ANALISIS VALUASI EKONOMI WISATA ALAM MELALUI TRAVEL COST METHOD
(Studi Kasus: Wisata Alam Teluk Ijo, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
A. Farih Aulia Tsania 155020100111022
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul :
ANALISIS VALUASI EKONOMI WISATA ALAM MELALUI TRAVEL COST METHOD
(Studi Kasus: Wisata Alam Teluk Ijo, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi)
Yang disusun oleh :
Nama : A. Farih Aulia Tsania
NIM : 155020100111022
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 3 Desember 2019.
Malang, 23 Desember 2019 Dosen Pembimbing,
Nurman Setiawan Fadjar, S.E., M.Sc.
NIP. 197302102001121001
0 5000 10000 15000
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Orang (Ribuan)
Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia, 2008-2017
ANALISIS VALUASI EKONOMI WISATA ALAM MELALUI TRAVEL COST METHOD (Studi Kasus: Wisata Alam Teluk Ijo, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten
Banyuwangi)
A. Farih Aulia Tsania#, Nurman Setiawan Fadjar*
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: [email protected]#, [email protected]*
ABSTRAK
Sektor pariwisata berperan penting dalam menghasilkan devisa, memunculkan lapangan pekerjaan, dan menghidupkan peluang ekonomi daerah tujuan wisata. Sektor pariwisata di Indonesia menunjukkan perkembangan yang baik jika dilihat dari tingkat kunjungan wisatawan yang terus meningkat. Banyuwangi menjadi salah satu daerah yang diandalkan pada sektor pariwisata terutama wisata alam. Dalam pengembangannya, wisata alam memerlukan sistem pengembangan yang berkelanjutan. Salah satu wisata alam favorit di Banyuwangi adalah Wisata Alam Teluk Ijo. Namun, pengembangan Wisata Alam Teluk Ijo yang belum maksimal diperlukan analisis secara kuantitatif untuk mengetahui besarnya manfaat yang telah dihasilkan oleh Wisata Alam Teluk Ijo. Analisis tersebut dinamakan analisis valuasi ekonomi yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa faktor sosial ekonomi terhadap frekuensi kunjungan wisatawan serta untuk mengetahui nilai ekonomi dari Wisata Alam Teluk Ijo sendiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel biaya perjalanan, pendapatan, waktu tempuh, dan jumlah rombongan berpengaruh signifikan terhadap variabel frekuensi kunjungan wisatawan. Sementara variabel durasi berkunjung memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel frekuensi kunjungan wisatawan. Adapun nilai ekonomi yang diketahui dari analisis valuasi ekonomi melalui metode biaya perjalanan (travel cost method) sebesar Rp 15.486.416.873,- dengan pemanfaatan potensi ekonomi sebesar Rp 588.710.000,- atau 3,8%.
Kata kunci: frekuensi kunjungan wisatawan, wisata alam, valuasi ekonomi, biaya perjalanan.
A. PENDAHULUAN
Menurut Kementerian Pariwisata (2017), sektor pariwisata merupakan sektor yang penting karena berperan dalam menghasilkan devisa, memunculkan lapangan kerja serta peluang ekonomi bagi negara atau daerah tujuan kunjungan wisatawan dari dalam negeri maupun mancanegara. Sektor pariwisata juga mampu memicu pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata. Gambar 1 merupakan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Gambar 1. Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Tahun 2008-2017 Sumber: Badan Pusat Statistika, diolah (2018)
Berdasarkan gambar 1, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia juga terus mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga 2017. Pada tahun 2008, jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia berjumlah 6.234.497 orang. Jumlah tersebut terus meningkat hingga angka 14.039.799 orang pada tahun 2017. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pariwisata memang merupakan sektor penting dalam mendatangkan devisa serta menghidupkan sektor-sektor ekonomi penunjangnya, seperti jasa akomodasi, jasa angkutan umum, dan lain sebagainya.
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000
2016 2017 2018
Total Kunjungan (Orang)
Tahun kunjungan
Data Statistik Kunjungan Taman Nasional Meru Betiri Wilayah I Tahun 2016 - 2018
Menurut Soetopo (2011), Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya dengan sumber daya alam.
Indonesia memiliki potensi pariwisata terutama wisata alam pada wilayah hutan, pegunungan, laut, sungai, dan lainnya. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki keunggulan dalam sektor pariwisata terutama wisata alam adalah Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan penilaian Kementerian Pariwisata dan para pemangku kepentingan terkait, dengan mengacu pada Travel and Tourism Competitive Index dari World Economic Forum (WEF), Banyuwangi masuk ke dalam sepuluh besar kabupaten dengan indeks pariwisata tertinggi di Indonesia. Salah satu destinasi wisata favorit di Banyuwangi adalah Wisata Alam Teluk Ijo.
Wisata Alam Teluk Ijo berada di garis pantai selatan Banyuwangi. Pantai ini dikelilingi perbukitan yang tinggi dan terdapat air terjun kecil yang indah terutama saat musim hujan. Pantai yang terdapat di kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) tepatnya di Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Bayuwangi ini memiliki air laut berwarna hijau bening dan pasir pantai yang putih bersih. Di daerah ini juga terdapat situs bersejarah seperti Goa Jepang yang menjadi tempat persembunyian Tentara Jepang saat Perang Dunia II berlangsung. Meskipun termasuk wisata alam favorit dan paling indah, Wisata Alam Teluk Ijo masih memerlukan pengembangan yang lebih maksimal.
