Penegakan hukum pidana terhadap perusakan pos polisi lalu lintas berarti polisi sedang menjalankan tugasnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 pasal 13. Seperti kasus Kota Makassar, terjadi pengrusakan pada pos polisi lalu lintas ( Pos Polantas). yang berada di pertigaan Jalan A. Kasus ini kemudian menjadi konteks untuk mengkaji permasalahan yang tertuang dalam judul “ANALISIS SOSIAL-HUKUM TERHADAP TINDAKAN PIDANA PENGHANCURAN POS POLISI LALU LINTAS DI KOTA MAKASSAR.
Rumusan masalah
Tujuan penelitian
Kegunaan penelitian
- Tindak Pidana
 - Unsur-Unsur Tindak Pidana Perusakan
 - Jenis-Jenis Tindak Pidana Perusakan
 - Faktor-Faktor Terjadinya Tindakan Perusakan
 
Teguh Prasetyo merumuskan sebagai berikut: Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan dan diancam dengan pidana. Tindak pidana ini tergolong tindak pidana formil karena menyangkut perbuatan yang dirumuskan secara khusus dalam Pasal 406 KUHP.
Pertanggungjawaban Pidana
Pengertian Pertanggungjawaban Pidana
Keluarga atau masyarakat yang memiliki kontrol atau disiplin lingkungan yang ketat menjadi kunci faktor penentu apakah seseorang dapat melakukan kejahatan atau sebaliknya. Orang yang jauh dari agama lebih besar kemungkinannya untuk melakukan kejahatan, sedangkan orang yang dekat dengan agama lebih kecil kemungkinannya untuk melakukan kejahatan. Tanggung jawab turunan tidak hanya menyangkut permasalahan hukum, namun juga menyangkut permasalahan nilai moral atau kesusilaan dalam masyarakat.
Menurut Simons, kapasitas tanggung jawab dapat dipahami sebagai keadaan psikologis yang membenarkan dilakukannya suatu tindak pidana, baik dari sudut pandang individu maupun keseluruhan. Berbeda dengan Simons, Van Hamel memaparkan konsep pertanggungjawaban pidana sebagai keadaan normal psikologi dan kompetensi, yang memerlukan tiga jenis kemampuan, yang pertama adalah kemampuan memahami makna perbuatan seseorang dan akibat sebenarnya.
Syarat-Syarat Pertanggungjawaban Pidana
Alasan umum penghapusan pidana yang dapat disalurkan dari alasan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal dan 51 KUHP adalah yang dimaksud dengan “tidak mampu mempertanggungjawabkan”. Dengan demikian, meskipun rumusan tersebut memenuhi definisi hukum delik, namun tidak dapat dibenarkan karena tidak memenuhi syarat pidana. 39 Roeslan Saleh, 2006, “Tindakan Pidana dan Tanggung Jawab Pidana” dan Pengertian Hukum Pidana, Aksara Baru, Jakarta, hal.
Karena orang hanya dapat berharap, mengharapkan atau membayangkan suatu akibat yang disengaja jika akibat yang ditimbulkan oleh suatu tindakan direpresentasikan sebagai maksud dari tindakan tersebut dan akibatnya tindakan tersebut dilakukan sesuai dengan teori pengetahuan atau teori fantasi. menyatakan bahwa orang tidak dapat menghendaki suatu hasil. saat gambar pertama kali dibuat. Selain itu, undang-undang membedakan dua jenis pelanggaran kelalaian: pelanggaran yang menimbulkan konsekuensi dan pelanggaran yang tidak menimbulkan konsekuensi; Namun perbuatan kelalaian itu sendiri tidak dapat diancam pidana. Mencari tahu apakah seseorang telah melakukan kejahatan adalah salah satu cara untuk meminta pertanggungjawaban pidananya.
1) Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan karena akalnya yang belum sempurna atau karena penyakitnya yang berubah pikiran, tidak dapat dihukum. 2) Bila ternyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya, karena belum sempurna akalnya, atau karena penyakitnya telah berubah pikiran, maka hakim dapat memerintahkan agar dia diperiksa orang gila itu sampai satu tahun untuk dapat diterima. ke rumah sakit. .
Unsur-Unsur Pertanggungjawaban Pidana Unsur-unsur pertanggungjawaban pidana adalah: 45
Teori dualistik yang menyatakan bahwa kesalahan merupakan unsur pertanggungjawaban pidana, namun bukan merupakan unsur tindak pidana, karena tindak pidana hanya mengatur perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang47. Karena rasa bersalah merupakan salah satu unsur kejahatan, maka teori ini tidak membedakan keduanya karena “kejahatan tanpa kesalahan merupakan unsur pertanggungjawaban pidana”. Karena pertanggungjawaban pidana didasarkan pada kesalahan, maka kesalahan sebagai mens rea harus dibedakan dengan tindak pidana yang merupakan actus reus, sedangkan pertanggungjawaban hanya berkaitan dengan Mens rea.48.
