• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALITIS TENTANG NEO KOLONIALISME DI INDONESIA

N/A
N/A
Vikri Ramadhan

Academic year: 2023

Membagikan "ANALITIS TENTANG NEO KOLONIALISME DI INDONESIA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Deskripsi Analitis:

NEO KOLONIALISME DI INDONESIA Oleh :

Neo-kolonialisme merupakan bentuk mutakhir dari kolonialisme yang melibatkan dominasi ekonomi yang dilakukan oleh mantan penjajah melalui lembaga-lembaga keuangan internasional dan perusahaan multinasional (Putranto, 2011). Namun secara umu, Neo-kolonialisme adalah sebuah konsep yang merujuk pada bentuk dominasi atau pengaruh eksternal yang terus menerus terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, meskipun secara resmi masyarakat telah merdeka dari penjajahan kolonial pada pertengahan abad ke-20.

Dalam konteks Indonesia, neo-kolonialisme mencakup berbagai aspek yang mencerminkan ketidaksetaraan dalam hubungan internasional, ketergantungan ekonomi, pengaruh politik asing, dan pemanfaatan sumber daya alam oleh kekuatan-kekuatan besar.

Dilansir dari Serikat Tani Indonesia (2019), Dalam sejarahnya Indonesia dipenuhi dengan penderitaan akibat kolonialisme dari masa Portugis, Inggris, Belanda, hingga Jepang. Bahkan setelah merdeka, bayang-bayang neo- kolonialisme dan imperialisme masih mengintai dan mencoba melemahkan kemerdekaan yang baru diperoleh. Ini mencerminkan bagaimana sejarah kolonialisme telah merusak banyak aspek kehidupan bangsa Indonesia, dari ekonomi hingga pendidikan, dan bahkan hak-hak dasar seperti tanah untuk kaum tani.

Perjuangan yang telah dilakukan oleh rakyat Indonesia. Masyarakat yang sebelumnya menderita kelaparan kini menuntut hak masyarakat atas makanan.

Masyarakat yang dulunya buta huruf, kini menuntut pendidikan yang layak. Kaum tani menuntut kembali hak masyarakat atas alat produksi pertanian, yaitu tanah.

Ini mencerminkan semangat dan determinasi rakyat Indonesia untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat yang telah lama terpinggirkan. Namun, perjuangan ini tidak terjadi tanpa tantangan. Kebijakan globalisasi-neoliberal yang dipraktekkan secara ekonomi-politik terus menekan rakyat Indonesia. Ini mengindikasikan bahwa meskipun perjuangan untuk kedaulatan rakyat terus

(2)

bertambah, tantangan ekonomi-politik yang dihadapi oleh bangsa Indonesia juga semakin kompleks.

Semangat untuk meraih kemerdekaan, hak-hak dasar, dan kedaulatan rakyat adalah landasan yang kuat bagi perjuangan masyarakat. Meskipun dihadapkan pada tantangan globalisasi-neoliberal, semangat ini tetap hidup dan terus berkembang. Selain itu, paragraf ini juga menunjukkan bahwa perjuangan rakyat Indonesia adalah bagian dari gerakan solidaritas global yang melawan penindasan dan ketidaksetaraan di seluruh dunia. Ini mencerminkan keterhubungan perjuangan rakyat Indonesia dengan perjuangan rakyat di seluruh dunia dalam memerangi neo-kolonialisme dan ketidakadilan global (Serikat Tani Indonesia, 2019)

Salah satu ciri khas neo-kolonialisme di Indonesia adalah ketergantungan ekonomi terhadap negara-negara industri maju. Meskipun Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar dengan sumber daya alam yang melimpah, negara ini masih sangat tergantung pada investasi asing, utang luar negeri, dan perdagangan yang tidak selalu menguntungkan. Banyak perusahaan multinasional menguasai sektor-sektor strategis di Indonesia, seperti pertambangan, perkebunan, dan energi, yang memungkinkan masyarakat untuk mengambil keuntungan dari sumber daya alam Indonesia tanpa memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat lokal.

Neo-kolonialisme juga tercermin dalam pengaruh politik asing di Indonesia. Keterlibatan negara-negara besar dalam urusan politik dalam negeri Indonesia, baik secara terang-terangan maupun melalui perantaraan, telah mengubah dinamika politik di dalam negeri. Intervensi politik dan dukungan terhadap pihak-pihak tertentu telah terjadi dalam beberapa periode sejarah Indonesia pasca-kemerdekaan. Hal ini menciptakan ketidakstabilan politik dan ketidakpercayaan dalam proses demokrasi Indonesia.

Sumber daya alam Indonesia, seperti minyak, gas alam, batubara, dan kelapa sawit, terus dieksploitasi oleh perusahaan-perusahaan asing. Kesepakatan investasi dan perjanjian perdagangan yang merugikan seringkali memberikan keuntungan yang lebih besar bagi negara-negara asing daripada bagi Indonesia

(3)

sendiri. Dalam beberapa kasus, eksploitasi sumber daya alam telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius dan masalah sosial di komunitas lokal.