Gambar 2. Data Statistik Kunjungan Taman Nasional Meru Betiri Wilayah I Tahun 2016-2018 Sumber: Balai Taman Nasional Meru Betiri, diolah (2019)
Gambar 2 menunjukkan jumlah wisatawan yang memasuki Taman Nasional Meru Betiri Wilayah I dari tahun 2016-2018. Data tersebut merupakan gabungan antara kunjungan wisata di WIsata Alam Teluk Ijo dan Pantai Sukamade. Jumlah kunjungan wisatawan mulai tahun 2016 hingga tahun 2018 terus mengalami peningkatan. Sementara kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2018 sebesar 80,81%. Kenaikan berturut-turut mulai tahun 2016-2018 menunjukkan hal positif bagi Taman Nasional Meru Betiri Wilayah I khususnya Wisata Alam Teluk Ijo untuk terus dikembangkan. Pengembangan wisata alam yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan yang telah dimanfaatkan. Pengembangan tersebut salah satunya dapat melalui analisis valuasi ekonomi. Analisis tersebut dapat menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi kunjungan wisatawan serta dapat memberikan nilai kuantitatif dari manfaat atau potensi yang telah diberikan oleh sumber daya alam dan lingkungan terhadap pelaku wisata. Sehingga penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, mengetahui pengaruh variabel biaya perjalanan, pendapatan, waktu tempuh, durasi berkunjung, dan jumlah rombongan terhadap frekuensi kunjungan wisatawan di Wisata Alam Teluk Ijo.
Kedua, mengetahui nilai ekonomi dari Wisata Alam Teluk Ijo.
B. KAJIAN PUSTAKA A. Pariwisata dan Wisata Alam
Menurut Suwena (2017), pariwisata merupakan perjalanan yang berlangsung secara berulang-ulang atau berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain. Pariwisata bertujuan untuk memberikan kesenangan, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu luang atau waktu libur serta tujuan-tujuan yang lain dari wisatawan. Aktivitas pariwisata berhubungan erat dengan aktivitas manusia sehari-hari seperti konsumsi, transportasi, dsb. Sehingga daerah tujuan wisata minimal harus memiliki empat komponen utama (4A), antara lain: atraksi (attraction), fasilitas (amenities), pendukung (acces), dan pelayanan (ancillary services). Sementara wisata alam adalah suatu bentuk pariwisata yang memanfaatkan hasil dari sumber daya alam dan lingkungan baik dengan campur tangan manusia maupun tidak. Berdasarkan pihak pengelolanya, wisata alam dibagi
menjadi dua, yaitu objek wisata alam dalam kawasan konservasi yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan serta wisata alam di luar kawasan konservasi yang berada di bawah wewenang BUMN atau BUMS.
B. Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan proses pembangunan pariwisata yang tidak melupakan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan di masa mendatang. Terdapat empat syarat pariwisata yang berkelanjutan. Pertama, pariwisata yang berkelanjutan secara ekologis atau adanya pembangunan pariwisata tidak berdampak negatif bagi sumber daya alam dan lingkungan di tempat wisata. Kedua, pariwisata yang diterima oleh sosial atau adanya pembangunan pariwisata memiliki dampak positif bagi hubungan sosial antara pariwisata dan penduduknya. Misalnya, timbulnya usaha penunjang pariwisata berbentuk rumah makan yang dikelola oleh penduduk setempat. Ketiga, pariwisata yang diterima oleh kebudayaan atau adanya budaya wisatawan yang berbeda-beda mampu diterima oleh penduduk setempat. Keempat, Pariwisata yang masih menguntungkan secara ekonomis atau adanya pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui keuntungan yang dihasilkan. Jenis pariwisata yang termasuk ke dalam pariwisata berkelanjutan antara lain:
ekowisata, agrowisata, wisata alam, pariwisata hijau, dan pariwisata pedesaan (Suwena, 2017).
C. Teori Permintaan
Menurut Sardjono (2017), permintaan merupakan berbagai kemungkinan jumlah barang dalam tingkatan harga tertentu yang bersedia dibeli oleh konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan antara lain:
harga barang atau jasa, manfaat dari barang atau jasa, selera konsumen, jumlah konsumen, jumlah barang atau jasa, jumlah dan jenis barang substitusi, harga barang substiusi, waktu atau tempat, dan tingkat pendapatan konsumen. Sementara jumlah barang yang diminta merupakan total barang yang telah dibeli oleh konsumen karena pengaruh harga barang itu sendiri. Hubungan antara harga dan jumlah barang atau jasa yang diminta bersifat negatif. Sehingga jika harga barang atau jasa naik, maka jumlah barang atau jasa yang diminta akan menurun, begitu pula sebaliknya.
Gambar 3. Hukum Permintaan Sumber: Rosyidi (2009)
Gambar 3 merupakan kurva permintaan yang menunjukkan hubungan antara harga barang dan jumlah barang yang diminta. Naiknya harga dari 0P menjadi 0P1 akan menyebabkan turunnya jumlah barang yang diminta dari 0Q ke 0Q1. Sebaliknya, turunnya harga dari 0P ke 0P2 akan mengakibatkan naiknya jumlah barang yang diminta dari 0Q ke 0Q2. Keadaan di atas sesuai dengan the law of diminishing demand (hukum permintaan yang menurun).
