PEMBANGUNAN DAN TRANSFORMASI STRUKTURAL:
UPAYA MENGATASI PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA
Annisa Adelia Putri (223403063)1*, Putri Sandela (223403064)2, Amanda Aprianita (223403065)3, Ingriana (223403066)4, Nuri Resqiyanti (223403067)5, Nindita Syahrani (223403069)6, Azzhara Khaulah Yusuf (223403070)7, Sindi Sepdianti (223403071)8, Salwa Febian Salsabila (223403180)9, Syafira Azkia Nurkhalida (223403184)10, Syifa Sophia Alfaruqi
(223403187)11, Fahmi Muhamad Kamil (223403212)12, Ara Mutiara Maulidina (223403275)13
12345678910111213Akuntansi, Universitas Siliwangi, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengangguran dan kemiskinan yang ada di Indonesia, serta memberikan gambaran mengenai faktor-faktor dan pengaruhnya terhadap pembangunan nasional. Data yang diambil pada penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang berasal dari penelitian terdahulu mengenai tingkat pengangguran dan kemiskinan dalam beberapa tahun terakhir. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif deskriptif, dimana pada metode ini peneliti melakukan analisis pada data-data atau jurnal-jurnal ilmiah guna untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang diperlukan dalam penelitian. Dari hasil penelitian ini tingkat pengangguran serta kemiskinan di Indonesia mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. 60% tingkat kemiskinan terjadi di pedesaan sedangkan sisanya terjadi di wilayah perkotaan. Hal ini terjadi akibat kurangnya pendidikan yang layak serta sulitnya dalam mencari pekerjaan.
Kata Kunci: Pembangunan Nasional, Transformasi struktural, Kemiskinan, Pengangguran ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between unemployment and poverty in Indonesia, as well as to provide an overview of the factors and their influence on national development. The data taken in this study is secondary data, namely data derived from previous research on unemployment and poverty level in recent years. The method used in this research is a descriptive qualitative method, where in this method researchers analyze data or scientific journals in order to strengthen and complete the information needed in the research. From the results of this study, the level of unemployment and poverty in Indonesia affects the rate of economic growth. 60% of the poverty rate occurs in rural areas while the rest occurs in urban areas. This occurs due to the lack of proper education and the difficulty in finding work.
Keywords: National Development, Structural Transformation, Poverty, Unemployment
PENDAHULUAN Latar Belakang
Saat ini perencanaan pembangunan tampaknya telah menjadi kegiatan utama yang digalakkan oleh negara. Ada keinginan bagi setiap negara untuk melakukan modernisasi sebagai kegiatan untuk meningkatkan perkembangan berbagai sektor. Konsep pengembangan ini nantinya dilakukan dengan berbagai cara seperti pembangunan desa, pembangunan kota,
pembangunan daerah, dan sebagainya. Meskipun pada faktanya, peningkatan pembangunan dan perencanaan tidak sepenuhnya mampu memajukan bangsa dan negara. Dilihat beberapa pembangunan yang gagal, seperti pembangunan di berbagai industri yang gagal memenuhi kebutuhan ekonomi suatu negara (Solikatun et al., 2018). Meskipun demikian, pembangunan merupakan salah satu tujuan negara, negara disebut semakin maju apabila sektor pembangunannya semakin meningkat. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi, diharapkan pertumbuhan ekonomi yang pesat dapat mengurangi pengangguran atau kemiskinan yang ada (Zuhdiyaty & Kaluge, 2018).
Kemiskinan pada dasarnya merupakan masalah yang sifatnya multidimensional dan bertalian. Di Indonesia, kemiskinan menjadi salah satu masalah serius sehingga hal tersebut dijadikan prioritas pembangunan nasional. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai program untuk mengatasi masalah kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Upaya dan strategi yang telah dilakukan untuk mengatasi kemiskinan di antaranya, Pertama, memenuhi kebutuhan keluarga ataupun kelompok masyarakat yang kurang mampu baik dari sisi finansial maupun mental. Kedua, memberikan pelatihan-pelatihan khusus kepada masyarakat kurang mampu sehingga mereka dapat memiliki keahlian khusus untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mencegah terjadinya kemiskinan baru. Melalui berbagai usaha, masalah kemiskinan sampai saat ini belum mendapatkan titik terang karena pada faktanya belum ada keberlanjutan sistem yang mampu menangani masalah kemiskinan. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS), tahun 2005 ada 35,10 juta penduduk miskin. Kemudian data tahun 2006 menjadi 39,05 juta. Artinya jumlah penduduk miskin bertambah 3,95 juta. Pada tahun 2007 tercatat 37,17 juta orang. Dibandingkan tahun 2006, penduduk miskin turun sebesar 2,13 juta (Ferezagia, 2018).
