• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analysis Of Tax Amnesty Impact Towards Stocks LQ-45 Abnormal Return In Period Year 2015-2019

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Analysis Of Tax Amnesty Impact Towards Stocks LQ-45 Abnormal Return In Period Year 2015-2019"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Return Saham LQ-45 Periode Tahun 2015-2019

Dellachita Rahardianne Winarto* dan Imo Gandakusuma

Departemen Manajemen, Program Pendidikan Ekstensi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

Penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kebijakan Amnesti Pajak ter- hadap perbedaan abnormal return pada saham LQ-45 dalam kurun waktu tahun 2015 sampai dengan 2019. Data saham yang menjadi sampel adalah data sekunder harga saham adjusted close harian dari 30 perusahaan yang terdaftar sebagai LQ-45. Uji beda yang dilakukan dengan Paired Sample t-test untuk melihat signifikansi perbedaan abnormal return dan average abnormal return saham pada periode pengamatan. Hasil pengujian menunjukkan tidak adanya perbedaan abnormal return sa- ham pada periode sebelum, selama dan setelah Amnesti Pajak. Average abnormal return juga tidak menunjukkan perbedaan pada periode sebelum Amnesti Pajak. Sedangkan, event window setelah Amesti Pajak terdapat perbedaan dari uji paired sample t-test. Penelitian selanjutnya agar dilakukan dengan memperluas cakupan sampel dan jenis variabel independennya.

Kata kunci: studi kasus, abnormal return, amnesti pajak

Analysis Of Tax Amnesty Impact Towards Stocks LQ-45 Abnormal Return In Period Year 2015-2019

The purpose of this study was to analyze the effect of Tax mnesty Policy on differences in ab- normal return of LQ-45 shares in the period 2015 to 2019. The stock price data was secondary data downloaded from adjusted closed stock price of 30 companies listed as LQ-45 in all observation period from web. The test conducted by Paired Sample t-test to see the significance of differences in abnormal returns and average abnormal returns of shares in the observation period. The results of the test above showed no difference in abnormal returns of the stocks in the period before, during and after the Tax mnesty held. or the event window before Tax mnesty implementation, there is no dif- ferent as well. Meanwhile, the paired sample t-test for event window after the implementation showed a different result. uture study to be conducted by expanding the scope of sample and its independent variables.

Keywords: event study, abnormal return, tax amnesty

PendAhuLuAn

Dikutip dari laman Direktorat Jenderal Pajak, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 ten- tang Pengampunan Pajak disahkan untuk me- nyambut era ekonomi digital dan perkemban- gan ekonomi global serta mendukung program

utomatic Exchange of Information (AEoI).

Periode pertama Amnesti Pajak diadakan pada

bulan Juli 2016 sampai dengan bulan Septem- ber 2016. Periode kedua dimulai bulan Oktober 2016 sampai dengan Desember 2016. Periode ketiga dimulai bulan Januari 2017 dan berakhir pada tanggal 31 Maret 2017.

Salah satu indikator keberhasilan pelaksa- naan Amnesti Pajak Indonesia dapat dilihat

* Alamat email korespondensi: delcit92@gmail.com

(2)

dari persentase penerimaan terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 0,83% yang dapat dikatakan sukses jika dibandingkan dengan negara lain. Nominal pengungkapan harta juga jauh di atas Italia sebesar Rp59 triliun, Austra- lia Rp8 triliun, Chili Rp20 triliun dan Spanyol Rp18 triliun.

Manurung (2007) menyatakan bahwa secara langsung maupun tidak langsung, peristiwa politik dalam suatu negara dapat mempenga- ruhi kondisi ekonominya. Suryawijaya dan Se- tiawan (1998) mengemukakan bahwa informasi yang diperlukan investor dalam usaha mem- bentuk portofolio dengan imbal hasil optimal, dapat berasal dari peristiwa (event) di lingkun- gan internal perusahaan (emiten) maupun peris- tiwa yang berasal dari eksternal perusahaan.

Penelitian mengenai dampak dari kebijakan salah satunya adalah kebijakan Pemerintah Malaysia kepada perusahaan untuk memberi- kan 30% posisi strategis dalam pengambilan keputusan kepada wanita (Ismail, 2016). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada t-1 pen- gumuman kebijakan tersebut sebanyak 57,5%

perusahaan membukukan nilai yang positif. Ini berarti bahwa pasar merespon kebijakan terse- but dan mengantisipasinya secara positif. Ha- sil signifikan positif uga ditun ukkan pada t+2 dan t+3. Bradford (1997) mengamati dampak dari keputusan invasi Irak ke Kuwait pada ta- hun 1990 terhadap perusahaan transportasi. Ha- sil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan

sampel mengalami abnormal return sebesar - , signifikan pada t-0 sampai dengan t+5.

Penelitian Wei (2020) terhadap pengaruh pe- rubahan kebijakan tentang iklim untuk periode pada saat dimulainya Emissions Trading Sys- tem (ETS), carbon tax atau pajak atas bahan ba- kar, dan pada saat pencabutan peraturan pajak bahan bakar tersebut diberlakukan oleh Pemer- intah Australia. Hasil dari penelitian menun- ukkan pengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian pasar pada periode pencabutan kebijakan. Sedangkan untuk periode lainnya, hasiln a tidak signifikan.

