• Tidak ada hasil yang ditemukan

Andi Lis Arming Gandini, M.Kep NIP iv LEMBAR PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada klien dengan Ulkus Diabetikum Di RSUD dr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Andi Lis Arming Gandini, M.Kep NIP iv LEMBAR PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada klien dengan Ulkus Diabetikum Di RSUD dr"

Copied!
274
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Bisul yang tidak ditangani dengan baik akan mudah terluka, dan cepat berkembang menjadi tukak diabetik (Monalisa dan Gultom, 2010). Adanya bakteri saprofit tersebut menyebabkan tukak busuk, tukak diabetik juga merupakan salah satu gejala klinis dan perjalanan penyakit diabetes melitus dengan neuropati perifer (Andyagreeni, 2010). Ulkus diabetik seringkali diawali dengan cedera pada jaringan lunak kaki, terbentuknya celah di antara jari kaki atau di area kulit kering, atau terbentuknya kapalan.

Lebih dari 150 juta orang di dunia pada tahun 2016 menderita diabetes dan hampir seperempat diantaranya berisiko mengalami tukak diabetik. 25% kasus tukak diabetik berujung pada amputasi organ. Kanudjoso Djatiwibowo memperoleh data bahwa dalam dua tahun terakhir kasus penderita tukak diabetik di RSUD dr.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan tindakan keperawatan pada pasien Ulkus Diabetikum RSUD dr. Evaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan pada warga binaan penderita diabetes RSUD dr.

Manfaat Penelitian

  • Bagi peneliti
  • Bagi tempat penelitian
  • Bagi perkembangan ilmu keperawatan

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Medis

  • Definisi
  • Etiologi
  • Anatomi fisiologi
  • Patofisiologi
  • Pathway Diabetes Mellitus
  • Manifestasi Klinik
  • Pemeriksaan penunjang
  • Penatalaksanaan
  • Komplikasi

Mekanisme pasti yang menyebabkan resistensi insulin dan mengganggu sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Pada diabetes tipe II, terdapat dua masalah besar terkait insulin, yaitu: resistensi insulin dan resistensi insulin. Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia di atas 30 tahun dan mengalami obesitas.

Karena intoleransi glukosa yang lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, diabetes tipe II bisa tidak terdeteksi. Pengobatan utama untuk diabetes tipe II adalah penurunan berat badan karena resistensi insulin berhubungan dengan obesitas.

Gambar 2.1 Sistem Endokrin
Gambar 2.1 Sistem Endokrin

Asuhan Keperawatan

  • Pengkajian
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi keperawatan
  • Implementasi keperawatan
  • Evaluasi keperawatan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status cairan (L.03028) membaik... 1) Kekuatan nadi meningkat 2) Haluaran urin meningkat 3) Denyut nadi membaik 4) Turgor kulit membaik 5) Rasa haus akan berkurang 6) Asupan cairan meningkat. Pengkajian keperawatan mengukur keberhasilan perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Asesmen dalam keperawatan merupakan kegiatan mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah ditetapkan, menentukan pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil proses keperawatan (Rahma, 2011).

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna tanpa memperhatikan apakah tujuan tindakan keperawatan yang dilakukan telah tercapai atau diperlukan pendekatan yang berbeda. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan klien.

METODE PENELITIAN

  • Pendekatan/Desain Penelitian
  • Subyek Penelitian
  • Batasan Istilah (Definisi Operasional)
  • Lokasi dan Waktu Penelitian
  • Prosedur Penelitian
  • Teknik dan Instrument Pengumpulan Data
  • Keabsahan Data
  • Analisis Data

Pada pembahasan kali ini peneliti membahas tentang asuhan keperawatan pada 2 pasien Ulkus Diabetikum sesuai dengan konsep teori yang ada. Intervensi Keperawatan pada Pasien Ulkus Diabetikum di Ruang Flamboyan RS Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dan RSUD. Intervensi tindakan nyeri akut yang telah disiapkan peneliti untuk pasien 2 menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) antara lain: 1.

Menurut penulis manfaat pelaksanaan intervensi nyeri akut yang disiapkan pada pasien 1 dan pasien 2 sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yaitu meliputi observasi, terapi, edukasi dan kolaborasi. Intervensi gangguan integritas jaringan yang telah disusun peneliti untuk pasien 1 menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) antara lain: 1. Intervensi gangguan integritas jaringan yang telah disusun peneliti untuk pasien 2 menurut (SIKI Tim Pokja DPP PPNI Tahun 2018) meliputi: 1.

