ANALISIS PERUBAHAN PERILAKU ANAK SELAMA REHABILITASI SOSIAL DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (LKSA) AL-
ANSHORI
Oleh
Geger Arif Budiman NIM 180302027
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2022
i
ANALISIS PERUBAHAN PERILAKU ANAK SELAMA REHABILITASI SOSIAL DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (LKSA) AL-
ANSHORI
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar sarjana sosial
Oleh
Geger Arif Budiman NIM 180302027
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2022
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi oleh: Geger Arif Budiman, NIM: 180302027 dengan judul “Analisis Perubahan Perilaku Anak Selama Rehabilitasi Sosial di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Al-Anshori” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.
Disetujui pada tanggal: 25 Mei 2022
iii
Mataram, 25 Mei 2022 Hal: Ujian Skripsi
Yang Terhormat
Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Mataram
Assalamualikum, Wr. Wb.
Dengan Hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi, kami berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama Mahasiswa : Geger Arif Budiman
NIM : 180302027
Jurusan/Prodi : Pengembangan Masyarakat Islam
Judul : Analisis Perubahan Perilaku Anak Selama Rehabilitasi Sosial di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Al-Anshori
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam siding munaqasyah skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat segera di-munaqasyah-kan.
Wassalamualikum, Wr. Wb.
v
vi
MOTTO
Yakini dengan Iman
Usahakan dengan Ilmu
Sampaikan dengan Amal
vii
PERSEMBAHAN
Dengan mengharap rahmat dan ridho dari allah SWT, skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang telah berjasa dan bekorban atas selesainya skripsi ini:
1. Skripi ini kupersembahkan untuk kedua orang tua saya Bapak Nuruddin, S.Sos dan Ibu Kurnia Buana karena merekalah saya dapat seperti saat ini dan bisa menyelesaikan segala proses selama berkuliah.
2. Untuk seluruh keluargaku yang selalu mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Untuk guru dan dosen-dosen saya yang penuh kerelaan dan kesabaran untuk memberikan saya banyak ilmu-ilmu yang bermanfaat, saya haturkan terimakasih untuk semua yang telah bapak dan ibu berikan dengan ikhlas dan belum serta tidak akan mampu terbalaskan.
4. Untuk dosen pembimbing saya Bapak Dr. Muchammadun dan Ibu Siti Aminah, M.Si yang telah membimbing saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Untuk Keluarga besar HMI Cabang Mataram khususnya kanda, yunda, dan dinda saya di HMI Komisariat Dakwah Uin Mataram, yang selalu menssuport dan memberikan saya beberapa masukan dalam segenap proses yang saya lalui.
6. Khusu untuk kakanda Hasbi Ardhani, SH., MA yang selalu mengawal dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Dan untuk seseorang yang tak pernah lelah untuk selalu memberikan saya semangat, masukan dan juga saran, adindaku Tutik Handika saya ucapkan banyak-banyak terimakasih dan semoga tetap dalam seperti ini.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji untuk Allah SWT, Tuhan semesta alam dan shalwat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut:
1. Prof. Dr. Masnun, M.Ag selaku rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus dengan akhir yang menyedihkan (drop out).
2. Dr. Muchammadun, M.PS., M.APP sebagai Pembimbing I dan Siti Aminah, M.Si sebagai Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana memberikan menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.
3. Dan seluruh dosen di Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam yang tidak bisa saya sebutkan Namanya satu-persatu. Dengan kesadaran dan kerendahan hati saya ucapkan banyak-banyak terima kasih.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt., dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta. Amin.
Mataram, 25 Mei 2022
ix
ANALISIS PERUBAHAN PERILAKU ANAK SELAMA REHABILITASI SOSIAL DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (LKSA) AL-
ANSHORI Oleh:
Geger Arif Budiman NIM 180302027
ABSTRAK
Anak merupakan investasi sosial masa depan suatu bangsa, oleh sebab itu mereka harus dirawat dan diperhatikan dengan baik. Namun realitas di dalam masyarakat ternyata tidak semua anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensinya oleh karena terhalang kemampuan ekonominya, keluarga yang tidak memperhatikan tumbuh kembang anak, dan berbagai persoalan lainnya. Apa yang disampaikan oleh peneliti selaras dengan Undang-Undang No 4/1979 tentang Kesejahteraan Anak dan Undang-Undang No 35/2014 tentang Perlindungan Anak.
Dalam UU kesejahteraan anak mengutamakan kelangsungan hidup anak dengan memenuhi kebutuhan, mengasuh, membimbing, serta merawat anak dengan sebagaimana mestinya. Menjadi sebuah fakta bahwa banyak anak yang tidak terpenuhi hak-haknya sesuai perintah Undang-undang. Realitas sosial di atas membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku anak selama rehabilitasi sosial di LKSA Al-Anshori, di mana anak-anak tersebut tinggal dan hidup secara bersama dengan anak-anak terlantar lainnya, dengan fokus kajian sebagai berikut (1) Bagaimana proses rehabilitasi sosial bagi anak terlantar di LKSA Al-Anshori? (2) Bagaimana perubahan perilaku anak selama rehabilitasi sosial di LKSA Al-Anshori? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis menggunakan sistem triangulasi dan pembahasan teman sejawat untuk merangkum hal-hal pokok dan penting.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Secara umum, rehabilitasi berfungsi mengembalikan keberfungsian sosial seseorang, dengan menawarkan optimisme dan harapan yang besar bagi anak-anak terlantar. Optimisme dan harapan tersebut dapat tercapai melalui upaya pemulihan kondisi mental dan fungsi sosial. Dalam melaksanakan program rehabilitasi sosial kepada anak-anak terlantar, LKSA Al- Anshori melakukan intervensi mikro (perubahan sosial terencana level individu, keluarga, dan kelompok kecil). Pelaksanaan program rehabilitasi sosial sudah berjalan cukup lama. Jenis program rehabilitasi sosial LKSA Al-Anshori ada 4 macam, yaitu rehabilitasi medis, pendidikan, vokasional, dan sosial. (2) Pelaksanaan program rehabilitasi ini memberikan dampak perubahan bagi anak terlantar. Dampak perubahan tersebut, di antaranya aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Kata Kunci: Anak Terlantar, Rehabilitasi Sosial, dan Perubahan Perilaku.
x DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
NOTA DINAS PEMBIMBING ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv
PENGESAHAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 4
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 4
E. Telaah Pustaka ... 5
F. Kerangka Teori... 8
G. Metode Penelitian... 18
H. Sistematika Pembahasan ... 22
I. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian ... 24
xi BAB II TEMUAN DAN PAPARAN DATA
A. Latar Belakang LKSA Al-Anshori ... 25
B. Program Rehabilitasi Sosial bagi Anak Terlantar di LKSA Al-Anshori ... 26
1. Rehabilitasi Medis ... 26
2. Rehabilitasi Pendidikan ... 27
3. Rehabilitasi Vokasional ... 27
4. Rehabilitasi Sosial ... 28
C. Proses Rehabilitasi Sosial bagi Anak Terlantar di LKSA AlAnshori ... 36
1. Proses Intervensi Mikro Individu ... 36
2. Proses Intervensi Mikro Keluarga ... 40
3. Proses Intervensi Mikro Kelompok Kecil ... 42
D. Tahapan Rehabilitasi dan Perubahan Perilaku Anak Selama Rehabilitasi ... 42
1. Pendekatan Awal ... 43
2. Penjangkauan ... 43
3. Penempatan ... 49
4. Pelaksanaan Perawatan ... 51
5. Pelaksanaan Assesment ... 54
BAB III PEMBAHASAN A. Analisis Proses Rehabilitasi Sosial Bagi Anak Terlantar di LKSA Al-Anshori ... 58
B. Analisis Perubahan Perilaku Anak Selama Proses Rehabilitasi Sosial di LKSA Al-Anshori ... 60
1. Aspek Biologis ... 60
2. Aspek Psikologis ... 60
3. Aspek Sosial ... 61
4. Aspek Spiritual ... 61
xii BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan... 72 B. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan investasi sosial masa depan suatu bangsa, oleh sebab itu mereka harus dirawat dan diperhatikan dengan baik. Tugas itu tidak hanya diperankan oleh keluarga, masyarakat dan negara juga memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan terbaik.