Menurut hasil penelitian Khajar (2008) yang mengu i efisiensi indeks saham - pada saat krisis moneter dan pasca krisis tahun 2008, pasar modal di Indonesia merupakan pasar yang efisien dalam bentuk lemah. enelitian lain oleh Andrianto dan Mirza (2015) juga menghasilkan penemuan yang konsisten bahwa pasar modal ndonesia adalah bentuk pasar efisien dengan bentuk lemah. Hal ini berarti bahwa harga sekuritas telah mencerminkan secara penuh peristiwa yang telah terjadi di masa lalu.

Penelitian ini akan mengamati keberadaan reaksi abnormal yang terjadi pada saat penera- pan Amnesti Pajak dengan melalui event study.

Pengamatan dilakukan atas pergerakan nilai saham harian saham pembentuk indeks - . apitalisasi pasar dari indeks - mempun- yai persentase sekitar 60% dari keseluruhan In- deks Harga Saham Gabungan. Hal ini menun- Gambar 1. Persentase Realisasi Amnesti Pajak Terhadap Produk Domestik Bruto Tahun

2016

umber aporan euangan irektorat enderal a ak ahun

(3)

jukkan bahwa 45 saham terdaftar tersebut, atau kurang dari 10% dari keseluruhan saham yang terdaftar dalam bursa efek, menguasai seba- gian besar pasar dibandingkan 90% saham ter- daftar lainnya. Dengan persentase yang besar diharapkan penelitian atas 45 saham ini dapat mereprentasikan reaksi dari keseluruhan saham terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia.

Pemerintah telah mengumumkan melalui me- dia massa akan adanya peraturan mengenai pengampunan pajak jauh sebelum tanggal 1 Juli 2016, namun baru benar disahkan oleh Pres- iden pada tanggal 28 Juni 2016. Dari pengesa- han tersebut diketahui secara jelas bahwa akan dimulai pada event date tanggal 1 Juli 2016 dan berakhir pada 31 Maret 2017. Event date yang dipilih adalah tanggal 1 Juli 2016, t+3 setelah pengumuman pengesahan undang-undang, dan tanggal 31 Maret 2017 pada saat penutupan Amnesti Pajak. Kedua tanggal tersebut dipilih untuk mengamati reaksi pasar pada saat permu- laan dan pengakhiran Amnesti Pajak.

TInjAuAn TeORITIS Return

Menurut Jogiyanto (2015) return saham real- isasian adalah return yang telah diterima oleh para investor yang nantinya akan dijadikan sebagai salah satu tolok ukur kinerja perusa- haan dan sebagai dasar penghitungan tingkat pengembalian yang diharapkan di masa yang akan datang. Sedangkan, Tandelilin (2001) mengemukakan bahwa return merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan motivasi kepada investor untuk berinteraksi. Return tersebut juga sebagai imbalan atas keberanian para investor dalam menanggung risiko-risiko atas investasi yang telah dilakukannya.

Expected Return

Ross (2013) secara singkat mengemukakan bahwa expected return adalah pengembalian yang diharapkan dari penanaman investasi yang berisiko. Return yang diharapkan oleh investor adalah sama dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, penghitungan return ini dapat dilakukan dengan menggunak-

an teori cost of equity. Menghitung cost of eq- uity dapat dilakukan dengan pendekatan model dividend growth atau security market line.

Penelitian ini dilakukan dengan security market line ( ), karena telah mempertimbangkan risiko dan dapat digunakan baik untuk perusa- haan yang menerapkan dividen maupun yang tidak. Model penghitungan ini dikenal dengan nama Capital Asset Pricing Model (CAPM).

fficient Ca ital ar et

Fama (1970) menyatakan bahwa pasar yang ideal adalah pasar yang memberikan petunjuk akurat agar perusahaan dapat membuat keputu- san investasi produksi dan para investor dapat memilih sekuritas dengan asumsi harga yang dita arkan telah sepenuhn a dapat mere eksi- kan semua informasi yang ada. Reilly (1999) menjelaskan Fama menyusun tiga subhipotesis sebagai berikut:

a. eak orm Efficient arket ypothesis.

asar efisiensi lemah memiliki asumsi bah- a harga saham pada saat ini telah mere ek- sikan informasi yang tersedia di pasar.

b. Semi Strong orm Efficient arket ypoth- esis. asar dengan efisiensi semi kuat be- rasumsi bahwa harga telah bereaksi secara cepat dengan informasi yang dirilis kepada publik.

c. Strong orm Efficient arket ypothesis.

asar dengan efisiensi ang kuat berasum- si bahwa seluruh informasi baik informasi yang tersedia di pasar dan informasi yang bersifat privat telah terangkum di dalam har- ga saham

Abnormal Return

Dalam buku Reilly (1999) dijelaskan bahwa pada penelitian berikutnya dari teori Capital Asset Price Model diketahui bahwa tiap saham memiliki reaksi yang berbeda, ada saham yang lebih volatil dibandingkan dengan saham yang lain. Dengan kemungkinan volatilitas yang ber- beda ini, perlu dihitung terlebih dahulu expected return dari masing-masing saham berdasarkan pengembalian pasar dan reaksi saham terhadap pasar ang ditun ukkan dengan koefisien beta.

