Nama: Argantha Saputra Wiguna . Kelas/NIS:XIII-7/21.67.09699 .
Kelompok:2 .
JUDUL:
Analisis Udara
1. Penetapan Total Suspended Particulate (TSP) dalam udara ambien dengan metode gravimetri (mengacu SNI 19-7119.3-2005)
2. Pengukuran Partikulat Debu <10 µm (PM 10) secara Aktif Kontinu (mengacu SKC EPAM-5000 realtime method)
3. Pengujian Emisi Kendaraan Bermotor Kategori L (roda dua) (mengacu SNI 19-7118.3-2005)
4. Penetapan kadar CO dalam udara ambien dengan metode Non Dispersive InfraRed (NDIR) (mengacu SNI 19-7119.10-2011)
5. Penetapan Kadar SO, dalam Udara Ambien dengan Metode Pararosanilin Menggunakan Spektrofotometer (mengacu SNI 19-7119.7-2017)
6. Penetapan Kadar Oksidan (O₂) dalam Udara Ambien dengan Metode Neutral Buffer Kalium Iodida (NBKI) menggunakan Spektrofotometer (mengacu SNI 19-7119.8-2017)
7. Penetapan Kadar NO, dalam Udara Ambien dengan Metode Griess Saltzman menggunakan Spektrofotometer (mengacu SNI 19-7119.2-2017)
TUJUAN (POINT: 5)
1. Menganalisis jumlah Total Suspended Particulate (TSP) dalam udara ambien di lapangan upacara SMK-SMAK Bogor
2. Menganalisis Partikulat Debu <10 µm (PM 10) di lapangan upacara SMK-SMAK Bogor
3. Menganalisis Emisi Kendaraan Bermotor Kategori L (roda dua) milik masyarakat SMK-SMAK Bogor
4. Menganalisis Kadar Cemaran Udara (SO2, NO2, dan 03) di lapangan upacara SMK-SMAK Bogor 5. Menganalisis kadar CO dalam udara ambien di lapangan upacara SMK-SMAK Bogor
DASAR TEORI (POINT: 15)
Menurut PP RI Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, udara ambien adalah udara bebas yang berada di atas permukaan bumi pada lapisan troposfer wilayah hukum Negara Republik Indonesia, diperlukan dan mempunyai dampak terhadap kesehatan manusia., organisme hidup dan faktor lingkungan lainnya. Sedangkan pencemar udara adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang mencemari udara akibat aktivitas manusia yang melepaskan bahan pencemar udara ke udara sekitar dengan tingkat mutu udara ambien yang melebihi baku mutu udara ambien yang ditetapkan.Pencemaran udara tidak hanya disebabkan oleh gas beracun saja tetapi dapat juga disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor, pengertian emisi adalah pencemar udara yang disebabkan oleh intrusi dan/atau pelepasan ke udara, dengan dan/atau tanpa akibat.
Secara umum sumber pencemaran udara meliputi sumber bergerak yang berhubungan dengan angkutan umum yang menggunakan bahan bakar minyak dan sumber tidak bergerak yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar bahan industri untuk suatu proses industri. Jika terjadi pencemaran udara maka akan berbahaya bagi manusia. kesehatan, sehingga perlu dilakukan pemantauan kualitas udara, baik udara ambien maupun emisi. Menurut PP RI Nomor 22 Tahun 2021, ada beberapa parameter yang dapat menentukan kualitas udara ambien, beberapa di antaranya adalah total partikel tersuspensi (TSP), partikel debu.
Total suspension particulate matter (TSP) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan partikel udara kecil yang berdiameter kurang dari 100 mikrometer, termasuk asap, debu, dan uap. Penentuan TSP sendiri dilakukan dengan metode gravimetri, yaitu debu yang ada di udara ditangkap oleh filter berupa kertas saring Whatman No.41, yang kemudian dimasukkan ke dalam filter door dust sampler. Pada kecepatan tertentu, dengan mengatur laju aliran ke maksimum, pompa vakum akan menyedot udara dan kemudian debu yang berukuran di bawah 100 mikrometer akan tertahan pada filter. Saat melakukan penentuan ini, kertas saring yang digunakan sebagai penyaring tidak boleh bersentuhan langsung dengan tangan dan harus dipasang pada titik pengambilan sampel untuk menghindari kontaminasi.
PM10 adalah suatu partikel udara yang mempunyai ukuran kecil seperti asap, debu dan juga uap dengan diameter kurang dari 10 mikrometer Tabung impactor dengan ukuran partikel 10 mikrometer dipasangkan pada alat haz dust yang dimana partikel debu halus akan dihisap kedalam sensor dan
menghamburkan suatu sinar infra merah yang jumlah sinarnya diterima oleh detektor akan sebanding dengan konsentrasi aerosol dan konsentrasi udara yang telah dihitung akan ditampilkan pada display alat
Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas beracun yang akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah apabila terhirup kedalam paru-paru dan menyebabkan jaringan tubuh kekurangan oksigen.
yang dibutuhkan sehingga menyebabkan keracunan (Rosanti, 2022). Berdasarkan SNI 19-7119.10-2011, penentuan kadar gas CO di udara ambien dapat dilakukan dengan metode Non Dispersive InfraRed (NDIR) yang dimana nilai CO kan sebanding dengan banyaknya intensitas sinar yang diserap pada alat.
Sulfur oksida (SOx) termasuk gas SO2 dan gas SO3, keduanya mempunyai sifat yang berbeda. Gas SO2 mempunyai bau yang menyengat dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 sangat reaktif.
Konsentrasi gas SO2 yang berkisar antara 0,3 hingga 1 ppm di udara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia, karena gas buang hasil pembakaran seringkali mengandung lebih banyak gas SO2 dibandingkan gas SO2. gas SO3.Berdasarkan SNI 19-7119.7-2017, penentuan konsentrasi SO2 di udara dapat dilakukan dengan metode pararosanilin menggunakan spektrofotometer. Larutan adsorben yang digunakan adalah tetrakloromerkurat yang ditempatkan pada impact water sampler. Terbentuknya senyawa pararosanilin metilsulfonat ditandai dengan warna larutan yang berubah menjadi ungu yang menunjukkan adanya gas SO2 dalam larutan. Konsentrasi SO2 dapat ditentukan dengan mengukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm.