D. Willingness To Pay (WTP)
Menurut Fauzi (2010), WTP atau kesediaan untuk membayar merupakan kesediaan maksimal konsumen untuk membayar terhadap suatu kondisi sumber daya alam lingkungan dalam rangka menjaga kualitas ekosistem alam. WTP dapat digunakan untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap ekosistem alam yang telah dimanfaatkan serta mengestimasi nilai yang hilang akibat kerusakan lingkungan. Namun, pengukuran melalui WTP cukup sulit digunakan untuk mengukur nilai dari beberapa aspek yang tidak diperdagangkan, seperti keindahan, kebersihan, dan keaslian suatu ekosistem alam. Sementara menurut Mankiw, Quah, & Wilson (2014), pada ekonomi neoklasik, setiap individu memiliki penilaian dari barang atau jasa yang dihitung dari
P
0 Q
surplus konsumen. Surplus konsumen itu sendiri merupakan selisih antara jumlah uang yang sebenarnya dikeluarkan oleh pembeli dan kesediaan pembeli untuk membayar (WTP).
E. Valuasi Ekonomi Melalui Travel Cost Method
Valuasi ekonomi merupakan alat untuk mengetahui nilai kuantitatif dari manfaat yang telah diberikan oleh lingkungan atau sumber daya alam. Valuasi ekonomi termasuk ke dalam penilain non pasar dan dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan teknik valuasi berdasarkan kesediaan membayar konsumen yang terungkap secara tidak langsung (revealed willingness to pay) sehingga diperoleh harga secara implisit. Sementara kelompok kedua adalah teknik valuasi yang memperoleh WTP secara langsung dari responden baik secara tertulis maupun lisan. Valuasi tidak langsung terdiri dari Hedonic Pricing, Travel Cost dan Random Utility Model. Sementara yang termasuk ke dalam valuasi langsung adalah Contingent Valuation, Random Utility Model dam Contingent Choice (Fauzi, 2010).
Sementara Travel Cost Method (TCM) merupakan suatu metode untuk menaksir kesediaan membayar (WTP) dari konsumen terhadap jasa lingkungan dan sumber daya alam. Teknik TCM sering dipakai untuk menilai suatu kawasan wisata. Biaya dalam metode ini meliputi biaya finansial dan waktu perjalanan, termasuk harga tiket masuk area wisata, durasi waktu tinggal di kawasan wisata yang bersangkutan dan total pengeluaran selama di lokasi wisata yang sangat diperlukan untuk menghitung nilai ekonomi objek wisata (Suparmoko, 2009).
Menurut Fauzi (2010), TCM pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua jenis teknik sederhana, yaitu pendekatan sederhana melalui zonasi atau Zonation Travel Cost Method (ZTCM) dan pendekatan sederhana melalui individu atau Individual Travel Cost Method (ITCM). ZTCM merupakan metode biaya perjalanan yang hanya menggunakan data sekunder dan sisanya merupakan data sederhana dari responden pada waktu survei.
Sedangkan ITCM merupakan pendekatan yang menghitung tingkat kunjungan pada masing-masing individu wisatawan pada satu periode tertentu melalui data primer. Meskipun metode biaya perjalanan secara individu lebih banyak mengeluarkan biaya daripada metode biaya perjalanan secara zonasi, namun tingkat akurasi dari
ITCM lebih baik daripada ZTCM.
F. Kerangka Pikir dan Hipotesis Penelitian
Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 4. Kerangka Pikir Penelitian Sumber: Ilustrasi Penulis (2019)
Berdasarkan landasan pustaka dan kerangka pikir penelitian yang telah ditulis, maka hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Diduga variabel biaya perjalanan, pendapatan, waktu tempuh, durasi berkunjung,dan jumlah rombongan berpengaruh signifikan terhadap frekuensi kunjungan wisatawan di Wisata Alam Teluk Ijo.
C. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif deskriptif. Analisis pertama yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor sosial-ekonomi berupa biaya perjalanan, pendapatan, waktu tempuh, durasi berkunjung, dan jumlah rombongan terhadap frekuensi kunjungan wisatawan. Sementara analisis kedua menggunakan valuasi ekonomi metode biaya perjalanan (travel cost method) untuk menghitung besar nilai ekonomi dari Wisata Alam Teluk Ijo. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini dijelaskan oleh tabel 1.
Tabel 1. Tabel Definisi Operasional Variabel
Variabel Indikator Satuan
Frekuensi Kunjungan Wisatawan (Y)
Frekuensi kunjungan masing- masing responden dalam sampel selama satu tahun terakhir di Wisata Alam Teluk Ijo.
Satuan berdasarkan intensitas kunjungan dalam satu tahun terakhir.
1 kali = 1 2 kali = 2 3 kali = 3 4 kali = 4 dst.
Biaya Perjalanan (X1)
Biaya transportasi, biaya parkir, biaya tiket masuk, biaya konsumsi, biaya dokumentasi, biaya akomodasi, biaya oleh- oleh, dan biaya lain-lain.
Diukur dengan skala kontinu berupa rupiah per kunjungan.
Pendapatan (X2)
Tingkat pendapatan masing- masing responden dalam satu bulan.
Diukur dengan skala kontinu berupa satuan rupiah (Rp/ bulan).
Waktu Tempuh (X3)
Total lama perjalanan dari tempat tinggal hingga Wisata Alam Teluk Ijo.
Jam Durasi Berkunjung (X4)
Total waktu berwisata sejak tiba di Wisata Alam Teluk Ijo hingga waktu pulang.
Jam
Jumlah Rombongan (X5)
Total individu dalam satu rombongan pada saat berwisata di Wisata Alam Teluk Ijo.
Orang Sumber: Rekapitulasi metodologi penelitian (2019).
A. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Permintaan Wisatawan di Wisata Alam Teluk Ijo
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen berupa biaya perjalanan, pendapatan, waktu tempuh, durasi berkunjung dan jumlah rombongan terhadap variabel dependen yang berbentuk frekuensi kunjungan wisatawan terhadap Wisata Alam Teluk Ijo.
Analisis regresi merupakan sebuah analisis yang mempelajari hubungan antara variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Sementara analisis regresi linear berganda merupakan bentuk dari regresi yang lebih luas dimana terdapat lebih dari satu variabel bebas sebagai penjelas dari variabel terikat (Gujarati, 2007).
Adapun tahapan analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Uji Asumsi Klasik
Menurut Gujarati (2012), pemenuhan sifat-sifat statistik yang diharapkan atau sifat BLUE (best linear unbiased estimator) dari estimator parameter-parameter penelitian dapat dilihat melalui asumsi klasik.
Pengujian ini dapat dilakukan dengan tiga tahap, yaitu: uji normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Uji pertama merupakan uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui bentuk distribusi residu bersifat normal atau tidak. Jika semakin normal distribusi residu, maka semakin baik model tersebut. Syarat uji normalitas terpenuhi adalah ketika probabilitas Jarque-Bera lebih besar daripada taraf nyata dalam penelitian. Uji kedua adalah uji multikolinearitas yang digunakan untuk mengidentifikasi multikolinearitas dalam suatu model. Multikolinearitas merupakan keadaan di mana terjadi korelasi linear yang sempurna sesama variabel bebas, sehingga identifikasi variabel bebas dan terikat dalam model akan sulit. Model yang baik adalah ketika tidak ada korelasi sesama variabel bebasnya. Multikolinearitas pada penelitian ini dianggap tidak berbahaya jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari sepuluh.
(1)
Sedangkan uji ketiga ialah uji heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas merupakan keadaan saat residu dari suatu persamaan pada rentang data tertentu terus mengalami perubahan. Keadaan ini sering terjadi pada data cross-section. Heteroskedastisitas membuat hasil estimasi yang sudah unbiased dan konsisten menjadi tidak efisien karena varians dugaannya bukan varians minimum. Pendeteksian heteroskedastisitas biasanya memakai Goldfeld-Quandt test, Glejser test, Park test, atau melalui White Heteroskedasticity test
2) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi berfungsi untuk mengukur persentase kemampuan dari variasi variabel bebas (model regresi) dalam menjelaskan variabel terikatnya. Koefisien determinasi dilambangkan dengan R2 Jika nilai R2 semakin kecil atau mendekati nol, maka semakin kecil pula kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat dalam penelitian. Begitu pula sebaliknya. Nilai R2 yang bagus adalah nilai yang mendekati angka satu (Gujarati, 2007).
3) Uji Simultan (F)
Menurut Firdaus (2011), uji statistik F berfungsi untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel X (bebas) terhadap variabel Y (terikat) secara bersamaan (simultan) dalam model. Uji F dapat menjelaskan sumber- sumber variasi dalam model regresi melalui analisis varian. Adapun hipotesis yang digunakan dalam uji F adalah sebagai berikut:
H0: b1 = b2 = … = bk = 0 H1: b1 ≠ b2 ≠ … ≠ bk ≠ 0
Untuk mengetahui keputusan menerima atau menolak H0 adalah dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan F tabel pada derajat bebas (k-1) (n-k-1) sesuai dengan tingkat signifikasi yang ditentukan. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak yang menunjukkan bahwa sekelompok variabel bebas (X) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara bersamaan.
4) Uji Parsial (T)
Menurut Firdaus (2011) uji statistik t digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi koefisien regresi dalam model secara terpisah (parsial). Sehingga melalui uji statisik t penulis dapat mengetahui tingkat pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dalam model. Adapun bentuk hipotesis dalam uji t adalah sebagai berikut:
H0: b1,2,3 = 0 (Masing-masing variabel X tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y) H1: b1,2,3 ≠ 0 (Masing-masing variabel X memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y)
Untuk mengetahui keputusan menerima atau menolak H0 adalah dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Syarat dari uji t adalah jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak yang menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas (X) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara terpisah.
B. Analisis Valuasi Ekonomi Wisata Alam Teluk Ijo
Pada penelitian ini digunakan nilai surplus konsumen tiap individu dalam satu tahun untuk mengetahui nilai potensi ekonomi (valuasi ekonomi) dari Wisata Alam Teluk Ijo berdasarkan metode biaya perjalanan (travel cost method). Data-data yang dibutuhkan adalah frekuensi kunjungan wisatawan di Wisata Alam Teluk Ijo atau Taman Nasional Meru Betiri selama satu tahun dan biaya perjalanan. Sehingga metode ini memiliki persamaan dasar sebagai berikut:
V = α0 + α1C Keterangan:
V = Frekuensi kunjungan wisatawan α0 = Konstanta
α1 = Koefisien regresi
C = Biaya perjalanan individu
Berdasarkan persamaan di atas, analisis regresi sederhana yang dilakukan dalam analisis valuasi ekonomi adalah antara variabel frekuensi kunjungan dan biaya perjalanan. Sehingga dari model yang terbentuk dapat dihitung surplus konsumen sebagai proxy dari WTP (Willingness to Pay). Penelitian ini menggunakan rumus surplus konsumen untuk model linear (Fauzi, 2010)
Keterangan:
CS = Surplus Konsumen
N = frekuensi kunjungan individu i selama satu tahun α1 = Koefisien dari variabel biaya perjalanan
Rumus di atas digunakan untuk menghitung surplus konsumen dari model penelitian. Surplus konsumen yang telah muncul akan dikalikan dengan jumlah kunjungan wisata selama satu tahun terakhir untuk mencari nilai ekonomi. Jumlah kunjungan wisatawan diperoleh dari total kunjungan wisata dari bulan Agustus 2018 sampai bulan Juli 2019. Hal tersebut disebabkan oleh waktu penelitian yang berlangsung pada bulan Juli 2019.
