TAHUN 2021 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA (PERSPEKTIF TEORI HUKUM PROGRESIF). ANALISIS HUKUM TERHADAP UNDANG NO. 2 TAHUN 2021 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI DAERAH KHUSUS DI PROVINSI PAPUA (PERSPEKTIF TEORI HUKUM PROGRESIF). Suryo Febry Kuswantoro, 2023: Analisis Hukum Terhadap Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Daerah Khusus Bagi Provinsi Papua (Perspektif Hukum Progresif).
Fokus penelitiannya adalah 1) Bagaimana perspektif hukum progresif terhadap UU No. 2 Tahun 2021 tentang Otonomi Daerah Khusus Provinsi Papua? Tujuan penelitian adalah 1) Untuk mengkaji dari sudut pandang hukum progresif sehubungan dengan UU No. 2 Tahun 2021 tentang Otonomi Khusus Daerah Provinsi Papua. Faktanya, terdapat 2 permasalahan besar sejak awal penyusunan Undang-Undang Otonomi Khusus wilayah Provinsi Papua.
Analisis Hukum Terhadap Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Perspektif Teori Hukum Progresif).” Bagaimana Perspektif Hukum Progresif Terhadap Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021 Tentang Otonomi Daerah Khusus Provinsi Papua Mengkaji dari segi hukum progresif terhadap Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021 tentang Pemerintahan Daerah Khusus Provinsi Papua.
Jika anda ingin mengetahui kelebihan dan kekurangan undang-undang no. 2 Tahun 2021 tentang otonomi khusus bagi provinsi Papua.
PENDAHULUAN
- Konteks Penelitian
 - Fokus Penelitian
 - Tujuan Penelitian
 - Manfaat Penelitian
 - Definisi Istilah
 - Sistematika Pembahasan
 
Bab IV Pembahasan, bab ini merupakan bab yang menguraikan mengenai penyajian dan analisis data, yang berisi tentang uraian mengenai penyajian dan analisis data, yang berisi tentang uraian tentang objek, analisis dan pembahasan temuan. Bab V Kesimpulan, bab ini merupakan bab penutup yang akan menjelaskan tentang kesimpulan dan saran, berupa poin-poin kesimpulan dari penelitian mengenai kesimpulan dan saran, berupa poin-poin kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, didukung dengan saran-saran yang bermanfaat bagi pengembangan. penelitian lebih lanjut. Kesimpulan penelitian yang tercantum diharapkan dapat membantu memberikan pemahaman dan saran yang baik bagi penelitian ini.
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Terdahulu
Kajian Teori
Penentuan suatu pengertian yang bersumber dari dalil-dalil yang berkaitan dalam undang-undang atau peraturan perundang-undangan, inilah yang disebut dengan penafsiran. Ada beberapa jenis metode penafsiran ketentuan hukum, antara lain penafsiran historis, gramatikal, sistematis, autentik, sosiologis, dan komparatif. Penafsiran historis atau historis adalah mengkaji latar belakang undang-undang yang bersangkutan 16. Penafsiran sejarah dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu 1) Foekema Lainnya membagi dua bentuk penafsiran, yaitu penafsiran berdasarkan asal usul undang-undang dan menurut latar belakang undang-undang. asal usul hukum, 2) Van Bemmelen membaginya menjadi dua jenis ungkapan, yaitu historisisme interpretatif untuk menafsirkan asal usul hukum dan wethistorische interpretatif untuk menafsirkan pembuat undang-undang.