(4)

Kemudian, return saham dikurangkan dengan hasil expected return yang telah diperoleh.

Dapat disimpulkan bahwa abnormal return adalah selisih yang terjadi antara imbal hasil re- alisasi yang diterima oleh investor dengan im- bal hasil yang diharapkan.

Amnesti Pajak

efinisi mnesti a ak menurut ndang- n- dang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengam- punan Pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi ad- ministrasi perpajakan dan sanksi pidana di bi- dang perpajakan, dengan cara mengungkap Har- ta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Penghapusan pajak yang dimaksud adalah penghapusan atas sanksi administrasi yang dikenakan atas pokok pajak terutang sampai dengan tahun 2015.

hIPOTeSA PeneLITIAn

Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebe- lumnya, variabel yang akan diteliti adalah re- turn saham untuk periode sebelum, selama dan setelah Amnesti Pajak. Pada penelitian Trisnay- ani dan Noviari (2018), diperoleh bahwa ter- dapat perbedaan pada abnormal return saham pada saat sebelum dan sesudah Amnesti Pajak.

Namun tidak terdapat perbedaan pada rata-rata abnormal return untuk periode yang sama. Se- dangkan pada Nadirsyah, (2018) menghasil- kan adanya perbedaan sesaat setelah penerapan Amnesti Pajak. Perbedaan periode dapat men- jadi faktor yang mempengaruhi perbedaan ha- sil penelitian. Oleh karena itu, dengan periode waktu yang lebih panjang, diusulkan hipotesa sebagai berikut:

H1: Terdapat perbedaan antara rata-rata abnor- mal return saham-saham pembentuk indeks

- periode sebelum pelaksanaan dan se- lama amnesti pajak berlangsung

H2: Terdapat perbedaan antara rata-rata abnor- mal return saham-saham pembentuk indeks

- periode selama pelaksanaan dan setelah amnesti pajak berlangsung

H3: Terdapat perbedaan antara rata-rata ab- normal return saham-saham pembentuk in-

deks - periode sebelum pelaksanaan dan setelah amnesti pajak berlangsung

Penelitian terdahulu mayoritas memilih jendela waktu t-5 sampai dengan t+5 dari tanggal peris- tiwa, yang dipilih untuk mengurangi dampak dari peristiwa pengganggu atau confounding ef- fects. Penelitian ini juga menggunakan jendela waktu tersebut yaitu t-5 sampai dengan t+5 dari tanggal peristiwa dengan berdasarkan pada per- nyataan Jogiyanto (2010:136) yang menyatakan bah a peristi a pengganggu didefinisikan seb- agai peristiwa-peristiwa lain yang terjadi baik dalam periode estimasi ataupun dalam jendela peristiwa, yang bukan merupakan peristiwa yang diteliti dan dapat mempengaruhi validitas reaksi pasarnya (Trisnayani dan Noviari, 2018).

Dengan event window t-5 sampai dengan t+5 dari event date 1 Juli 2016 dan tanggal 31 Ma- ret 2017, diusulkan hipotesa sebagai berikut:

H4 : Terdapat perbedaan antara rata-rata ab- normal return saham-saham pembentuk indeks

- periode estimasi sebelum amnesti pa ak dengan event window pembukaan amnesti pa- jak.

H5: Terdapat perbedaan antara rata-rata abnor- mal return saham-saham pembentuk indeks

- periode estimasi setelah amnesti pa ak dengan event window penutupan amnesti pajak.

MeTOde PeneLITIAn

Data merupakan data sekunder dengan teknik pengambilan sampel data adalah purposive data sampling. Data perusahaan pembentuk - diambil dari laman ursa fek ndo- nesia, data harian saham dari laman ahoo i- nance, BI rate dari situs Badan Pusat Statistik.

Dari 45 saham yang terdaftar, hanya 30 saham yang memenuhi kriteria, yaitu saham yang sela- lu diumumkan sebagai pembentuk indeks - 45 dalam rentang waktu antara tahun 2015 sam- pai dengan tahun 2019. Pengolahan data yang dilakukan adalah penghitungan return harian, kovarians¸ beta tingkat pengembalian yang di- harapkan, imbal hasil abnormal dan rata-rata imbal hasil abnormal.