D.HASILDANPEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Wisata Alam Teluk Ijo terletak di kawasan Taman Nasional Meru Betiri Wilayah I tepatnya di Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Teluk Ijo memiliki pesona berupa keindahan alam yang masih asli karena terletak dalam kawasan hutan lindung. Alasan dinamakan Teluk Ijo karena air di pantai ini berwarna kehijauan jika dilihat dari kejauhan. Warna hijau tersebut berasal dari ganggang hijau di dasar teluk yang dipantulkan oleh sinar matahari. Perbukitan berwarna hijau menghiasi di bagian samping kanan dan kiri teluk. Selain itu, di kawasan Teluk Ijo juga terdapat air terjun kecil yang mengalir di setiap musim hujan tiba.
Bagian pantai memiliki pasir berwarna putih dengan struktur landai yang berasal dari erosi batu karang.
Menurut MER (Masyarakat Ekowisata Rajegwesi), Teluk Ijo mulai dikenal oleh masyarakat luas pada tahun 2015. Pada tahun itu juga baru dikembangkan beberapa fasilitas seperti perahu penyeberangan dan tempat penitipan kendaraan yang dioperasikan langsung oleh MER di bawah naungan Balai Taman Nasional Meru Betiri. Namun, Kawasan Teluk Ijo masih belum memiki beberapa fasilitas dasar seperti toilet dan musholla yang permanen. Saat ini, masih hanya terdapat kamar mandi alam dengan penutup sederhana berupa papan seng serta musholla sederhana berupa gazebo kecil dari susunan kayu yang tidak jarang juga dipakai sebagai tempat berteduh oleh pengunjung. Bagi wisatawan yang ingin menginap dapat menyewa fasilitas homestay yang terdapat di Kampung Rajegwesi (Balai Taman Nasional Meru Betiri, 2018).
B. Karakteristik Wisatawan
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 84 responden berupa wisatawan yang berkunjung ke Wisata Alam Teluk Ijo. Berdasarkan data dari hasil kuesioner yang telah diisi oleh seluruh responden, peneliti mencoba menggambarkan karakteristik wisatawan dari aspek usia, pekerjaan, pendapatan, dan daerah asal (domisili) wisatawan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Usia Wisatawan
Penelitian ini menggunakan sampel dari responden atau wisatawan yang memiliki usia produktif. Usia produktif dimulai dari usia 15 hingga 64 tahun. Sebab, wisatawan dengan usia produktif dianggap telah memiliki pendapatan tetap per bulan baik dari hasil gaji, keuntungan, maupun uang saku. Berdasarkan data hasil penelitian, wisatawan dengan usia produktif yang berkunjung ke Wisata Alam Teluk Ijo didominasi oleh wisatawan dengan usia antara 15 hingga 25 tahun sebanyak 83% atau 70 orang dari 84 responden.
Sementara 17% atau 14 orang sisanya diisi oleh wisatawan dengan usia antara 26 hingga 64 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa wisatawan yang berkunjung ke Wisata Alam Teluk Ijo didominasi oleh remaja atau pelajar terutama pada saat musim liburan sekolah maupun kuliah.
2) Pekerjaan dan Pendapatan Wisatawan
Berdasarkan data hasil penelitian, jenis pekerjaan dari wisatawan terdiri dari karyawan swasta, wiraswasta, guru swasta, Pegawai Negei Sipil (PNS), petani, dan pelajar. Sebagian besar atau 66% wisatawan yang berkunjung ke Wisata Alam Teluk Ijo merupakan pelajar yang diasumsikan memiliki pendapatan dari uang saku per bulan. Sementara wisatawan yang bekerja sebagai karyawan swasta, wiraswasta, guru swasta, PNS, dan petani masing-masing sebesar 15%, 12%, 4%, 2%, dan 1%. Keadaan tersebut disebabkan oleh penelitian yang berlangsung pada saat musim libur sekolah dan perkuliahan. Sedangkan pendapatan dari 84 wisatawan memiliki rata-rata sebesar Rp 1.843.452,-. Rata-rata pendapatan terbesar adalah dari wisatawan yang bekerja sebagai PNS dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 4.500.000,-. Sementara wisatawan yang bekerja sebagai wiraswasta, karyawan swasta, petani, pelajar/mahasiswa, dan guru swasta memiliki rata-rata pendapatan masing-masing sebesar Rp 3.600.000,-, Rp 2.723.076,-, Rp 1.500.000,-, Rp 1.275.454,-, dan Rp 933.333,-.
3) Domisili Wisatawan
Berdasarkan data hasil penelitian, sebanyak 70% wisatawan yang berkunjung ke Wisata Alam Teluk Ijo berasal dari Kabupaten Banyuwangi sendiri. Sedangkan 30% sisanya adalah wisatawan yang berdomisili
(2)
dari luar Banyuwangi seperti Denpasar, Jakarta, Jember, Lumajang, Malang, Mojokerto, Nganjuk, Pangandaran, Probolinggo, Sidoarjo, dan Surabaya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Wisata Alam Teluk Ijo sudah sangat populer di Kabupaten Banyuwangi. Namun, nama Wisata Alam Teluk Ijo belum cukup terdengar di kalangan masyarakat yang tinggal di luar Banyuwangi. Hal tersebut dapat menjadi evaluasi untuk Taman Nasional Meru Betiri dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk lebih memaksimalkan tingkat promosi wisata hingga lingkup nasional.