Oksidan di udara berasal dari reaksi fotokimia senyawa hidrokarbon yang menghasilkan ozon, NO2 dan peroksi asetil nitrat (PAN). Reaksi fotokimia merupakan reaksi kimia yang membutuhkan sinar matahari mengoksidasi komponen-komponen yang tidak segera dioksidasi oleh oksigen. Biasanya oksidan yang ada di udara ambien berupa ozon (03). Berdasarkan SNI 19-7119.8-2017, penentuan kadar 03 di udara dapat dilakukan dengan metode NBKI (Neutral Buffer Kalium lodida) menggunakan spektrofotometer. Larutan penjerap yang digunakan adalah NBKI yang ditempatkan pada alat air sampler impinger. Terjadi reaksi pelepasan 12 apabila larutan dalam tabung berubah warna menjadi kuning muda yang menandakan adanya gas 03 dalam larutan. Konsentrasi 03 dapat diketahui dengan diukur pada alat spektrofotometer pada panjang gelombang 352 nm
Natrium dioksida (NO2) adalah gas beracun yang sangat reaktif. Gas ini tak hanya berdampak pada makhluk hidup yang menyerang saluran pernapasan tetapi juga pada lingkungan akibat terjadinya hujan asam yang dapat merusak ekosistem (EPA 2024) Berdasarkan SNI 19-7119.2-2017, penentuan gas NO2
dapat dilakukan dengan metode Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer Larutan penjerap yang digunakan adalah griess saltzman yang akan berubah menjadi warna merah muda apabila terdapat gas NO2 bereaksi membentuk azo dye. Konsentrasi NO2 dapat diketahui dengan diukur pada alat spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm
Emisi kendaran bermotor dapat menyebabkan pencemaran udara yang bersumber dari emisi bergerak. parameter yang ditentukan adalah CO dan HC CO dan HC adalah gas sisa yang langsung mencerminkan kinerja mesin kendaraan bermotor Terbentuknya CO dan HC sangat bergantung dari perbandingan campuran bahan bakar dan udara yang masuk dalam ruang bakar. Berdasarkan SNI 19-7118.3-2005 analisis dilakukan dengan menggunakan alat gas and smoke mobile emission analyzer dengan kendaraan yang telah disiapkan pada kondisi idle dimana sistem kontrol bahan bakar tidak bekerja, posisi transmisi netral untuk kendaraan manual atau semi otomatis, posisi transmisi netral atau parkir untuk kendaraan otomatis, dan perlengkapan atau aksesoris kendaraan yang dapat mempengaruhi putaran tidak dioperasikan atau dapat dijalankan atas rekomendasi manufaktur.
PRINSIP DAN REAKSI (POINT: 10)
1. Penetapan Total Suspended Particulate (TSP) dalam udara ambien dengan metode gravimetri (mengacu SNI 19-7119.3-2005)
Udara dihisap melalui filter menggunakan pompa vakum laju alir tinggi sehingga partikel terkumpul di permukaan filter. Jumlah partikel yang terakumulası dalam filter selama periode waktu tertentu dianalisa secara gravimetri. Hasil analisis dinyatakan sebagai massa partikulat per satuan volume contoh uji udara (µg/m³).
2. Pengukuran Partikulat Debu <10 µm (PM 10) secara Aktif Kontinu(mengacu SKC EPAM-5000 realtime method)
Partikel debu halus dihisap ke dalam sensor dan menghamburkan sinar infra merah Jumlah sinar yang diterima oleh detektor cahaya sebanding dengan konsentrasi aerosol. Konsentrasi debu halus di udara dihitung secara instan dan ditampilkan pada display.
3. Pengujian Emisi Kendaraan Bermotor Kategori L. (roda dua)(mengacu SNI 19-7118.3-2005) Pengujian emisi kendaraan dalam kondisi idle (tanpa menarik tuas gas) dilakukan dengan cara menghisap gas buang kendaraan bermotor ke dalam alat uji gas analyzer kemudian diukur kandungan karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC)
4. Penetapan kadar CO dalam udara ambien dengan metode Non Dispersive InfraRed (NDIR) (mengacu SNI 19-7119.10-2011)
CO analyzer bekerja atas dasar sinar infra merah yang terabsorbsı oleh analit Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CO
5. Penetapan Kadar SO, dalam Udara Ambien dengan Metode Pararosanilin Menggunakan Spektrofotometer (mengacu SNI 19-7119.7-2017)
Gas SO, diserap dalam larutan penjerap tetrakloromerkurat membentuk senyawa kompleks diklorosulfonatomerkurat. Dengan menambahkan larutan pararosanilin dan formaldehida ke dalam senyawa diklorosulfonatomerkurat maka terbentuk senyawa pararosanilin metal sulfonate yang berwarna ungu.
Konsentrasi larutan diukur pada Panjang gelombang 550 nm.
6. Penetapan Kadar Oksidan (O₂) dalam Udara Ambien dengan Metode Neutral Buffer Kalium lodida (NBKI) menggunakan Spektrofotometer(mengacu SNI 19-7119.8-2017)
Oksidan dari udara ambien yang telah dijerap oleh larutan NBKI dan bereaksi dengan ion iodida membebaskan iod (1) yang berwarna kuning muda seulas Konsentrasi larutan ditentukan secara spektrofotometri pada panjang gelombang 352 nm.
7. Penetapan Kadar NO, dalam Udara Ambien dengan Metode Griess Saltzman menggunakan Spektrofotometer (mengacu SNI 19-7119.2-2017)
Gas NO, dijerap dalam larutan Griess Saltzman sehingga membentuk suatu senyawa azo dye berwarna merah muda yang stabil setelah 15 menit Konsentrasi larutan ditentukan secara spektrofotometri pada Panjang gelombang 550 nm.
CARA KERJA (POINT: 10)
1. Penetapan Total Suspended Particulate (TSP) dalam udara ambien dengan metode gravimetri (mengacu SNI 19-7119.3-2005)
A. Persiapan
Dilakukan penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien sesuai SNI no.
19-7119.6-2005. Disiapkan formulir data lapangan.
B. Preparasi contoh
1. Disiapkan filter whatman 41. Dipanaskan dalam oven suhu 1100C selama 15 menit.
2. Filter didinginkan di dalam desikator dan ditimbang bobot awal filter (W1).
3. Tempatkan filter padafilter holder.
4. Tempatkan Dust Sampler di lokasi sampling pada ketinggian minimum 1 meter dari permukaan tanah.
5. Dust sampler dinyalakan sesuai IK alat, dicatat Laju alir awal.
6. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam
7. Setelah 1 jam, catat laju alir sebagai laju alir akhir dan kemudian matikan dust sampler sesuai IK alat.
8. Pindahkan filter ke dalam desikator atau plastik klip.
C. Pengukuran
1. Ditimbang bobot filter + debu dicatat sebagai (W2).
2. Laju alir dalam satuan m/s dikonversikan menjadi satuan liter/menit menggunakan grafik konversi, kemudian dirubah menjadim3/menit.
(m3/menit) = (liter/menit) ÷ 1000
2. Pengukuran Partikulat Debu <10 µm (PM 10) secara Aktif Kontinu(mengacu SKC EPAM-5000 realtime method)
A. Persiapan
Baterai harus terisi penuh setiap kali pemakaian jika kondisi baterai lemah, disiapkan adaptor untuk
menyambungkan alat ke arus listrik. ADAPTOR DILARANG DIMASUKKAN KE DALAM KOPER!!