(5)

Return Saham

Menurut Ross (2013), return saham dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

(1) Keterangan:

R = Return saham

Pt = Harga penutupan saham pada hari ke t

Pt -1 = Harga penutupan saham pada hari ke t-1

Covariance

Covariance yang digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel. Terdapat per- bedaan perhitungan untuk covariance dengan data berupa sampel atau populasi. Untuk data sampel, formula berikut yang digunakan

(2) Keterangan:

Cov(x,y) = covariance variabel x,y xi = nilai variabel x

= rata-rata variabel x yi = nilai dari variabel y

= rata-rata dari variabel y

N = jumlah data sampel atau populasi Beta saham

Beta saham menunjukkan besarnya reaksi se- buah saham terhadap informasi yang beredar di pasar, ditunjukkan dengan rumus sebagai beri- kut:

(3) Keterangan:

= beta saham

cov(Re, Rm) = covariance dari return saham dengan return pasar

var(Rm ) = variance dari return pasar

Expected Return

Expected return dengan menggunakan metode Capital Asset Pricing Model dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

E(Rit) = Rf + i(Rm Rf) (4) di mana:

E(Rit) : expected return saham i pada waktu t Rf : risk-free rate

i : beta of investment dari saham i (Rm Rf) : market risk premium

Abnormal Return

Abnormal Return adalah selisih dari return yang sebenarnya diterima oleh investor dengan expected return yang diperkirakan oleh para in- vestor. Abnormal return dapat bernilai positif maupun negatif. Formulanya abnormal return adalah sebagai berikut:

ARit = Rit E(Rit) (5) di mana:

ARit : tingkat pengembalian abnormal dari saham i pada waktu t

Rit : imbal hasil saham i pada waktu t E(Rit) : imbal hasil yang diharapkan saham i

pada waktu t Average A nor al eturn

Average abnormal return yang terdiri dari n- saham dengan asumsi setiap saham memiliki bobot yang sama, formulanya sebagai berikut:

(6) di mana:

: Rata-rata nilai imbal hasil abnormal portofolio n-saham

ARit : imbal hasil abnormal dari saham i pada waktu t

n : jumlah saham

(6)

Model regresi data panel yang digunakan adalah Pooled Least Square ( ) dan metode ang digunakan adalah , Ordinary Least Square. Uji pada penelitian ini ada tiga yaitu uji deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.

Uji deskriptif dengan menghitung nilai rata- rata, maksimum dan minimum, skewness dan kurtosis dan standar deviasi. Uji asumsi klasik untuk menguji normalitas dan heteroskedasitas.

Uji ketiga adalah uji hipotesis yang dilakukan dengan uji t, uji F, dan uji paired sample t-test.

hASIL PeneLITIAn

Dalam periode penelitian mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2019, hanya terdapat 30 saham yang terus menerus berada dalam daf- tar - . alam penelitian ini, serangkaian kalkulasi dan uji dilakukan pada tiap-tiap sa- ham tersebut. Pada periode pertama dengan periode pengamatan 01 Februari 2015 sampai dengan 23 Juni 2016 dengan 30 jumlah saham, terdapat 342 jumlah observasi. Sedangkan un-

tuk periode 2, periode pengamatan 18 Juli 2016 sampai dengan 22 Maret 2017, terdapat 174 jumlah observasi untuk 30 saham. Untuk peri- ode 3, terdapat 704 observasi selama 10 April 2017 sampai dengan 31 Desember 2019.

Gambaran mengenai periode estimasi, event window, dan event date untuk periode sebelum dan selama Amnesti Pajak dapat dilihat pada Gambar 2. Sedangkan Gambar 3 menunjukkan event window, event date, dan periode estimasi yang digunakan untuk menghitung abnormal return saham pada periode selama dan setelah Amnesti Pajak.

Perhitungan CAPM dengan melibatkan data BI rate, beta saham dan tingkat pengembalian pasar yang dalam hal ini dikalkulasi dari tingkat pengembalian - selama periode penga- matan. Dari kalkulasi tingkat pengembalian pasar tersebut diperoleh bahwa pada periode 1, return - adalah sebesar - , ke- Gambar 2. Periode Estimasi dan Event Window Periode 1

Periode Estimasi Event Date

01 Februari 2015 23 Juni 2016 24 Juni 2016 08 Juli 2016

01 Juli 2016

Sumber: Penulis

Gambar 3. Periode Estimasi dan Event Window Periode 2

Event Date Periode Estimasi

24 Maret 2017 07 April 2017 10 April 2017 31 Desember 2019 31 Maret 2017

Sumber: Penulis

Tabel 1. Expected eturn aham -

Periode 1 Periode 2 Periode 3

Saham E(R) Saham E(R) Saham E(R)

TPIA 0,0189% BSDE 0,0397% INTP 0,0170%

AKRA 0,0062% ICBP 0,0388% BBTN 0,0169%

WSKT -0,0043% ASII 0,0382% BMRI 0,0168%

PTPP -0,0048% PGAS 0,0379% BBNI 0,0168%

-0,0057% UNTR 0,0369% PTPP 0,0168%

Saham E(R) Saham E(R) Saham E(R)

ASII -0,0243% ADRO 0,0292% BBCA 0,0157%

MNCN -0,0264% INDY 0,0291% ICBP 0,0155%

INTP -0,0269% UNVR 0,0286% AKRA 0,0154%

BSDE -0,0282% BBCA 0,0255% PTBA 0,0154%

BBRI -0,0283% TPIA 0,0197% TPIA 0,0148%

Sumber: Data diolah

(7)

mudian periode berikutnya, periode 2, mening- kat menjadi sebesar 0,034%. Sedangkan untuk periode 3, return - turun men adi sebesar 0,016%. Data tersebut digunakan untuk meng- hitung CAPM.

