• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT PERSFEKTIF HUKUM ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT PERSFEKTIF HUKUM ISLAM "

Copied!
152
0
0

Teks penuh

The results of this study show that the implementation of the code of ethics contained in Article 26, paragraph (1) in Law No. This is very influential in the enforcement of the ethical rules in this country.

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

TINJAUAN UMUM TENTANG ADVOKAT, KODE ETIK DAN ADVOKAT DALAM PANDANGAN

Advokat

Kode Etik Advokat

HASIL PENELITIAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kedua, ayat 1 Pasal 26 UU Bar menyatakan, “untuk menjaga harkat dan martabat profesi hukum, maka perkumpulan pengacara telah menyusun kode etik hukum.” Artinya kode etik disusun oleh organisasi advokasi. Dari beberapa kasus tersebut terlihat adanya permasalahan pada kode etik hukum berdasarkan UU No. 18 Tahun 2003 jo Pasal 26 UU.

Identifikasi Masalah

Munculnya wacana pemikiran mengenai masalah ini akan tumbuh menjadi sebuah kajian yang membahas tentang implementasi kode etik yang terkandung dalam undang-undang dan juga mengaitkannya dengan perspektif hukum Islam. Menyimpang dari uraian di atas, maka judul skripsi ini adalah ‘Analisis Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat Berperspektif Hukum (Kajian Pasal 26 Kode Etik).

Batasan Masalah

2003 tentang Pengacara dan Pandangan Hukum Islam tentang Penerapan Pasal 26 Undang-Undang Kode Etik Pengacara.

Perumusan Masalah

Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tinjauan Pustaka

Johan Kurniawan14, 2011, “Keberadaan dan kewenangan pengacara mendampingi terdakwa dalam perspektif hukum Islam.” Dalam penelitiannya M. Johan Kurniawan, Eksistensi dan Kewenangan Pengacara dalam Mendampingi Terdakwa Ditinjau dalam Hukum Islam, (Skripsi, Yogyakarta: Universitas Sunan Kalijaga, 2011) hal.15.

Sistematika Penulisan

Latar belakang teori meliputi gambaran umum tentang pengacara, kode etik pengacara dan pandangan hukum Islam mengenai profesi hukum. Pada bab ini penulis menyajikan dan menguraikan pembahasan berdasarkan rumusan masalah yaitu tentang implementasi undang-undang nomor 18 tahun 2003 tentang pengacara (Pasal 26 tentang kode etik) dan pandangan hukum Islam tentang penerapan undang-undang tersebut. kode. etika yang tertuang dalam pasal 26 undang-undang pengacara.

Advokat

  • Pengertian Advokat
  • Tugas Pokok Advokat
  • Hak dan Kewajiban Advokat
  • Penindakan, Sanksi dan Pemberhentian Terhadap Advokat Advokat dapat dikenai tindakan dengan alasan
  • Dasar Hukum Profesi Advokat
  • Kode Etik Advokat Indonesia 1. Pengertian
    • Fungsi serta peran dari kode etik advokat
    • Pembentukan dan sejarah lahirnya Kode Etik Advokat
    • Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI)
    • Advokat dalam Peraturan Pemerintah

Namun sejak berlakunya UU No. 18 Tahun 2003 tentang Profesi Hukum, pengertian dan konsep yang berkaitan dengan profesi pemberi bantuan hukum dikenal dengan satu nama yaitu pengacara. Kemudian pada BAB (1) Ketentuan Umum pada Pasal (1) Ayat (1) UU No. 18 Tahun 2003 tentang Pengacara menyatakan hal itu. Mengenai bantuan hukum, termasuk asas persamaan di depan hukum dan akses terhadap nasihat hukum, hukum positif Indonesia diatur secara jelas dan tegas dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2003 tentang Pengacara.

Membayar ganti rugi sebagian atau seluruhnya kepada pihak-pihak yang menderita karena kesalahan atau kelalaian penasihat hukum. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003, organisasi advokat diberikan kewenangan untuk mengatur dirinya sendiri, khususnya untuk mengangkat advokat. Oleh karena itu, apabila Kongres Pengacara Indonesia atau organisasi apapun dipanggil untuk menunjuk seorang pengacara, maka penunjukan tersebut dinyatakan tidak ada.43 Dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 disebutkan.