Seluruh anak memiliki hak untuk tumbuh dengan normal dan wajar, serta mendapatkan pelayanan, asuhan, perawatan, dan juga perlindungan demi mewujudkan kesejahteraannya.
Anak juga tidak boleh dibatasi proses tumbuh kembangnya dengan segala potensi yang dimiliki oleh setiap anak. Namun realitas di dalam masyarakat ternyata tidak semua anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensinya oleh karena terhalang kemampuan ekonominya, keluarga yang tidak memperhatikan tumbuh kembang anak, dan berbagai persoalan lainnya.
Dalam perspektif Islam, anak dikatakan sebagai amanah dari Allah SWT yang diberikan pada orang tua. Orang tua dengan segala kemampuannya selalu berusaha yang terbaik untuk anaknya agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan keinginannya. Namun, fakta di lapangan tidak seperti apa yang kita bayangkan. Harapan tidak selalu sesuai, entah karena faktor ekonomi atau minimnya pengetahuan tentang pola asuh anak.
Apa yang disampaikan oleh peneliti selaras dengan Undang-Undang No 4/1979 tentang Kesejahteraan Anak1 dan Undang-Undang No 35/2014 tentang Perlindungan Anak2. Dalam UU kesejahteraan anak mengutamakan kelangsungan hidup anak dengan memenuhi kebutuhan, mengasuh, membimbing, serta merawat anak dengan sebagaimana mestinya. Perlindungan anak dari seluruh haknya seperti ancaman bahaya seperti kekerasan fisik atau penganiayaan,
1 Undang-Undang nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
2 Undang-Undang nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
kekerasan seksual, dan kekerasan bathin yang berkaitan langsung dengan hukum, diatur di dalam UU Perlindungan Anak.
Menjadi sebuah fakta bahwa banyak anak yang tidak terpenuhi hak-haknya sesuai perintah Undang-undang. Seperti anak yang ditelantarkan orang tua karena kekurangan ekonomi, perceraian, dan lain sebagainya. Hal tersebut menjadi penyebab utama anak hidup terlantar, sehingga kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi. Anak-anak terlantar menjadi patologi sosial yang kompleks. Tidak sedikit dari mereka yang terpaksa menjadi pekerja di bawah umur.
Anak terlantar pada umumnya kekurangan kasih sayang, pendidikan, perlindungan, kesehatan, dan makanan. Selain dari itu, anak terlantar juga sering berperilaku menyimpang seperti mencuri, pergaulan bebas, berkelahi, dan sering mendapatkan kekerasan bathin dari teman sebaya dan orang dewasa.
Anak terlantar merupakan anak berusia di bawah 18 tahun dengan kondisi tanpa terpenuhi kebutuhan dasarnya, tidak terpelihara, tidak terawat dan tidak terurus.3 Permensos 4 tahun 2020 tentang Rehabilitasi Sosial Dasar bagi Anak Telantar menyebutkan tentang kriteria anak telantar, yaitu: tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya berupa sandang, pangan, dan papan;
tidak ada lagi perseorangan, keluarga, dan/atau masyarakat yang mengurus; rentan mengalami tindak kekerasan dari lingkungannya; dan/atau masih memiliki keluarga tetapi berpotensi mengalami tindak kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi, dan penelantaran.
Di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Al-Anshori terdapat anak binaan yang didapat dari penjangkauan tim LKSA yang berkoordinasi dengan berbagai instansi pemerintahan seperi Pemerintah Desa, Dinas Sosial, dan terjun langsung ke masyarakat sekitar untuk menemukan anak-anak terlantar untuk selanjutnya diberikan tempat tinggal dan dilakukan proses pembinaan atau rehabilitasi.
3 Permensos 4 tahun 2020 tentang Rehabilitasi Sosial Dasar Bagi Anak Terlantar
Anak-anak terlantar yang direhabilitasi oleh LKSA Al-Anshori selanjutnya diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan, dan kesehatan, oleh karena hak-hak tersebut tidak mampu dipenuhi oleh orang tuanya ataupun keluarganya sehingga anak tidak dapat tumbuh dan berkembang secara normal. Anak terlantar yang peneliti maksud pada penelitian ini adalah anak-anak terlantar yang berada di bawah binaan LKSA Al-Anshori.
Dalam banyak kasus, anak terlantar sering hidup dan berkembang di bawah stigma sebagai pengganggu ketertiban. Perilaku mereka sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari stigma sosial dan keterasingan mereka dalam masyarakat. Tidak ada yang berpihak kepada mereka, dan justru perilaku mereka sebenarnya mencerminkan cara masyarakat memperlakukan mereka, serta harapan masyarakat terhadap perilaku mereka. Perilaku menurut James P. Chaplin merupakan kumpulan reaksi, perbuatan, aktivitas, gabungan gerakan, tanggapan dan jawaban yang dilakukan seseorang, seperti proses berpikir, bekerja dan sebagainya.4 Menurut Krech Crutch perilaku sosial tampak pada pola responss terhadap orang lain yang dinyatakan dengan hubungan timbal-balik antar pribadi melalui perasaan, tindakan, sikap keyakinan, kenangan atau rasa hormat terhadap orang lain.5
Anak-anak yang ada berada di bawah binaan LKSA Al-Anshori memiliki latar belakang berbeda-beda. Ada yang terlantar oleh karena faktor ekonomi keluarga yang memaksa untuk meninggalkan anak ke tanah rantauan, ada yang disebabkan oleh perceraian, orang tua meninggal, anak tanpa status (anak di luar nikah) dan berbagai macam latar belakang lainnya.
Anak-anak terlantar tersebut sebelum dibawa LKSA memang tidak sekolah disebabkan kesulitan memenuhi kebutuhan ekonomi.
4 James P. Chaplin Herri Zan Pieter Namora Lamongga Lubis, Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan (Cet, I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2010), hlm. 27.
5 Krech Crutch Dalam Sekar Ageng Pratiwi, “Perilaku Sosial”, Blog Sekar Ageng Pratiwi, http://sekaragengpratiwi.wordpress.com/2012/02/02/perilaku-sosial/. Diakses tanggal 29 Januari 2022, pukul 23.19.
Anak-anak pada awalnya merasa tidak betah tinggal di LKSA karena memang kehidupan di LKSA sangat lah berbeda. Ketika anak-anak hidup terlantar anak-anak merasa sangat bebas dan bisa melakukan apa saja sesuai keinginannya, tetapi keadaan itu berubah ketika anak-anak sudah tinggal di LKSA. Keinginan anak-anak menjadi terbatas karena anak- anak harus mengikuti peraturan yang ada di LKSA, namun anak-anak diperbolehkan melakukan apa saja asalkan tidak menjadi terlantar kembali.
Berdasarakan masalah-masalah yang sudah diuraikan di atas, maka peneliti perlu untuk mengadakan pengkajian dan penelitian tentang perilaku anak selama rehabilitasi sosial di LKSA Al-Anshori, di mana anak-anak tersebut tinggal dan hidup secara bersama dengan anak- anak terlantar lainnya. Bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perilaku anak, mengingat bahwa perilaku anak terlantar tersebut tidak jauh dari kata berkelahi, perkataannya yang tidak sopan, penganiayaan, kekerasan fisik dan batin yang kerap terjadi di kehidupan sewaktu menjadi anak terlantar dan akan sangat mempengaruhi serta menentukan masa depan anak.
B. Rumusan Masalah
Untuk menghindari pembiasan pembahasan dan memfokuskan kajian dalam penelitian ini, maka dibutuhkan rumusan masalah yang spesifik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses rehabilitasi sosial bagi anak terlantar di LKSA Al-Anshori?
2. Bagaimana perubahan perilaku anak selama rehabilitasi sosial di LKSA Al-Anshori?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sekaligus menjawab rumusan masalah tersebut di atas:
a. Untuk mengetahui proses rehabilitasi sosial bagi anak terlantar di LKSA Al- Anshori.
b. Untuk mengetahui perubahan perilaku anak selama rehabilitasi sosial di LKSA Al- Anshori.
2. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
a. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan implementasi LKSA Al-Anshori dalam melaksanakan rehabilitasi sosial yang dapat diaplikasikan dalam praktik pekerjaan sosial. Khususnya dalam penanganan masalah anak terlantar dan memberi masukan kepada pekerja sosial, staf petugas, tenaga pengajar maupun tenaga kesejahteraan sosial dalam menjalankan kewajibannya atau tugasnya.
b. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, dan pengetahuan baru kepada ilmu kesejahteraan sosial mengenai anak terlantar, khususnya yang berhubungan dengan implementasi rehabilitasi sosial di lembaga kesejahteraan sosial anak dalam penanganan masalah sosial anak terlantar dan juga dapat memperkaya serta mengembangkan kajian ilmu pengembangan masyarakat.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang lingkup dan pembahasan dalam penelitian ini adalah tentang perubahan perilaku anak selama rehabilitasi sosial di LKSA Al-Anshori Desa Jerowaru. Peneliti juga ingin mendeskripsikan bagaimana implementasi rehabilitasi sosial kepada anak terlantar.
2. Setting penelitian, penelitian ini akan dilaksanakan di LKSA Al-Anshori Desa Jerowaru, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur. Ada beberapa hal kenapa peneliti mengambil lokasi penelitian di Lembaga tersebut, yaitu: karena lokasi penelitian ini merupakan lembaga yang secara khusus melakukan rehabilitasi terhadap anak terlantar yang berupaya untuk memulihkan fungsi sosial anak, keluarga anak, dan lingkungan sosial anak serta memenuhi hak-hak anak yang tidak dapat dipenuhi oleh orang tua atau keluarga. Anak-anak yang dibina di dalam LKSA Al-Anshori ada dua kategori yaitu; 1) Dalam Lembaga, dan 2) Luar Lembaga. Penelitian ini difokuskan pada anak yang ada dalam lembaga untuk dianalisis perubahan perilakunya selama rehabilitasi sosial.
E. Telaah Pustaka
Ada beberapa penelitian tentang rehabilitasi sosial yang peneliti temukan dan dijadikan telaah pustaka. Berikut adalah penelitian- penelitian tersebut:
1. Muklhis Aziz dengan jurnalnya berjudul Perilaku Sosial Anak Remaja Korban Broken Home Dalam Berbagai Perspektif.6 Jurnal ini menggunakan pendekatan kualitatif- deskriptif, dalam kesimpulannya dikatakan bahwa banyak anak korban broken home tingkat SMP dengan perilaku sosial mereka sudah sangat menggelisahkan para guru.
Perilaku-perilaku mereka menyebabkan banyak guru yang mengeluh karena suka melanggar aturan-aturan sekolah, bicara kasar, suka melawan/menentang, tidak berakhlaq, tidak sopan, tidak bermoral, malas ke sekolah, suka bolos, malas belajar, hilang semangat belajar, suka recok dan caper, suka mengganggu teman dan guru.
2. Happy Susanto dan Muhammad Muzakki menulis jurnal dengan judul Perubahan Perilaku Santri (Studi Kasus Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Di Desa Langkap
6 Muklhis Aziz, Perilaku Sosial Anak Remaja Korban Broken Home Dalam Berbagai Perspektif. Jurnal Al-Ijtimaiyyah / Vol. 1, No. 1, Januari – Juni 2015 hlm. 30-50
Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo).7 Hasil atau kesimpulan dari jurnal ini adalah faktor penyebab terjadinya perubahan perilaku alumni pondok pesantren salafiyah, yaitu;
ada rasa tidak ikhlas mengikuti kegiatan di pondok pesantren akhirnya ketika kembali ke rumah merasa bebas melakukan apa saja, lingkungan alumni santri sangat minim dalam mengamalkan ajaran Islam sehingga mempengaruhi kepribadiannya, himpitan ekonomi membuat gelap mata para alumni santri untuk menghalalkan segala cara agar kebutuhan pribadi dan keluarganya dapat terpenuhi, minimnya pembinaan dan pengawasan orang tua sehingga mereka lebih leluasa melakukan apa saja, usia alumni santri yang masih remaja sehingga mudah dipengaruhi oleh lingkungan, pendeknya rentan waktu di pondok pesantren berdampak tidak kokohnya ilmu pada diri alumni santri.
3. Skripsi Ari Yoga Pamungkas, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial melakukan penelitian yang berjudul “Rehabilitasi Sosial Terhadap Klien Reguler Lembaga Sosial Karya Wanita Yogyakarta”. Penelitian ini membahas tentang rehabilitasi sosial yang diberikan kepada klien korban kekerasan ataupun mantan tuna susila oleh Lembaga Sosial Karya Wanita Yogyakarta sekalus faktor pendukung dan penghambat dalam upaya rehabilitasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni teori rehabilitasi sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa rehabilitasi sosial yang diberikan kepada klien reguler oleh Lembaga Sosial Karya Wanita Yogyakarta berjalan dengan baik.
Upaya rehabilitasi sosial dilakukan pada beberapa tahap yaitu tahap sosialisasi, tahap penerimaan, tahap rehabilitasi, tahap resosialisasi, tahap bimbingan lanjut, dan tahap terminasi. Manfaat rehabilitasi sosial ini sangat positif bagi wanita korban kekerasan atau mantan tuna susila baik secara sosial, ekonomi, pendidikan, dan psikologis menjadi
7 Happy Susanto dan Muhammad Muzakki menulis jurnal dengan judul Perubahan Perilaku Santri (Studi Kasus Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Di Desa Langkap Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo). ISTAWA:
Jurnal Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Juli-Desember 2016 hlm. 1-41
lebih baik.8
4. Skripsi Ahmad Reza Fahmi Amrullah, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial melakukan penelitian yang berjudul “Rehabilitasi Sosial Terhadap Anak Berhadapan dengan Hukum di Lembaga Sosial Bina Remaja Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014-2015”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Desember 2015 dengan tujuan untuk membahas proses rehabilitasi sosial terhadap anak yang berhadapan dengan hukum di Lembaga Sosial Bina Remaja Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014-2015. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh karena adanya permasalahan sosial anak yang berhadapan dengan hukum yang menjadi titipan aparat penegak hukum di lembaga sosial, tidak mendapatkan peradilan hukum secara formal, dan mendapatkan pelayanan rehabilitasi yang di selenggarakan Lembaga Sosial Bina Remaja. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada proses rehabilitasi sosial terhadap anak berhadapan dengan hukum disesuaikan berdasarkan kebutuhan klien. Sehingga rehabilitasi yang dilakukan menghasilkan dampak yang positif atas perilaku klien. Dalam rehabilitasi sosial di PSBR bisa dibagi menjadi tiga tahapan secara garis besar meliputi 1. Pra rehabilitasi (penerimaan klien) terdiri dari empat tahap yakni Aparat Penegak Hukum, PSBR, Status Titipan APH, dan Mediasi. 2. Tahap pelayanan rehabilitasi sosial dan 3. Selama rehabilitasi sosial terdiri dari reintegrasi dan terminasi.9
5. Skripsi Mailil Maulidah, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial melakukan penelitian yang berjudul “Rehabilitasi Sosial Terhadap
8 Ari Yoga Pamungkas, Rehabilitasi Sosial Klien Reguler Panti Sosial Karya Wanita Yogyakrta, Skripsi (Yogyakarta: Prodi IKS Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014).
9 Ahmad Reza Fahmi Amrullah, Rehabilitasi Sosial Terhadap Anak Yang Berhadapan dengan Hukum di Panti Sosial Bina Remaja Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014-2015, Skripsi (Yogyakarta: Prodi IKS Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016)
Narapidana Pencurian di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta dengan Sistem Pemasyarakatan”. Penelitian ini bertujuan untuk mendriskripsikan proses rehabilitasi sosial narapidana pencurian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta dengan sistem pemasyarakatan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses rehabilitasi sosial yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas II A dalam menangani narapidana pencurian dengan sistem pemasyarakatan melalui beberapa tahapan yaitu (1) tahap pembinaan awal, tahap ini di mulai dari narapidana 0-1/3 masa pidana (maksimal security) kegiatan yang pertama diikuti yaitu mapenaling, (2) tahap pembinaan lanjut, pembinaan pada tahap ini meliputi 2 tahap. Tahap lanjut pertama sejak berakhirnya pembinaan tahap awal sampai ½ masa pidana (medium security) dan tahap lanjut kedua sejak berakhirnya pembinaan tahap lanjut pertama sampai dengan 2/3 masa pidana.
Kegiatan yang diadakan dalam pembinaan tahap lanjut adalah pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. (3) Tahap pembinaan akhir, pada tahap ini dimulai sejak berakhirnya tahap lanjut sampai berakhirnya masa pidana/bebas. Pada pembinaan akhir ini lebih ke kegiatan reintegrasi. Dalam proses rehabilitasi sosial tidak terlepas dari kerja sama baik petugas pemasyarakatan, narapidana, keluarga, masyarakat dan instansi- instansi lainnya. hambatan yang dialami dari proses rehabilitasi sosial yaitu kurangnya partisipasi narapidana dalam mengikuti kegiatan rehabilitasi.10
Berdasarkan pada kajian pustaka di atas, terdapat persamaan dan perbedaan.
Persamaanya adalah mengkaji tentang perubahan perilaku dan rehabilitasi sosial sedangkan perbedaannya adalah objek dan subjek penelitian. Peneliti belum menemukan penelitian tentang Rehabilitasi Sosial Anak Terlantar di Lembaga Kesejahteraan Sosial
10 Mailil Maulidah, Rehabilitasi Sosial Terhadap Narapidana Pencurian di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta dengan Sistem Pemasyarakatan, Skripsi (Yogyakarta: Prodi IKS Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Anak (LKSA) Al-Anshori Desa Jerowaru, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, sehingga penelitian ini menarik untuk di kaji.
F. Kerangka Teori
Anak terlantar yang semakin banyak dengan segala persoalannya yang kompleks membuat keberadaannya dipandang semakin negatif oleh masyarakat. Masyarakat menganggap bahwa anak terlantar itu kumuh dan selalu berperilaku menyimpang karena anak terlantar kehidupannya tidak terurus. Hal ini dapat dilihat dari aktivitasnya yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan keliaran tidak jelas, yang saharusnya anak- anak tersebut mendapatkan pendidikan layak sesuai dengan usia anak tersebut.
Kehidupan anak-anak tersebut kini mulai berubah ketika anak-anak berada di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Al-Anshori, LKSA membantu anak terlantar untuk kembali mengenyam pendidikan dan membina anak terlantar guna mengembalikan hak-hak anak yang tidak terpenuhi. Di LKSA Al-Anshori, anak-anak dibina untuk mengembangkan potensi diri dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan maupun kegiatan rutin yang diselenggarakan, selain itu anak-anak juga mendapatkan fasilitas pendidikan berupa bimbingan belajar setiap hari supaya anak-anak dapat belajar mengerjakan tugas dan anak-anak semakin meningkat dalam belajarnya.
Perilaku sosial anak sedikit demi sedikit juga mulai berubah, yang awalnya anak terlantar itu hidup bebas berkeliaran dan bebas melakukan aktivitas sesuai keinginannya kini berbeda jauh ketika anak-anak sudah berada di LKSA Al-Anshori. Anak-anak juga tidak diperbolehkan lagi untuk berkeliaran, anak-anak harus mengikuti tata tertib yang ada di LKSA Al-Anshori.
Anak-anak juga sudah mulai berinteraksi dengan baik kepada siapa saja, baik dengan teman, pendamping, orang tua, masyarakat maupun warga sekolah. Lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat juga berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan
perilaku anak terlantar untuk mengubah asumsi bahwa mereka akan menjadi anak yang buruk.
1. Perilaku Individu a. Pengertian Perilaku
Perilaku manusia dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu; perilaku dasar (umum) sebagai makhluk hidup dan perilaku makhluk sosial. Perilaku dasar berarti yang berbeda dengan perilaku sosial, perilaku sosial adalah perilaku spesifik yang diarahkan pada orang lain. Penerimaan perilaku sangat bergantung pada norma- norma sosial dan diatur oleh berbagai sarana kontrol sosial.11
Perilaku dasar merupakan suatu tindakkan atau reaksi biologis dalam menanggapi rangsangan eksternal atau internal, yang didorong oleh aktivitas dari sistem organisme khusunya efek respons terhadap stimulus. Selain itu, perilaku manusia tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti genetika, intelektual, emosi, sikap, budaya, etika, wewenang, hubungan, dan persuasi.
Hubungan antar pribadi sebagai makhluk sosial, dilatarbelakangi oleh berbagai kepentingan dalam situasi dan kondisi yang terjadi. Situasi demikian, dapat terungkap dalam ekspersi wajah, postur tubuh dan intonasi lisan, hal itu semua sebagai wujud tindakan. Aktivitas dalam kenyataan sebagai wujud hubungan antar pribadi biasa disebut sebagai perilaku sosial.12
Sementara itu psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya dan pada berbagai spesies hewan umumnya memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-species behavior) yang didasari oleh
11 Wowo Sunaryo, Biopsikologi Pembelajaran Perilaku. (Bandung: Penerit Alfabeta, 2014), hlm. 42
12 Ibid., hlm. 46
kodrat untuk mempertahankan kehidupan.13Selain itu perilaku juga dapat diartikan sebagai respons individu terhadap stimulus atau suatu tindakkan yang diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.
Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut.14
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berfikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dan perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.15 Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya.