Salah satu faktor penyebab kemiskinan di Indonesia adalah angka pengangguran yang tinggi. Pengangguran dapat terjadi karena berbagai macam rentang permasalahan antara lain, sedikitnya jumlah lapangan pekerjaan dibanding dengan para pencari kerja, kompetensi pencari kerja yang kurang memadai, distribusi informasi pasar kerja bagi para pencari kerja masih kurang baik. Fenomena pengangguran juga erat kaitannya dengan pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan oleh perusahaan yang telah menutup/merampingkan industrinya karena krisis ekonomi atau keamanan yang merugikan, peraturan yang menghambat investasi, hambatan dalam proses ekspor-impor, dan lain-lain.
Menurut Sukirno terdapat beberapa kelompok pengangguran menurut jam kerja, yaitu: (1.) Pengangguran tersembunyi adalah angkatan kerja yang dikarenakan suatu hal tidak bekerja secara optimal. (2.) Setengah pengangguran adalah tenaga kerja yang tidak berfungsi secara optimal karena tidak ada pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah pengangguran adalah seseorang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu. (3.) Pengangguran terbuka adalah angkatan kerja yang sebenarnya tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran semacam itu cukup banyak karena mereka memang belum memiliki pekerjaan meskipun mereka sudah bekerja semaksimal mungkin (Mulyadi, 2016).
Menghadapi kedua permasalahan tersebut, pemerintah berusaha terus meningkatkan pembangunan nasional melalui transformasi struktural, proses akumulasi, proses alokasi, proses demografi, dan sebagainya. Walaupun demikian, upaya tersebut masih belum bisa menyelesaikan masalah kemiskinan dan pengangguran. Karena hal itu, penulis ingin menganalisis faktor-faktor yang dapat menjadi pengaruh terhadap angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia.
Kemiskinan menjadi salah satu permasalahan mendasar bagi setiap negara, hal tersebut dikarenakan kemiskinan menyangkut pemenuhan kebutuhan dasar dalam kehidupan. Contoh penyebab kemiskinan adalah pengangguran, pengangguran dan kemiskinan merupakan dua aspek permasalahan yang berhubungan erat dalam masyarakat hingga saat ini. Hal tersebut dikarenakan saat pengangguran meningkat, secara otomatis angka kemiskinan pun meningkat.
Begitu pula sebaliknya, ketika angka pengangguran menurun, angka kemiskinan pun menurun.
Sangat penting bagi pemerintah maupun masyarakat untuk mengupayakan cara mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Dengan demikian, berdasarkan data yang dihimpun dan berbagai informasi yang didapat melalui beberapa sumber, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah: (1.) Apa hubungan antara tingkat kemiskinan dan pengangguran dengan pembangunan di Indonesia? (2.) Faktor-faktor apa saja yang membuat kemiskinan dan pengangguran di Indonesia meningkat? (3.) Bagaimana kemiskinan dan pengangguran mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia? (4.) Apa upaya pemerintah dalam mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran di Indonesia, serta sejauh mana keberhasilan upaya tersebut? (5.) Bagaimana peran pembangunan dan transformasi struktural dalam mengatasi kemiskinan dan pengangguran?.
Tujuan penulisan artikel dengan judul “Pembangunan dan Transformasi Struktural:
Upaya Mengatasi Pengangguran dan Kemiskinan di Indonesia” adalah untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana hubungan antara kemiskinan dan pengangguran. Artikel ini memberikan gambaran mengenai faktor-faktor apa saja yang membuat tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonesia tinggi, lalu bagaimana pengaruhnya terhadap pembangunan nasional agar dapat dicarikan solusi yang tepat oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA Pembangunan
Setiap daerah perlu melaksanakan sebuah pembangunan, khususnya pembangunan dalam bidang ekonomi yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan sosial atau kemakmuran bagi seluruh masyarakat. Todaro (2020) menyatakan bahwa pembangunan adalah sebuah proses multifaset yang melibatkan perubahan arah serta struktur lembaga-lembaga sosial dan ekonomi yang ada saat ini (Aderibigbe, 2018). Menurut Siagian (1994), pembangunan dapat dipahami sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha yang dilakukan oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah untuk mengadakan pertumbuhan dan perubahan menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building) (Martadinata, 2019). Bukan hanya dalam bidang ekonomi pembangunan dilakukan, tetapi juga dalam bidang politik, keamanan, sosial dan budaya juga sangat dibutuhkan. Saat ini di Indonesia sangat dibutuhkan pembangunan yang merata dan berkelanjutan karena dua hal tersebut dapat mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat termasuk dalam mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Tujuan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea 4 Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945: “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.” (Suratmin, 1945). Pembangunan melibatkan masyarakat secara aktif dan keseluruhan (inklusif) sehingga tidak hanya sebagai objek tapi juga sekaligus subjek pembangunan. Kebijakan pembangunan dilakukan secara induktif, bottom-up, mengikutkan kearifan lokal, dan memanfaatkan masyarakat adat dalam proses pembangunan.