Oleh karena itu pertanggungjawaban pidana pada umumnya berakibat pada penjatuhan pidana terhadap orang yang melakukan tindak pidana dengan tujuan untuk menentukan apakah seorang terdakwa atau tersangka dapat dipertanggungjawabkan atas tindak pidana yang dilakukannya. 48AgusRusiato, 2016, Tindak Pidana dan Tanggung Jawab Pidana (Tinjauan Kritis Melalui Konsistensi Asas, Teori dan Penerapan, Jakarta: Pernadamedia Grup, hal. Simons menegaskan bahwa dasar pertanggungjawaban pidana adalah kesalahan pikiran pelaku mengenai perbuatan yang dilakukannya. dapat dihukum dan dikritik berdasarkan psikologi pelaku.
Yang dimaksud dengan “tindak pidana” hanyalah sesuatu yang melawan hukum dan dapat dipidana. Karena asas pertanggungjawaban dalam hukum pidana adalah “tidak dihukum bila tidak berbuat salah” (Geen straf zonder schuld, Actus non facit reum nisi mens sis rea), maka penentuan pertanggungjawaban pidana pelaku tidak didasarkan pada perbuatannya.
Teori-Teori Ketaatan Hukum
- Teori Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan
 - Teori Penanggulangan Kejahatan
 - Tipe Penelitian
 - Jenis Dan Sumber Data
 - Teknik Pengumpulan Data
 - Teknik Analisis Data
 - Geografis Kota Makassar
 - Data Perusakan Pos Polisi Lalu Lintas di Kota Makassar
 
Seseorang yang sebelumnya pernah melakukan suatu kejahatan adalah satu-satunya orang yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan tersebut. Ini adalah tingkat kepatuhan tertinggi, ketika kepatuhan muncul sebagai akibat dari hukum yang berlaku dan nilai-nilai yang dianut.52. Ketaatan merupakan internalisasi, dengan kata lain seseorang mengikuti aturan karena yakin aturan tersebut sejalan dengan nilai hakiki yang dianutnya.53.
Karena perbuatan suatu kejahatan memerlukan perbuatan yang disengaja atau kelalaian, maka seseorang tidak dapat dihukum hanya karena pemikirannya. Karena dari segi ekonomi, maka seseorang dianggap melakukan kejahatan apabila ia merugikan orang lain melalui kepentingan ekonominya sendiri terhadap masyarakat dengan tujuan memaksakan dirinya sehingga seolah-olah menghalangi kebahagiaan orang lain.58. Terkadang kriminal atau Kriminaloid, khususnya seseorang yang melakukan kejahatan karena pengalaman yang terus menerus, yang berdampak pada kepribadiannya.
Maksudnya adalah keputusan seseorang melakukan kejahatan dipengaruhi oleh faktor di luar rumah dan lingkungan pelaku itu sendiri. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kejahatan tersebut, salah satunya adalah dengan melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan yang menyatakan bahwa jika seseorang melakukan suatu kejahatan maka akan diancam dengan hukuman pidana yang dapat menjebloskannya ke penjara. Menghilangkan peluang terjadinya kejahatan dan perlindungan sosial. adalah dua tujuan utama tindakan pencegahan. Secara administratif Kota Makassar terbagi menjadi 15 (lima belas) kecamatan dengan 153 (seratus lima puluh tiga) kecamatan yaitu.
Sedangkan di Kota Makassar, berdasarkan informasi yang disampaikan salah satu anggota polisi, terjadi kerusakan di kantor polisi lalu lintas seperti dijelaskan pada tabel berikut.
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Perusakan Pos Polisi Lalu Lintas di Kota Makassar
Setelah itu penulis melakukan wawancara kepada penyidik yang menangani kasus vandalisme di pos polisi lalu lintas Polrestabes, penulis juga melakukan wawancara kepada masyarakat sekitar lokasi kejadian atas nama Junaidi yang beralamat di Jl Sultan Alauddin no. /37 Kecamatan Tamalate pada Selasa 3 Januari 2023, ujarnya. Faktor penyebab dirusaknya pos polisi lalu lintas adalah adanya rasa sakit hati dari suporter, ketika terjadi kerusuhan di Kanjuruhan Malang yang mengakibatkan Makassar, dimana oknum tersebut mengungkapkan perasaan sakit hati dengan menghancurkan pos polisi lalu lintas yang selama ini digunakan oleh polisi. . untuk mengatur lalu lintas di kawasan lingkungan tersebut.Tentu saja karena tindak pidana tersebut kami merasa khawatir dengan pelaku penyerangan di kawasan kami, tepatnya di pos polisi lalu lintas perempatan Jl. Ap Pettarani-Jl. Alauddin karena dapat membahayakan lingkungan sekitar72. Faktor internal merupakan faktor yang berada dalam diri pelaku terjadinya perusakan pos polisi lalu lintas tersebut, masing-masing terbagi menjadi 2.