Hasil penghitungannya untuk periode 1 dari sa- ham TPIA adalah yang tertinggi yaitu sebesar 0,0189%. Peringkat terbesar selanjutnya adalah AKRA dengan 0,0062%. Selain dari kedua saham tersebut, saham lainnya yang menjadi sampel memiliki tingkat pengembalian negatif dengan nilai terendah adalah saham BBRI den- gan nilai -0,0283%. Berbeda dengan periode 1, pada periode 2 seluruh saham sampel yang dia- mati menunjukkan nilai expected return yang positif dengan dengan nilai tertinggi diperoleh saham BSDE sebesar 0,0397% dan nilai teren- dah oleh saham TPIA dengan nilai expected re- turn saham sebesar 0,0197%. Expected return dengan nilai positif juga diperoleh pada periode 3 untuk seluruh saham sampel. Nilai expected return terbesar pada periode ini adalah saham INTP sebesar 0,017%, sedangkan nilai terkecil- nya adalah saham TPIA 0,0148%.

Dari data Tabel 1, dapat diamati bahwa pada periode 1, jarak atau selisih expected return ter- tinggi dan terendah adalah senilai 0,0472 poin.

Selisih tersebut menurun pada periode 2 yaitu sebesar 0,2 poin. Pada periode 3, selisih tiap sa- hamnya terlihat semakin kecil dengan jarak ni- lai maksimum dan minimumnya hanya 0,0023 poin. Jauh lebih kecil dibandingkan dua periode sebelumnya.

Setelah menghitung expected return dari tiap saham sampel, langkah berikutnya adalah menghitung abnormal return dari saham terse- but. Pada periode 1, AAR tertinggi diperoleh saham BBTN dengan nilai 0,197%, sedang- kan nilai terendah pada periode tersebut adalah saham PGAS dengan nilai -0,146%. Untuk periode 2, AAR tertinggi dengan nilai 0,938%

adalah saham TPIA. Sedangkan saham dengan nilai AAR terendah pada periode ini adalah

- , . ada periode , nilai tertinggi diperoleh saham INDY dengan nilai 0,14, sedangkan yang terendah adalah sebesar - , , saham .

Pengujian awal menunjukkan data tidak terdis- tribusi normal. Oleh karena itu, data abnormal return saham perlu untuk dinormalisasi dengan menghapus outlier. Perubahan tersebut menye- babkan perubahan pada jumlah observasi yang berdampak pula pada nilai average abnormal return saham. Jumlah observasi pada periode pertama yang semula sebanyak 342 menjadi 165, sedangkan periode 2 semula 174 menjadi 154, dan periode 3 semula 704 menjadi 674.

AAR pada periode 1, saham dengan nilai AAR terbesar adalah BBTN 0,150%. Nilai terendah adalah saham INCO -0,250%. Untuk periode 2, nilai AAR tertinggi adalah saham TPIA 0,707%.

Nilai terendahn a - , . ada periode 3, saham dengan nilai AAR tertinggi adalah sebesar , . edangkan nilai terendahnya adalah saham SCMA -0,102%.

Penghitungan AAR pada event window 1 dapat dilihat pada Tabel 2. Tingkat pengembalian ab- Tabel 2. Average Abnormal Return Saham Pada Event Window 1 dan 2

Nomor Event Window 1 Event Window 2

Hari AAR Hari AAR

1 t-5 -0,73% t-5 1,27%

2 t-4 -0,02% t-4 -0,21%

3 t-3 0,96% t-3 -0,87%

4 t-2 2,21% t-2 1,10%

5 t-1 0,41% t-1 0,12%

6 t-0 -0,78% t-0 -0,23%

7 t+1 3,02% t+1 0,93%

8 t+2 1,36% t+2 1,11%

9 t+3 1,67% t+3 -0,02%

10 t+4 -1,11% t+4 -0,19%

11 t+5 1,02% t+5 -0,48%

Sumber: Data diolah

(8)

normal rata-rata ini menunjukkan angka nega- tif pada t-5 sebesar -0,73%, t-4 -0,02%, event date yaitu tanggal 1 Juli 2016 sebesar -0,78%, dan nilai terendah AAR pada saat t+4. Sedang- kan untuk tanggal lainnya dalam jendela waktu ini, AAR bernilai positif dengan nilai terting- gi adalah pada saat t+1 dengan nilai sebesar 3.02%. Untuk AAR pada saat event window 2, tingkat pengembalian yang positif adalah pada t-5 sebesar 1,27% dan merupakan nilai tertinggi dalam jendela waktu ini. Nilai positif lainnya ditunjukkan pada saat t-2, t-1, t+1 dan t+2. Se- dangkan untuk nilai negatif dengan nilai teren- dah adalah pada waktu t-3 yaitu dengan nilai AAR sebesar -0,87%.

Dapat dilihat pada Tabel 2 pada event window 1, bahwa t-3 adalah tanggal 28 Juni 2016, pada saat pengesahan Amnesti Pajak menunjukkan nilai AAR yang positif. Pada t-2 dan t-1 pun masih menunjukkan angka yang positif yang juga menggambarkan reaksi dari para pelaku di pasar. Pada saat event date menunjukkan AAR negatif namun kembali menunjukkan reaksi positif sampai dengan t+3. Setelah tang- gal tersebut, abnormal return negatif dan positif menunjukkan bahwa tidak ada reaksi dari in- vestor. Pada event window 2 juga dapat diper- hatikan bahwa terdapat pergerakan AAR positif pada tanggal yang mendekati event date sampai dengan t+2. Setelah itu, tidak menunjukkan ad- anya reaksi positif dari investor.