Pembangunan sebagai proses perubahan sosial yang mempengaruhi semua aspek masyarakat, termasuk struktur politik, sosial, ekonomi, dan fisik serta nilai-nilai dan cara hidup masyarakat.
Pembangunan Nasional
Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia, masyarakat, dan Bangsa dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD-45 (merdeka, berdaulat, bersatu, adil, dan makmur) menuju Bangsa yang beradab dengan memperkuat nilai-nilai luhur tersebut sebagai modal dasar pembangunan (Reza Hariyadi, 2021)Pembangunan nasional seharusnya mempertahankan bahkan memperkuat nilai-nilai luhur bangsa (spiritualitas/berketuhanan, nasionalisme & kerakyatan, kemerdekaan, kedaulatan, keadilan, kebersamaan, kemaritiman, dll) sebagai modal sosial dan modal spiritual yang menjadi modal dasar membangun bangsa dan negara. Pada dasarnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan kehidupan yang sejahtera bagi masyarakat Indonesia, baik lahiriah maupun batiniah. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia merupakan pembangunan berkelanjutan, yang mencakup seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pembangunan nasional yang dilaksanakan tersebut mengarah pada tujuan. Tujuan ini terbagi menjadi tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.
1. Tujuan jangka pendek dari pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan masyarakat menjadi lebih adil dan merata, serta menempatkan landasan yang kokoh untuk tahap pembangunan berikutnya.
2. Tujuan jangka panjang dari pembangunan nasional adalah terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan di dalam wadah negara Indonesia, suasana perikehidupan bangsa yang aman tentram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan damai.
Adanya tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan ketahanan nasional dalam segala bidang kehidupan nasional serta meningkatkan kualitas penghidupan dan kehidupan seluruh rakyat Indonesia (Reza Hariyadi, 2021).
Transformasi Struktural
Membahas mengenai mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh Negara- negara berkembang yang menitikberatkan sektor pertanian menuju sektor-sektor non primer khususnya industri dan jasa. Secara umum, transformasi struktural digambarkan sebagai realokasi kegiatan ekonomi di antara tiga sektor, yaitu sektor primer pertanian, sektor sekunder industri, dan sektor tersier jasa, yang diikuti oleh proses ekspansi ekonomi kontemporer. oleh proses ekspansi ekonomi kontemporer (Kuntoro & Widyastutik, 2020). Perubahan dalam cara ketiga sektor tersebut berkontribusi terhadap nilai tambah dan lapangan kerja dikenal sebagai transformasi struktural. Etchemendy (2009) menyatakan bahwa fenomena perpindahan (transfer) pekerja dari sektor dengan produktivitas rendah ke sektor dengan produktivitas tinggi dikenal dengan istilah transformasi struktural (Etchemendy S., 2009). Hasil akhir dari perubahan struktural di negara-negara berkembang mencakup peningkatan proporsi penduduk
miskin dan kesenjangan pendapatan yang melebar. Menurut Barro (2000), teori Kuznets didasarkan pada gagasan mendasar bahwa ekonomi bergeser dari sektor pertanian ke sektor industri. Peningkatan pendapatan per kapita akan dihasilkan dari perpindahan pekerja dari sektor pedesaan ke sektor industri, yang pasti akan menyebabkan ketimpangan yang lebih besar. Pekerja di sektor pertanian yang berada di lapisan terbawah juga akan mengalami migrasi sektoral pada tahap berikutnya, yang secara bertahap akan mengurangi ketimpangan (Barro, 2000).
