MENGOPTIMALKAN WAKTU TUNGGU RESEP OBAT PASIEN RAWAT JALAN BAIK OBAT JADI MAUPUN OBAT RACIKAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. RASIDIN PADANG TAHUN
2023
Annisa Salsabila¹
Universitas Baiturrahmah, Padang Indonesia Email: [email protected]
ABSTRAK
Waktu tunggu obat adalah jumlah waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat jadi. menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2022 tentang Indikator nasional mutu pelayanan kesehatan tempat praktik mandiri dokter dan dokter gigi, klinik, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, laboratorium kesehatan, dan unit transfuse darah ditetapkan waktu tunggu obat maksimal 15 menit untuk obat non racikan dan 30 untuk obat racikan, tanpa melihat jumlah item obat. Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui lamanya waktu tunggu pelayanan resep pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi RSUD dr Rasidin Padang. Tidak berjalannya SOP dengan baik, keterlambatan dalam pengentrian data bpjs dan gangguan jaringannBerdasarkan laporan survei standar pelayanan minimum waktu tunggu dan kepuasan pelanggan RSUD dr. Rasidin tahun 2022 diperoleh rerata waktu tunggu farmasiobat jadi di depo farmasi rawat jalan adalah 2 jam 36 menit. Sedangkan rerata waktu tunggu obat racikan adalah 4 jam 30 menitPelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. (Kepmenkes No. 1197/Menkes/SK/X/2004 Rencana upaya untuk mengatasinya yaitu dengan Melakukan evaluasi kembali terhadap rencana yang di buat dan mencari alternatif pemecahan masalah di bidang logistik farmasi.
Kata Kunci: Waktu tunggu obat,pelayanan,penyediaan.
ABSTRACT
Drug waiting time is the amount of time from the time the patient submits the prescription to receiving the finished drug. according to Minister Of Health Of The Republic Of Indonesia Number 30 Of 2022 concerning National Indicators for the quality of health services in independent practice locations for doctors and dentists, clinics, community health centers, hospitals, health laboratories, and blood transfusion units, the waiting time for non-concocted drugs is set at a maximum of 15 minutes and 30 for concoction drugs, regardless of the number of medicinal items. The purpose of this study was to determine the waiting time for outpatient prescription services at the Pharmacy Installation of RSUD Dr Rasidin Padang. SOP not working properly, delays in entering BPJS data and network disruptions. Based on the survey
report, the minimum service standard is waiting time and customer satisfaction at RSUD dr.
Rasidin in 2022 obtained that the average waiting time for finished pharmaceuticals at outpatient pharmacy depots was 2 hours 36 minutes. Meanwhile, the average waiting time for concoction drugs is 4 hours 30 minutes. Hospital pharmacy services are one of the activities in the hospital that support quality health services. This is clarified in the Decree of the Minister of Health Number 1333/Menkes/SK/XII/1999 concerning Hospital Service Standards, which states that hospital pharmacy services are an integral part of the hospital health service system which is oriented towards patient care, the provision of medicines that are quality, including clinical pharmacy services, which are affordable for all levels of society. (Kepmenkes No.
1197/Menkes/SK/X/2004 The plan for efforts to overcome this is by re-evaluating the plans made and looking for alternative solutions to problems in the field of pharmaceutical logistics.
Keywords: Waiting time for drugs, services, provision.
PENDAHULUAN
Menurut (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, 2009) Upaya kesehatan dapat dilakukan melalui pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu danm berkesinambungan. Salah satu unsur kesehatan adalah sarana kesehatan. Sarana kesehatan meliputi Balai Pengobatan, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus dan saranan kesehatan lainnya.
Berdasarkan Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Berdasarkan laporan survei standar pelayanan minimum waktu tunggu dan kepuasan pelanggan RSUD dr. Rasidin tahun 2022 diperoleh rerata waktu tunggu farmasiobat jadi di depo farmasi rawat jalan adalah 2 jam 36 menit. Sedangkan rerata waktu tunggu obat racikan adalah 4 jam 30 menit.
Hal tersebut sangat penting dalam rangka peningkatan waktu tunggu resep obat rawat jalan di RSUD dr. Rasidin Padang. Untuk itu kelompok tertarik mengambil pembahasan yang berfokus pada bidang mutu rumah sakit yaitu dengan judul
“PENGOPTIMALAN WAKTU TUNGGU RESEP OBAT PASIEN RAWAT JALAN”.
METODE
Kegiatan Pengalaman Kerja Lapangan ini dilaksanakan selama 23 hari di RSUD dr. Rasidin Padang yang terletak di Gunung Sarik, Kuranji, Jl. Air Paku, Gn. Sarik., Kec. Kuranji, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat.
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis berupa bahasa tertulis atau lisan dari orang dan pelaku yang dapat diamati. Analisis studi menggunakan pendekatan diagram tulang ikan (Fishbone) Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data literatur, Wawancara, dan observasi.
Masalah-masalah yang telah diperoleh selanjutnya diurutkan berdasarkan perioritas msalah. Hal ini bertujuan untuk mempermuah dalam penyusuanan strategi penyelesaian masalah dalam bentuk PDSA.