B. Preparasi contoh
1. Alat dinyalakan dan diletakkan di titik sampling yang datar pada ketinggian 1 – 1.5 meter dari permukaan tanah
2. Dipasang tabung impactor sesuai ukuran partikel yang akan dianalisis (10 mikrometer).
C. Pengukuran
1. Dilakukan pengukuran sesuai IK alat selama 30 menit. Data debu halus dicatat setiap 1 menit.
2. Dicatat aktifitas signifikan di sekitar lokasi pengukuran debu dan dibuat denah lokasi titik sampling.
D. Pengolahan data dan pelaporan
Dihitung nilairata-rata,maksimumdanminimumdari data yang didapatkan. Hasil perhitungan rata-rata dinyatakan dalam satuanµg/m3dan dibandingkan dengan regulasi yang berlaku.
3. Pengujian Emisi Kendaraan Bermotor Kategori L (roda dua)(mengacu SNI 19-7118.3-2005) A. Persiapan
1. Disiapkan formulir sampling emisi kendaraan bermotor.
2. Hidupkan alat sesuai prosedur pengoperasian (sesuai dengan rekomendasi manufaktur alat uji).
B. Preparasi contoh
1. Kendaraan yang akan diukur harus pada posisi datar (standar dua).
2. Pipa gas buang (knalpot) tidak bocor.
3. Kendaraan dipanaskan hingga temperatur mesin normal (600C sampai dengan 700C atau sesuai rekomendasi manufaktur) dan sistem aksesoris (lampu dll) dalam kondisi mati.
4. Kondisi temperatur tempat kerja pada 20 °C sampai dengan 350C
C. Pengukuran
1. Dilakukan pengukuran pada kondisiidle (tanpa di-gas) dengan putaran mesin 800 rpm sampai dengan 1400 rpm atau sesuai rekomendasi manufaktur;
2. Dimasukkan probe alat uji ke pipa gas buang.
3. Ditunggu 20 detik dan lakukan pengambilan data konsentrasi gas CO dalam satuan persen (%), dan HC dalam satuan ppm yang terukur pada alat uji.
D. Pengolahan data dan pelaporan
1. Nilai CO yang didapatkan dari hasil pengukuran alat dinyatakan dalam satuan% 2. Nilai HC yang didapatkan dari hasil pengukuran alat dinyatakan dalam satuanppm.
Hasil perhitungan konsentrasi CO dan HC dibandingkan dengan baku mutu sesuai regulasi yang berlaku.
4. Penetapan kadar CO dalam udara ambien dengan metode Non Dispersive InfraRed (NDIR) (mengacu SNI 19-7119.10-2011)
A. Persiapan
Dilakukan penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien sesuai SNI no.
19-7119.6-2005. Disiapkan formulir data lapangan.
B. Preparasi contoh
Alat CO analyzer dirangkai dan disiapkan untuk analisis. Pastikan daya baterai mencukupi untuk pengukuran.
C. Pengukuran
Dilakukan pengukuran sesuai IK alat selama 15 menit.
D. Pengolahan data dan pelaporan
1. Nilai CO yang didapatkan dari hasil pengukuran alat dinyatakan dalam satuanppm.
2. Konsentrasi CO dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝐶2 = 𝐶1 𝑥 24.4528 𝑥 1000
C2 = Konsentrasi CO di udara (µg/Nm3)
C1 = Jumlah CO hasil pengukuran alat CO analyzer (ppm) 28 = MR CO
24.45 = Volume udara (Liter) pada kondisi normal suhu 298 K dan tekanan 760 mmHg 1000 = konversi Liter ke m3.
Hasil perhitungan konsentrasi CO di udara ambien dibandingkan dengan baku mutu sesuai regulasi yang berlaku.
5. Penetapan Kadar SO, dalam Udara Ambien dengan Metode Pararosanilin Menggunakan Spektrofotometer (mengacu SNI 19-7119.7-2017)
A. Persiapan
Dilakukan penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien sesuai SNI no.
19-7119.6-2005. Disiapkan formulir data lapangan.
B. Preparasi contoh
1. Alat Gas Sampler Impinger ditempatkan pada lokasi pengambilan contoh udara ambien pada ketinggian minimal 1 meter dari permukaan tanah.
2. Pipet larutan penjerap sebanyak 10 mL ke dalam tabung impinger.
3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur laju alir 0,5 – 1,0 L/menit. setelah stabil catat sebagai laju alir awal (F1).
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam.
5. Selama sampling berlangsung catat temperatur, kelembapan. dan tekanan udara setiap 10 menit.
6. Setelah 1 jam catat sebagai laju alir akhir (F2) dan kemudian matikan pompa penghisap.
C. Pengukuran
1. Dipindahkan larutan contoh uji ke dalam labu ukur 25 ml menggunakan corong, bilas tabung
impingerHANYAdengan5 mlair suling.
2. Disiapkan blanko dengan memipet 10 ml larutan penjerap ke dalam labu ukur 25 ml.
3. Larutan contoh uji dan blanko masing-masing ditambahkan 1 ml larutan asam sulfamat 0.6%
dan tunggu hingga 2 menit.
4. Ditambahkan 2 ml larutan formaldehida 0.2% dan 5 ml larutan pararosanilin ditunggu 5 menit sambil sesekali diaduk
5. Ditera dengan air suling hingga 25 ml, dihomogenkan.
6. Diukur Absorbansi larutan contoh uji pada panjang gelombang 550 nm sesuai IK alat. Gunakan larutan penjerap sebagai blanko.
7. Dicatat nilaiabsorbansi larutan contoh uji.
8. Dihitung nilai slope dan Intersep berdasarkan data deret standar yang disediakan di laboratorium, tuliskan dalam persamaan kurva kalibrasiY=Mx + C.
9. Dihitung nilaikoefisien regresi linier (R2)deret standar.
10.Dihitung nilai LOQ berdasarkan data limit deteksi yang disediakan laboratorium. Nilai LOQ dinyatakan dalam satuanµg/Nm3
D. Pengolahan data dan pelaporan
1. Dihitung konsentrasi SO2dalam larutan uji dengan rumus:
2. 𝐴𝑏𝑠−𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
3. Konsentrasi SO2dalam larutan uji dinyatakan dalam satuanMIKROGRAM (µg).
4. Dihitung nilai rata-rata temperatur dan tekanan udara.
5. Konversi tekanan udara dari satuan hPa menjadi satuan mmHg (1 hPa = 0.750 mmHg) dan konversi temperatur dari satuan0C menjadi satuan Kelvin.