Ketentuan mengenai sumpah pengacara tertuang dalam pasal 4 ayat (2) UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat, yang mengatur adanya pembatasan agar profesi advokat dijalankan menurut peraturan perundang-undangan tersebut demi menjunjung tinggi hukum dan keadilan. Sesuai amanat Pasal 28 UU No. 18 Tahun 2003, pengacara wajib menjadi anggota organisasi hukum sebagai wadah profesi hukum yang bebas dan mandiri, yang bertujuan dan bertujuan untuk meningkatkan mutu profesi hukum. Tugas dan wewenang organisasi advokasi yang diatur dalam undang-undang nomor 18 pasal 26 sampai dengan 30 tahun 2003 adalah sebagai berikut.

Pandangan Islam Tentang Profesi Advokat

Cikal bakal advokat dalam Islam dapat ditelusuri melalui praktik al-wakâlah yang berkembang seiring dengan bangkitnya Islam. Hal ini menunjukkan bahwa representasi melalui pengacara dalam perkara sengketa telah diakui dan dipraktikkan pada masa Khulafâ' al-Râsyidûn. Hal ini terlihat dalam praktik perkara di pengadilan al-mazhâlim wilâyah pada saat itu, yang selalu melibatkan atau menghadirkan pembela dan pengacara (al-humah dan al-a’wan.

Pada masa Dinasti 'Abbâsiyyah, seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu fiqih dan ilmu hukum Islam yang ditandai dengan munculnya mazhab hukum Islam, konsep representasi (al-wakâlah) khususnya dalam kasus perselisihan antar anggota masyarakat (khushûmah) baik perdata maupun perdata. dan pidana mulai disempurnakan dan dibakukan. Pada saat ini, lembaga tahkim (badan arbitrase) mendapat pengesahan dari pemerintahan 'Abbâsiyyah di samping lembaga peradilan yang sudah ada. Pada tahun 1845, penguasa Mesir mengeluarkan keputusan resmi yang mengatur keberadaan pengacara di hadapan pengadilan bahwa penggugat dan tergugat tidak boleh diwakili oleh pengacara, kecuali keduanya atau salah satu dari keduanya karena alasan yang dapat diterima tidak dapat hadir di pengadilan. (syar'î ).

Pada tahun 1861 penguasa Mesir mengadakan perjanjian dengan konsulat negara asing untuk membentuk lembaga peradilan untuk mengadili orang asing yang tinggal di Mesir pada saat itu.

اور( ربً يه مبجلب لجو زع الله َوجلأ َوتكف نلع يع لئس يه)لبٌح يبادوحا

Sumber Bahan Hukum Penelitian

Menurut Peter Mahmud Marzuki, “bahan hukum primer adalah bahan hukum yang berautoriti, artinya mempunyai kewenangan, sedangkan bahan hukum sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan perpustakaan109 yang secara langsung mendukung data primer. Sumber data ini diperoleh daripada buku atau literatur, dokumen rasmi dan bahan lain yang berkaitan dengan objek yang dikaji yang boleh menambah sumber data sekunder. Apabila anda mengingati hierarki data primer dan sekunder terhadap situasi sebenar, maka data primer lebih dekat dengan keadaan sebenar daripada data sekunder.

Bahan hukum sekunder berupa buku teks, jurnal hukum, komentar keputusan Dewan Kehormatan mengenai topik yang dibicarakan.

Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Analisis bahan hukum merupakan suatu langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan klarifikasi, deskripsi terhadap data yang diperoleh dan kemudian melalui proses pengolahan bahan hukum tersebut digunakan untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Kualifikasi bahan hukum menjadi fokus utama penelitian hukum ini, dimana penelitian hukum ini berupaya memahami atau memahami fenomena-fenomena yang diteliti untuk kemudian menghubungkan atau menghubungkan bahan-bahan yang diperoleh selama penelitian yaitu apa yang disebutkan dalam hukum yang bersangkutan. bahan dan referensi dibuat dalam penelitian hukum kepustakaan sebagaimana disebutkan di atas. Analisis bahan hukum merupakan proses penyederhanaan bahan hukum ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.111 Data awal yang diperoleh tentunya masih mentah, belum dapat diambil kesimpulan yang dapat menjelaskan objek penelitian. . Untuk dapat menarik suatu kesimpulan harus dilakukan analisis, yaitu dengan menafsirkan dan mempelajari data tersebut sebagai bahan pertimbangan untuk menarik kesimpulan.

Pilih pasal-pasal peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengacara, yang juga memuat asas-asas hukum. Membuat sistematisasi pasal-pasal atau asas-asas hukum yang kemudian dikaitkan dengan permasalahan yang diangkat penulis sehingga menghasilkan klasifikasi tertentu. Dengan demikian penulis berharap dapat memberikan penjelasan secara lengkap dan komprehensif terhadap fenomena yang diteliti, yaitu kaitannya dengan persoalan pelanggaran kode etik pengacara dan pandangan hukum Islam terhadapnya.