C. Hasil Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Kunjungan Wisatawan di Wisata Alam Teluk Ijo
Penelitian ini mengangkat sebanyak lima variabel bebas (independen) untuk dianalisis tingkat pengaruhnya terhadap satu variabel terikat (dependen) berupa frekuensi kunjungan wisatawan di Wisata Alam Teluk Ijo dalam satu tahun terakhir. Kelima variabel bebas pada penelitian ini meliputi: biaya perjalanan, pendapatan, waktu tempuh, durasi berkunjung, dan jumlah rombongan. Sehingga analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan beberapa pengujian yang harus dilalui, antara lain: uji asumsi klasik, koefisien determinasi (R2), uji parsial (t), dan uji simultan (f).
1) Uji Asumsi Klasik
Menurut Gujarati (2012), uji asumsi klasik dilakukan untuk memenuhi sifat BLUE (best linear unbiased estimator) dari estimator parameter-parameter penelitian. Uji asumsi klasik pada penelitian ini meliputi: uji normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Uji Normalitas
Menurut Gujarati (2007), uji normalitas berguna untuk mengetahui bentuk distribusi dari faktor kesalahan dalam model. Pengujian secara statistik memiliki asumsi dasar bahwa faktor kesalahan (error) harus terdistribusi normal. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Jarque-Bera Test (JB).
0 2 4 6 8 10 12
-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
Series: Residuals Sample 1 84 Observations 84 Mean -4.01e-16 Median -0.051477 Maximum 1.242938 Minimum -1.346480 Std. Dev. 0.514623 Skewness 0.346583 Kurtosis 2.942544 Jarque-Bera 1.693227 Probability 0.428865
Gambar 5. Hasil Uji Jarque-Bera Sumber: Data Primer, diolah (2019).
Gambar 5 merupakan hasil uji normalitas yang menunjukkan bahwa nilai kemiringan (skewness) sebesar 0,346583 atau nol dan nilai peruncingan (kurtosis) sebesar 2,942544 atau tiga. Nilai tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa variabel kesalahan terdistribusi normal. Selain itu, normalitas juga dapat dilihat dari nilai probabilitas Jarque-Bera yang lebih dari taraf nyata 5%. Nilai probabilitas pada gambar 4.1 adalah sebesar 0,428865. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Uji Jarque-Bera menerima H0 (error term terdisribusi normal).
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas berguna untuk melihat tingkat korelasi antar variabel bebas (independen).
Multikolnearitas terjadi ketika sesama variabel bebas memiliki korelasi yang sempurna. Model yang baik adalah model yang terbebas dari multikolinearitas Salah satu cara dalam mengidentifikasi multikolinearitas adalah melalui Uji VIF (Variance Inflation Factor). Model terbebas dari multikolinearitas yang parah ketika nilai VIF di bawah sepuluh (Ekananda, 2015).
Tabel 2. Hasil Uji Variance Inflation Factor (VIF)
Variabel VIF Keterangan
Biaya Perjalanan (X1) 1,645,181 Tidak terjadi multikolinearitas Pendapatan (X2) 1,068,885 Tidak terjadi multikolinearitas Waktu Tempuh (X3) 2,114,131 Tidak terjadi multikolinearitas Durasi Berkunjung (X4) 1,449,390 Tidak terjadi multikolinearitas
Variabel VIF Keterangan
Jumlah Rombongan (X5) 1,107,446 Tidak terjadi multikolinearitas Sumber: Data Primer, diolah (2019).
Berdasarkan tabel 2, variabel bebas (independen) dari model penelitian tidak ada yang mengalami multikolinearitas. Hal itu dapat dilihat dari nilai VIF dari masing-masing variabel yang bernilai di bawah sepuluh. Nilai VIF yang paling kecil adalah variabel pendapatan sebesar 1,068885. Sementara nilai VIF paling besar adalah variabel waktu tempuh sebesar 2,114131.
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas yang digunakan oleh peneliti adalah White Test melalui aplikasi e-views.
Uji ini mengharuskan nilai probabilitas observasi r square lebih dari α jika tidak ingin terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas (White) Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0.924937 Prob. F(6,77) 0.4695 Obs*R-squared 4.701665 Prob. Chi-Square(6) 0.4534 Scaled explained SS 3.937524 Prob. Chi-Square(6) 0.5584 Sumber: Data Primer, diolah (2019).
Tabel 3 merupakan hasil dari uji heteroskedastisitas yang menunjukkan bahwa model dalam penelitian ini tidak mengalami heteroskedastisitas. Sebab, nilai probabilitas observasi r square bernilai lebih dari α atau 0,4534 > 0,05. Sehingga kesimpulan dari uji heteroskedastisitas (White) adalah menerima H0 (Homokedastisitas).
2) Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Gujarati (2007), koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui persentase kemampuan dari variasi variabel bebas dalam model regresi untuk menjelaskan variabel terikatnya. Pada penelitian ini diperoleh nilai dari koefisien determinasi (R2) sebesar 0,495369. Nilai tersebut memiliki makna bahwa seluruh variabel dalam model yang terdiri dari variabel biaya perjalanan, pendapatan, waktu tempuh, durasi berkunjung, dan jumlah rombongan mampu menjelaskan variasi dari variabel frekuensi kunjungan wisatawan sebagai variabel terikat sebesar 49%. Sedangkan 51% lagi dapat dijelaskan oleh variabel yang lain di luar model penelitian.