Menurut penulis, kelebihan pelaksanaan intervensi gangguan integritas jaringan yang disiapkan pada pasien 1 dan pasien 2 sudah sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yaitu observasi, terapi, edukasi dan kerjasama. Tindakan intervensi risiko defisiensi nutrisi yang dikembangkan peneliti untuk Pasien 1 telah sesuai dengan (Pokja SIKI DPP PPNI, 2018), antara lain: 1. Penggunaan dan penulisan outcome pengukuran pada Pasien 1 telah sesuai dengan SLKI ( Standar Hasil Keperawatan Indonesia).

Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, SIKI DPP PPNI, 2018), intervensi tindakan self-care defisit yang disiapkan peneliti untuk pasien 1 antara lain: 1. Menurut penulis, manfaat penerapan intervensi tindakan untuk defisit perawatan diri disiapkan untuk pasien 1 sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) meliputi observasi, terapi dan edukasi. Langkah-langkah intervensi risiko intoleransi aktivitas yang disiapkan peneliti untuk pasien 2 menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) antara lain: 1.

HASIL dan PEMBAHASAN

Hasil

  • Gambaran Lokasi Penelitian
  • Data Asuhan Keperawatan

Pasien mengatakan ada luka kecil di kaki kanannya dan lama kelamaan lukanya semakin membesar. Data objektif. D.0109) Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal yang ditandai dengan: Pasien mengatakan kakinya sulit digerakkan, pasien dalam. asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka perawatan mandiri ditingkatkan, dengan kriteria sebagai berikut: kebersihan diri, berpakaian, berpakaian dan makan Terapi 4.2 Memberi. Pasien melaporkan nyeri pada kaki kanan skala 6 dirasakan hilang timbul seperti ditusuk dengan durasi 1 menit.

S : Pasien mengatakan nyeri tungkai kaki kanan merupakan ulkus diabetikum, skala nyeri 6, datang dan pergi seperti ditusuk, dan berlangsung selama dua menit. O: Pasien terlihat muram. S : Pasien mengatakan enggan makan karena pola makannya terlalu ketat. Pasien mengatakan dia tidak memiliki alergi dan tidak ada intoleransi terhadap makanan apapun. S : Kata pasien ada luka di kaki kanan, kata pasien luka itu akibat gigitan serangga. O: Ada luka di betis.

S : Pasien bilang kakinya susah digerakkan, pasien bilang badannya lemas, pasien bilang susah geraknya O : Pasien patuh. S : Pasien mengatakan bahwa dia khawatir dengan kondisinya saat ini, pasien mengatakan bahwa dia tidak bisa menjadi pencari nafkah keluarga, pasien mengatakan bahwa dia telah mengeluarkan banyak uang untuk berobat. S : Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan, skala 4, hilang timbul, nyeri seperti ditusuk. O: Pasien terlihat muram.

S : Pasien mengatakan dia khawatir dengan kondisinya saat ini, tidak bisa menjadi tulang punggung keluarga. Pasien mengatakan bahwa dia menghabiskan banyak uang untuk pengobatannya. S : Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan, ulkus diabetik dengan skala nyeri 2, datang dan pergi, nyeri seperti ditusuk, berlangsung 1 menit. S : Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan, tukak diabetik, skala nyeri 2, hilang, seperti tertusuk tusukan, berlangsung 1 menit.

S : Pasien mengatakan ada luka di kaki kanannya. Kata pasien, luka tersebut disebabkan oleh gigitan serangga. O: Ada luka di betis. S : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakannya berkurang dan merasa nyaman saat dibersihkan.

Pembahasan

  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan

Menurut peneliti, tukak diabetik ditemukan pada pasien 1 dan 2 yang disebabkan oleh tingginya kadar glukosa dalam darah yang ditandai dengan. Namun pada rumusan diagnosa keperawatan pasien 1 penulisan diagnosa risiko belum sesuai dengan cara penulisan diagnosa risiko pada SDKI dengan rumusan sebagai berikut. Pada pasien 2 diperoleh data subjektif dalam pengkajian, pasien mengatakan mengeluh lelah dan memerlukan bantuan dalam melakukan aktivitas apapun.

Namun pada saat merumuskan diagnosa keperawatan Pasien 2, penulis tidak menuliskan diagnosa risiko sesuai dengan cara penulisan diagnosa risiko pada SDKI, dengan rumusan sebagai berikut. Kerugian dari penerapan intervensi gangguan integritas jaringan yang disiapkan pada pasien 1 dan pasien 2 adalah penerapan dan penulisan kriteria luaran tidak sesuai dengan Standar Hasil Keperawatan Indonesia (SLKI). Dalam diagnosa keperawatan risiko defisiensi nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (penolakan makan) pada pasien 1, peneliti memasukkan tujuan agar status gizi membaik dalam waktu 4 x 24 jam setelah melakukan tindakan keperawatan.