13 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. (Yogyakarta: Pustaka pelajar offset, 2011), hlm. 11
14 A. Wawan dan Dewi M. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia (Yogyakarta: Nuha medika, 2010), hlm. 49
15 A. Wawan dan Dewi M. Teori & Pengukuran pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia (Yogyakarta: Nuha medika, 2010), hlm. 50
Sedangkan lingkungan adalah suatu kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning process).
b. Penyebab Perubahan Perilaku
Berbicara mengenai perubahan perilaku pada individu pastinya setiap individu melalui sebuah proses dalam hidupnya, adapun pengertian proses dalam kamus artinya runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu.16 1) Perubahan Perilaku menurut Teori Operant Conditioning
Teori ini dikemukakan oleh BF. Skinner seorang ahli perilaku yang terdapat pada aliran behavioristik yang di mana aliran ini hanya menganalisis perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori yang dikenal dari aliran ini adalah teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Asumsi dasar dari aliran ini ialah Seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar artinya perubahan perilaku organisme merupakan akibat dari pengaruh lingkungan.17
Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dengan respons yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, hal itu tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh sebelumnya.18 Menurutnya respons yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respons yang dihasilkan.
16 Qonita Alya, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar, (Jakarta: PT Indah jaya adipratama, 2009), hlm. 575
17 Yudri Jahja, Psikologi Perkembangan Edisi I, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 20
18 Wowo Sunaryo, Biopsikologi Pembelajaran Perilaku, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2014), hlm. 283
Respons yang diberikan yang diberikan ini memiliki konsekuensi-kosekuensi, dan “inilah” yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku. Oleh karena itu, untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar, harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan yang lainnya, serta memahami konsep yang dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respons tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah.
Dalam teori ini Skinner menyatakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respons). Menurut Skinner, sebagaian besar perilaku manusia adalah berupa atau jenis perilaku operant.19Perilaku Operant adalah respons yang beroperasi pada lingkungan dan mengubahnya.20 Kemungkinan modifikasi perilaku tersebut juga boleh dikatakan tak terbatas. Fokus teori ini adalah bagaimana menimbulkan, mengembangkan dan memodifikasi perilaku operant tersebut dengan penguatan (reinforcement). Ia membedakan adanya dua responss, yakni:
a) Responsdent Responss atau Reflexive Responss
Adalah responss yang ditimbulkan oleh rangsangan- rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan semacam ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap, misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya perangsangan- perangsangan yang demikian itu mendahului responss yang ditumbulkan.
19 Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rajagrafindo persada, 2017), hlm. 69
20 A. Wawan dan Dewi M. Teori & Pengukuran pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia (Yogyakarta: Nuha medika, 2010), hlm. 50
Responsdent responss (responsdent behaviour) ini mencakup juga emosi responss atau emotional behaviour. Emotional responss ini timbul karena hal yang kurang mengenakkan organisme yang bersangkutan, misalnya menangis karena sedih atau sakit, muka merah (tekanan darah meningkat karena marah). Sebaliknya hal- hal yang mengenakkan pun dapat menimbulkan perilaku emosional misalnya tertawa, berjingkat-jingkat karena senang dan sebaliknya.
b) Operant Responss atau Instrumental Responss
Adalah responss yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer karena perangsangan- perangsangan tersebut memperkuat responss yang telah dilakukan oleh organisme.21 Oleh karena itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku yang telah dilakukan. Apabila seorang anak belajar atau telah melakukan suatu perbuatan kemudian memperoleh hadiah maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain responsnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.
Di dalam kehidupan sehari-hari, responss jenis pertama (responsden responss atau responsdent behaviour) sangat terbatas keberadaannya pada manusia. Hal ini disebabkan karena hubungan yang pasti antara stimulus dan responss, kemungkinan untuk memodifikasinya adalah sangat kecil.
Sebaliknya operant responss atau instumental behaviour merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasinya
21 A. Wawan dan Dewi M. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia (Yogyakarta: Nuha medika, 2010), hlm. 50
sangat besar bahkan dapat dikatakan tidak terbatas. Fokus teori Skinner ini adalah pada responss atau jenis perilaku yang kedua ini.22
2. Rehabilitasi Sosial a. Pengertian
Kata Rehabilitasi dilihat dari maknanya berasal dari bahasa inggris yaitu Rehabilitation, yang artinya mengembalikan seperti semula, mengembalikan yang dimaksud adalah mengembalikan kemampuan yang pernah dimilikinya, karena suatu hal musibah yang berakibat pada kehilangan kemampuan seseorang, kemampuan yang hilang inilah yang dikembalikan seperti semula yaitu seperti kondisi sebelum terjadi musibah yang dialaminya.23 Sedangkan pengertian sosial yaitu semua yang berkaitan dengan masyarakat, yang peduli terhadap lingkungan sekitarnya.24 Jadi rehabilitasi sosial adalah proses pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun sosial agar seseorang yang mengalami musibah dapat kembali melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat.25
Dalam proses rehabilitasi sosial ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, baik itu instansi pemerintah dan swasta, masyarakat, serta yang paling penting yaitu keluarga, di mana lingkungan keluarga dibutuhkan dalam proses pengembalian setelah rehabilitasi.
1) Pelaksanaan rehabilitasi social
Pelaksanaan rehabilitasi sosial untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) berpedoman pada Peraturan Menteri Sosial Replubik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang Rehabilitasi Sosial Dasar Bagi Anak Terlantar.
22 Ibid., hlm. 52
23 Tarmansyah, Rehabilitasi dan Terapi untuk Individu yang Membutuhkan Layanan Khusus, (Padang:
Depdiknas, 2003), hlm. 12.
24 Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 603.
25 Ibid., hlm. 533.
Tujuan dari rehabilitasi sosial ini yaitu agar anak terlantar dapat melaksanakan keberfungsian sosial yang meliputi kemampuan dalam melaksanakan peran, memenuhi hak- hak anak, memecahkan masalah, aktualisasi diri dan pengembangan potensi diri, serta tersedianya lingkungan sosial yang mendukung keberhasilan rehabilitasi sosial anak terlantar.26 Rehabilitasi sosial untuk anak terlantar dilaksanakan dalam bentuk: motivasi dan diagnosis psikososial, perawatan dan pengasuhan, pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan, bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial dan konseling psikososial, pelayanan aksesibilitas, bantuan dan asistensi sosial, bimbingan resosialisasi, serta bimbingan lanjut dan/atau rujukan.27 a) Pendekatan awal
Kegiatan pendekatan awal untuk rehabilitasi sosial ini terdiri dari:
(1) Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan serah terima anak terlantar dari instansi perujuk atau masyarakat kepada LKSA dengan disertai persyaratan administrasi.
(2) Identifikasi
Identifikasi merupakan kegiatan upaya mengenal dan memahami masalah yang dihadapi oleh anak.
(3) Registrasi
Registrasi merupakan rangkaian kegiatan pendokumentasian informasi dan yang berkaitan dengan anak ke dalam buku register.
(4) Kontrak Layanan
26 Peraturan Menteri Sosial RI No 4 Tahun 2020 tentang Rehabilitasi Sosial Dasar Bagi Anak Terlantar
27 Ibid
Kontrak layanan merupakan penandatangan kesepakatan antara penerima manfaat, atau pihak perujuk dengan LKSA sebagai bukti legalitas status untuk memperoleh layanan.
(5) Pengasramaan
Pengasramaan merupakan penempatan anak terlantar di rumah antara sebelum memperoleh layanan rehabilitasi sosial lanjutan.
(6) Orientasi
Orientasi merupakan proses kegiatan pemberian pemahaman dan penge nalan program layanan dan lingkungan lembaga sehingga anak mengerti program layanan, aturan, ruang dan fungsi lembaga.
b) Pengungkapan dan Pemahaman masalah
Pengungkapan dan pemahaman masalah merupakan kegiatan mengumpulkan, menganalisis, dan merumuskan masalah, kebutuhan, potensi, dan sumber yang dapat dimanfaatkan dalam pelayanan rehabilitasi sosial. Kegiatan pengungkapan dan pemahaman masalah terdiri dari:
(1) Kegiatan Persiapan
Kegiatan persiapan merupakan upaya membangun hubungan antara pekerja sosial dan penerima pelayanan.
(2) Kegiatan Pengumpulan data dan informasi
Kegiatan pengumpulan data dan informasi merupakan upaya untuk mendapatkan data dan informasi penerima pelayanan.
(3) Kegiatan analisis
Kegiatan analisis merupakan kegiatan interpretasi data dan informasi guna menemukan masalah dan kebutuhan penerima pelayanan.
c) Penyusunan rencana pemecahan masalah
Penyusunan rencana pemecahan masalah merupakan kegiatan penetapan rencana pelayanan bagi penerima pelayanan.
d) Pelaksanaan rencana pemecahan masalah
Pelaksanaan rencana pemecahan masalah bagi penerima pelayanan, meliputi:
(1) Pemenuhan kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan untuk penerima pelayanan meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal, pemeliharaan kesehatan dan olah raga.
(2) Terapi Psikososial
Terapi psikososial merupakan pelayanan konseling individu maupun kelompok untuk pengembangan aspek kognitif, afektif, konatif, dan sosial yang bertujuan untuk terjadinya perubahan sikap dan perilaku ke arah yang adaptif.
(3) Terapi Mental dan Spiritual
Terapi mental dan spiritual merupakan kegiatan pemahaman pengetahuan dasar keagamaan, etika kepribadian dan kedisiplinan yang ditunjukan untuk memperkuat sikap/karakter dan nilai spiritual. Terapi mental dan spiritual dilaksanakan dalam bentuk ceramah keagamaan, bimbingan keagamaan, pelaksanaan ibadah, pembentukan karakter, pemahaman nilai budaya dan disiplin yang dilaksanakan baik secara individu maupun kelompok.
(4) Kegiatan pendidikan dan pelatihan vokasional
Kegiatan pendidikan dan pelatihan vokasional merupakan bentuk pelatihan untuk penyaluran minat, bakat, dan menyiapkan kemandirian
anak terlantar setelah mereka dewasa dalam bentuk keterampilan kerja atau magang kerja.
(5) Reintegrasi Sosial
Reintegrasi sosial merupakan proses penyiapan anak terlantar untuk dapat kembali ke dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
(6) Terminasi
Terminasi merupakan kegiatan pengakhiran rehabilitasi sosial kepada anak terlantar di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Al- Anshori.
(7) Bimbingan Lanjut
Bimbingan lanjut dalam tahapan rehabilitasi sosial merupakan kegiatan pemantauan perkembangan anak setelah anak kembali ketengah masyarakat.
Bagan 1.1 Kerangka Berfikir
Data Anak Terlantar di LKSA Al-Anshari
Rehabilitasi Sosial Anak:
- Pemenuhan Kebutuhan
- Terapi Psikososial - Terapi Mental dan
Spiritual
- Kegiatan Pendidikan - Pelatihan
- Reintegrasi Sosial
Rehabilitasi Anak Terlantar di LKSA Al-
Anshori
Anak Terlantar mampu berfungsi secara sosial di masyarakat dan terpenuhi hak-
haknya.
G. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian, metodologi sangat dibutuhkan sebagai proses yang prosedural untuk mencapai hasil atau target penelitian. Metodologi penelitian dalam hal ini dibagi sebagai berikut:
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Artinya penelitian ini akan menghasilkan data deskriptif menggunakan kata-kata lisan ataupun tulisan serta perilaku orang-orang yang dapat dideskripsikan. Penelitian ini tidak menggunakan data-data statistik.
Pendekatan kualitatif bisa memberikan peneliti informasi dan data berkaitan dengan obyek penelitian yang dibutuhkan. Selain daripada itu, peneliti juga akan menggunakan design penelitian deskriptif-analitik yang orientasinya untk mengetahui gejala yang sifatnya alamiah. Karena ini merupakan studi kasus tentang perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat, hal itu tentu tidak bisa dilakukan di dalam sebuah labolatorium melainkan terjun langsung di lapangan. Penelitian kualitatif dieksplorasi dan diperdalam dari fenomena sosial atau lingkungan sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian, tempat, dan waktu. Latar sosial tersebut digambarkan sedemikian rupa sehingga dalam melakukan penelitian kualitatif mengembangkan pertanyaan dasar.28
Penelitian kualitatif secara garis besar dibedakan menjadi penelitian kualitatif interaktif yaitu merupakan studi yang mendalam dengan mengunakan teknik pengumpulan data langsung dari subjek dalam lingkungan alamiahnya. Penelitian interaktif mendeskripsikan konteks dari studi, mengilustrasikan pandangan yang
28 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almansur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 25.
berbeda dari fenomena, dan secara berkelanjutan merevisi pertanyaan berdasarkan pengalaman di lokasi penelitian. Penelitian non-interaktif disebut juga penelitian analitis, penelitian non-interaktif menganalisis dokumen. Peneliti menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis, dan mengadakan sintesis data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan, dan peristiwa yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat diamati.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian, karena peneliti berharap dengan menggunakan penelitian ini, didapatkan hasil penelitian yang menyajikan data akurat, dan digambarkan secara jelas dari kondisi sebenarnya mengenai implementasi rehabilitasi sosial bagi anak terlantar di LKSA Al- Anshori. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka- angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif, selain itu, semua yang dikumpulkan mungkin menjadi kunci apa yang telah diteliti. Dengan demikian, laporan hasil penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut, mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Penulisan laporan demikian, peneliti menganalisis data yang sangat kaya dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya.29
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti akan turun dan terlibat secara langsung ke masyarakat yang menjadi subyek untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.
3. Lokasi Penelitian
29 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almansur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 65.
Penelitian ini dilakukan di salah satu Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang ada di Kabupaten Lombok Timur, Kecamatan Jerowaru, Desa Jerowaru, yang bernama LKSA Al-Anshori. Alasan peneliti menjadikan lembaga ini sebagai lokasi penelitian adalah karena lokasi penelitian ini merupakan lembaga yang secara khusus melakukan rehabilitasi terhadap anak terlantar yang berupaya untuk memulihkan fungsi sosial anak, keluarga anak, dan lingkungan sosial anak serta memenuhi hak-hak anak yang tidak dapat dipenuhi oleh orang tua atau keluarga.
4. Sumber Data
Suharsimi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sumber data di dalam penelitian adalah subyek dari mana data didapatkan.30 Dalam menentukan sumber data, peneliti memilihnya sebagai berikut:
a. Data Primer: sumber data ini didapatkan langsung dari sumber utama melalui wawancara dan observasi terhadap ketua lembaga, anak-anak binaan LKSA Al- Anshori, pengasuh, dan masyarakat setempat.
b. Data Sekunder: data ini diperoleh dari sumber-sumber tidak langsung seperti surat menyurat, dokumentasi dan peraturan perundang-undangan terkait.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan dengan objektif maka peneliti akan melakukan prosedur pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi: merupakan cara untuk memperoleh data secara langsung dengan cara mengamati secara langsung terhadap suatu peristiwa. Dalam hal ini, peneliti bisa hanya menjadi observer atau partisipan terhadap objek yang akan diteliti.31 Dalam
30 Suharsimi Arikonto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.146.
31Ibid,. hlm.219.
penelitian ini, peneliti akan melakukan observasi terhadap kebiasaan, perilaku, dan kegiatan anak binaan serta pengurus LKSA Al-Anshori.
b. Wawancara: merupakan komunikasi antara dua orang atau lebih dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan atau data tentang apa yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian berdasarkan kepada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.32 Dalam penelitian ini digunakan wawancara tidak terstruktur oleh karena ingin memperoleh informasi dan atau data secara mendalam ketika peneliti mewawancarai beberapa sumber data primer. Wawancara akan dilakukan ke anak- anak berdasarkan klasifikasi sekolah, anak Sekolah Dasar 2 orang, Sekolah Menengah Pertama 2 orang, Sekolah Menengah Atas 2 orang dan pembina 4 orang.
Mereka akan peneliti wawancarai karena mereka yang merasakan ada atau tidaknya perubahan selama proses rehabilitasi sosial.
c. Dokumentasi: menjadi cara untuk memperoleh data yang tidak langsung dari subyek penelitian seperti surat menyurat, hasil rapat, dan data tertulis tentang perkembangan anak selama proses rehabilitasi.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data ini penting dilakukan untuk menyederhanakan data yang didapatkan serta mengklasifikasikan data sesuai kebutuhan peneliti untuk melakukan interpretasi.33 Di dalam proses penelitian ini, peneliti akan melakukan beberapa hal di antaranya mengumpulkan data-data baik itu dalam bentuk tulisan, gambar dan hasil wawancara, kemudian merangkum memilih hak-hak pokok dan penting, kemudian mendeskripsikannya dengan lugas untuk dapat dipahami, selanjutnya adalah membuat kesimpulan dari proses observasi, wawancara dan dokumentasi.
32 Suharsimi Arikonto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.146.
33 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), hlm. 332.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka untuk membuktikan data yang didapatkan di lokasi penelitian dengan keadaan yang sesungguhnya. Nasution menjelaskan bahwa alat ukur dalam penelitian bisa dikatakan valid atau absah apabila alat yang digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Dan kredibilitas data itu sendiri bertujuan untuk membuktikan apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan pernyataan sesungguhnya. Kredibilitas adalah ukuran kebenaran data yang dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian.34
Dalam rangka memperoleh keabsahan data yang sebenar-benarnya, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Perpanjangan Kehadiran Peneliti
Sebelum melaksanakan penelitian secara formal, terlebih dahulu peneliti menyerahkan surat izin meneliti kepada Kesbangpoldagri Lombok Timur, kepala Desa Jerowaru dan Ketua Lembaga LKSA Al-Anshori. Hal ini diniatkan untuk mendapatkan tanggapan hangat dari seluruh subyek penelitian secara khusus dan masyarakat desa Jerowaru secara umum.
b. Triangulasi Data
Triangulasi data merupakan teknik yang dilakukan untuk memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Ini dilakukan untuk membandingkan data yang diperoleh selama melaksanakan penelitian, kegiatan triangluasi data menjadi hal yang paling sering dilakukan untuk mengecek kebenaran data yang didapatkan.35
34 Nasution, Metode Reaserch, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 74.
35 Ibid.,hlm. 330.
Peneliti menggunakan metode triangulasi karena peneliti membandingkan hasil wawancara dengan observasi, dan membandingkan antara hasil dokumentasi dengan wawancara, hal ini untuk memadupadukan antara apa yang dilihat selama observasi dengan apa yang di lihat dan didengarkan, sehingga nantinya tidak bertolak belakang dengan apa yang didapatkan.
c. Observasi Mendalam
Obervasi mendalam bertujuan untuk memberikan deskripsi terhadap situasi yang terjadi di desa lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti melakukan observasi terhadap kebiasaan dan kegiatan LKSA Al-Anshori terkait dengan perubahan perilaku anak selama rehabilitasi sosial.
d. Pembahasan Teman Sejawat
Hal ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil penelitian yang sifatnya sementara untuk didiskusikan dengan teman sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data.36
1) Bertujuan untuk konsisten menjaga sikap keterbukaan dan kejujuran 2) Menguji hipotesa dari pemikiran peneliti
Pada proses pengambilan data, mulai dari awal proses penelitian hingga pengolahannya, peneliti tidak sendirian akan tetapi kadang-kadang ditemani oleh orang lain yang bisa diajak bersama-sama untuk membahas data yang telah dikumpulkan. Proses ini juga dipandang sebagai pembahasan yang sangat bermanfaat untuk membandingkan hasil-hasil yang telah peneliti kumpulkan dengan hasil yang orang lain dapatkan, karena bukan mustahil penemuan yang
36 Lexy J. Moeleong. Metode Penelitian kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2018), hlm. 332- 333.
didapatkan bisa juga mengalami perbedaan yang pada akhirnya akan bisa saling melengkapi.
e. Kecukupan Referensi
Adapun referensi yang dipakai adalah bahan dokumentasi, catatan lapangan yang tersimpan. Dengan referensi, peneliti dapat mengecek kembali data-data dan informasi-informasi penelitian yang peneliti peroleh saat di lapangan.
H. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan sistematika penulisan yang berdasarkan kepada PEDOMAN SKRIPSI Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram. Penulisan dalam penelitian ini menggunakan bahasa Indonesia, baik mengenai struktur penulisan kalimat maupun kata dan juga menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dan sesuai dengan panduan Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI).
Dalam penelitian ini penulis membagi ke dalam empat bagian yang masing-masing memiliki sub-sub bab dengan penyusunan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan dan menjelaskan, konteks penelitian atau latar belakang masalah sehingga menarik peneliti untuk mengkaji permasalahan yang akan menjadi tema dasar dalam penelitian ini, termasuk juga dalam bab ini berisi fokus kajian, tujuan dan manfaat, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TEMUAN DAN PAPARAN DATA
Pada bagian ini memuat penyajian data berupa profil lembaga dan temuan penelitian dilapangan serta tanggapan dari beberapa responden tentang pembahasan dari penelitian ini yaitu tentang perubahan perilaku anak selama rehabilitasi sosial di LKSA Al-Anshori, Desa Jerowaru, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur.
BAB III PEMBAHASAN
Bab ini mengungkapkan analisis terhadap data temuan peneliti di lapangan yang memuat jawaban tentang implementasi rehabilitasi sosial anak dan perubahan perilaku anak selama rehabilitasi sosial.
BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi penutup yang memuat kesimpulan dan saran- saran.
I. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan Ke -
1 2 3 4 5 6
1 Penyusunan Proposal √
2 Seminar Proposal √
3 Memasuki Lapangan √ √
4 Tahap Seleksi dan Analisis √
5 Membuat Draft Laporan √
6 Diskusi Draft Laporan √
7 Penyempurnaan Laporan √
8 Dan Seterusnya Disesuaikan Kebutuhan
√
BAB II
TEMUAN DAN PAPARAN DATA A. Latar Belakang LKSA Al-Anshori
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Al-Ansori Jerowaru yang bernaung di bawah Lembaga Swadaya Masyarakat Al-Ansori Kota Mataram Cabang Jerowaru didirikan berdasarkan usulan-usulan dari beberapa tokoh Agama dan Masyarakat tempat Lembaga ini berdomisili, yaitu di Jalan Tgh. Moh. Mutawalli Desa Jerowaru Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Al-Ansori Jerowaru didirikan pada tanggal 05 Januari 2011, akan tetapi kegiatan-kegiatan dalam bidang Sosial dilaksanakannya sejak tahun 2008 dari satu Wilayah ke Wilayah lain. Tingkat kepedulian Sosial yang tinggi antar sesama dan Pengetahuan Pengasuhan yang dimiliki oleh para Pengelola dan Masyarakat setempat merupakan motivasi utama semua elemen di LKSA Al- ansori dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsinya ditengah Masyarakat yakni memperhatikan dan melayani Anak-anak dari berbagai kluster yakni Anak Terlantar (AT), anak yatim piatu, anak yatim, anak piatu yang tidak mampu, Anak Balita Terlantar (ABT), Anak Membutuhkan Perlindungan Khusus (AMPK), Anak Jalanan (ANJAL), Anak Bermasalah Hukum (ABH), Anak Penyandang Disabilitas (APD) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang lainnya.. Kondisi Ekonomi yang dimiliki oleh Anak- anak Asuh Al-ansori terutama yang berada di Wilayah Jerowaru bagian Barat masih sangat memperihatinkan, baik dari Material maupun Spiritual yang dihadapi dalam lingkungan Keluarganya. LKSA AL-ANSORI selama ini menjalankan Tugas Sosialnya tidak hanya berupa pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan Santunan Keluarga semata, tetapi juga diberikan bimbingan-bimbingan Ilmu Pengetahuan dan Keterampilan, melaksanakan kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP), Pelayanan Kesehatan, Kunjungan Rumah dan
Rekreasi, semua Kegiatan tersebut merupakan salah satu cara AL-ANSORI dalam mencapai Visi dan Misi Kemanusiaan.
Kondisi LKSA AL-ANSORI yang masih memiliki banyak kekurangan, terutama Sarana dan Prasarana tidak menyurutkan semangat para Pengelola dan Masyarakat setempat untuk berusaha menjadi Pelayan Sosial yang lebih baik ke depannya, demi tercapainya Cita- cita dari LKSA AL-ANSORI untuk mensejahterakan anak Bangsa dari Material dan Spiritual yang lebih baik. LKSA AL-ANSORI tidak hanya memberikan pelayanan kepada anak semata, akan tetapi terus berusaha mensosialisasikan Program LKSA kepada Masyarakat khususnya Keluarga dan kerabat dari anak Asuh , agar mereka mempunyai pengetahuan dalam Pengasuhan anak yang baik melalui program bina Keluarga Balita bagi Ibu/Keluarga dari anak asuh yang mempunyai Putra - putri usia Balita. Pembinaan Ekonomi juga dilaksanakan melalui kegiatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) , melaksanakan kegiatan Usaha Ekonomi Produktif - (UEP) dengan membuat Industri Rumah Tangga yang Produktif, di mana kegiatannya dilaksanakan oleh para Wali anak-anak LKSA bagi yang masih memiliki Keluarga semata-mata untuk melatih kemandirian mereka dalam menjalankan kehidupannya untuk tidak selalu bergantung kepada orang lain.
Dasar hukum Lembaga ini terbentuk Undang-undang Nomor: 23 Tahun 2002, diubah menjadi UU Nomor: 35 Tahun 2014. Undang-undang Nomor: 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial. Undang-Undang Nomor: 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Peraturan Mensos RI Nomor: 107/HUK/2009 tentang akreditasi lembaga dibidang kesejahteraan sosial. Peraturan Mensos RI Nomor: 30/HUK/2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak untuk LKSA. Peraturan Mensos RI Nomor : 21 Tahun 2013 tentang Pengasuhan Anak. UUD 1945 pasal 34 yang berbunyi fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Peraturan Gubernur NTB Nomor : 13 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Hibah dan Bantuan Sosial.
B. Program Rehabilitasi Sosial Bagi Anak Terlantar di LKSA Al-Anshori
Program rehabilitasi yang dilakukan oleh LKSA Al-Anshori adalah dalam rangka mengupayakan proses refungsionalisasi dan pemantapan taraf kehidupan anak dengan menyelenggarakan berbagai jenis rehabilitasi kepada warga binaannya.
Melihat dari sisi jenis rehabilitasi, maka pada pelaksanaannya LKSA Al-Anshori menyelenggarakan 4 jenis rehabilitasi secara efektif sesuai dengan teori yang diuraikan pada BAB I, yaitu:
1. Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi medis pada dasarnya mengupayakan penyembuhan atau pemulihan fisik/kesehatan anak yang menjadi warga binaan LKSA Al-Anshori. Rehabilitasi medis mempertemukan warga binaan sosial melalui layanan-layanan kesehatan yang dilakukan oleh para tenaga ahli seperti dokter, psikolog, maupun tenaga ahli konselor.
Berdasarkan temuan lapangan, LKSA Al-Anshori tidak secara langsung menyelenggarakan rehabilitasi medis, tetapi menerima rujukan rehabilitasi medis dari Puskesmas Kecamatan Jerowaru. Rujukan yang dimaksud LKSA AL-Anshori tidak menyediakan layanan pemeriksaan rutin kesehatan dengan sendiri melainkan bekerja sama dengan pihak puskesmas Kecamatan Jerowaru dengan mendatangakan dokter untuk memeriksa kesehatan anak terlantar, memeriksa perkembangan kesehatan, dan memberikan penyuluhan kesehatan. Jadi LKSA AL-Anshori memiliki program rehabilitasi pembinaan fisik dan kesehatan yang dikombinasikan dengan program pelayanan kesehatan dari pihak Puskesemas Kecamatan Jerowaru.
Program rehabilitasi medis bekerja sama dengan Dinas Kesehatan yaitu Puskesmas Kecamatan Jerowaru. LKSA AL-Anshori menyelenggarakan rehabilitasi medis melalui kegiatan assesmen. Kegiatan assesmen yang dilakukan dengan menilai aspek fisik atau kesehatan LKSA AL-Anshori seperti menjaga kebersihan diri,
menjaga kebersihan atau kerapihan kamar atau lingkungan, keaktifan mengikuti senam kesegaran jasmani (SKJ), dan keadaan stamina tubuh. Hal ini dilakukan agar warga binaan sosial yang mengalami gangguan kesehatan dapat mengoptimalkan kembali fungsi kesehatannya.37
2. Rehabilitasi Pendidikan
Rehabilitasi pendidikan merupakan upaya pengembangan potensi intelektual anak terlantar. Rehabilitasi jenis ini mengandalkan tenaga pendidik atau tenaga pengajar, khususnya yang menekuni bidang keterampilan. Rehabilitasi pendidikan yang dilaksanakan di LKSA AL-Anshori sangat berbeda dengan pengertian rehabilitasi pendidikan pada BAB I di mana rehabilitasi pendidikan diupayakan untuk pengembangan potensi intelektual anak terlantar yang dilaksanakan pada setting sekolah luar biasa (SLB), sedangkan untuk di LKSA AL-Anshori rehabilitasi pendidikan diupayakan bagi anak terlantar yang putus sekolah dilaksanakan pada setting informal, melalui sistem kejar paket pendidikan A, B, dan C, serta ada juga yang diupayakan untuk dapat memperoleh Pendidikan secara formal.38
3. Rehabilitasi Vokasional
Rehabilitasi vokasional merupakan upaya memberikan bekal keterampilan kerja bagi warga binaan sosial sehingga dapat hidup mandiri secara ekonomi di masyarakat.
Rehabilitasi Sosial.
4. Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi sosial merupakan jenis rehabilitasi untuk memulihkan kembali fungsi sosial anak di masyarakat. Berdasarkan hasil temuan lapangan, LKSA Al- Anshori menyelenggarakan rehabilitasi sosial melalui media konseling karena melalui
37 Observasi Pelaksanaan Rehabilitasi Medis, Jerowaru, Kamis 3 Maret 2022
38 Observasi Pelaksanaan Rehabilitasi Pendidikan, Jerowaru, Kamis 4 Maret 2022