Dalam penelitian hukum ini, penulis mengkaji kasus-kasus pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh para advokat kemudian menarik kesimpulan tentang faktor terbesar penyebab pelanggaran tersebut dan melihatnya dari sudut pandang hukum Islam.

Analisis Implementasi Undang-undang nomor 18 tahun 2003 tentang kode etik advokat

Persatuan Advokat Indonesia (Peradi) segera mengumpulkan informasi mengenai kemungkinan pelanggaran kode etik pengacara yang dilakukan oleh `Ihza dan Ihza' Law Office, kantor pengacara yang mengelola pencairan uang Tommy Suharto dari Paribas Bank, London. Selain kasus-kasus di atas, masih banyak lagi kasus pelanggaran etik yang dilakukan advokat. Menurut penulis, tingginya biaya ketika berhasil memenangkan suatu perkara menjadi faktor utama penyebab banyaknya oknum pengacara yang melanggar kode etik pengacara.

Setelah melakukan pelanggaran kode etik pengacara, pada tahun 2008 melalui keputusan Dewan Kehormatan Daerah Persatuan Advokat Indonesia (PERADI) DKI Jakarta, terdakwa Tudung Mulyo Lubis dikenai sanksi pemberhentian sementara dari jabatannya sebagai pengacara. pendukung. Keputusan Peradi itu diambil karena Todung dinilai melanggar kode etik pengacara, yakni terkait konflik kepentingan dalam penanganan kasus keluarga Salim Group. Pelanggaran Kode Etik Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Kode Etik Pengacara yang dilanggar Todung terkait aduan Hotman Paris Hutapea terkait putusan dimaksud mengajukan banding bukan ke Dewan Kehormatan Pusat PERADI melainkan Kongres Advokat Indonesia (KAI). Dewan Kehormatan KAI Todung Mulya Lubis terbukti melanggar kode etik dan dikenakan sanksi tidak aktif selama satu setengah bulan (1,5 bulan).

Hal ini dapat menjadi contoh buruk betapa sulitnya penerapan hukum dalam pelaksanaan suatu keputusan yang sudah pasti (inkracht van gewijsde) karena belum terbentuknya satu organisasi advokasi untuk mempengaruhi pelanggaran kode etik. .

Pandangan Hukum Islam Tentang Kode Etik Advokat Indonesia

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam hukum Islam istilah advokat dikenal dengan istilah جبدحٌا yang berarti juru bicara atau pendebat yang ditunjuk untuk membela kepentingan pemberi kuasa. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat dan berkubang dalam dosa” (QS An-Nisaa: 107). Hakikat keberadaan seorang pengacara adalah sosok yang dipercaya oleh masyarakat karena profesinya yang mulia sebagai seorang pengacara, yang dapat dipercaya oleh klien.

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah segolongan manusia merendahkan golongan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik daripada mereka. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati perintah-perintah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”. (QS. al-Anfal [8]: 27).

Intinya, jika ingin menjadi seorang pengacara hendaknya memilih kasus seseorang yang kedudukannya benar menurut hukum Islam dan sesuai dengan kode etik serta selalu berusaha untuk membelanya.

PENUTUP

  • Saran
  • BUKU
  • Jurnal / Internet
  • Perundang-undangan

Misalnya surat al-maidah, al-hujarat dan sebagainya yang mengatur tentang etika masyarakat, harus sesuai dengan kaidah kode etik pengacara. Effendi, Tolib, Sistem Peradilan Pidana; Perbandingan Komponen dan Proses Sistem Peradilan Pidana di Beberapa Negara, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2013. Kadafi, Binziad, dkk, Advokat Indonesia Mencari Legitimasi, Pusat Kajian Hukum dan Kebijakan Indonesia, Jakarta, 2001.

Kurniawan, Higian, Peran Pengacara dalam memberi nasihat pada perselisihan kekerasan dalam rumah tangga, Skripsi, IAIN Bengkulu, 2015. Manan, Abdul, Penerapan hukum acara perdata di lingkungan peradilan agama, edisi revisi, edisi ke-5, Prenada Media, Jakarta. Prodjohamidjojo, Martiman, penasihat dan bantuan hukum di Indonesia (latar belakang dan sejarah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1989.

Http://www.referencemakalah.com/2012/09/advokat-dalam-History-islam.htm http://nahdhayatullah.blogspot.co.id/2011/03/advokat-dalam-islam.html.--- http://lawyersinbali.wordpress.com profession-and-kode-etik-profes-.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Perundang-Undangan: Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang