekuensi jenis mangrove Rhizophora Mucronata mempunyai peluang ditemukan pada plot pengukuran sebesar 0,75, sedangkan peluang ditemukannya jenis mangrove Avicennia alba pada plot pengukuran sebesar 0,5.

Dominasi dan Dominasi Relatif Mangrove disajikan pada Tabel 11, terlihat bahwa Dominasi Avicennia alba lebih tinggi dibandingkan dengan dominasi Rhizophora mucronata yaitu 0,00176 dengan persentase sebesar 83,82%, sedangkan dominasi Rhizophora mucronata adalah 0 dengan 0,00000034. persentase 16,18%. Hal ini terlihat pada tabel 16 dan gambaran tingginya tingkat pekerjaan masyarakat sebagai nelayan yaitu 34,615% atau sama dengan 9 orang dari 26 responden.

Tabel  7.  Jumlah  penduduk  berdasarkan  Jenis  Kelamin  di  Kelurahan  Bira  Kec.
Tabel 7. Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Bira Kec.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Vegetasi Mangrove

Indeks nilai penting ini memberikan gambaran mengenai pengaruh atau peran suatu jenis tanaman mangrove terhadap ekosistem dan juga dapat digunakan untuk mengetahui dominasi suatu spesies dalam komunitas mangrove.

Tabel 11. Dominansi dan Dominansi Relatif Mangrove, Rhizophora mucronata  dan Avicennia alba
Tabel 11. Dominansi dan Dominansi Relatif Mangrove, Rhizophora mucronata dan Avicennia alba

Tingkat Kerusakan Mangrove

Nilai Rehabilitasi

46 Berdasarkan jenis pekerjaan, sebagian besar responden berprofesi sebagai nelayan dengan persentase sebesar 34,615% dan paling sedikit sebagai petani dengan persentase sebesar 34,615%. Dari Tabel 17 dan Gambar 10 diatas terlihat bahwa responden di lokasi penelitian umumnya mempunyai pendapatan diatas Rp 2.000.000 dengan persentase sebesar 50% atau sama dengan 13 orang dari 26 responden.

Gambar 8. Persentase Tingkat Pendidikan Responden
Gambar 8. Persentase Tingkat Pendidikan Responden

Fakto-Faktor Penyebab Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove

Kerangka Pikir

Rata-rata Suhu Udara Menurut Bulan di Kota Makassar Tahun 2018 29

Rata-rata Kelembaban Udara Rata-rata Menurut Bulan di

Tekanan Udara Menurut Bulan di Kota Makassar 2018

Kecepatan Angin Menurut Bulan di Kota Makassar, 2018

Penyinaran Matahari Menurut Bulan di Kota Makassar, 2018

Jumlah Curah Hujan Menurut Bulan di Kota Makassar, Tahun 2018 . 34

Persentase Tingkat Pekerjaan Responden

Persentase Tingkat Penghasilan Respnden

Gambar

Tabel 1. Kriteria baku dan pedoman kerusakan mangrove
Tabel 2. Letak dan Status Kelurahan di Kecamatan Tamalanrea Tahun 2018  Kelurahan  Letek Kelurahan  Status Daerah
Gambar 2. Rata-rata Suhu Udara Menurut Bulan di Kota Makassar Tahun 2018
Gambar 4. Tekanan Udara Menurut Bulan di Kota Makassar 2018
+7

Referensi

Dokumen terkait

By the simulation, the ombined scheme has better energy and spectral efficiency, but the fairness will be lower compared with the original mean-greedy algorithm..