HASIL, PEMBAHASAN, DAN DAMPAK
Analisis situasi dari bidang Farmasi di RSUD dr. Rasidin Padang.
a. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan obat dan BMHP di RSUD dr Rasidin Padang menggunakan metode konsumsi ( pemakaian tahun sebelumnya ) dan perencanaannya di buat untuk periode 1 tahun dan periode per 3 bulannya, untuk anggaran juga dilihat dari data 1 tahun sebelumnya dan dinaikkan sebesar 30%
b. Pengadaan
Di RSUD dr Rasidin Padang pemesanan obat dilakukan melalui 2 cara
- Elektronik : e-katalog (dengan syarat obat dengan syarat sudah terdaftar di layanan pengadaan secara elektronik (LPSE)
- Secara langsung : non katalog (Pemesanan langsung ke PBF) c. Penerimaan
Di RSUD dr Rasidin Padang sebelum melakukan penerimaan obat dan BMHP staff gudang logistic farmasi melakukan pemeriksaan barang dengan menyesuaikan nama barang, jumlah barang, no batch, dan expired date.
d. Penyimpanan
Di RSUD dr Rasidin Padang obat disimpan di dalam rak penyimpanan sesuai dengan system FIFO dan FEFO serta di susun berdasarkan jenis dan bentuk obat seperti tablet, sirup, injeksi, salep, high alert, dan dilakukan penyimpanan khusus pada obat yang mengandung non narkotika dan siko tropika serta melakukan penyimpanan.
e. Pendistribusian
Di RSUD dr. Rasidin Padang pendistribusian obat didistribusikan ke : - Apotik sentral
- Apotik rawat inap
• OK (Ruang operasi)
• Bangsal interne
• Bangsal kebidanan
• Bangsal anak
• Bangsal bedah
f. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Di RSUD dr Rasidin Padang melakukan pemusnahan obat dan alat kesehatan pertama kali pada tahun 2022 dikarenakan dampak dari banjir jadi banyak obat, alat kesehatan, dan BMHP yang rusak karena terendam banjir.
g. Pengendalian
Di RSUD dr. Rasidin Padang pengunaan obat sesuai dengan formularium nasional dan formularium rumah sakit dan pengunaan obat sesuai dengan diagnosis danterapi.
h. Administrasi
Di RSUD dr. Rasidin Padang
- Melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap pengelolan perbekalan farmasi secara periodic dalam periode waktu tertent (bulanan, triwulan, atau pertahun)
- Membuat laporan bulanan dan tahunan kegiatan di Instalasi farmasi
Alur Pelayanan Resep Depo Farmasi Sentral
Sumber Daya Manusia
kebutuahan SDM Instalasi Farmasi Tahun 2022. Secara garis besar terdiri dari:
Table 1 SDM INTALASI FARMASI
JENIS TENAGA D K KEBUTUHAN KEKURANGAN KET
Kepala instalasi 1 0 0 Kebutuhan
rajal 13 orang, ranap 11 orang, IGD 4 orang, OK 2 orang, disiplin 1 orang : 31 orang.
Apoteker penanggung jawab rajal dan ranap
APOTEKER 6 10 4
Apoteker penanggung pembekalan
APOTEKER 1 2 1
Tenaga teknis kefarmasian depo, igd, dll
D3
FARMASI 19 31 12
Tenaga teknis kefarmasian gudang
D3
FARMASI
2 3 1
Pelaksanaan
administrasi S1 2 7 5
Pekerja gudang
farmasi SMA /
SEDERAJAT 1 2 1
TOTAL 31 55 24
Saat ini Instalasi Farmasi masih membutuhkan tambahan tenaga TTK agar dapat melakukan tugas dan fungsi secara optimal sebagaimana tercantum dalam Perencanaaan Kebutuhan Tenaga berdasarkan berdasarkan Analisa Beban Kerja.
Identifikasi masalah
Berikut identifikai masalah di RSUD dr. Rasidin Padang sebagai berikut : a) Kurang optimalnya waktu tunggu obat di instalasi farmasi rawat jalan.
- Kurangnya SDM - Kekosongan obat
b) Terdapat penumpukan resep obat pada waktu tertentu
- Staf menumpuk resep obat sehingga banyaknya resep yang tertunda pengerjaanya sedangkan menurut SPO pengerjaan pengemasan obat hanya membutuhkan waktu sekitar 5-10 menit.
Tapi karena adanya penumpukkan resep obat tadi sehingga beberapa pasien menerima obatnya sangat lama bahkan ada yang menerima obatnya saat esok hari.
- Resep yang diterima pada waktu yang bersamaan (pada jam 10.00)
- Keterlambatan dokter pada jam praktek klinik - Banyak nya jumlah pasien sehingga tidak terkontrol
c) Ketidak sesuaian penjemputan obat oleh pasien.
Ketidak sesuaian penjemputan obat oleh pasien Karena lamanya waktu pelayanan membuat pasien memutuskan untuk pulang dan kembali saat sore atau keesokkan harinya, sehingga mengganggu alur pelayanan yang seharusnya berjalan dengan baik.