3) Uji Simultan (F)
Uji f digunakan untuk mengetahui pengaruh dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam model secara bersamaan (simultan). Cara analisis uji f adalah melihat perbandingan antara nilai f statistik dan nilai f tabel yang dihasilkan oleh model penelitian. Jika nilai f statistik > f tabel, maka keputusan uji f adalah menolak H0. Namun, jika f statistik < f tabel, maka keputusan uji f adalah menerima H0 (Firdaus, 2011). Berdasarkan hasil estimasi model, nilai f statistik yang dihasilkan sebesar 15,31370 dengan f tabel sebesar 2,49. Nilai dari f tabel diperoleh dengan cara melihat posisi df1 dan df2 dalam tabel nilai f untuk (α=0,05). Selain itu, nilai probabilitas f statistik yang dihasilkan sebesar 0,0000. Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel bebas dalam model berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat secara bersamaan (menolak H0). Hal tersebut dibuktikan oleh nilai f statistik > f tabel atau 15,31370
> 2,49 dan nilai probabilitas f statistik < α atau 0,0000 < 0,05.
4) Uji Parsial (T)
Uji t merupakan salah satu uji hipotesis yang berfungsi untuk mengetahui tingkat signifikansi masing- masing koefisien regresi dalam model yang diteliti. Uji t diharapkan dapat membantu peneliti dalam mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara terpisah (parsial). Cara analisis uji t adalah meihat perbandingan antara nilai t statistik masing-masing variabel bebas dan nilai t tabel yang dihasilkan oleh model penelitian. Jika nilai t statistik > t tabel, maka keputusan uji t adalah menolak H0.
Namun, jika t statistik < t tabel, maka keputusan uji t adalah menerima H0 (Firdaus, 2011).
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Variabel Keterangan Coefficient Std.Error t-Statistik Prob. t-Tabel
C Konstanta 1.330859 0.27777 4.791226 0.000 1,990
X1 Biaya Perjalanan -1.23E-06 6.09E-07 -2.02873 0.046 1,990
X2 Pendapatan 9.38E-08 4.07E-08 2.305099 0.024 1,990
X3 Waktu Tempuh -0.123693 0.02639 -4.68761 0.000 1,990 X4 Durasi Berkunjung 0.121503 0.06458 1.881433 0.064 1,990 X5 Jumlah Rombongan 0.061631 0.03065 2.010564 0.048 1,990 Sumber: Data Primer, diolah (2019).
Tabel 4 menginformasikan mengenai nilai t-statistik dan nilai probabilitas dari masing-masing variabel independen. Jika dilihat dari perbandingan antara t-statistik dan t-tabel, maka terdapat empat variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (frekuensi kunjungan wisatawan).
Variabel yang dimaksud antara lain: biaya perjalanan, pendapatan, waktu tempuh, dan jumlah rombongan.
Keadaan tersebut dibuktikan oleh t-statistik yang lebih besar dari t-tabel serta didukung oleh nilai probabilitas t-statistik yang lebih kecil dari α (0,05). Sedangkan durasi berkunjung menjadi satu-satunya variabel independen yang tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai t-statistik yang lebih kecl dari t-tabel serta nilai probabilitas t-statistik yang lebih besar dari α (0,05). Adapun tanda minus (-) dari koefisien menunjukkan hubungan antara variabel independen dan dependen yang bersifat negatif. Begitu pula tanda plus (+) dari koefisien yang menunjukkan hubungan antara variabel independen dan dependen yang bersifat positif.
D. Analisis Valuasi Ekonomi Wisata Alam Teluk Ijo
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah ITCM (Individual Travel Cost Method) atau metode biaya perjalanan dengan pendekatan individu. Metode tersebut menjadikan biaya perjalanan sebagai proxy dari harga objek wisata. Hipotesis yang dibangun dalam model ini adalah biaya perjalanan menjadi faktor yang sangat mempengaruhi frekuensi kunjungan wisata disertai korelasi yang bersifat negatif. Berdasarkan analisis regresi linear sederhana atau Ordinary Least Square (OLS) antara variabel frekuensi kunjungan wisatawan (dependen) dan biaya perjalanan (independen), maka diperoleh model permintaan sebagai berikut: V = 2,032048 + 0,0000031C. Angka 2,032048 merupakan nilai dari konstanta dan 0,0000031 merupakan nilai koefisien dari variabel biaya perjalanan. Hal yang harus dilakukan setelah model terbentuk adalah menghitung surplus konsumen sebagai proxy dari WTP (Fauzi, 2010).
Tabel 5. Hasil Analisis Valuasi Ekonomi
No Keterangan Nilai
1 Nilai α1 0,0000031
2 Jumlah Pengunjung (Agustus 2018 - Juli 2019) 117.742 orang 3 Rata-rata surplus konsumen per individu Rp 512.673,- 4 Rata-rata surplus konsumen per kunjungan Rp 263.057,- 5 Nilai total ekonomi (Agustus 2018 - Juli 2019) Rp 15.486.416.873,-
No Keterangan Nilai 6 Penerimaan aktual (Agustus 2018 - Juli 2019) Rp 588.710.000,-
7 Rata-rata kunjungan 2
8 Rata-rata biaya perjalanan Rp 129.199,-
Sumber: Data Primer, diolah (2019).