Hasil uji heteroskedasitas pada periode 1 nilai probabilitas Chi-Square 0,3083 sedangkan ni- lai probabilitas pada periode 2 adalah sebesar 0,7696. Pada periode 3, nilai probabilitasnya adalah sebesar 0,5039. Nilai probabilitas Chi- Square pada ketiga periode ini menunjukkan angka ang tidak signifikan atau bernilai lebih dari 0,05. Hal ini berarti bahwa tidak ada het- eroskedasitas pada data.

Hasil uji F terhadap data pada masing-mas- ing periode pengamatan memiliki nilai yang kurang dari 0,05 yang berarti bahwa nilai ujin-

a signifikan. Nilai signifikan ini menun ukkan bahwa setiap variabel independen secara simul- tan memiliki pengaruh yang bermakna terhadap variabel dependen.

Nilai dari koefisien determinasi men ermink- an seberapa besar variabel independen dapat dijelaskan oleh variabel independennya. Pada ketiga periode pengamatan, variabel indepen- den hanya dapat menjelaskan sekitar 20 sampai dengan 30 persen nilai variabel dependennya.

Hampir sekitar 70% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ikut diamati dalam penelitian ini.

Uji beda pada average abnormal return saham pada periode 1, periode 2 dan periode 3 dengan menggunakan paired sample t-test memperoleh hasil sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 3.

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa hasil uji beda sampel untuk memiliki hasil t-test > 0,05, senilai , , tidak signifikan. leh karena itu,H0 diterima yang berarti bahwa tidak ter- dapat perbedaan AAR.

Pengujian berikutnya adalah dengan jendela waktu t-5 sampai dengan t+5 dari event date yaitu pada tanggal 1 Juli 2016. Tabel 4 me- nyajikan hasil uji beda dengan paired sample t-test tersebut. Uji dilakukan dengan mem- bandingkan nilai AAR masing-masing saham pada periode estimasi dengan AAR pada tiap- tiap hari di event window. Hasil uji beda ini menunjukkan bahwa pada event window tidak signifikan. eseluruhan hasil u i beda memiliki nilai lebih dari 0,05. Hasil ini berarti terima H0, artinya tidak terdapat perbedaan AAR dengan AAR pada periode estimasi. Pada event window 2, nilai t-test < 0,05 yaitu pada saat t-3 sampai dengan t-2 dan t+1 sampai dengan t+2. Maka, Tabel 3. Uji Beda Average Abnormal Return

Nomor Periode t-test Hasi Uji

1 Periode 1 dan Periode 2 0,324956 idak signifikan

2 Periode 2 dan Periode 3 0,918552 idak signifikan

3 Periode 1 dan Periode 3 0,325108 idak signifikan

Sumber: Data diolah

(9)

tolak H0, terdapat perbedaan AAR pada periode setelah Amnesti Pajak.

Jika pada Tabel 2 menunjukkan adanya perbe- daan AAR yang menunjukkan bahwa investor memberikan reaksi yang positif pada kedua event window, hasil uji beda menyajikan ha- sil bah a reaksi tersebut tidak signifikan pada event window 1. Sedangkan untuk event win- dow 2 menun ukkan hasil ang signifikan, se- hingga dapat disimpulkan bahwa terdapat per- bedaan AAR untuk event window tersebut.

erdasarkan teori mengenai pasar efisien dan hasil dari pengamatan dan uji yang telah dilaku- kan, ada beberapa penyebab yang dapat mem- pengaruhi ada atau tidaknya perbedaan abnor- mal return pada saham sampel, yaitu sebagai berikut:

1. Dampak informasi yang saling mengkoreksi.

eori pasar efisiensi semi kuat men atakan bahwa pasar bereaksi secara cepat terhadap informasi baru yang ada. Informasi yang tersedia di pasar bersifat majemuk, dina- mis, dan dapat terjadi sekaligus pada satu waktu yang sama. Efek dari informasi ini dapat mempengaruhi secara positif maupun negatif terhadap harga sehingga dapat saling mengkoreksi segera setelah informasi terse- but rilis.

2. Periode waktu penelitian yang panjang. Ab- normal return terjadi segera setelah adanya input tambahan di dalam pasar yang perlu diamati dalam periode waktu yang singkat untuk mengurangi bias. Periode waktu yang

panjang akan memberikan waktu kepada harga untuk menangkap informasi dan me- nyesuaikannya dengan bergerak ke equilib- rium yang baru.

3. Informasi telah diantisipasi. Investor telah dapat memprediksi dan segera menganti- sipasi adanya kejadian yang akan terjadi di masa depan. Proses pembahasan peraturan sifatnya terbuka dan dapat diketahui ma- syarakat, sehingga para investor yang telah mengetahui informasi ini segera bereaksi dan melakukan antisipasi bahkan sebelum peraturannya resmi disahkan.

