PENGARUH USIA KENDARAAN TERHADAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO)
DAN HIDROKARBON (HC) KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BENGKULU
Yudha Tasir Adi
Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan Ahli Muda Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bengkulu
ABSTRAK
Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor khususnya di Kota Bengkulu memberikan dampak yang positif dan negatif. Dari sisi positif penambahan jumlah kendaraan dapat diartikan tingkat ekonomi masyarakat semakin meningkat dan laju perputaran ekonomi semakin baik. Akan tetapi dari sisi negatif berdampak terhadap tingkat kemacetan serta kualitas udara di Kota Bengkulu. Senyawa-senyawa yang dihasilkan dari gas buang kendaraan berdampak negatif bagi kesehatan tubuh manusia. Pengujian emisi kendaraan bermotor khususnya berbahan bakar bensin menunjukkan tingkat kelulusan kendaraan dengan tahun produksi yang lebih lama cenderung lebih kecil dibandingkan kendaraan dengan tahun produksi lebih baru. Sehingga pemerintah perlu membuat regulasi terkait usia maksimum kendaraan bermotor yang boleh beroperasi di jalan raya. Hal ini guna memastikan kualitas udara Kota Bengkulu tetap terjaga.
LATAR BELAKANG
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 yang dimaksud dengan Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Udara dimana di dalamnya terkandung sejumlah oksigen, merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Udara merupakan campuran dari gas, yang terdiri dari sekitar 78 % Nitrogen, 20 % Oksigen; 0,93 % Argon; 0,03 % Karbon Dioksida (CO2) dan sisanya terdiri dari
Neon (Ne), Helium (He), Metan (CH4) dan Hidrogen (H2). Udara dikatakan "Normal" dan dapat
mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya seperti tersebut diatas. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah mengalami pencemaran/ terpolusi (Soedomo 2001).
Kualitas udara sangat mempengaruhi kualitas kehidupan manusia. Baik atau buruknya kualitas udara di suatu kawasan, memiliki dampak yang sangat luas baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut WHO, di seluruh dunia, polusi udara menyebabkan kematian 800.000 orang setiap tahun. Berdasarkan studi Bank Dunia tahun 1994, pencemaran udara merupakan pembunuh kedua bagi anak balita di Jakarta, 14% bagi seluruh kematian balita seluruh Indonesia dan 6% bagi seluruh angka kematian penduduk Indonesia. Jakarta sendiri adalah kota dengan kualitas terburuk ketiga di dunia (www.euro.who.int dalam Prameswari, 2006).
Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar udara di banyak kota besar dunia, gas-gas beracun dari jutaan knalpot setiap harinya menimbulkan masalah serius di banyak negara tak terkecuali Indonesia, kendaraan berbahan bakar bensin menjadi salah satu sumber pencemar udara terbesar melebihi industri dan rumah tangga. Erwin (2006) menyebutkan bahwa polusi udara dari kendaraan bermotor, pembangkit tenaga listrik, industri dan rumah tangga menyumbang 70 % dengan komposisi kuantitas karbonmonoksid(CO) 99 %, hidrokarbon(HC) sebanyak 89 %, dan oksida nitrogen(Nox) sebanyak 73 % serta partikulat lainnya yang meliputi timah hitam,sulfur oksida dan partikel debu.
Jumlah kendaraan di Indonesia berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia mulai tahun 2009 sampai dengan 2012 menunjukkan adanya kenaikan jumlah kendaraan yang luar biasa.
Tabel 1 Tabel data jumlah kendaraan bermotor di Indonesia No Jenis 2009 2010 2011 2012 1 2 3 4 Mobil Bus Truk Sepeda motor 7.910.407 2.160.973 4.452.343 52.767.093 8.891.041 2.250.109 4.687.789 61.078.188 9.548.866 2.254.109 4.958.738 68.839.341 10.432.259 2.273.821 5.286.061 76.381.183 Jumlah total 67.290.816 76.907.127 85.601.054 94.373.324 Sumber : BPS RI
Jumlah kendaraan di Bengkulu mengalami lonjakan 30% per tahun. Sehingga ini mempengaruhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM). Jumlah kendaraan roda dua dan roda empat saja mencapai 710 ribu unit di Kota Bengkulu. (Bengkulu Ekspress, 2012).
Gas buang kendaraan bermotor mengandung senyawa-senyawa yang sangat berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh secara berlebihan. Komposisi senyawa-senyawa tersebut diuraikan dalam gambar berikut (Anonim dalam Winarno, 2012).