Faktor-faktor yang menentukan terjadinya perubahan struktur ekonomi antara lain : 1. Produktivitas tenaga kerja per sektor secara keseluruhan;
2. Adanya modernisasi dalam proses peningkatan nilai tambah dari bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi;
3. Kreativitas dan penerapan teknologi yang disertai kemampuan untuk memperluas pasar produk/jasa yang dihasilkannya;
4. Kebijakan pemerintah yang mendorong pertumbuhan dan pengembangan sektor dan komoditi unggulan;
5. Ketersediaan infrastruktur yang menentukan kelancaran aliran distribusi barang dan jasa serta mendukung proses produksi;
6. Semangat masyarakat untuk berwirausaha dan melakukan investasi secara terus-menerus;
7. Adanya pusat-pusat pertumbuhan baru yang muncul dalam wilayah daerah;
8. Terbukanya perdagangan luar daerah dan luar negeri melalui ekspor-impor.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi juga diyakini memberikan dampak pada pergeseran struktur ekonomi (Rinaldi et al., 2022). Pertumbuhan ekonomi adalah ekspansi bertahap dari aktivitas ekonomi yang meningkatkan pendapatan nasional. Boediono (2002) menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output per orang dalam jangka panjang, yang menekankan pada tiga aspek: proses, kenaikan output per orang, dan dalam jangka panjang (Boediono, 2002). Dalam model transformasi struktural, pertumbuhan ekonomi merupakan aspek dari perubahan struktural karena adanya perubahan dan pergeseran permintaan dan alokasi sumber daya yang mendorong terjadinya perubahan teknologi.
Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah Jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Tenaga kerja sama dengan Manpower yang artinya adalah “Penduduk Usia Kerja”. Penduduk Usia Kerja merupakan seluruh penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Di Indonesia, penduduk usia kerja ialah seluruh penduduk yang berumur 10 tahun ke atas (Definisi menurut SP 1971, 1980, 1990). Dalam perubahan struktur ekonomi terdapat dua proses transformasi yang dapat dicapai yaitu melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja di setiap sektor dan transfer tenaga kerja dari sektor yang produktivitas tenaga kerjanya rendah ke sektor yang produktivitas tenaga kerjanya lebih tinggi. Meskipun demikian, pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi Indonesia belum disertai dengan perubahan struktur tenaga kerja yang berimbang. Hal ini disebabkan laju
pergeseran ekonomi sektoral relatif cepat dibandingkan dengan laju pergeseran tenaga kerja (Rinaldi et al., 2022).
Kemiskinan dan ketimpangan
Kemiskinan merupakan kondisi ketika seseorang atau sekelompok orang tidak memiliki akses yang memadai terhadap sumber daya ekonomi, social dan budaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan. Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan hidup manusia atau ketiadaan kemampuan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan social. Menurut Badan Kementerian Keuangan (kemenkeu), tingkat kemiskinan di Indonesia pada September 2022 tercatat sebesar 9,57% atau sebanyak 26,36 juta orang berada di bawah garis kemiskinan. Tingkat kemiskinan ini naik tipis dari Maret 2022 (9,54%) tetapi lebih rendah dibanding tingkat kemiskinan pada September 2021 (9,71%) (Larasati Endang, 2023). Kemiskinan di Indonesia disebabkan oleh berbagai factor, termasuk ketimpangan pendapatan, ketimpangan akses terhadap sumber daya, ketidakmampuan untuk memperoleh pendidikan yang layak.
Ketimpangan merujuk pada ketidakadilan dalam distribusi kekayaan, pendapatan, dan sumber daya di dalam suatu masyarakat. Ketimpangan dapat terjadi dalam berbagai dimensi, seperti ketimpangan ekonomi, sosial, dan politik. Ketimpangan ekonomi mencerminkan perbedaan yang signifikan dalam pendapatan dan kekayaan antara individu atau kelompok dalam masyarakat. Ketimpangan sosial mencakup kesenjangan dalam akses terhadap pendidikan, perumahan, layanan kesehatan, dan peluang ekonomi. Ketimpangan politik mencerminkan ketidakadilan dalam partisipasi politik dan akses terhadap pengambilan keputusan. Ketimpangan pendapatan adalah menggambarkan distribusi pendapatan di suatu negara pada kurun waktu tertentu. Kaitan antara kemiskinan dan ketimpangan pendapatan ada salah satu cara untuk menentukan tingkat ketimpangan pendapatan dengan menggunaka n indeks gini. Cara ini memperhatikan seluruh lapisan penerima pendapatan. Nilai indeks gini terletak antara nol sampai dengan satu, dengan kategori:
• Bila indeks gini = 0, ketimpangan pendapatan merata sempurna, artinya setiap orang menerima pendapatan yang sama dengan yang lainnya.