KeSIMPuLAn

Expected return pada periode 1, mayoritas saham menghasilkan expected negatif, kecu- ali saham TPIA 0,189% dan AKRA 0,0062%.

Nilai expected return terendah adalah BBRI -0,0283%. Untuk periode 2, seluruhnya positif dengan nilai tertinggi adalah BSDE 0,0397%

dan terendah TPIA sebesar 0,0197%. Sedang- kan periode 3, seluruhnya juga positif dengan nilai tertinggi INTP 0,017% dan nilai terendah TPIA 0,0148%.

Average abnormal return tertinggi periode 1 diperoleh saham BBTN 0,197% sedangkan nilai terendah adalah PGAS -0,146%. Untuk periode 2, AAR tertinggi TPIA 0,938% sedang- kan terendahn a adalah saham - , . Pada periode 3, nilai AAR tertinggi yaitu

N Y , sedangkan ang terendah -0,099%.

Tabel 4. Uji Beda Average Abnormal Return Sebelum Amnesti Pajak

No Event Window 1 Event Window 2

Hari t-test Keterangan Hari t-test Keterangan

1 t-5 0,1721 idak ignifikan t-5 0,0660 idak ignifikan

2 t-4 0,1613 idak ignifikan t-4 0,3560 idak ignifikan

3 t-3 0,1484 idak ignifikan t-3 0,0008 ignifikan

4 t-2 0,1343 idak ignifikan t-2 0,0006 ignifikan

5 t-1 0,1558 idak ignifikan t-1 0,6927 idak ignifikan

6 t-0 0,1752 idak ignifikan t-0 0,4638 idak ignifikan

7 t+1 0,1266 idak ignifikan t+1 0,0107 ignifikan

8 t+2 0,1451 idak ignifikan t+2 0,0084 ignifikan

9 t+3 0,1412 idak ignifikan t+3 0,0930 idak ignifikan

10 t+4 0,1785 idak ignifikan t+4 0,7605 idak ignifikan

11 t+5 0,1458 idak ignifikan t+5 0,0712 idak ignifikan

Sumber: Data diolah

(10)

Hasil uji t-paired tidak signifikan ang berarti bahwa tidak ada perbedaan antara return saham pada saat sebelum, selama, dan setelah Am- nesti Pajak. Average abnormal return saham pada event window 1 tidak menunjukkan hasil signifikan, artin a tidak ada perbedaan . Sedangkan untuk event window 2 memperoleh hasil ang signifikan pada t-3, t-2, t+1, dan t+2, yang berarti bahwa terdapat perbedaan AAR.

SARAn

Pelaksanaan Amnesti Pajak tidak memberikan pengaruh ang signifikan terhadap average ab- normal return. Apabila tujuan kebijakan yang akan diterapkan adalah untuk meningkatkan investasi dalam negeri, sebaiknya Pemerintah dapat memberikan insentif dan keuntungan yang lebih besar, sebagai contoh, menurunkan tarif pajak atas investasi dan dengan diseminasi

kepada masyarakat luas mengenai pasar modal sehingga dapat mendorong peningkatan in- vestasi. Untuk perusahaan, agar mengevaluasi dampak dari suatu kebijakan yang akan diter- apkan pemerintah sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan perusahaan, contohnya adalah pengumuman dividen. Untuk para in- vestor agar lebih memperhatikan reaksi dan volatilitasnya terhadap informasi yang bere- dar dapat dilihat pada beta. Beta tersebut dapat menunjukkan seberapa besar pengaruh kondisi makro terhadap perusahaan. Bagi para akade- misi agar dapat melakukan penelitian ini den- gan sampel yang lebih banyak dan menambah berbagai variabel, seperti volume perdagangan, ukuran kapitalisasi perusahaan, dan informasi internal perusahaan, agar didapatkan hasil yang lebih obyektif dan menyeluruh.

dAFTAR PuSTAKA

gustina, , una an, Y, dan handra, ( ). he mpa t of a mnest nnoun ement to- wards Share Performance and Market Reaction in Indonesia. Bandung: Universitas Kristen Ma- ranatha.

ndrianto, Y. dan ir a, . . ( ). esting of ient arket pothesis in ndonesia to k Market. 3rd Global Conference on Business and Social Science-2015, 16-17 December 2015, Kua- la umpur, ala sia.

Bradford, B. M. dan Robinson, H. D. (1997). Abnormal Returns, Risk, and Financial Statement Data:

The Case of the Iraqi Invasion of Kuwait. Journal of Economics and Business 1997; 49:193-204.

Bursa Efek Indonesia. (2010). Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia. Jakarta:

Author.

Bursa Efek Indonesia. (2019). IDX to k nde andbook v1.1. Desember 2019. Jakarta: Author.

Dermawan, S. (2014). Manajemen Keuangan Lanjutan. Edisi Pertama. Jakarta: Mitra Wacana Media.

ama, . . ( ). ient apital arkets e ie of heor and mpiri al ork. The Journal of inance, Vol. 25, No. 2, pp. 383-417.

Halim, A. (2005). Analisis Investasi. Edisi Dua. Jakarta: Salemba Empat.