Gambar 1 Komposisi Senyawa Gas Buang Kendaraan Berbahan Bakar Bensin
Selain senyawa di atas, kendaraan berbahan bakar bensin juga mengeluarkan senyawa SO2 dalam jumlah sedikit.
Senyawa-senyawa tersebut merupakan parameter utama hasil pembakaran dalam mesin kendaraan dan berdampak sangat fatal bagi kesehatan manusia apabila terus menerus dalam jumlah tertentu terhirup oleh manusia. Sehingga semakin besar jumlah gas buang yang dikeluarkan masing-masing kendaraan akan semakin banyak pula zat beracun yang dihirup oleh manusia. Dampak masing-masing senyawa di dalam gas buang terhadap kesehatan adalah sebagai berikut (anonim dalam Winarno, 2013) :
1. CO (Karbon Monoksida) dapat mengurangi jumlah oksigen dalam darah, sehingga bisa mengganggu cara berfikir, penurunan refleks dan gangguan jantung, dan apabila terkomsumsi dalam jumlah besar akan mengkibatkan kematian.
2. HC (Hidrokarbon) dapat mengakibatakan iritasi pada mata, batuk, rasa mengantuk, bercak kulit dan perubahan kode genetik.
3. PM10 (Partikulat) jika masuk dalam sistem pernafasan sampai ke bagian paru-paru terdalam sehingga menimbulkan infeksi saluran pernafasan atas, jantung, bronchitis, asma.
4. Pb (Timbal) dapat meracuni sistem pembentukan darah merah, sehingga mengakibatkan gangguan pembentukan sel darah merah, anemia, tekanan darah tinggi dan mengurangi fungsi pada ginjal, pengaruh pada anak-anak adalah penurunan kemampuan otak dan kecerdasan.
5. SOx (Oksida Belerang) dapat menimbulkan efek iritasi pada saluran nafas, sehingga menimbulkan batuk sampai sesak nafas, meningkatkan kasus asma.
6. NOx (Oksida Nitrogen) bisa menimbulkan gangguan jaringan paru seperti, melemahkan sistem pertahan paru, asma, infeksi saluran nafas.
Besarnya dampak yang ditimbulkan dari gas buang kendaraan bermotor bagi manusia perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak. Prinsip “mencegah lebih baik dari pada mengobati” harus diberlakukan. Mengingat kondisi kualitas udara di Kota Bengkulu yang masih sangat baik berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bengkulu tahun 2016. Upaya-upaya pencegahan dari pencemaran lingkungan lebih baik dibandingkan upaya pemulihan akibat kerusakan lingkungan hidup baik dari berbagai sektor, ekonomi, kesehatan, sosial budaya, dan lain sebagainya.
METODOLOGI
Sampel data emisi gas buang kendaraan diperoleh dari pelaksanaan kegiatan Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan yang dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bengkulu pada tahun 2016. Dalam penelitian ini akan dibandingkan kadar parameter gas buang kendaraan berbahan bakar bensin, jumlah kendaraan yang melintas serta kualitas udara jalan raya di Kota Bengkulu. Adapun lokasi yang menjadi titik pantau sebagaimana ditampilkan dalam Gambar 2.
Gambar 2 Titik Lokasi Pengujian Emisi Kendaraan di Kota Bengkulu : 1. Jl. Pangeran Natadirja;
2. Jl. Halmahera; 3. Jl. Budi Utomo.
Pemilihan lokasi tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi tersebut mewakili seluruh wilayah dalam Kota Bengkulu serta merupakan jalan arteri perkotaan yang merupakan akses keluar dan masuk Kota Bengkulu.
Pengujian emisi kendaraan bermotor dilakukan sesuai dengan cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O berpenggerak penyalaan cetus api pada kondisi idle berdasarkan SNI 19-7118.1-2005. Dimana dalam penelitian ini kendaraan yang diambil sampel emisisnya adalah kendaraan kategori M yaitu kendaraan bermotor beroda empat atau lebih dan digunakan untuk angkutan orang. Pengujian dilakukan dengan cara menghisap gas buang kendaraan bermotor alat uji gas analyser kemudian diukur kandungan karbon monoksida (CO) dan hidro karbon (HC). Pengujian dilakukan dalam kondisi idle dimana:
a) sistem kontrol bahan bakar (misal: choke, akselerator) tidak bekerja; b) posisi transmisi netral untuk kendaraan manual atau semi otomatis; c) posisi transmisi netral atau parkir untuk kendaraan otomatis;
d) perlengkapan atau asesoris kendaraan yang dapat mempengaruhi putaran tidak dioperasikan atau dapat dijalankan atas rekomendasi manufaktur.