Menurut penulis manfaat pelaksanaan intervensi tindakan risiko defisiensi nutrisi yang disiapkan pada pasien 1 sudah sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yaitu meliputi observasi, terapi, edukasi dan kerjasama. Menurut penulis manfaat penerapan tindakan intervensi risiko jatuh pada pasien 2 sudah sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yaitu meliputi observasi, terapi dan edukasi. Kerugian dari penerapan intervensi risiko jatuh yang disiapkan pada pasien 2 adalah penerapan dan penulisan kriteria outcome tidak sesuai dengan Standar Hasil Keperawatan Indonesia (SLKI).

Menurut penulis manfaat penerapan intervensi tindakan anticemas yang telah disiapkan pada pasien 1 sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yaitu meliputi observasi, terapi dan edukasi. Menurut penulis manfaat penerapan tindakan intervensi risiko intoleransi aktivitas yang disiapkan pada pasien 2 sudah sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yaitu meliputi observasi, terapi dan edukasi. Kerugian dari penerapan intervensi risiko intoleransi aktivitas yang disiapkan pada pasien 2 adalah penerapan dan penulisan kriteria outcome tidak sesuai dengan Outcome Keperawatan Indonesia (SLKI).

KESIMPULAN dan SARAN

Kesimpulan

  • Diagnosa keperawatan
  • Intervensi
  • Implementasi

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada pasien 1 penderita tukak diabetik di RS Flamboyan Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dan pasien 2 penderita tukak diabetik di RSUD Dr. Pengkajian dilakukan oleh penyidik ​​pada pasien 1 dan penyidik ​​pada pasien 2 sesuai dengan teori, meliputi identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan pasien, pola aktivitas sehari-hari, data psikososial, data status mental pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan penunjang. investigasi terapeutik. pengelolaan. Salah satu pertimbangan utama dalam pengkajian pasien ulkus diabetikum adalah pengkajian nyeri dengan metode PQRST (Provokes/Palliates, Quality, Region/Radian, Scale/Severity, Time).

Menurut teori yang dikemukakan penulis pada bab sebelumnya, terdapat sembilan diagnosa keperawatan yang umum terjadi pada pasien ulkus diabetikum. Diagnosa yang muncul pada pasien 1 antara lain: nyeri akut berhubungan dengan zat berbahaya fisiologis, risiko defisiensi nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan makan), gangguan integritas jaringan berhubungan dengan neuropati perifer, defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, dan kecemasan. . terkait dengan ancaman, dengan konsep diri. Sedangkan diagnosis yang muncul pada Pasien 2 antara lain: nyeri akut berhubungan dengan agen berbahaya fisiologis, gangguan integritas jaringan berhubungan dengan neuropati perifer, risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan peredaran darah, dan risiko jatuh terkait perubahan kadar glukosa darah.

Menurut penulis, kemungkinan diagnosis berdasarkan penelitian tersebut adalah risiko gangguan spiritual baik pada pasien maupun pada pasien 2 yaitu risiko defisit nutrisi. Intervensi yang dilakukan peneliti adalah intervensi yang dilakukan melalui observasi, terapi, edukasi dan kolaborasi. Implementasi dalam hal ini harus dilakukan sesuai dengan upaya yang telah direncanakan, kemudian dilakukan berdasarkan diagnosis sebenarnya atau prioritas masalah yang ditemukan pada pasien.

Sedangkan evaluasi sumatif merupakan rangkuman hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan.

Saran

  • Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

JUDUL : Asuhan keperawatan pada klien penderita ulkus diabetes di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dan RSUD Dr. rumah sakit. JUDUL : Asuhan keperawatan pada klien penderita ulkus diabetes di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dan RSUD Dr. rumah sakit. Pernapasan lobus hidung tidak ada, posisi septum hidung simetris, lubang hidung bersih, tidak ada penurunan ketajaman penciuman dan tidak ada kelainan.

Simetris, kepala bersih, rambut merata, rambut hitam mulai beruban dan tidak ada kelainan. Premitus vokal teraba di seluruh lapang paru, Ekspansi paru simetris, ekspansi paru kanan dan kiri sama, Tidak ada kelainan.

Tabel 1: Skor Pemeriksaan GCS (Glasgow Coma Scale)
Tabel 1: Skor Pemeriksaan GCS (Glasgow Coma Scale)

Gambar

Gambar 2.1 Sistem Endokrin
Tabel 1: Skor Pemeriksaan GCS (Glasgow Coma Scale)

Referensi

Dokumen terkait

ANALYSIS • Who: The faces of forex that shape market action • Why: Understand the nature of forex, and its inherent opportunity • Where: Matching your objectives to the optimal