6. Volume contoh uji udara yang diambil, dikoreksi pada kondisi normal (25oC, 760 mmHg) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑉 = 𝐹1+𝐹22 𝑥 𝑡 𝑥 𝑃𝑇 𝑥 298760
V = Volume Udara (Liter). Dikoreksi pada kondisi normal suhu 298 K dan tekanan 760
mmHg
F1 = laju alir awal (L/menit) F2 = laju alir akhir (L/menit)
t = durasi pengambilan contoh (menit)
P = Tekanan udara rata-rata selama pengambilan contoh (mmHg) T = Temperatur rata-rata pengambilan contoh uji (K)
298 = suhu udara normal (K)
760 = tekanan udara normal (mmHg)
7. Konsentrasi SO2dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝐶 = 𝑎𝑉 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 1000
C = Konsentrasi NO2di udara (µg/Nm3)
a = Jumlah SO2hasil pengukuran alat spektrofotometer (µg)
V = Volume udara (Liter). Dikoreksi pada kondisi normal suhu 298 K dan tekanan 760 mmHg fp = faktor pengali larutan contoh uji
1000 = konversi Liter ke m3.
(Note: jika konsentrasi SO2 yang terbaca di spektrofotometer bernilai negatif, maka dinyatakan jumlah SO2< LOQ)
Hasil perhitungan konsentrasi SO2 di udara ambien dibandingkan dengan baku mutu sesuai regulasi yang berlaku.
6. Penetapan Kadar Oksidan ( O3) dalam Udara Ambien dengan Metode Neutral Buffer Kalium Iodida (NBKI) menggunakan Spektrofotometer (mengacu SNI 19-7119.8-2017)
A. Persiapan
Dilakukan penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien sesuai SNI no.
19-7119.6-2005. Disiapkan formulir data lapangan.
B. Preparasi contoh
1. Alat Air Sampler Impinger ditempatkan pada lokasi pengambilan contoh udara ambien pada ketinggian minimal 1 meter dari permukaan tanah.
2. Masukkan larutan penjerap sebanyak 10 mL menggunakan gelas ukur ke dalam tabung impinger.
3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur laju alir 0,5 – 3,0 L/menit. setelah stabil catat sebagai laju alir awal (F1).
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama60 menit.
5. Selama sampling berlangsung catat temperatur, kelembapan. dan tekanan udara setiap 10 menit.
6. Setelah 60 menit catat sebagai laju alir akhir (F2) dan kemudian matikan pompa penghisap.
C. Pengukuran
1. Dalam jangka waktu 30 menit – 60 menit setelah pengambilan contoh uji, masukkan larutan contoh uji ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer UV-Vis.
2. Diukur Absorbansi larutan contoh uji pada panjang gelombang 352 nm sesuai IK alat.
Gunakan larutan penjerap sebagai blanko.
3. Dicatat nilaiabsorbansi larutan contoh uji.
4. Dihitung nilai slope dan Intersep berdasarkan data deret standar yang disediakan di laboratorium, tuliskan dalam persamaan kurva kalibrasiY=Mx + C.
5. Dihitung nilaikoefisien regresi linier (R2)deret standar.
6. Dihitung nilai LOQ berdasarkan data limit deteksi yang disediakan laboratorium. Nilai LOQ dinyatakan dalam satuanµg/Nm3
D. Pengolahan data dan pelaporan
1. Dihitung konsentrasi O3dalam larutan uji dengan rumus:
2. 𝐴𝑏𝑠−𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
3. Konsentrasi Oksidan dalam larutan uji dinyatakan dalam satuanMIKROGRAM (µg) 4. Dihitung nilai rata-rata temperatur dan tekanan udara.
5. Konversi tekanan udara dari satuan hPa menjadi satuan mmHg (1 hPa = 0.750 mmHg) dan konversi temperatur dari satuan0C menjadi satuan Kelvin.
6. Volume udara yang diambil, dikoreksi pada kondisi normal (25oC, 760 mmHg) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑉 = 𝐹1+𝐹22 𝑥 𝑡 𝑥 𝑃𝑇 𝑥 298760
V = Volume Udara (Liter). Dikoreksi pada kondisi normal suhu 298 K dan tekanan 760 mmHg
F1 = laju alir awal (L/menit) F2 = laju alir akhir (L/menit)
t = durasi pengambilan contoh (menit)
P = Tekanan udara rata-rata selama pengambilan contoh (mmHg) T = Temperatur rata-rata pengambilan contoh uji (K)
298 = suhu udara normal (K)
760 = tekanan udara normal (mmHg)
7. Konsentrasi oksidan dalam udara dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝐶 = 𝑉𝑎 𝑥 1000 C = Konsentrasi Oksidan di udara (µg/Nm3)
a = Jumlah Oksidan hasil pengukuran alat spektrofotometer (µg)
V = Volume udara (Liter). Dikoreksi pada kondisi normal suhu 298 K dan tekanan 760 mmHg 1000 = konversi Liter ke m3.
(Note: jika konsentrasi O3 yang terbaca di spektrofotometer bernilai negatif, maka dinyatakan jumlah O3< LOQ)
Hasil perhitungan konsentrasi oksidan di udara ambien dibandingkan dengan baku mutu sesuai regulasi yang berlaku.
7. Penetapan Kadar NO, dalam Udara Ambien dengan Metode Griess Saltzman menggunakan Spektrofotometer (mengacu SNI 19-7119.2-2017)
A. Persiapan
Dilakukan penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien sesuai SNI no.
19-7119.6-2005. Disiapkan formulir data lapangan.
B. Preparasi contoh
1. Alat Gas Sampler Impinger ditempatkan pada lokasi pengambilan contoh udara ambien pada ketinggian minimal 1 meter dari permukaan tanah.
2. Masukkan larutan penjerap sebanyak 10 mL menggunakan gelas ukur ke dalam tabung impinger.
3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur laju alir 0,4 L/menit. setelah stabil catat sebagai laju alir awal (F1).
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama1 jam
5. Selama sampling berlangsung catat temperatur, kelembapan. dan tekanan udara setiap 10 menit.
6. Setelah 1 jam catat sebagai laju alir akhir (F2) dan kemudian matikan pompa penghisap.
C. Pengukuran
1. Dalam jangka waktu maksimum 60 menit setelah pengambilan contoh uji, masukkan larutan contoh uji ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer Uv-Vis.
2. Diukur Absorbansi larutan contoh uji pada panjang gelombang 550 nm sesuai IK alat.
Gunakan larutan penjerap sebagai blanko.
3. Dicatat nilaiabsorbansi larutan contoh uji.
4. Dihitung nilai slope dan Intersep berdasarkan data deret standar yang disediakan di laboratorium, tuliskan dalam persamaan kurva kalibrasiY=Mx + C.