Emosional merupakan suatu perasaan dan pemikiran yang khas, suatu kondisi biologis, psikologis dan serangkaian kecenderungan dalam bertindak, seperti pada pelaku vandalisme pos polisi lalu lintas yang didasari oleh bentuk emosi dalam diri pelaku dimana dalam sepak bola terdapat unsur-unsurnya. tidak berjalan sesuai aturan sehingga menimbulkan depresi.Stadion Kanjuruhan semrawut dan tidak terkendali, secara emosional perbuatan pelaku berdampak negatif akibat adanya pos polisi lalu lintas di perempatan Jl. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang dan mempengaruhi pelaku untuk melakukan perusakan pos polisi lalu lintas, yang terbagi menjadi 2 yaitu. Pandangan ideologis pada faktor budaya berarti kurangnya pemahaman provokator terhadap peraturan perundang-undangan mengenai demokrasi yang baik dan benar, sehingga memberikan wawasan bagi pelaku berdasarkan kejadian sebelumnya yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang. yang berdampak pada pos polisi lalu lintas di Jl. Ap Pettarani-jl.Alauddin di Kota Makassar menimbulkan kerugian karena ketidakdewasaan dalam mengemukakan pendapat sehingga membuat mereka berpikir lebih baik melakukan tindakan tersebut.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa motif orang tersebut adalah untuk mengungkapkan kekecewaannya kepada polisi lalu lintas sehingga menimbulkan kerugian. Dilatarbelakangi oleh keinginan oknum oknum yang melakukan perusakan pos polisi lalu lintas akibat adanya kekecewaan yang besar di kalangan kepolisian sehingga menimbulkan banyak korban jiwa akibat tindakan yang dilakukan pihak kepolisian terkait insiden Stadion Kanjuruhan Malang yang menghancurkan hampir seluruh wilayah Indonesia. , salah satunya di kota Makassar.
Penegakan Hukum Pidana Terhadap Perusakan Pos Polisi Lalu Lintas di Kota Makassar
Badan-badan yang berwenang, seperti polisi, kantor kejaksaan, dan perwakilan pemerintah, bertanggung jawab untuk menegakkan hukum. Karena undang-undang mengandung perintah dan paksaan (koreksi), maka diperlukan bantuan sejak awal untuk melaksanakan perintah tersebut.73. Misalnya, upaya polisi memberantas tindak pidana perusakan pos polisi lalu lintas di Kota Makassar bisa dijadikan gambaran.
Pengrusakan pos polisi lalu lintas yang terjadi di Kota Makassar seharusnya dilakukan melalui proses penegakan hukum pidana berdasarkan Pasal 15 UU No. 2 Tahun 2022 tentang Kepolisian dalam bentuk pelaporan, penyidikan, dan penyidikan tanpa memperhatikan berat ringannya kerusakan pos polisi lalu lintas, guna memberikan efek jera bagi pelakunya dan menakut-nakuti masyarakat yang akan atau akan melakukan hal yang sama. diikuti oleh orang lain. Alauddin masih dalam proses penyidikan dimana penyidik menemukan barang bukti berupa botol mineral berisi bensin yang dilemparkan ke arah pos polisi hingga menyentuh kaca pos polisi dan adanya tulisan aksi vandalisme di dinding luar dengan tulisan kata-kata “polisi membunuh suporter Arema” berdasarkan bukti-bukti. Kemudian penyidik menerapkan Pasal 406 KUHP yang berbunyi: “Barangsiapa… Penulis menganalisis, dalam kasus ini ditemukan bukti permulaan yang cukup yaitu berupa botol mineral berisi kaleng bensin dan cat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut, yang selanjutnya ditetapkan tersangka yang saat ini masih dalam pencarian. bahwa penyidik belum mampu melaksanakan tugasnya berdasarkan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, yaitu melakukan serangkaian upaya penyidikan dan penegakan hukum pada tingkat penyidikan.
Kurangnya infrastruktur dan personel untuk melakukan patroli intensif di wilayah Kota Makassar yang cukup luas. Berdasarkan penelitian ini, masyarakat belum berpartisipasi aktif dalam upaya penanggulangan kerusakan pos polisi lalu lintas.
PENUTUP
Saran
Masyarakat harus menyadari secara hukum bahwa segala bentuk kerusakan terjadi pada harta benda pribadi, kelompok, dan umum. Oleh karena itu, dengan mengetahui kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan rendahnya kesadaran hukum masyarakat, maka upaya pembangunan yang efektif dan berhasil justru adalah pendidikan. Bogor : Penerbit Ghaila Indonesia Moeljatno, Buku Hukum Pidana 2012, Jakarta : PT. Bumi Aksara Azas - Pokok Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Bina Aksara.
Simamora, Sampur Dongan & Hertini, Mega Fitri, 2015 Hukum Pidana di Bagan, Pontianak: FH Untan Press,. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.