• Bila indeks gini = 1, artinya ketimpangan pendapatan timpang sempurna atau pendapatan itu hanya diterima oleh satu orang atau satu kelompok saja (Agusalim, 2016).
Pengangguran
Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial dari pembangunan. Menurut Yanuar (2009), pengangguran adalah keadaan di mana angkatan kerja yang ingin memperoleh pekerjaan tapi belum mendapatkannya (Mulyadi, 2016). Dalam hal ini lapangan kerja menjadi wahana untuk menempatkan manusia pada posisi sentral pembangunan. Adanya lapangan kerja dapat menghasilkan pendapatan bagi tiap individu. Dengan adanya bertambahnya angka pendapatan dari setiap individu dapat meningkatkan perekonomian negara. Menurut Badan Pusat Statistik (2017), penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran (DATA SENSUS, 2023). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan
dan Pencatatan Sipil (DUKCAPIL) Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Indonesia mencapai 275,36 juta jiwa pada Juni 2022. Dari jumlah tersebut, ada 190,83 juta jiwa (69,3%) penduduk Indonesia yang masuk kategori usia produktif (15-64 tahun) (Dukcapil Kemendagri Rilis Data Penduduk Semester I Tahun 2022, Naik 0,54% Dalam Waktu 6 Bulan, 2022).
Sedangkan menurut Central Bureau of Statistics (CEIC) mengungkapkan bahwa tingkat Pengangguran Indonesia dilaporkan sebesar 5.86 % pada 2022 (Indonesia Tingkat Pengangguran, 2021). Dari persentase di atas diketahui bahwa masih ada banyaknya pengangguran di Indonesia pada tahun 2022.
Mulyadi (2016) menyatakan bahwa kesempatan kerja merupakan suatu kesempatan yang diberikan kepada orang lain untuk menempati posisi pekerjaan yang sesuai dengan kriteria yang diperlukan (Mulyadi, 2016). Pada waktu sekarang ini banyak data statistik yang mengungkapkan semakin tingginya tingkat pengangguran setiap tahunnya di Indonesia.
Mengingat masyarakat miskin umumnya menghadapi permasalahan terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, terbatasnya peluang mengembangkan usaha, lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan. Terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia saat ini sering kali menyebabkan mereka terpaksa melakukan pekerjaan yang beresiko tinggi dengan imbalan yang kurang memadai dan tidak ada kepastian akan keberlanjutannya.
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian dalam menyusun artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, catatan memo, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lainnya. Menurut Sugiyono dalam penelitian yang dilakukan Suyanto (Syahwani, 2015), pendekatan kualitatif dilandaskan pada filsafat postpositivisme, kegunaannya untuk meneliti kondisi objek yang alamiah serta hasil penelitiannya lebih menekankan pada makna daripada generalisasi. Tujuan dari penelitian kualitatif yaitu untuk menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas, serta mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku menggunakan metode deskriptif. Adapun artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang penelitiannya melalui telaah studi literatur. Studi literatur adalah jenis penelitian di mana pengumpulan informasi didapatkan dari membaca buku, catatan, artikel, dan laporan baik yang diterbitkan maupun tidak serta relevan dengan masalah yang diteliti
Data pada artikel bersumber dari data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diambil dari penelitian terdahulu (penelitian yang sudah ada). Data sekunder dapat berupa majalah, buletin, publikasi, lampiran-lampiran, hasil-hasil studi, tesis, hasil survei, studi historis, dan sebagainya. Penggunaan data sekunder pada artikel ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi. Terakhir, teknik pengumpulan data artikel ini menggunakan teknik sitasi atau bibliografi. Teknik ini mengumpulkan data melalui sumber nonmanusia seperti sumber tertulis yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan misalnya buku, majalah, sumber dokumen, koran, dan lainnya (Nilamsari, 2014).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengangguran dan kemiskinan memiliki hubungan yang erat, hubungan atau pengaruh yang kuat antara pengangguran dengan kemiskinan disebabkan oleh variabel penyebab
kemiskinan adalah pengangguran. ditarik dari garis besar ada 3 sebab utama kemiskinan yaitu kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi alami seseorang; misal cacat mental atau fisik, lanjut usia yang menyebabkan tidak bisa bekerja. kedua adalah kemiskinan kultural yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM akibat kultur masyarakat tertentu yang biasanya disebabkan adanya kesalahan pada subjeknya. dan yang terakhir adalah kemiskinan struktural yaitu kemiskinan yang disebabkan kesalahan sistem yang digunakan negara dalam mengatur urusan rakyat hal ini biasanya terjadi disebabkan oleh kebijakan pemerintah (Mulyadi, 2016). kemiskinan adalah salah satu persoalan yang mendasar karena kemiskinan menyangkut pemenuhan kebutuhan yang paling mendasar dalam pemenuhan kebutuhan yang paling mendasar dalam kehidupan. Kemiskinan juga merupakan problematika kemanusiaan yang menghambat kesejahteraan dan peradaban.