5. Dihitung nilaikoefisien regresi linier (R2)deret standar.
6. Dihitung nilai LOQ berdasarkan data limit deteksi yang disediakan laboratorium. Nilai LOQ dinyatakan dalam satuanµg/Nm3
D. Pengolahan data dan pelaporan
1. Dihitung konsentrasi NO2dalam larutan uji dengan rumus:
2. 𝐴𝑏𝑠−𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒
3. Konsentrasi NO2dalam larutan uji dinyatakan dalam satuanMIKROGRAM (µg).
4. Dihitung nilai rata-rata temperatur dan tekanan udara.
5. Konversi tekanan udara dari satuan hPa menjadi satuan mmHg (1 hPa = 0.750 mmHg) dan konversi temperatur dari satuan0C menjadi satuan Kelvin.
6. Volume udara yang diambil, dikoreksi pada kondisi normal (25oC, 760 mmHg) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑉 = 𝐹1+𝐹22 𝑥 𝑡 𝑥 𝑃𝑇 𝑥 298760
V = Volume Udara (Liter). Dikoreksi pada kondisi normal suhu 298 K dan tekanan 760 mmHg
F1 = laju alir awal (L/menit) F2 = laju alir akhir (L/menit)
t = durasi pengambilan contoh (menit)
P = Tekanan udara rata-rata selama pengambilan contoh (mmHg) T = Temperatur rata-rata pengambilan contoh uji (K)
298 = suhu udara normal (K)
760 = tekanan udara normal (mmHg)
7. Dihitung konsentrasi NO2di udara dengan rumus sebagai berikut:
𝐶 = 𝑉𝑏 𝑥 1000
C = Konsentrasi NO2di udara (µg/Nm3)
b = Jumlah NO2hasil pengukuran alat spektrofotometer (µg)
V = Volume udara (Liter). Dikoreksi pada kondisi normal suhu 298 K dan tekanan 760 mmHg 1000 = konversi Liter ke m3.
(Note: jika absorbansi larutan uji NO2 yang terbaca di spektrofotometer bernilai negatif, maka dinyatakan:jumlah NO2< LOQ)
Hasil perhitungan konsentrasi NO2 di udara ambien dibandingkan dengan baku mutu sesuai regulasi yang berlaku.
DATA PENGAMATAN (POINT: 10)
1. Data Pengambilan Contoh Uji Udara Ambien (SO2, NO2, O3, dan CO) Dasar Hukum
(SNI/Peraturan Pemerintah)
PP RI Nomor 22 Tahun 2021 Lampiran VII
Titik Koordinat Sampling:
-6,6019223,106.8128515 Nama Perusahaan SMK-SMAK Bogor
Nama Titik Samping Lapangan Upacara Aktivitas signifikan di sekitar lokasi sampling:
Lewatnya kendaraan Petugas Sampling Argantha Saputra Wiguna
Tanggal Pengukuran 4 November 2024 Waktu Pengukuran 08:55
Data Pengukuran Gas (SO2, NO2, O3, dan CO)
Parameter
Laju Alir (L/menit) Waktu Sampling
(menit)
Vol.
Larutan Penjerap
(mL)
Larutan Penjerap
Konsentrasi Gas Hasil Pengukuran
Instrumen Pengukuran
Rata–Rata F1 F2
SO2 0.9 1.1 1 60 10 Tetrakloro
Merkurat
Blanko: 0.000 SO2: 0.017
NO2 0.4 0.4 0.4 60 10 Griess Blanko: 0.000
Saltzman NO2: 0.019
O3 2.0 2.0 2.0 60 10 NBKI
(Neutral Buffer Kalium
Iodide)
Blanko: 0.002 O3: 0.047
CO – – – – – – 1, 1, 1 = 1 ppm
Data Meteorologi (Hari Pertama) Parameter satua
n
Pengukuran Rata-rat
1 2 3 4 5 6 a
Suhu Udara °C 31.7 32.5 33.9 34.5 35.0 40.7 34.7
K 304,7 305,5 306,9 307,5 308 313,7 307,7
Kelembapan % 61 59 56 53 52 41 53.7
Tekanan hPa 983 983 983 983 983 983 983
mmHg 737,25 737,25 737,25 737,25 737,25 737,25 737,25 Kondisi
Cuaca
– Cerah Cerah Cerah Berawan Berawan Berawan –
2. Data Pengamatan Contoh Uji TSP Udara Ambien Dasar Hukum
(SNI/Peraturan Pemerintah)
PP RI Nomor 22 Tahun 2021 Lampiran VII
Titik Koordinat Sampling:
-6,6019223,106.8128515 Nama Perusahaan SMK-SMAK Bogor
Nama Titik Sampling Lapangan upacara Aktivitas signifikan di sekitar lokasi sampling:
Lewatnya kendaraan dan sedang dilakukan uji emisi kendaraan bermotor
Petugas Sampling Argantha Saputra WIguna Tanggal Pengukuran 5 November 2024
Waktu Pengukuran 11.33
Data Meteorologi (Hari kedua)
Parameter Satuan Pengukuran Rata-rata
1 2 3 4 5 6
Suhu Udara °C 43,2 45,3 42,2 41,0 37,6 35,3 40,77
K 316,2 318,3 315,2 314 310,6 308,3 313,77
Kelembapan % 34 29 35 36 43 48 37,5
Tekanan hPa 978 978 978 978 978 978 978
mmHg 733,5 733,5 733,5 733,5 733,5 733,5 733,5
Kondisi Cuaca
- cerah cerah cerah cerah berawan berawan cerah
Awal (F1) Akhir (F2) Rata-Rata
Laju Alir Alat (m/s) 4.3 4,0 4,15
Laju Alie Konversi )
(𝑚3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0.13 0.12 0.126
Parameter Bobot Awal Filter (gram)
Bobot Filter + debu (gram)
Laju Alir (𝑚3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
Waktu Sampling (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
Volume Udara (𝑚3)
TSP 0.7357 0.7414 0.126 60 6.93
3. Data Pengukuran PM10Secara Aktif Kontinyu Dasar Hukum
(SNI/Peraturan Pemerintah)
PP RI Nomor 22 Tahun 2021 Lampiran VII
Titik Koordinat Sampling:
-6,6019223,106.8128515 Nama Perusahaan SMK-SMAK Bogor
Nama Titik Sampling Lapangan upacara Aktivitas signifikan di sekitar lokasi sampling:
Lewatnya kendaraan dan sedang dilakukan uji emisi kendaraan bermotor
Petugas Sampling Argantha Saputra WIguna Tanggal Pengukuran 5 November 2024
Waktu Pengukuran 11.45
No. 𝑚𝑔/𝑚3 µg/𝑚3 No. 𝑚𝑔/𝑚3 µg/𝑚3
1. 0,000 0 16. 0.002 2
2. 0,000 0 17. 0.000 0
3. 0.015 15 18. 0.000 0
4. 0.008 8 19. 0.000 0
5. 0.002 2 20. 0.000 0
6. 0.002 2 21. 0.000 0
7. 0.002 2 22. 0.002 2
8. 0.002 2 23. 0.001 1
9. 0.002 2 24. 0.002 2
10. 0.002 2 25. 0.002 2
11. 0.002 2 26 0.002 2
12. 0.002 2 27. 0.002 2
13. 0.000 0 28. 0.002 2
14. 0.000 0 29. 0.002 2
15. 0.002 2 30. 0.002 2
4. Data Analisis Emisi Kendaraan Bermotor Tanggal Uji 5 November 2024 Laboratorium Pengujian SMK–SMAK Bogor
Alamat Jalan Binamarga I, Baranangsiang, Bogor Timur, Kota Bogor Telp. /fax (0251) 8323138