Harvelian, A. (2017). Implikasi Hukum Dan Legalitas a mnest Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Di Indonesia. Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 3: Alieni Juris.

http d .doi.org . . i

Ismail, K. N. I. K. & Manaf, K. B. A. (2016). Market Reactions To The Appointment Of Women To The Boards Of Malaysian Firms. ournal of ultinational inancial anagement 36 (2016) 75–88.

Ispiyarso, B. (2019). Keberhasilan Kebijakan Pengampunan Pajak ( a mnest ) di Indonesia. Ad- minitrative Law & Governance Journal Volume 2 Issue 1, March 2019.

stighfarin, N idiana. ( ). a mnest Dari Perspektif Masyarakat Pajak. Jurnal Akuntansi Vol. 9 No.2 (April 2018).

http d .doi.org . a . n

Jogiyanto, H. (2015). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedelapan. BPPE: Yogyakarta.

(11)

Kansa, F. K. (2017). Pengaruh Suku Bunga, Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Jumlah Uang Bere- dar Terhadap Return Saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. Tulungagung: IAIN.

Khajar, Ibnu. (2008). Pengu ian Efisiensi Dan Peningkatan Efisiensi entuk emah ursa Efek ndo- nesia Pada Saat Dan Sesudah Krisis Moneter Pada Saham-Saham LQ-45. Semarang: Universitas Sultan Agung Semarang.

Manurung, A. H. & Cahyanti Ira K. (2007). Pengaruh Peristiwa Politik Terhadap Transaksi Saham di Bursa Efek Jakarta.

Nachrowi, N. D. & Usman, H. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. akarta ni ersitas ndonesia.

Nadirs ah, aputra, ., alil, . ., ama anti, . ( ). a mnest stablishment, bnor- mal eturn and rading olume ti it in ndonesia to k hange. Journal of Applied Eco- nomic Sciences, Volume XIII, Summer 4(57): 1100 - 1108.

Otoritas Jasa Keuangan. (2020). Statistik Pasar Modal Minggu ke-4 Juni 2020. Jakarta: Author.

Pravasanti, Y. A. (2018). Dampak Kebijakan dan Keberhasilan a mnest Bagi Perekonomian Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi XVI(1), Maret 2018, 84-94.

Reilly, F. K. & Brown, K. C. (1999). n estment nal sis and ortfolio anagement i th dition.

Ohio: South-Western College Pub.

oss, . , esterfield, . . ordan, . . ( ). undamentals of orporate inan e th Edi- tion. New York: McGraw-Hill Irwin.

Sekaran, U. (2003). Research Methods for Business A Skill Building Approach Fourth Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Sharpe, W. F. (1964). Capital Asset Prices: A Theory of Market Equilibrium Under Condition of Risk.

The ournal of inance, Vol. 19, No. 3 (Sep., 1964), pp. 425-442.

Suryanto. (2015). Analysis of Abnormal Return Before and After Announcement of Investment Grade Indonesia. International Journal of Business and Management Review Vol.3,No.1,pp.11-23, Janu- ary 2015.

Suryawijaya, M. A. & Setiawan, F. A. (1998). Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri (Event Study pada Peristiwa 27 Juli 1996). Kelola, 7(1998).

Tandelilin, E. (2001). Analisis Investasi dan Manajemen Risiko. Edisi Pertama. Yogyakarta:BPFE.

Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi pertama. Yogyakarta : Kanisius.

iurmauli, ristine, et. al. ( ). he mpa t of a mnest oli n uen e the n estment e i- sion and rofitabilit in to k ri es he est ompanies in ndonesia. Riau: Universitas Riau.

Trisnayani, N. P. M. & Noviari, N. (2018). eaksi Pasar Terhadap ebi akan Tax mnesty Pada Saat Pengumuman Periode I, Periode II, dan Periode III. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.23.1. April (2018): 296-322. https://doi.org/10.24843/EJA.2018.v23.i01.p12

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak

ei, ian, ur ani, . . e, . ( ). oes arbon performan e matter to market returns dur- ing climate policy changes? Evidence from Australia. Journal of Cleaner Production 259 (2020) 121040.

Wibowo, A. (2017). Reaksi Investor Pasar Modal Indonesia Terhadap Paket Kebijakan Ekonomi Tahap I Jokowi-JK (Studi pada Saham LQ 45 Periode Agustus 2015-Pebruari 2016). Media Eko- nomi Dan Manajemen Vol. 32 No. 1 Januari 2017.

Wibowo, A & Darmantyo, S. (2017). Reaction of Indonesian Capital Market Investors to the Imple- mentation of a mnest . Jurnal Keuangan dan Perbankan, 21(4): 597–608, 2017.

www.bi.go.id www.bps.go.id

.finan e. ahoo. om .id . o.id

(12)

www.ojk.go.id www.pajak.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan grafik pada Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa pemurnian biogas menggunakan arang aktif berukuran 60 mesh dengan kapasitas volume arang aktif 1.5 liter pada

 Operator Logika Logical Operators Operator logika sama halnya dengan operator perbandingan, yaitu digunakan untuk menguji hubungan antara nilai dan atau variabel dan digunakan dalam