Meskipun hadirnya neo-kolonialisme adalah kenyataan yang kompleks, Indonesia telah melihat berbagai upaya untuk melawan pengaruh eksternal ini. Ini mencakup langkah-langkah untuk merenegosiasi kontrak dengan perusahaan asing, pengembangan kebijakan ekonomi yang lebih berdaulat, dan upaya diplomasi untuk memperkuat posisi negara dalam hubungan internasional.

Gerakan sosial, aktivis lingkungan, dan organisasi masyarakat sipil juga telah memainkan peran penting dalam menyoroti dampak negatif neo-kolonialisme dan memperjuangkan hak-hak rakyat Indonesia.

Sebagai negara yang memiliki sejarah panjang dalam perjuangan melawan penjajahan kolonial, Indonesia terus berupaya mempertahankan kedaulatannya dan meraih kemajuan yang berkelanjutan. Dalam era globalisasi ini, tantangan untuk mengatasi aspek-aspek neo-kolonialisme tetap menjadi salah satu prioritas utama dalam upaya mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Faris (2011) menjelaskan, salah satu contoh konkret dari neo-kolonialisme adalah dalam bentuk hubungan antara IMF (International Monetary Fund) dan World Bank yang dikuasai oleh negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, banyak negara berkembang yang membutuhkan pinjaman besar untuk memulai proses pembangunan pasca- perang. Akibatnya, negara-negara berkembang menjadi sangat tergantung pada IMF dan World Bank yang didominasi oleh negara-negara maju, khususnya Amerika.

Indonesia adalah salah satu contoh yang nyata dari negara yang masih bergantung pada IMF dan World Bank hingga saat ini. Ketergantungan ini memberi IMF dan World Bank, yang pada dasarnya dikendalikan oleh negara- negara maju, kemampuan untuk memengaruhi kebijakan ekonomi dan politik di Indonesia. Salah satu contoh konkret dari kebijakan yang dikeluarkan oleh IMF adalah pengurangan standar Upah Minimum Regional (UMR) sambil tetap

(4)

memaksimalkan jam kerja. Dampak dari kebijakan ini adalah memungkinkan eksploitasi tenaga kerja Indonesia oleh investor asing (Faris, 2011).

Sebagai contoh, dalam industri konveksi seperti perusahaan GAP, buruh sering kali dibayar dengan upah yang sangat rendah, sementara masyarakat diharuskan bekerja dalam jam kerja yang sangat panjang, mencapai delapan belas jam atau lebih. Dengan kata lain, hubungan ekonomi antara negara berkembang seperti Indonesia dengan lembaga-lembaga internasional seperti IMF dan World Bank menciptakan ketidaksetaraan yang memungkinkan eksploitasi dan pengendalian ekonomi serta politik oleh negara-negara maju (Faris, 2011).

Kesimpulan dari deskripsi analitis ini adalah bahwa neo-kolonialisme adalah fenomena yang terus memengaruhi Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya meskipun mereka telah merdeka dari penjajahan kolonial formal. Neo-kolonialisme mencakup dominasi ekonomi, politik, dan pengaruh asing yang berkelanjutan, yang seringkali merugikan kedaulatan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Sejarah panjang penderitaan akibat kolonialisme telah membentuk semangat perjuangan rakyat Indonesia untuk memperjuangkan hak-hak dasar seperti makanan, pendidikan, dan tanah. Perjuangan ini terus berlanjut meskipun dihadapi oleh tantangan kompleks, terutama dari kebijakan globalisasi-neoliberal yang menguntungkan negara-negara maju.

Selain itu, hubungan ekonomi yang tidak seimbang antara Indonesia dan lembaga-lembaga internasional seperti IMF dan World Bank menciptakan ketidaksetaraan dan eksploitasi terhadap tenaga kerja Indonesia. Hal ini mengindikasikan perlunya upaya untuk memperkuat kedaulatan ekonomi dan politik, serta peran aktif dalam gerakan solidaritas global melawan neo- kolonialisme dan ketidakadilan global.

Dengan demikian, kesimpulannya adalah bahwa Indonesia terus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan rakyatnya, meskipun dihadapkan pada tantangan neo-kolonialisme yang persisten. Semangat perjuangan ini menjadi pendorong utama dalam upaya mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

(5)

Referensi:

Faris Gibran. (2011, January 6). Neokolonialisme - Kompasiana.com.

https://www.kompasiana.com/farisgibran/550063e0a333115373510c6c/neo kolonialisme

Putranto, I. E. (2011). Dekonstruksi identitas (Neo) kolonial: Sebuah agenda teologi postkolonial. MELINTAS, 27(3), 311-324.

Serikat Tani Indonesia. (2019). Tentang membangun tata dunia baru melawan Neokolonialisme-Imperialisme.

Referensi

Dokumen terkait

The Participatory Groundwater Management Programme From the above exercise, it was clear that while we were progressing well on freshwater efficiency and recycling of wastewater, it

Gambling is now recognised as a global public health issue.1 Researchers have identified that the risks associated with gambling have increased over time, that gambling products have