1
( Aparatur Sipil Negara ) ( Aparatur Sipil Negara ) Dalam
Dalam PILPRES DAN PILEG 2019 PILPRES DAN PILEG 2019
Oleh Oleh
Kapolsek Panceng Kapolsek Panceng
AKP SHOLEH LUKMAN HADI, SH AKP SHOLEH LUKMAN HADI, SH
Tidak menjadi anggota dan atau pengurus Partai Politik
Tidak memihak dan menunjukkan
dukungan terhadap Partai Politik secara terbuka di depan publik
Tidak melibatkan diri dalam kegiatan- kegiatan politik yang dilakukan oleh partai politik
Tidak menggunakan fasilitas negara dan kewenangan yang diperoleh dari
jabatan untuk kepentingan partai politik
Memberikan pelayanan yang sama &
PENGERTIAN NETRALITAS
3
ASN mempunyai hak memilih sebagai warga negara sesuai dengan pilihan
sendiri secara bebas
ASN mempunyai hak pilih, dengan
ketentuan ASN yang bersangkutan harus mengundurkan diri sebagai ASN bila
menjadi calon anggota DPR, DPD, DPRD Propinsi, DPRD Kabupaten, DPRD Kota.
Supaya bisa menggunakan hak memilih dengan baik dan benar, ASN dituntut untuk mengikuti perkembangan politik. ASN
harus cerdas politik, tidak boleh apatis dan buta politik
KETENTUAN-KETENTUAN
DALAM NETRALITAS
Menjaga kekompakan dan keutuhan ASN
Mencegah ASN dan birokrasi pemerintah menjadi sasaran tarik menarik Partai
politik
Mencegah digunakannya birokrasi Pemerintah sebagai alat politik Partai politik
Agar ASN dan birokrasi Pemerintah dapat memberikan pelayanan yang adil dan tidak diskriminatif bagi semua rakyat.
Agar ASN dan birokrasi pemerintah
TUJUAN NETRALITAS
5
tentang
bahwa dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan bahwa dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun aparatur sipil negara Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional,
yang memiliki integritas, profesional,
netral dan bebas dari netral dan bebas dari intervensi politik
intervensi politik
, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan , bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945Indonesia Tahun 1945
Menimbang huruf a :
7
Huruf f , Yang dimaksud dengan “asas netralitas”
Huruf f , Yang dimaksud dengan “asas netralitas”
adalah bahwa setiap Pegawai ASN tidak berpihak dari adalah bahwa setiap Pegawai ASN tidak berpihak dari segala bentuk pengaruh manapun dan tidak memihak segala bentuk pengaruh manapun dan tidak memihak
kepada kepentingan siapapun.
kepada kepentingan siapapun.
Penjelasan
(2) Pegawai ASN harus bebas dari (2) Pegawai ASN harus bebas dari
pengaruh dan intervensi semua golongan pengaruh dan intervensi semua golongan
dan partai politik.
dan partai politik.
Pasal 9 :
9
(1) KASN bertugas:
(1) KASN bertugas:
a. menjaga netralitas Pegawai ASN;
a. menjaga netralitas Pegawai ASN;
Pasal 31 :
Dalam upaya menjaga netralitas ASN dari Dalam upaya menjaga netralitas ASN dari
pengaruh partai politik dan untuk menjamin pengaruh partai politik dan untuk menjamin
keutuhan, kekompakan, dan persatuan ASN, keutuhan, kekompakan, dan persatuan ASN,
serta dapat memusatkan segala perhatian, serta dapat memusatkan segala perhatian,
pikiran, dan tenaga pada tugas yang pikiran, dan tenaga pada tugas yang
dibebankan, ASN dilarang menjadi anggota dibebankan, ASN dilarang menjadi anggota
Penjelasan,
Alinea-5 :
11
tentang
Pelaksana kampanye dalam kegiatan kampanye dilarang mengikutsertakan :
e. Pegawai negeri sipil,
f. Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
Larangan Dalam Kampanye Pasal 84 ayat (2)
13
Sebagai peserta kampanye pegawai negeri sipil dilarang menggunakan atribut partai atau atribut PNS.