Petugas Sampling Argantha Saputra Wiguna
DATA KENDARAAN
Merek Honda
Tipe Supra-x NF 100
Tahun Produksi 1999
No. Polisi F 4380 AE
Tipe Mesin 4 tak
Kapasitas (cc) 100
Bahan Bakar Bensin (Gasoline) Hasil Kalibrasi (Cal Zero):
CO : 0.00%
CO2 : 0.00%
O2 : 20.92%
DATA HASIL PENGUKURAN/PENGUJIAN
Parameter Uji Satuan 1 2 3 Rata-Rata
CO % 0.11 0.05 0.03 0.006
CO2 % 0.62 0.64 0.62 0.63
HC ppm 29 33 52 38
O2 % 19.92 19,83 20,03 19,93
PENGOLAHAN DATA (POINT: 15)
1. Penetapan KadarTotal Suspended Particulate(TSP) dalam Udara Ambien Secara Gravimetri a. Volume sampel udara dikoreksi pada kondisi normal (298 K dan 760 mmHg)
𝑉 = 𝐹1+𝐹22 𝑥 𝑡 𝑥 𝑃𝑇 𝑥 298760 𝑉 = 0,132 𝑚
3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 + 0,120 𝑚3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2 𝑥 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 733,50 𝑚𝑚𝐻𝑔
313,80 𝐾 𝑥 298760 6.93
𝑉 = 𝑚3
b. Konsentrasi massa partikel tersuspensi 𝐶 = (𝑊2−𝑊1) 𝑥 106
𝑣 = (0,7414 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 0,7357 𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑥 106
6,93 𝑚3 = 822, 51 µ𝑔/𝑁𝑚3
2. Penetapan KadarRespirable Dust (PM10) dalam Udara Ambien MenggunakanEnvironmental Particulate Air Monitor(Haz-Dust)
a. Nilai rata-rata konsentrasi PM10
PM10= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑡𝑎
PM10= 0+0+ 15+8+2+2+2+2+2+2+2+2+0+0+2+2+0+0+0+0+0+2+1+2+2+2+2+2+2+2 30
PM10=2, 0 µ𝑔/𝑚3
b. Nilai maksimum dan minimum PM10
Nilai maksimum PM10= 533µ𝑔/𝑚3 Nilai minimum PM10= 2µ𝑔/𝑚3
3. Penetapan Kadar CO dalam Udara Ambien dengan Metode Non Dispersive Infrared a. Konsentrasi CO dalam udara ambien
𝐶2 = 𝐶1 𝑥 24,4528 𝑥 1000
x 1000 𝐶2 = 1 µ𝑔/𝐿 𝑥 24,45 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟28
𝐶2 = 1145, 19 µ𝑔/𝑁𝑚3
4. Pengujian Emisi Kendaraan Bermotor Kategori L (Roda Dua) a. Konsentrasi CO (%)
%CO = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑑𝑎𝑡𝑎
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑡𝑎 = 0,11+ 0,05 + 0,03
3 = 0, 006%
b. Konsentrasi HC (ppm)
%HC = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑑𝑎𝑡𝑎
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑡𝑎 = 29 + 33 +52
3 = 38 𝑝𝑝𝑚
5. Penetapan Kadar NO2 dalam Udara Ambien dengan Metode Griess Saltzman Secara Spektrofotometri UV-VIS
a. Konsentrasi NO2dalam larutan uji 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 = 0. 4998
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝 = 0. 0617 𝑎 = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 − 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 = 0,019− 0,0617
0,4998 = − 0. 0854 µ𝑔
b. Volume sampel udara dikoreksi pada kondisi normal (298 K dan 760 mmHg) 𝑉 = 𝐹1+𝐹22 𝑥 𝑡 𝑥 𝑃𝑇 𝑥 298760
𝑉 = 0,4 𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 + 0,4 𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2 𝑥 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 733,5 𝑚𝑚𝐻𝑔313,77 𝐾 𝑥 298760 22,55L
𝑉 =
c. Konsentrasi NO2dalam udara ambien
𝐶 = 𝑎𝑣 𝑥 1000 = −0,0854 µ𝑔22,55 𝐿 𝑥 1000 = − 3. 7871 µ𝑔/𝑁𝑚3 Konsentrasi NO2 <. LOQ (LOQ = 4µ𝑔/𝑁𝑚3)
6. Penetapan Kadar Oksidan (O3) dalam Udara Ambien dengan Metode Neutral Buffer Kalium Iodida (NBKI) Secara Spektrofotometri UV-VIS
a. Konsentrasi O3 dalam larutan uji 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 = 0. 8164
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝 = − 0. 0040 𝑎 = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 − 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 = (0,047 − 0,002) − (−0,0040)
0,8164 = − 0. 0600 µ𝑔
b. Volume sampel udara dikoreksi pada kondisi normal (298 K dan 760 mmHg)
𝑉 = 𝐹1+𝐹22 𝑥 𝑡 𝑥 𝑃𝑇 𝑥 298760 𝑉 = 2,0 𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 + 2,0 𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2 𝑥 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 733,5 𝑚𝑚𝐻𝑔
313,77 𝐾 𝑥 298760 𝑉 =112. 74 𝐿
c. Konsentrasi O3 dalam udara ambien
𝐶 = 𝑎𝑣 𝑥 1000 = −0,0600 µ𝑔112.74 𝐿 𝑥 1000 = − 0. 5322 µ𝑔/𝑁𝑚3 Konsentrasi O3 <. LOQ (LOQ = 20µ𝑔/𝑁𝑚3)
7. Penetapan Kadar SO2 dalam Udara Ambien dengan Metode Pararosanilin Secara Spektrofotometri UV-VIS
a. Konsentrasi SO2 dalam larutan uji 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 = 0. 7507
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝 = − 0. 0027 𝑎 = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 − 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 = 0,017 − (−0,0027)
0,7507 = 0. 0263 µ𝑔
b. Volume sampel udara dikoreksi pada kondisi normal (298 K dan 760 mmHg) 𝑉 = 𝐹1+𝐹22 𝑥 𝑡 𝑥 𝑃𝑇 𝑥 298760
𝑉 = 0,9 𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 + 1,1 𝐿/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2 𝑥 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 733,5 𝑚𝑚𝐻𝑔
313,77 𝐾 𝑥 298760 𝑉 =56. 37 𝐿
c. Konsentrasi SO2 dalam udara ambien
𝐶 = 𝑎𝑣 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 1000 = 0,026335,95 𝑥 25 𝑚𝐿10𝑚𝐿 𝑥 1000 = 1. 1664 µ𝑔/𝑁𝑚3 Konsentrasi SO2 <. LOQ (LOQ = 25µ𝑔/𝑁𝑚3)
PEMBAHASAN HASIL ANALISIS (POINT: 20)
Pada praktikum kali ini dilakukan analisis udara yang dilakukan di lapangan upacara SMK-SMAK Bogor dan analisis kualitas emisi kendaraan bermotor dilakukan pada kendaraan dengan merek honda produksi tahun 1999 dengan bahan bakar bensin.