Menurut hasil yang ditunjukkan oleh tabel, total nilai ekonomi dari wisata Alam Teluk Ijo sebesar Rp 15.486.416.873,- per tahun (rincian perhitungan terdapat di lampiran 9). Sedangkan penerimaan aktual yang diperoleh Wisata Alam Teluk Ijo selama satu tahun terakhir sebesar Rp 588.710.000,-. Penerimaan aktual hanya diperoleh dari retribusi tiket masuk sebesar Rp 10.000,- per individu selama satu tahun terakhir. Sehingga potensi dari Wisata Alam Teluk Ijo yang masih dimanfaatkan selama satu tahun terakhir ini hanya 3,8% dari total nilai ekonominya.
Wisata Alam Teluk Ijo memiliki nilai surplus konsumen dan nilai ekonomi yang besar. Surplus konsumen bernilai besar jika dibandingkan dengan rata-rata biaya perjalanan. Sedangkan nilai ekonomi bernilai besar jika dibandingkan dengan penerimaan aktual (jumlah tiket yang terjual selama satu tahun terakhir). Hasil tersebut membuktikan bahwa Wisata Alam Teluk Ijo sangat patut dilestarikan serta masih sangat berpotensi untuk dikembangkan lagi baik dari segi fasilitas, pelayanan, dan komponen-komponen lain yang mendukung pengembangan Wisata Alam Teluk Ijo. Pengembangan wisata tersebut akan menciptakan peluang peningkatan penerimaan aktual dan tingkat kunjungan di Wisata Alam Teluk Ijo. Dengan surplus konsumen yang besar, peningkatan harga wisata sebagai efek pengembangan wisata masih baik untuk dilakukan.
E.PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis data yang telah diuraikan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Terdapat empat variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Variabel biaya perjalanan, pendapatan, waktu tempuh, dan jumlah rombongan berpengaruh signifikan terhadap variabel frekuensi kunjungan wisatawan.
2) Terdapat satu variabel independen yang tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Variabel durasi berkunjung tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap variabel frekuensi kunjungan wisatawan.
3) Analisis valuasi ekonomi. Rata-rata surplus konsumen per individu per kunjungan lebih besar dari pada rata- rata biaya perjalanan wisatawan. Sementara potensi ekonomi yang masih dimanfaatkan dari Wisata Alam Teluk Ijo selama satu tahun terakhir (Agustus 2018-Juli 2019) sebesar Rp 15.486.416.873,- atau masih 3,8%
dari total nilai ekonominya.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari analisis data dan kesimpulan penelitian, maka saran yang diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1) Pemerintah. Meningkatkan kualitas aksesibilitas ke lokasi Wisata Alam Teluk Ijo, seperti: infrastruktur jalan khusus di kawasan wisata, petunjuk arah, dan lain-lain. Infrastruktur jalan dan petunjuk arah yang baik akan berdampak positif terhadap waktu tempuh dan jumlah kunjungan wisatawan.
2) Balai Taman Nasional Meru Betiri. Meningkatkan kerjasama antara Masyarakat Ekowisata Rajekwesi (MER) dalam mengelola dan mengembangkan tingkat fasilitas, pelayanan, dan keamanan di Wisata Alam Teluk Ijo. Mendata kunjungan wisatawan secara rinci pada masing-masing objek wisata alamnya, khususnya Teluk Ijo supaya dapat mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan di masing-masing objek wisata.
3) Investor. Bekerjasama dalam peningkatan eksistensi serta kualitas Wisata Alam Teluk Ijo melalui pembangunan sarana penunjang wisata seperti: penginapan, restoran, pusat oleh-oleh, dsb.
UCAPANTERIMAKASIH
Rasa syukur dan terimakasih selalu terlimpahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran serta kesehatan jasmani dan rohani selama proses penulisan. Penulis juga ingin menngucapkan terimakasih kepada beragai pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian tulisan ini. Terimakasih kepada Bapak Nurman Setiawan Fadjar, S.E., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan memberi banyak nasihat, baik dari segi akademik maupun kesiapan mental selama proses penelitian. Terimakasih pula atas doa dan asupan energi positif yang selalu diberikan kepada penulis dari kedua orang tua, keluarga, UKM Seni Religi Universitas Brawijaya, teman kontrakan Bu Mujiati, calon pendamping hidup, teman-teman Ekonomi Pembangunan 2015, serta pihak-pihak lain yang yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis.
DAFTARPUSTAKA
Balai Taman Nasional Meru Betiri. (2018). Jendela Meru Betiri. Jember: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Balai Taman Nasional Meru Betiri.
Ekananda, M. (2015). Ekonometrika Dasar Untuk Penelitian Ekonomi, Sosial dan Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Fauzi, A. (2010). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Firdaus, M. (2011). Ekonometrika: Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Gujarati, D. N. (2007). Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gujarati, D. N. (2012). Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mankiw, N. G., Quah, E., & Wilson, P. (2014). Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat.
Rosyidi, S. (2009). Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sardjono, S. (2017). Ekonomi Mikro – Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Soetopo, A. (2011). Mengenal Lebih Dekat Wisata Alam Indonesia. Depok: Pacu Minat Baca.
Suparmoko, M. (2009). Panduan dan Analisis Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Konsep, Metode Penghitungan dan Aplikasi). Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Suwena, I. K. (2017). Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Bali: Pustaka Larasan.
Kementerian Pariwisata. (2017). Neraca Satelit Pariwisata Nasional 2017. Retrieved from Kementerian Pariwisata website: www.kemenpar.go.id.