ANALISIS TUWEB 1 VIDEO PEMBELAJARAN TK
ANALISIS PEMBELAJARAN “ANAK SULIT MENCERITAKAN KEMBALI CERITA YANG TELAH DIDENGAR” DI VIDEO
PEMBELAJARAN GPO
Tugas Mata Kuliah Analisis Kegiatan Pengembanagan Pendidikan Anak Usia Dini PAUD 4504
OLEH
NAMA : NELI YENDRA NIM : 835466174 Semester : IX (Sembilan)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ-14 PADANG
POKJAR KUBUNG
Tahun 2020.1
ANALISIS DATA
A. Tabulasi Data Data Hasil Penelitian
Observasi Wawancara Dengan Guru
Wawancara Dengan Pemimpin
Dokumentasi
Guru menyuruh dan mengumpulkan anak- anak untuk duduk diatas tikar.
TT TT
Guru bercerita menggunakan media buku cerita dengan judul “Kelinci yang Baik Hati” dan anak- anak disuruh untuk mendengarkannya
TT TT
Pada saat guru bercerita anak sibuk dengan kegiatan masing-masing, anak tidak fokus.
TT TT
.Guru bercerita dengan nada terburu- buru, tidak
memperhatikan mimik, gerakan dan intonasi suara, sehingga anak tidak termotivasi dalam mendengarkan cerita.
TT TT
Guru melakukan tanya TT TT
jawab, berinteraksi dengan anak-anak dan menanyakan isi cerita yang telah dibacakan, namun anak tidak bisa menceritakan kembali apa cerita yang telah didengarkannya.
Keterangan:
TT= Tidak Terlaksana karena Covid 19
B. Analisis Kritis
Dari data tersebut dan berdasarkan pengamatan yang penulis amati dari video GPO yang diberikan bahwasanya kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan masih banyak kekurangan dalam kegiatan yang dilakukan, Kegiatan yang dilakukan adalah bercerita, sebelum awal bercerita Guru mengumpulkan anak dalam satu kelompok dan guru duduk ditengah-tengah anak, namun salah satu teknik dalam bercerita guru harus memilih judul cerita yang lebih menarik, sehingga dapat menarik anak untuk mendengarkan cerita yang akan dibacakan guru. Becerita merupakan salah satu Metode yang dipakai dalam pembelajaran di PAUD, melalui bercerita ada beberapa aspek perkembangan yang dapat dikembangkan didalamnya, diantaranya Sosial emosional, kognitif, bahasa dan seni, seperti yang dikemukakan oleh Gunarti dkk (2008) Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka, yang bisa di lakukan secara lisan dan tertulis dan merupakan sebuah metode dari suatu kegiatan pengembangan yang ditandai dengan pendidik memberikan pengalaman belajar kepada anak melalui pembacaan cerita secara lisan.
Adapun mamfaat dalam bercerita ini sesuai yang disampaikan oleh Madyawati (2016), manfaat metode pembelajaran bercerita diantaranya yaitu:
Membantu pembentukan pribadi dan moral anak.
Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi.
Memacu kemampuan verbal anak.
Memberikan sejumlah pengetahuan sosial dan nilai moral keagamaan.
Memberikan pengalaman belajar untuk melatih pendengarannya.
Membantu mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Memberikan pengalaman belajar yang menarik pada anak dapat memotivasi anak, membangkitkan semangat dan menimbulkan keasyikan tersendiri pada anak.
Dalam pengelolaan kelas dalam video tersebut juga mempunyai kekurangan, seperti dalam jumlah rasio anatara anak dan Guru tidak sesuai dengan aturan yang ada.
Permendikbud yang disahkan akhir tahun 2014 tersebut mencantumkan rasio ideal antara jumlah guru dan anak didik. Sementara untuk PAUD dengan anak didik berusia 4-6 Tahun, yakni untuk jenjang Kelompok Bermain (KB) dan Taman Kanak-kanak (TK), maka rasio guru dan anak maksimal 1:15. Dalam video jumlah anak melebihi dari yang ada di
Permendikbud, sehingga berkesan rame, dan akhirnya untuk mencapai tujuan dalam bercerita dengan jumlah yang terlalu banyak tidak tepat sasaran, terlihat masih ada anak yang berkeliaran atau yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, akhirnya anak tidak focus dalam mendengarkan cerita dari guru, maka dari itu pengaturan kelas memang sangat lah penting. Penggunaan strategi juga belum tepat, karakter anak usia dini berbeda-beda, makanya dikatakan karakter anak usia dini itu unik, seperti yang disampaikan oleh Siti Aisyah,dkk (2010: 1.4-1.9) karakteristik anak usia dini antara lain; a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, b) merupakan pribadi yang unik, c) suka berfantasi dan berimajinasi, d) masa paling potensial untuk belajar, e) menunjukkan sikap egosentris, f) memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, g) sebagai bagian dari makhluk sosial, dalam bercerita guru harus memperhatikan dulu motivasi anak, andaikan seorang guru tidak kaya dengan ide-ide cemerlang atau inovasi-inovasi terbaru akan membuat anak menjadi pasif, salah satu inovasi yang dapat memberikan motivasi pada anak adalah dengan pemberian reward, pemberian reward pada anak akan merangsang anak lebih semangat lagi, sebelum mulai kegiatan bercerita guru sampaikan aturan-aturan yang harus di taati anak pada saat guru bercerita, termasuk dalam pemberian reward itu sendiri, salah satu kemandirian belajar dapat dipengaruhi oleh pemberian hadiah. Seperti yang kita ketahui bahwa pengertian Reward pada umumnya adalah pemberian penghargaan kepada seseorang atas sesuatu yang telah dihasilkan. Di bidang pendidikan, reward dinilai begitu tinggi harganya(Purwanto,2004).