Total Suspended Particulate (TSP), yaitu partikel udara halus seperti debu dan asap yang dapat terbentuk akibat aktivitas manusia, terutama pembakaran. TSP ini dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, seperti kelembapan udara, suhu, dan aktivitas manusia. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi TSP:
1. Pengaruh Kelembapan dan Suhu terhadap TSP:
○ Kelembapan yang tinggi dan suhu yang turun dapat mempengaruhi proses pengendapan partikel debu di udara. Namun, hal ini tidak secara langsung memengaruhi konsentrasi TSP, karena kondisi lainnya seperti jumlah kendaraan dan aktivitas masyarakat juga berperan penting dalam jumlah partikel yang ada di udara.
2. Pengaruh Aktivitas Manusia terhadap TSP:
○ Aktivitas yang melibatkan kendaraan bermotor, memiliki dampak signifikan terhadap konsentrasi TSP. Seperti di lokasi pengukuran (Lapangan Upacara SMK-SMAK Bogor), banyak kendaraan yang melewati area tersebut dan berpotensi menghasilkan polusi udara berupa TSP. saat uji emisi kendaraan bermotor dilakukan di sekitar lokasi tersebut, ini bisa berkontribusi terhadap tingginya konsentrasi TSP di udara.
3. Kondisi Lingkungan yang Mempengaruhi TSP:
○ Meskipun kelembapan dan suhu mungkin tidak langsung mempengaruhi konsentrasi TSP, faktor lain seperti jarak antara titik sampling dengan sumber pencemar (misalnya kendaraan bermotor) sangat penting. Semakin dekat lokasi pengukuran dengan sumber polusi, semakin tinggi kemungkinan konsentrasi TSP yang terukur.
Penetapan jumlah Total Suspended Particulate (TSP) diperoleh kadar sebesar 822, 51 µ𝑔/𝑁𝑚3(1 jam) dengan volume udara terkoreksi pada keadaan normal sebesar 6,59 Nm³ (24 jam) Hasıl yang diperoleh apabila dibandingkan dengan regulası PP RI Nomor 22 Tahun 2021 yang menyatakan kadar maksimal adalah 230 µg/Nm³ maka data yang diperoleh jauh melebihi. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan waktu pengukuran yang dilakukan dengan waktu standar pada regulası, oleh karena itu hasil analisis dengan tegulast tidak valid.
Pengujian PM10 di Lapangan Upacara SMK-SMAK Bogor bertujuan untuk mengukur kadar partikel udara halus dengan diameter kurang dari 10 mikrometer yang ada di sekitar area tersebut. PM10 adalah
polutan udara yang dapat terhirup dan menembus ke dalam saluran pernapasan manusia, yang dapat berisiko menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang jika konsentrasinya terlalu tinggi.
Lokasi pengukuran di Lapangan Upacara SMK-SMAK Bogor dipilih karena letaknya yang strategis, dekat dengan jalan utama yang sering dilalui siswa/i. Keberadaan kendaraan yang lalu-lalang, ditambah dengan aktivitas parkir kendaraan di area lapangan, menjadi salah satu sumber utama polusi udara di sana.
Selain itu, di lokasi ini juga dilakukan uji emisi kendaraan bermotor, yang berpotensi menambah jumlah polutan udara, termasuk PM10.
Penetapan PM 10 atau Partikulat Debu <10 µm diperoleh kadar sebesar 2, 0 µ𝑔/𝑚3 (30 menit).
Hasil yang diperoleh apabila dibandingkan dengan regulasi PP RI Nomor 22 Tahun 2021 yang menyatakan kadar maksimal adalah 75 µg/Nm³ (24 jam) maka data yang diperoleh sesuai dengan regulasi Namun, dikarenakan terdapat perbedaan waktu pengukuran yang dilakukan dengan waktu standar pada regulasi, oleh karena itu hasil analisis dengan regulasi dinyatakan tidak valid
Pengujian emisi kendaraan adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengukur jumlah gas dan partikel berbahaya yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, terutama yang mengandung polutan udara seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), dan partikel (seperti PM10). Pengujian ini bertujuan untuk memastikan bahwa kendaraan yang beroperasi di jalanan memenuhi standar emisi yang ditetapkan oleh pemerintah, yang berguna mengurangi dampak negatif terhadap kualitas udara dan kesehatan masyarakat.
Pengujian emisi kendaraan bermotor kategori L (roda dua) didapatkan hasil kadar CO sebesar 0,006% dan kadar HC sebesar 38 ppm Hasil yang diperoleh apabila dibandingkan dengan regulasi PerMeNLH Nomor 5 Tahun 2006, nilai CO dan HC yang diperbolehkan sebesar 4,5% untuk CO dan 2000 ppm untuk hC. Sehingga, Kadar HC dan CO pada kendaraan Honda (1999) tersebut tidak melebihi nilai ambang batas.
Nitrogen dioksida (NO2) adalah salah satu polutan udara utama yang berasal dari berbagai sumber aktivitas manusia. Sebagai polutan primer, NO2 dihasilkan terutama melalui proses pembakaran yang terjadi pada sumber-sumber seperti kendaraan bermotor, industri, pembakaran batu bara, dan pembangkit listrik.