Dari hasil penelitian yang sudah ada kemiskinan dan pengangguran mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan cukup signifikan. laju pertumbuhan perekonomian Indonesia yang belum signifikan disebabkan karena masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan terutama di daerah pedesaan. data yang ada lebih dari 60 persen penduduk miskin tinggal di desa-desa yang pada umumnya menggantungkan kehidupannya di sektor pertanian yang menyerap lebih dari sekitar 40 persen tenaga kerja.
mereka tinggal di kantong-kantong kemiskinan yang membuat mereka sulit mendapatkan akses permodalan, teknologi dan pendidikan. Ini menyebabkan banyak masyarakat miskin memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Rendahnya taraf pendidikan membuat mereka kesulitan dalam memperjuangkan hidup mereka (Jonaidi, 2012). Selain rendahnya pendidikan berikut beberapa penyebab kemiskinan.
1. Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Namun lebih tepatnya terletak pada perbedaan kualitas sumber daya manusia dan perbedaan akses modal.
2. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
3. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Karena ciri dan keadaan masyarakat dalam suatu daerah sangat beragam (berbeda) ditambah dengan kemajuan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang masih rendah.
4. Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial dan kebijakan pemerintah. Kebijakan dalam negeri sering kali dipengaruhi oleh kebijakan luar negeri atau internasional antara lain dari segi pendanaan. Dan yang paling penting adalah ketidakmerataannya Distribusi Pendapatan yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Dari penyebab yang ada terdapat salah satu benang merah di mana kemiskinan ada yang berasal dari kebijakan pemerintah. Salah satunya adalah pada kesenjangan dalam pembangunan daerah yang sering menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat dan menjadi salah satu penyebab dari kemiskinan. Kesenjangan pembangunan juga menjadi salah satu penyebab dari pengangguran di mana apabila suatu daerah memiliki pembangunan yang rendah akan mempengaruhi lapangan kerja yang ada didaerah tersebut.
Hubungan antara kemiskinan dan pengangguran secara teoritis adalah memiliki hubungan yang positif di mana apabila pengangguran meningkat maka akan berdampak pada tingkat kemiskinan yang meningkat namun menurut Oshima (1990) pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan tidak berpengaruh, ia mengungkapkan bahwa rumah tangga miskin tidak mungkin menjadi penganggur. Pernyataan ini selaras dengan kondisi yang ada di berbagai negara berkembang seperti Indonesia di mana pemerintah tidak memberikan jaminan sosial kepada masyarakat yang menganggur, dengan begitu masyarakat di bawah garis kemiskinan akan berjuang mencari kerja walaupun hanya beberapa jam dalam seminggu (Student et al., 2021).
Berdasarkan pada gambar yang ada bersumber dari BPS Indonesia bahwa, pada bulan September 2022 tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia mengalami penurunan baik dari jumlah maupun persentase. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2022 mencapai 26,36 juta orang. Dibandingkan Maret 2022, jumlah penduduk miskin meningkat 0,20 juta orang. Sementara jika dibandingkan dengan September 2021, jumlah penduduk miskin menurun sebanyak 0,14 juta orang. Persentase penduduk miskin pada September 2022 tercatat sebesar 9,57 persen, meningkat 0,03 persen poin terhadap Maret 2022 dan menurun 0,14 persen poin terhadap September 2021 (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2023).
Namun dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan dan pengangguran. Di mana apabila jumlah penduduk semakin tinggi peluang kerja sedikit karena pembangunan nasionalnya yang kurang maka besar kemungkinan akan meningkat jumlah kemiskinan dan pengangguran juga akan semakin tinggi (Lestari, 2021). Dan berikut ada beberapa penjabaran mengenai pengangguran yang ada di Indonesia di mana juga berpengaruh terhadap pembangunan dan transformasi struktural yang ada di Indonesia.