Penafsiran ini bisa juga disebut penafsiran sederhana, sebab dalam penelitian ini hanya dikaji “apa maksud pembuat undang-undang menetapkan aturan hukum dengan cara demikian? keberadaan undang-undang tersebut dan yang dibicarakan dalam sidang DPR, sampai undang-undang tersebut dapat disahkan secara resmi.” Otonomi daerah merupakan kebijakan pemerintah dalam memberikan hak, kewajiban dan wewenang kepada daerah otonom untuk mengurus dan mengatur urusannya masing-masing menurut peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. UUD 1945 yang menjadi landasan dasar pelaksanaan Otonomi Daerah, tertuang dalam pasal 18 UUD 1945 tentang Pemerintahan Daerah yang dijelaskan dalam Pasal 18 A dan Pasal 18 B yang dijelaskan secara umum dan akan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
18 Devi Ristianti Yulia, UU Otonomi Daerah dan Pembangunan Ekonomi Daerah (Jurnal Penelitian Akuntansi Keuangan Vol. 2, No. 2, April 2017). UU No. 2 Tahun 2021 merupakan perubahan kedua atas UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua. Selain itu, ketentuan UU Daerah Otonomi Khusus diatur dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, dan tujuan pembentukan daerah otonom khusus adalah untuk mempercepat pembangunan daerah, meningkatkan pelayanan publik, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rondonuwu, “Hukum Progresif: Upaya Menjadikan Ilmu Hukum Menjadi Ilmu Hukum yang Sebenarnya” (jurnal Lex Administratium, Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2014). Hal ini berbeda dengan konsep hukum progresif karena hukum progresif tidak hanya memandang hukum sebagai rangkaian pasal saja, tentu saja aturan tersebut tidak dapat memvisualisasikan kebenaran suatu peristiwa hukum yang sangat luas. Hukum progresif dapat dikaitkan dengan model hukum developmentmetal dari Nonet dan Selznick, jika hukum progresif mampu melakukannya.
Oleh karena itu, teori hukum progresif lebih mengutamakan kebutuhan manusia dibandingkan menafsirkan hukum dari sudut pandang peraturan dan logika.25. Paradigma dalam hukum progresif adalah “hukum itu untuk rakyat”, artinya hukum itu berputar dan berputar di sekeliling rakyat, yang mana bukan rakyat untuk hukum, melainkan hukum ada untuk rakyat. 25 Deni Nuryadi, “Teori Hukum Progresif dan Penerapannya di Indonesia”, (Jurnal Hukum Universitas Singaperbangsa Karawang, Vol. 1, No.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Pendekatan Penelitian
Sumber Bahan Hukum
Teknik Pengumpulan Data
Analisis Data
Keabsahan Data
Tahap Tahap Penelitian
PEMBAHASAN
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2021 Tentang Otonomi Khusus
Kelebihan dan Kekurangan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2021
PENUTUP
Kesimpulan
2 Tahun 2021 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua, ditinjau dari hukum progresif serta kelebihan dan kekurangan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua, penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut; Penggunaan teori hukum progresif sangat relevan dalam pembahasan Otonomi Khusus, konsep Progresivisme dalam hukum progresif yang menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik sangat cocok untuk membahas Otonomi Khusus, dimana aturan otonomi khusus dibuat untuk negara-negara yang rentan pasca konflik. Daerah-daerah, daerah-daerah tersebut sangat jauh dari kesejahteraan. Namun dalam perancangan dan pelaksanaannya masih ditemukan banyak permasalahan yang menghambat tercapainya tujuan undang-undang otonomi khusus.