Polutan ini berperan penting dalam kualitas udara karena dampaknya yang signifikan terhadap kesehatan
manusia, lingkungan, dan perubahan iklim. Dikarenakan di area lapangan sekolah sering adanya kendaraan itu dapat menjadi faktor bertambahnya nilai NO2
Penetapan kadar NO2 dengan metoda Griess Saltzman diperoleh kadar NO2 sebesar (<LOQ/tidak terdeteksi) 1 jam dengan volume terkoreksi pada keadaan normal sebesar
− 3. 7871 µ𝑔/𝑁𝑚3
22,55 liter Apabila hal tersebut dibandingkan dengan regulasi PP RI Nomor 22 Tahun 2021 yaitu maksimal 200 µg/Nm³ 1 jam, maka kadar cemaran NO2 berada dibawah standar yang berlaku
Penetapan kadar CO dengan metode NDIR diperoleh kadar CO sebesar 1 µg/Nm³ 15 menit. Hasil yang diperoleh apabila dibandingkan dengan regulasi PP RI Nomor 22 Tahun 2021 yang menyatakan kadar maksimal adalah 10000 µg/Nm³ 1 jam) maka data yang diperoleh sesuai dengan regulasi. Namun, dikarenakan terdapat perbedaan waktu pengukuran yang dilakukan dengan waktu standar pada regulasi, oleh karena itu hasil analisis tidak dapat dibandingkan dengan regulasi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis kadar CO dalam udara ambien yaitu pastikan alat CO analyzer dalam keadaan siap digunakan dengan kondisi baterai penuh dan sudah terpasang, dirakit dengan benar, dan diarahkan probe ke udara ambien dengan sudut kurang lebih 45 derajat.
Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan ppm pada alat
Penetapan kadar SO2 dengan metode pararosanilin diperoleh kadar SO2 sebesar 1,1664 µg/Nm³ 1 jam dengan volume terkoreksi pada keadaan normal sebesar 56,37 liter. Apabila hal tersebut dibandingkan dengan regulasi PP RI Nomor 22 Tahun 2021 yaitu maksimal 150 µg/Nm³ 1 jam, maka kadar cemaran SO2 berada dibawah standar yang berlaku.
Penetapan kadar O3 dengan metode Neutral Buffer Kalium iodida diperoleh kadar O3 sebesar -0,5322 µg/Nm³ 1 jam dengan volume terkoreksi pada keadaan normal sebesar 112,74 liter Apabila hal tersebut dibandingkan dengan regulasi PP RI Nomor 22 Tahun 2021 yaitu maksimal 150 µg/Nm³ 1 jam, maka kadar cemaran O3 berada dibawah standar yang berlaku.
SIMPULAN (POINT: 10)
Analisis Udara Ambien
Parameter NAB Hasil Regulasi Acuan Kesimpulan
TSP 230 µ/𝑁𝑚3
(24 jam)
822, 51 µ𝑔/𝑁𝑚3 (1 Jam)
PP RI No. 22 Tahun 2021 Lampiran VII
Tidak dapat dibandingkan
PM10 75 µ/𝑁𝑚3
(24 jam)
2, 0 µ𝑔/𝑚3 (30 Menit)
PP RI No. 22 Tahun 2021 Lampiran VII
Tidak dapat dibandingkan
CO 1000 µ/𝑁𝑚3
(1 jam)
1 µg/Nm³ (15 menit) PP RI No. 22 Tahun 2021 Lampiran VII
Tidak dapat dibandingkan
NO2 200 µ/𝑁𝑚3
(1 jam)
− 3. 7871 µ𝑔/𝑁𝑚3 (1 Jam)
PP RI No. 22 Tahun 2021 Lampiran VII
Memenuhi syarat
O3 150 µ/𝑁𝑚3
(1 jam)
-0,5322 µg/Nm³ (1 Jam)
PP RI No. 22 Tahun 2021 Lampiran VII
Memenuhi syarat
SO2 150 µ/𝑁𝑚3
(1 jam)
1,1664 µg/Nm³ (1 Jam)
PP RI No. 22 Tahun 2021 Lampiran VII
Memenuhi syarat
Analisis Udara Emisi
CO 4. 5% 0, 006 % PerMenLH No. 5
Tahun 2006
Memenuhi syarat
HC 2000 𝑝𝑝𝑚 38 𝑝𝑝𝑚 PerMenLH No. 5
Tahun 2006
Memenuhi syarat
Pada praktikum kali ini telah dilakukan Analisis udara dengan parameter TSP, PM10, emisi kendaraan bermotor, CO, SO2, O3 dan NO2 sehingga diperoleh hasil seperti pada tabel diatas. Dari hasil tabel diatas menunjukan bahwa terdapat 5 parameter yaitu SO2, NO2, 03, dan emisi CO, HC yang berada di bawah nilai ambang batas atau sesuai dengan standar yang masih dalam nilai yang diperbolehkan, serta terdapat 3 parameter yaitu TSP, PM10 dan CO yang tidak dapat dibandingkan sebab memiliki waktu analisis yang berbeda dengan waktu standar
DAFTAR PUSTAKA (POINT: 5)
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. (2005). Standar Nasional Indonesia 19-7118.3-2005 tentang Emisi Gas Buang Sumber Bergerak Bagian 3 Cara Uji Kendaraan Bermotor Kategori L. pada Kondisi Idle Jakarta Badan Standarisasi Nasional
[BSN] Badan Standarisasi Nasional (2005) Standar Nasional Indonesia 19-7119.2-2005:Udara ambien - Bagian 2 Cara Uji Kadar Nitrogen dioksida (NO2) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer. Jakarta Badan Standarisası Nasional
[BSN] Badan Standarisasi Nasional (2005) Standar Nasional Indonesia 19-7119.3-2005 Udara ambien- Bagian 3 Cara Uji Partikel Tersuspensi Total menggunakan peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan metoda Gravimetri. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. (2005) Standar Nasional Indonesia 19-7119.7-2005:Udara ambien- Bagian 7: Cara Uji KadarSulfur dioksida (SO2) dengan metoda Pararasanilin menggunakan spektrofotometer Jakarta Badan Standarisasi Nasional
[BSN] Badan Standarisasi Nasional (2005). Standar Nasional Indonesia 19-7119.8-2005:Udara ambien- Bagian 8: Cara Uji Kadar Oksidan (03) dengan metoda Neutral Buffer Kalium lodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer Jakarta Badan Standarisasi Nasional
[BSN] Badan Standarisasi Nasional (2005) Standar Nasional Indonesia 19-7119 10-2005:Udara ambien - Bagian 10 Cara Uji Kadar Karbon monioksida (CO) dengan metoda Non Dispersive Infra Red (NDIR) Jakarta Badan Standarisası Nasional
[EPA] United States Environmental Protection Energy (2024). Basic Information About NO2. Diakses 23 Agustus 2024, darihttps://www.epa.gov/nc2-pollution/basic-information-about-no2
Pemerintah Indonesia (2021) Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 lampiran VII tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan Hidup
Pemerintah Indonesia (2006). Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006 mengatur tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama. Jakarta: Sekretariat Negara Rosanti, A.T. (2022) Keracunan Karbon Monoksida. Diakses 23 Agustus 2024, dari
https://helloschat.com/pernapasan/pernapasan-lainnya/keracunan-karbon-monoksida/
Sauri, S., dkk. (2024). Analisis Parameter Lingkungan. Bogor SMK-SMAK Bogor
TTD
Siswa Guru Praktikum
(Argantha Saputra Wiguna) NIS. 21.67.09699
(………) NIP.