Pengangguran dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (Susanto et al., 2018) : 1). Berdasarkan kepada sumber
• Pengangguran Normal/Friksional
• Pengangguran Siklikal
• Pengangguran Struktural
• Pengangguran Teknologi
2). Berdasarkan ciri pengangguran wujud
• Pengangguran Terbuka
Menurut BPS, pengangguran terbuka terdiri atas:
• Penduduk yang sedang mencari pekerjaan
• Penduduk yang sedang mempersiapkan usaha
• Penduduk yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan
• Penduduk yang sudah punya pekerjaan
• Pengangguran Tersembunyi
• Pengangguran Musiman
• Setengah Menganggur
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur Tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja dan menggambarkan kurang termanfaatkannya pasokan tenaga kerja. TPT hasil Sakernas Februari 2023 sebesar 5,45 persen.
Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar lima orang penganggur. Pada Februari 2023, TPT mengalami penurunan sebesar 0,38 persen poin dibandingkan dengan Februari 2022 (Statistic Indonesia Agency, 2007).
Sumber Gambar: bps.go.id
Gambar di atas menunjukkan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia dari Februari 2021 sampai dengan Februari 2023 di mana data menunjukkan bahwa TPT di Indonesia mengalami penurunan, tetapi yang mengalami penurunan di sini hanya dari TPT pada kategori pendidikan. Hal ini menjadi sesuatu yang bagus tetapi masih banyak faktor pengangguran di Indonesia dapat meningkat.
Menurut BPS, pengangguran yaitu orang yang mencari pekerjaan, menyiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan yang mempunyai pekerjaan akan tetapi belum memulai bekerja (BPS, 2015). Pengangguran merupakan indikator yang sangat terkait dengan pendapatan. Masyarakat yang menganggur, pasti tidak memiliki pendapatan dari pekerjaan, yang pada akhirnya akan mengurangi tingkat kemakmuran dalam memenuhi kebutuhan mereka. Jika kebutuhan dasar mereka tidak dapat terpenuhi, maka mereka termasuk ke dalam kategori miskin. Kebutuhan yang banyak dan beragam membuat masyarakat dituntut untuk bekerja dalam memenuhi kebutuhan mereka. Selain mengandalkan kemampuan individu dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya, pemerintah juga harus bekerja keras dalam mengurangi pengangguran dengan menciptakan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya bagi masyarakat Indonesia (Kristin Ari P, 2018).
Sumber Gambar: bps.go.id
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2023 sebesar 5,45 persen, turun sebesar 0,38 persen poin dibandingkan dengan Februari 2022. Diharapkan dapat terus mengalami penurunan. Masalah pengangguran ini dapat menjadi perhatian penting dalam perekonomian Indonesia.
Masalah pengangguran menurut Keynes dianggap selalu wujud dalam perekonomian karena permintaan efektif yang wujud dalam masyarakat (pengeluaran agregat) adalah lebih rendah dari kemampuan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian untuk memproduksi barang dan jasa. Dalam ilmu kependudukan (demografi), orang yang mencari pekerjaan termasuk ke dalam kelompok penduduk yang disebut angkatan kerja. Berdasarkan kategori usia, angkatan kerja yang berusia 15-64 tahun. Tingkat pengangguran adalah persentase angkatan kerja yang tidak maupun belum mendapatkan pekerjaan (Muhdar, 2015)
Menurut Rayana dalam Aisyaturridho et al., (2021) tingkat pengangguran dalam suatu negara dipengaruhi oleh tingkat IPM (Indeks Pembangunan Manusia), di mana IPM merupakan pengukuran yang ditetapkan untuk semua negara di seluruh dunia untuk melihat perbandingan aspek kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak. IPM terdiri dari 3 (tiga) dimensi dasar, yaitu angka harapan hidup, pengetahuan, dan standar hidup layak. Kualitas kesehatan digunakan untuk mengukur angka harapan hidup, harapan lama sekolah digunakan untuk mengukur dimensi pengetahuan, dan rata-rata pengeluaran per kapita digunakan sebagai indikator pengukuran terhadap standar hidup layak (Ramdhan et al., 2018). Pemerintah memiliki peran yang sangat krusial dalam meningkatkan serta mengembangkan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), yang di mana poin ini ditekankan pada teori pertumbuhan baru dan ini juga termasuk pada produktivitas (Anwar Soeharjoto & Oktavia, 2021). Dengan demikian adanya investasi pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM yang dapat dilihat dari peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki masyarakat dan bisa mendorong produktivitas karena meningkatnya kualitas SDM.