Otonomi Khusus merupakan peraturan yang diberikan pemerintah untuk meredam konflik di Provinsi Papua. Tujuan dari Undang-Undang Otonomi Khusus adalah untuk menjamin hak-hak masyarakat Papua, memenuhi rasa keadilan, mewujudkan penegakan hukum dan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia di Papua. Ada beberapa aspek yang menjadi tujuan Undang-Undang Otonomi Khusus Provinsi Papua, mulai dari aspek sosial budaya atau perlindungan hak-hak masyarakat adat dan penduduk asli Papua, aspek kewenangan daerah provinsi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersih. dan pemerintahan yang profesional, aspek pengamanan dana dalam penyelenggaraan otonomi khususnya, aspek penyelenggaraan sektor-sektor pembangunan strategis, aspek Representasi Politik dan aspek penyelesaian pelanggaran HAM. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak ditemukan permasalahan, mulai dari penyusunan rancangan perubahan undang-undang otsus yang tidak menyertakan tokoh masyarakat Papua dan tokoh adat Papua, penyediaan dana fiskal untuk pelaksanaan peraturan otsus Papua. . Sejak disahkannya Undang-Undang Otonomi Khusus, provinsi tersebut hingga saat ini belum diimbangi dengan penurunan angka kemiskinan yang signifikan, serta rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Papua, yang jauh dibandingkan rata-rata Angka Kemiskinan Nasional. Indeks Pembangunan (HDI) dan juga kurangnya pengawasan pemerintah pusat dalam pelaksanaan peraturan Otonomi Khusus membuat tujuan Otonomi Khusus masih jauh dari harapan.
Dan rendahnya sumber daya manusia Pemerintah Daerah Papua turut menyumbang permasalahan terkait implementasi Peraturan Otonomi Khusus Provinsi Papua.
Saran
Undang-Undang Otonomi Khusus yang baru-baru ini memuat tokoh masyarakat Papua dan tokoh adat Papua, agar tujuan dan keinginan masyarakat dan pemerintah dapat terwujud maka harus ada perubahan pada Pemerintah Provinsi Papua agar dapat diisi oleh orang-orang yang bertanggung jawab. . dan kurangnya sumber daya manusia di Pemerintah Papua Hal ini mengakibatkan penerapan peraturan Otonomi Khusus banyak menemui kendala. Abdul Manan, Dinamika Kebijakan Hukum di Indonesia, (Jakarta: Kencana. 2018), Ahmad Qodri Azizy dkk, Pengertian Hukum Progresif di Indonesia (Semarang, Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudi, Penelitian Hukum Normatif, Tinjauan Singkat, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003).
Ahmad Junaedi, “Analisis Akuntabilitas Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Papua” (Jurnal Tata Sejuta, Vol. 7, No. 2, September 2021). Aprianto “Partisipasi Masyarakat, Transparansi Anggaran dan Peran Kontrol Dalam Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Bidang Pendidikan di Kabupaten Paniai” (Jurnal Manajemen Usaha, Vol 2 No. 1 Januari 2018) Diana E. Devi Ristianti Yulia, UU tentang Otonomi Daerah dan Pembangunan Ekonomi Daerah (Jurnal Penelitian Akuntansi Keuangan Vol. 2 No. 2 April 2017).
Deni Nuryadi, Teori Hukum Progresif dan Penerapannya di Indonesia, (Jurnal Hukum Universitas Singaperbangsa Karawang, Vol. 1, No. 2, 2016). Nur Rohim, Optimalisasi Otonomi Khusus Papua dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat untuk Mengurangi Konflik dan Kekerasan, (Jurnal Ilmu Hukum Vol. 8 No. 1 Maret 2014). Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif: Hukum yang Membebaskan, (Jurnal Hukum Progresif Program Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, Vol.I No.1 April-2005).
Ali Safa'at Muchammad, “Interpretasi Konstitusi,” diakses 1 Desember 2022, dari http://safaat.lecture.ub.ac.id/files/2011/11/Penafsiran-Constitution.pdf. Geografis Papua” diakses pada 7 Mei 2023 melalui https://pemkam.papua.go.id/data_geografis.php. Kemiskinan di Indonesia”, diakses pada 27 Mei 2023 pukul 11.46 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan_di_Indonesia.
Menyatakan dengan jujur bahwa hasil penelitian ini tidak mengandung unsur plagiat dari karya penelitian atau karya ilmiah yang dibuat atau diciptakan oleh orang lain, kecuali yang dikutip secara tertulis dalam naskah ini dan dicatat dalam kutipan sumber dan daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata hasil penelitian ini mengandung unsur plagiarisme dan terdapat tuntutan dari pihak lain, saya siap diperlakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.