Table 2 USG
No Masalah U S G Total Rank
1 Kurang optimalnya waktu tunggu obat di
instalasi farmasi rawat jalan. 3 4 4 11 1
2
Terdapat penumpukan resep obat pada waktu
tertentu 4 3 2 9 3
3
Ketidak sesuaian penjemputan obat oleh
pasien. 3 3 4 10 2
Hasil analisis matriks USG (Urgency, Seriousness, dan Growth) dari 4 (empat) masalah diatas menunjukkan bahwa yang menjadi prioritas utama kami adalah. Kurang optimalnya waktu tunggu obat di instalasi farmasi rawat jalan.
Untuk menentukan penyebab masalah prioritas terpilih di atas maka kelompok menggunakan diagram tulang ikan (fish bone) untuk membantu menemukan penyebab masalah dapat dilihat pada bagan dibawah ini:
MONEY METHOD
MAN
Tidak berjalannya SOP dengan baik,
Sarana dan prasarana penunjang kegiatan di farmasi
belum lengkap Kurangnya SDM di bagian
farmasi
Ketersediaan obat tidak lancar (Kekosongan Obat) Keterlambatan dalam
pengentrian data bpjs dan gangguan
jaringann Beban kerja
yang tidak sesuai (Double Job)
Mengoptimalkan waktu tunggu
rawat jalan Banyaknya jumlah pasien
mengakibatkan petugas kewalahan dalam menangani
Tidak ada anggaran untuk pengadaan SDM Ruang tunggu pasien
kurang nyaman dan kurang luas.
ENVIRONMENT
MATERIAL
Table 3 PDSA
The Aim
Mengoptimalkan waktu tunggu obat rawat jalan di instalasi Farmasi
The Measure
Tidak berjalannya SPM, farmasi obat jadi, di depo farmasi rawat jalan adalah 2 jam 36 menit. Sedangkan rerata waktu tunggu obat racikan adalah 4 jam 30 menit. Seharusnya waktu tunggu pelayanan Obat Jadi ≤ 30 menit Racikan ≤ 60 menit.
The Change Waktu tunggu obat sesuai dengan SPM
Plan
Planning untuk melengkapi sarana dan prasarana dengan pengadaan blender obat, lumpang atau BOX obat.
Do
Melakukan pengadaan BOX obat di intalasi famasi depo central
Study
Dari perencanaan yang akan di amati selama 1 bulan, jika masih belum terlihat peningkatan yang signifikan terhadap waktu tunggu pasien rawat jalan artinya target belum tercapai seperti apa yang di harapkan.
Act
Melakukan evaluasi kembali mengenai waktu tunggu obat di isntalasi farmasi rawat jalan
KESIMPULAN
1. Setelah melaksanakan kegiatan PKL di 8 bidang di RSUD dr. Rasidin Padang, ditemukan 1 permasalahan yang ada di bidang Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien yaitu ketidaksesuain penjemputan obat oleh pasien di RSUD dr. Rasidin Padang.
2. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. (Kepmenkes No.
1197/Menkes/SK/X/2004.
3. Rencana upaya untuk mengatasinya yaitu dengan Melakukan evaluasi kembali terhadap rencana yang di buat dan mencari alternatif pemecahan masalah di bidang logistik farmasi.
SARAN
Bagi RSUD dr. Rasidin Padang
1. Disarankan untuk semoga harapan waktu tunggu obat sesuai SPO.
2. Disarankan untuk menjalankan SPO yang telah ditentukan.
3. Diharapkan menambahkan fasilitas diruang tunggu instalasi farmasi.
4. Menyediakan pelatihan untuk staf di instalasi farmasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hendrie, D., & Boldy, D. (2002). Hospital services and casemix in Western Australia.
Australian Health Review : A Publication of the Australian Hospital Association, 25(1), 173–188. https://doi.org/10.1071/AH02017
Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan. (2022).
https://paralegal.id/pengertian/indikator-nasional-mutu-pelayanan-kesehatan/
KARS. (2019). Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien (PMKP). Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS), 340–380.
Laptah RUSD dr Radisidin 2021. (2020). 21(1), 1–9. http://journal.um- surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2022. (n.d.).
Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi, Klinik, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit, Laboratorium Kesehatan, dan Unit Transfusi Darah. Advanced Drug Delivery Reviews, 89–91.
Permenkes Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 Entang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. (2014). http://binfar.kemkes.go.id
Permenkes Ri No 27 Th 2014ttng Petunjuk Teknis Sistem Indonesian Case Base Groups (Ina-Cbgs). (2014). http://binfar.kemkes.go.id
Profil RSUD dr Rasidin Padang. (n.d.).
Supartiningsih, S. (2017). Kualitas Pelayanan Kepuasan Pasien Rumah Sakit. Jurnal Medicoeticolegal Dan Manajemen Rumah Sakit, 6 (1): 9-15, Januari 2017, 6(1), 9–14. https://doi.org/10.18196/jmmr.6122.Kualitas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
(2009). 27(7), 1–5.