Selanjutnya hasil pemantauan yang terbaca pada alat alat gas analyser dicatat untuk seluruh kendaraan yang diuji di masing-masing lokasi pengujian.
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pengujian yang dilakukan terhadap kendaraan berpenggerak penyalaan cetus api (berbahan bakar dengan octan number 88, 90, 92) di ketiga lokasi pengujian menjaring jumlah kendaraan sebagai berikut.
Tabel 2 Jumlah Kendaraan Terjaring Pengujian Emisi Kendaraan No. Nama Jalan Jumlah Kendaraan
1. Jl. Pangeran Natadirja 666 unit
2. Jl. Halmahera 368 unit
3. Jl. Budi Utomo 280 unit
TOTAL 1314 unit
Dari seluruh jumlah kendaraan yang terjaring di masing-masing kendaraan, setelah dibandingkan dengan ambang batas emisi kendaraan bermotor kategori M berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama sebagaimana dalam Tabel 3, diperoleh jumlah kendaraan lulus uji emisi di masing-masing lokasi pengujian dalam Tabel 4.
Tabel 3 Ambang Batas Emisi Kendaraan Bahan Bakar Bensin Tahun Pembuatan Parameter
CO (%) HC (ppm)
< 2007 4.5 2000
≥ 2007 1.5 200
Tabel 4 Tingkat Kelulusan Uji Emisi Kendaraan di Kota Bengkulu Lokasi Pengujian Lulus Uji
(Unit)
Tidak Lulus Uji (Unit)
Jl. P. Natadirja 619 47
Jl. Halmahera 338 30
Jl. Budi Utomo 253 27
TOTAL 1210 104
Analisa terhadap data jumlah kendaraan lulus uji emisi diketahui bahwa secara keseluruhan tingkat kelulusan mencapai 92%. Artinya sebagian besar kendaraan atau bisa dikatakan hampir seluruhnya yang dilakukan pengujian telah memenuhi ambang batas emisi gas buang yang dipersyaratkan.
Gambar 3 Kadar Emisi CO Kendaraan Bermotor Produksi Di Bawah Tahun 2007
Gambar 4 Kadar Emisi CO Kendaraan Bermotor Produksi Tahun 2007 Keatas
Gambar 5 Kadar Emisi HC Kendaraan Bermotor Produksi Di Bawah Tahun 2007
1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 0 2 4 6 8 10 12 1 9 60 19 62 1 9 64 1 9 66 1 9 68 1 9 70 1 9 72 1 9 74 1 9 76 1 9 78 1 9 80 1 9 82 1 9 84 1 9 86 1 9 88 1 9 90 1 9 92 1 9 94 1 9 96 1 9 98 2 0 00 2 0 02 20 04 2 0 06 Kad ar C O (%) Tahun Pembuatan
Ambang Batas CO CO Linear (CO)
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Kad ar C O (%) Tahun Pembuatan
Ambang Batas CO CO Linear (CO)
1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 0 500 1000 1500 2000 2500 0 500 1000 1500 2000 2500 1960 1967 1974 1981 1988 1995 2002 Kad ar H C (p p m) Tahun Produksi
Gambar 6 Kadar Emisi HC Kendaraan Bermotor Produksi Tahun 2007 Keatas
Akan tetapi dari Gambar 3 sampai dengan Gambar 6 terlihat bahwa kecenderungan kadar emisi CO dan HC yang dihasilkan oleh kendaraan dengan tahun produksi yang lebih baru lebih kecil dibandingakan dengan kendaraan bermotor dengan tahun produksi yang lebih lama. semakin Jika sampel kendaraan yang dilakukan pengujian dibagi berdasarkan usia, maka persentase tingkat kelulusan uji emisi akan tergambar dalam tabel di bawah ini.
Tabel 5 Jumlah Kendaraan Lulus Eji Emisi Berdasarkan Usia Kendaraan
di Kota Bengkulu Tahun 2016 Usia
Kendaraan Lulus Jl. P. Natadirja Jl. Halmahera Jl. Budi Utomo Uji Tidak Lulus Uji Lulus Uji Tidak Lulus Uji Lulus Uji Tidak Lulus Uji ≤ 5 375 15 190 6 156 2 6-10 152 6 89 8 60 7 11-15 55 5 37 5 23 3 16-20 20 10 8 4 10 6 >20 17 11 14 7 4 9
Tingkat kelulusan uji emisi kendaraan dalam Tabel 5 di atas dapat digambar dalam grafik sebagaimana dalam Gambar 7 berikut.