Pasal 84 ayat (4)
Sebagai peserta kampanye pegawai negeri sipil dilarang mengerahkan PNS di lingkungan kerjanya dan dilarang menggunakan fasilitas negara
Pasal 84 ayat (5)
Pelanggaran terhadap larangan ketentuan pada ayat (1) huruf c, f, g, I, dan huruf j, ayat (2) dan ayat (5) merupakan tindak pidana Pemilu
Pasal 84 ayat (6)
UU 32 TAHUN 2004 TENTANG
PEMERINTAHAN DAERAH
Dalam kampanye, dilarang melibatkan : a. Hakim pada semua peradilan;
b. Pejabat BUMN/BUMD;
c. Pejabat struktural dan fungsional dalam jabatan negeri;
d. Kepala Desa
Pasal 79 ayat (1)
15
Pejabat Negara, pejabat struktural dan fungsional dalam jabatan negeri, dan kepala desa dilarang membuat
keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa
kampanye
Pasal 79 ayat (5)
Pasangan calon dilarang melibatkan pegawai negeri sipil, anggota TNI, dan anggota Polri sebagai peserta kampanya dan juru kampanye dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
Pasal 80
(1)Pegawai Negeri Sipil dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik
(2)Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota/atau pengurus partai politik diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil
Pasal 2
(1)Pegawai Negeri Sipil yang akan menjadi anggota/atau pengurus partai politik wajib mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil (2)Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil
Pasal 3
17
1. Bagi PNS yang menjadi calon Kepala atau Wakil Kepala Daerah :
1. Bagi PNS yang menjadi calon Kepala atau Wakil Kepala Daerah :
a. Wajib membuat surat pernyataan mengundurkan diri dari jabatan negeri pada jabatan struktural atau fungsional yang disampaikan kepada atasan langsung untuk dapat diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Dilarang menggunakan anggaran Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
c. Dilarang menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya.
d. Dilarang melibatkan PNS lainnya untuk memberikan dukungan dalam kampanye.
SE/08.A./M.PAN/5/2005
2. Bagi PNS yang bukan calon Kepala atau Wakil Kepala Daerah :
2. Bagi PNS yang bukan calon Kepala atau Wakil Kepala Daerah :
a. Dilarang terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala dan/atau Wakil Kepala Daerah.
b. Dilarang menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatanya dalam kegiatan kampanye.
c. Dilarang membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye.
d. PNS dapat menjadi anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS), Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)
19
PEDOMAN NETRALITAS DALAM PEMILUKADA
1. Pada saat PEMILUKADA anggota KORPRI wajib:
a. Menyukseskan PEMILUKADA b. Menciptakan situasi yang kondusif
c. Ikut mensosialisasikan makna dan manfaat PEMILUKADA d. Menggunakan hak pilihnya sesuai hati nuraninya (tidak golput)
e. Bersedia menjadi petugas KPUD, Panwaslu KPPS apabila dibutuhkan dengan seijin pimpinan
2. Bagi anggota KORPRI yang menjadi calon Kepala/Wakil Kepala Daerah:
a. Wajib membuat surat pernyataan pengunduran diri dari jabatan negeri pd jab struktural atau fungsional, disampaikan kepada atasan langsung untuk diproses sesuai peraturan perundangan yang berlaku
b. Dilarang menggunakan anggaran pemerintah daerah
c. Dilarang menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya
d. Dilarang melibatkan anggota KORPRI/PNS lainnya untuk memberikan dukungan dalam kampanye
3. Bagi anggota KORPRI yang bukan calon Kepala/Wakil Kepala Daerah:
a. Dilarang terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala/Wakil Kepala Daerah
b. Dilarang menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya dalam kegiatan kampanye
c. Dilarang membuat keputusan atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye
1. KAMPANYE TERSELUBUNG;
2. STRATEGIS KEDUDUKAN ANGGOTA KORPRI, MENJADI INCARAN KEKUATAN SOSPOL UNTUK MEMPEROLEH/MEMPERTAHANKAN KEKUASAAN;
3. PENENTUAN SIKAP NETRAL BUKANLAH PEKERJAAN YANG SEDERHANA (MUDAH TEROMBANG AMBING OLEH GESEKAN KEPENTINGAN, GAMANG, AGAR TIDAK MENJADI KORBAN POLITIK);
4. ADA OKNUM ANGGOTA KORPRI YANG BERMAIN POLITIK, KARENA DIIMING-IMINGI JABATAN;
5. POSISI SEBAGAI PNS SERBA SULIT:
- TIDAK MENDUKUNG AKAN MENDAPAT SANKSI NON-JOB
- MENDUKUNG CALON KADA TIDAK MENANG JUGA AKAN MENDAPAT SANKSI NON-JOB
6. PENEMPATAN PNS DALAM JABATAN STRUKTURAL TIDAK SESUAI KETENTUAN PERUNDANGAN, YANG MENGAKIBATKAN PNS MENCARI CELAH;
7. SANKSI YANG TIDAK TEGAS TERHADAP PELANGGARAN NETRALITAS.
21