Nama: Kayla Safitri Kelas: Linguistik B NIM: 2114016032
Unsur Intrinsik Naskah Drama Bulan Bujur Sangkar karya Iwan Simatupang 1. Tema
Tema dalam naskah drama Bulan Bujur Sangkar adalah perbedaan pandangan masyarakat. Perbedaan pandangan ini disebabkano oleh perbedaan usia yang cukup jauh. Hal ini dapat dilihat dari ucapan Orang Tua “Ha ha ha. Apakah anak hendak meyakinkan aku? Tampamg kau dengan rambut panjang kusut begini, dengan pakaian rimba, dengan senjata pencabut naywa, dengan dua mata yang menyinarkan keadaan di perbatasan dua bumi, dengan nada-nada suara yang mendambakan penjungkiran seluruh alam. Bukankah ini tampang seorang anarkis? Pertanyaan yang dilontarkan tokoh Orang Tua ditepis oleh tokoh Anak Muda dengan mengatakan, “Kesenangan tidak sama dengan anarkis.”
2. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
Amanat yang ingin disampaikan pengarang dalam naskah drama tersebut adalah kehidupan di dunia hanyalah sementara. Hal ini terlihat dari percakapan tokoh-tokoh dalam naskah drama Bulan Bujur Sangkar yang kebanyakan membahas tentang kematian.
3. Alur
Alur diwujudkan dalam empat tahap yang terdiri atas protais (permulaan), epitasio (jalinan kejadian), catastasis (klimaks), dan catastrophe (penutup). Pada tahap protais (permulaan), drama ini menggambarkan Orang Tua yang tengah membangun tiang gantung, lalu bertemu dengan Anak Muda.
Orang Tua:“Tunggu! Jangan tergesa. Mari kita tentukan dulu tegak kita masing-masing. Agar jangan silap menafsirkan perang kita masing- masing. Yang mematikan atau yang dimatikan.”
Anak Muda: “Maksud Bapak?”
Lalu pada tahap epistasio (jalinan kejadian) digambarkan ketika Orang Tua dan Anak Muda saling beradu argument tentang kematian. Yang dilihat dari dialog.
Anak Muda: “Kelanjutan waktu mengantar Bapak ke taraf di mana kematian Bapak bukan tak mungkin menjadi kenyataan. PAUSE. Tapi
karena taraf itu ikut dalam kelanjutan waktu, maka kematian Bapak itu mnegantar dirinya sendiri ke muka. Di sini ia sudah bukan kematian lagi.”
Orang Tua: “Bukan kematian lagi? Lalu apa”
Anak Muda: “Kematian Bapak mengimbnagi dirinya sendiri.”
Dilanjutkan dengan tahap catastasis (klimaks), pada tahap ini datang seorang Perempuan yang tengah mencari kekasihnya. Namun malangnya, Perempuan itu tidak menemukan kekasihnya. Dapat dilihat dari dialog.
Perempuan: “Ia singgah di sini?”
Orang Tua: “Di mana ia tak singgah? Loban gada di segala, ada di tiada.
Baginya taka da perairan. Teritorial. Ia dapat berlabuh di mana ia suka. Yang penting baginya adalah singgah. Itu penegrtian gaib antara tiba dan berangkat.”
Tahap terakhir yakni catastrophe (penutup). Pada tahap ini, Orang Tua bertemu dengan Gembala. Gembala bercerita tentang tentara-tentara yang membawa banyak mayat.
Orang Tua: “Ada apa, Nak?”
Gembala: “ Ada prajurit. Banyak prajurit! Mereka megusung sebuah mayat.”
4. Penokohan
a. Orang Tua memiliki watak yang keras dan pandai bicara. Pertemeuannya dengan tokoh-tokoh yang lain hanya dihabiskan dengan beradu argument.
Orang Tua: “Lakon tak dapat diakhiri, tapi mengakhiri diri sendiri. Tenaga lakon sudah hadir dalam diirnya, sejak semua. Adegan demi adegan, babak demi babak”.
b. Anak Muda memiliki watak yang suka menuduh. Hal ini dapat dilihat ketika pertama kali Anak Muda bertemu dengan Orang Tua, Anak Muda berpikir jika Orang Tua akan membunuhnya.
Anak Muda: “Bapak ingin bunuh saya?”
Orang Tua: “ Siapa yang hendak bunuh siapa?”
Anak Muda: “Bapak ingin bunuh saya.”
c. Perempuan memiliki watak yang setia kepada kekasihnya. Ia sangat khawatir dengan kekasihnya. Watak Perempuan ini dapat dilihat dari kutipan, “Ia baru saja dari sini, Baunya masih mengendap di sini. Bagaimana rupanya kini, Pak?
Kuruskah? Gemukkah? Masih utuhkah tubuhnya? Belum pincang? Tuli?
Buta?...”
d. Gembala memiliki watak penakut. Dapat dilihat dari ketakutannya meilhat banyak prajurit, “Ada prajurit. Banyak prajurit! Mereka mengusung sebuah mayat.”
5. Latar
Latar terdiri dari tiga bagian yakni latar tempat, latar waktu dan latar suasana.
Latar tempat pada naskah drama Bulan Bujur Sangkar yakni di pegunungan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan, “Babi hutan berturunan dari pegunungan. Buah delima habis mereka injak-injak. Bulan bujursangkar tak terbit lagi…” Lalu latar waktu yang terdapat dalam naskah drama tersebut adalah petang. Dapat dilihat dari ucapan tokoh Perempuan kepada Orang Tua, “Selamat Petang!” Selanjutnya, suasana yang etrgambar dalam naskah tersebut adalah menegangkan. Dilihat dari kutipan, “Suara sepatu mendekat, tembakan, pergulatan. Lantas senyap. Panggung terang…”
6. Cakapan
Dalam naskah drama Bulan Bujur Sangkar terdapat dialog yang dilakukan oleh dua orang yakni Orang Tua dengan Anak Muda, Orang Tua dengan Perempuan, dan Orang Tua dengan Gembala.
Orang Tua: “Membunuh kau? Aku? Hendak bunuh kau?”
Anak Muda: “ Ya, Bapak hendak bunuh saya!”
Perempuan: “Selamat petang!”
Orang Tua: “Selamat…”
Perempuan: “...petang.”
Orang Tua: “Ada apa, Nak?”
Gembala: “Ada prajurit. Banyak prajurit! Mereka mengusung sebuah mayat.”
7. Lakuan
Lakuan dalam drama terbagi menjadi dua yakni lakuan badaniah dan batiniah. Lakuan badaniah berkaitan dengan gerak gerik tokoh. Hal ini dapat dilihat dari kutipan, “Lagi ia menyergap Orang Tua itu. Orang Tua mengelak.” Sedangkan lakuan batiniah mencakup dialog-dialog yang menggambarkan suasana. Dapat dilihat dari kutipan, “Di kejauhan terdengar suara letusan-letusan senapan, sahut menyahut. Sesudah mitraliur beruntun, ia tampak lega. Sambil, mengucapkan syukur, ia terisak-isak. Menangis.”