Gambar 7 Grafik Kecenderungan Tingkat Kelulusan Uji Emisi Kendaraan di Kota Bengkulu 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 0 50 100 150 200 250 300 0 50 100 150 200 250 300 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Kad ar H C (p p m) Tahun Produksi
Ambang Batas HC HC Linear (HC)
0% 20% 40% 60% 80% 100% ≤ 5 6-10 11-15 16-20 >20 96% 96% 92% 67% 61% 97% 92% 88% 67% 67% 99% 90% 88% 63% 31%
Usia Kendaraan (Tahun)
Dalam Gambar 7 diketahui bahwa kendaraan bermotor dengan tahun produksi di atas 10 tahun tingkat kelulusan rata-ratanya berada di bawah 90% dan tingkat kelulusan uji emisi kendaraan semakin berkurang dengan semakin bertambahnya usia kendaraan. Hal ini dikarenakan dengan semakin bertambahnya usia kendaraan maka kemampuan mesin melakukan proses pembakaran bahan juga akan semakin berkurang. Sehingga senyawa residu dari sistem pembakaran yang tidak sempurna semakin bertambah yang pada akhirnya meningkatkan kadar polutan dari emisi gas buang kendaraan.
Dalam Gambar 7 tersebut terlihat ada penurunan drastis persentase tingkat kelulusan uji emisi pada kendaraan dengan usia di atas 15 tahun. Hal ini menggambarkan bahwa usia maksimal kendaraan yang optimal sehingga emisi gas buang yang dihasilkan masih memenuhi ambang batas emisi kendaraan adalah tidak melebihi 10 tahun. Akan tetapi selain faktor usia kendaraan, hal lain yang mempengaruhi hasil uji emisi adalah perawatan mesin kendaraan. Semakin baik perawatan yang dilakukan terhadap mesin kendaraan maka kemungkinan emisi gas buang kendaraan melebihi ambang batas emisi akan semakin kecil.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data yang dilakukan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Semakin tua usia kendaraan bermotor maka jumlah emisi gas buang kendaraan untuk
parameter karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC) akan semakin besar.
2. Semakin tua usia kendaraan bermotor maka tingkat kelulusan uji emisi kendaraan juga akan semakin berkurang.
3. Usia maksimal kendaraan bermotor sehingga masih memenuhi ambang batas emisi gas buang adalah tidak lebih dari 10 tahun, dimana tingkat kelulusan uji emisi kendaraan masih berada di atas 90%.
SARAN
Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah baik Provinsi Bengkulu dan/ atau Kota Bengkulu perlu membuat regulasi yang mengatur usia maksimum kendaraan bermotor yang boleh beroperasi di jalan raya. Selain itu, setiap pemilik kendaraan bermotor harus melakukan perawatan kendaraannya secara berkala sehingga kondisi optimal mesin kendaraan tetap terjaga. Pihak pemerintah harus berperan aktif mendorong setiap pemilik kendaraan bermotor melakukan pengujian emisi kendaraan dan menjadikannya sebagai salah satu persyaratan guna perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Hal ini guna memberikan jaminan setiap kendaraan yang beroperasi di jalan raya telah memenuhi ambang batas gas buang kendaraan untuk menjaga kualitas udara Kota Bengkulu tetap baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama. Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI.
Sasongko. Emisi Gas Buang Dan Permasalahannya. www.vedcmalang.com. Diakases pada tanggal 10 Oktober 2017.
Lupita, Cyndia Putri, dkk. 2012. Analisis Pengaruh Umur Mesin, Periode Servis Dan Jarak Tempuh Terhadap Konsentrasi Emisi CO, NOx, HC Dan CO2 Pada Sepeda Motor Tipe Sport (Studi Kasus : Motor Yamaha Vixion). Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang.
Winarno, Joko. 2014. Studi Emisi Gas Buang Kendaraan Bermesin Bensin Pada Berbagai Merk Kendaraan Dan Tahun Pembuatan. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra.
Administrator. 2014. Dampak Emisi Kendaraan Bermotor dan Lainnya. www.dishub.pemkomedan.go.id. Diakses tanggal 10 Oktober 2017.
Adistya Prameswari., S.Pi., M.Kes. Pencemaran Udara oleh Hidrokarbon. www.dizzproperty.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2017.