Reward dan kemandirian belajar siswa saling berkaitan dan memiliki pengaruhnya terhadap kemandirian belajar siswa khususnya di TK. Tidak hanya berupa piala, piagam, buku-buku ataupun hadiahhadiah lain. Reward diberikan kepada siswa terutama untuk memicu kemandirian belajar anak.
Observasi selanjutnya dalam bercerita guru terkesan terburu-buru dalam membacakan cerita, guru tidak memperhatikan anak, guru hanya focus pada buku cerita yang dipegang, sementara kemampuan anak usia dini dalam menyimak masih belum stabil, seperti pendapat Kurnia (2009:14) menyatakan kemampuan menyimak sebagai salah satu keterampilan berbahasa reseptif melibatkan beberapa faktor sebagai berikut:
1. Acuity, yaitu kesadaran akan adanya suara yang diterima oleh telinga, misalnya mendengarkan suara anak lain yang sedang bermain, mendengar suara mesin tik dan sebagainya.
2. Auditory discrimination, yaitu kemampuan membedakan persamaan dan perbedaan suara atau bunyi , misalnya suata hujan berbeda dengan suara mesin tik; pertanyaan seseorang tidak sama dengan pertanyaan seseoran; duridan dari berbeda bunyinya dan sebagainya;
3. Auding, yaitu proses di mana terdapat asosiasi antara arti dengan pesan yang diungkapkan. Proses ini melibatkan
pemahaman terhadap isi dan maksud dari kata-kata yang diungkapkan sebagai contoh yaitu memahi pernyataan “kamu bisa berlari-lari di taman”; gerakan badanmu ke kiri dan ke kanan
4. Auding, melibatkan aspek perkembangan semantic dan sintaksis. Dengan memahai semantik, berarti anak memiliki pengetahuan tentang berbaagai arti kata, sedangkan sintkasis berkaitan dengan pemahaman anak terhadap aturan dan fungsi kata.
Perhatikanlah bahasa guru, penggunaan bahasa yang sederhana dalam bercerita sangat menunjang dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam bercerita seorang guru juga harus memperhatikan teknik dalam bercerita, seperti mimic, intonasi dan olah tubuh, Untuk dapat bercerita dengan baik, pendidik (guru) harus memperhatikan hal-hal berikut:
1.Menguasai isi cerita secara tuntas.
2.Memiliki keterampilan bercerita.
3.Berlatih dalam irama dan modulasi secara terus-menerus.
4. Menggunakan perlengkapan yang menarik sesuai dengan tuntutan cerita.
penggunaan teknik yang kurang tepat dapat menggangu dalam pencampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ini terlihat anak-anak masih sibuk dengan kegiatan mereka sendiri dan kurang memperhatikan dengan seksama cerita yang disampaikan oleh guru.
Penggunaan alat peraga ketika bercerita juga sangat mendukung dalam menggunakan metode bercerita, seperti yang disampaikan oleh Sudiana “2009” Alat peraga pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien. Alat peraga sarana pendukung dalam pencapaian tujuan pembelajaran, kemudian di lanjut dengan strategi selanjutnya yaitu, pada akhir bercerita berikan lah pertanyaan kepada anak tentang isi cerita, beri kesempatan secara individual kepada anak untuk menceritakan kembali apa yang telah diceritakan oleh guru mungkin ini yang bisa dilakukan oleh guru, supaya tujuan pembelajaran yang
diharapkan dapat tercapai dengan baik, sehingga apa cerita yang disampaikan akan tersampaikan kepada anak dan anak dapat kembali menceritakan pada saat guru bertanya mengenai cerita yang telah mereka dengarkan. Anak mampu menceritakan kembali apa yang telah didengarnya, karena kemampuan yang dimaksud disini sesuai dengan pendapat Nur Mustakim (2005: 18-19), kemampuan menceritakan kembali isi cerita pada anak, anak belajar memahami isi cerita terlebih dahulu melalui kegiatan reseptif. Kegiatan reseptif seperti menyimak cerita sehingga terbentuk kemampuan morfologis dan sintaksis yang sederhana. Perkembangan morfologis dalam hal kuantitas dan kualitas meningkat, sedangkan perkembangan sintaksis anak dari kalimat sederhana menjadi kalimat yang panjang, bermakna, dan mudah dipahami. Termasuk dalam perkembangan bahasa anak, anak dapat menecritakan kembali melalui bahasa-bahasa yang sederhana, melatih anak berkomunikasi melatih imajinasi dan daya pikirnya terhadap apa yang telah didengarnya dan juga perkembangan bahasa itu semua adalah tujuan dari kegiatan bercerita, seperti yang di kemukakan oleh Nurbiana Dhieni, dkk. (2005: 6.6), manfaat bercerita bagi anak yaitu melatih daya serap dan daya tangkap anak, melatih daya pikir anak melatih konsentrasi anak, mengembangakan imajinasi anak, dan membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi dengan baik.