Selain IPM, faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap tingkat pengangguran adalah pertumbuhan ekonomi. Teori klasik Adam Smith menjelaskan bahwa pengangguran dapat dikurangi saat suatu wilayah mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dan tinggi (Anggoro & Soesatyo, 2013). Penelitian lainnya adalah Ardian et al., (2022), Dwi Radila et al., (2021), dan Nurdcholis (2014) di mana pertumbuhan ekonomi dan pengangguran memiliki
korelasi negatif. Adanya penambahan GDP dapat menimbulkan adanya pertumbuhan ekonomi (Ramdhan et al., 2018).
Dian Octaviani mengatakan bahwa jumlah pengangguran erat kaitannya dengan kemiskinan yang penduduknya memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap pendapatan atau upah yang diperoleh mereka. Hilangnya lapangan pekerjaan menyebabkan berkurangnya sebagian besar penerimaan yang digunakan untuk membeli kebutuhan sehari- hari. Artinya, semakin tinggi pengangguran maka akan meningkatkan kemiskinan (Indonesia, 2022).
Sumber Gambar: bps.go.id
Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2023 mencapai Rp5.071,7 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 Rp2.961,2 triliun. Struktur PDB Indonesia menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2023 tidak menunjukkan perubahan berarti. Perekonomian Indonesia masih didominasi oleh Industri Pengolahan sebesar 18,57 persen; diikuti oleh Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 12,95 persen; Pertambangan dan Penggalian sebesar 11,85 persen; Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 11,77 persen; serta Konstruksi sebesar 9,88 persen. Peranan kelima lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Indonesia mencapai 65,02 persen (Badan Pusat Statistik, 2022).
Sumber Gambar: bps.go.id
Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi akan bertambah (Sukirno, 2066:9). Pertumbuhan ekonomi sangat berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. Sukirno (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan menyebabkan peningkatan permintaan akan tenaga kerja dan peningkatan upah yang pada akhirnya dapat mengurangi kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi juga dapat memperbaiki pendapatan publik dan meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk prasarana fisik dan sosial, sehingga membantu mengurangi kemiskinan. Berdasarkan teori tersebut, dapat dikatakan bahwa mempercepat peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah akan mempengaruhi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Joko Susanto mengemukakan bahwa adanya pengaruh negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan, di mana 1% peningkatan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan kemiskinan sekitar 0.4%, cateris paribus.
Pemerintah Indonesia mengadopsi pandangan Rotsow tentang 5 tahap pembangunan ekonomi yang kemudian diimplementasikan melalui Program Lima Tahun dan Program Pembangunan Jangka Panjang. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan tersebut tidak memberikan banyak manfaat bagi penduduk Indonesia karena perusahaan besar yang ada tidak mampu menampung tenaga kerja Indonesia.
Selama masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla, langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah untuk mengatasi pengangguran terlihat melalui kebijakan peningkatan daya saing investasi dan ekspor. Pemerintah berupaya memberikan kemudahan dalam berusaha di Indonesia dengan tujuan meningkatkan produktivitas dan daya saing perekonomian Indonesia. Dalam kurun waktu 5 tahun kepemimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, terlihat tren penurunan angka pengangguran di Indonesia. Jokowi mengungkapkan angka pengangguran di tahun 2021 awalnya 7,1% turun menjadi 5,9% di tahun 2022 (Hikam, 2023). Namun, hal ini tidak berarti bahwa masalah pengangguran telah sepenuhnya teratasi.
Mengingat jumlah penduduk dan angkatan kerja yang terus meningkat setiap tahun, diperlukan upaya langkah konkret dari pemerintah untuk mengatasi akar permasalahan pengangguran.
Upaya pemerintah dalam mengatasi pengangguran, pertama pemerintah perlu menyediakan informasi akurat mengenai lapangan pekerjaan dalam berbagai media yang disertai dengan transparansi. Kedua, pemerintah perlu menyelenggarakan pelatihan kerja secara gratis kepada penduduk yang membutuhkan pekerjaan (Nurrahman, 2020).
Pemerintah juga telah melakukan upaya penanggulangan kemiskinan melalui berbagai program yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara secara layak, meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat miskin, memperkuat kelembagaan sosial-ekonomi masyarakat, serta mempercepat pembangunan di daerah tertinggal. Tujuan dari semua ini adalah mencapai masyarakat Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan.
Strategi untuk mengatasi krisis kemiskinan perlu melibatkan pendekatan yang komprehensif dan menyeluruh, dengan mempertimbangkan semua aspek yang menyebabkan kemiskinan secara lokal. Tidak cukup hanya melihat satu dimensi saja. Salah satu langkah penting dalam mengatasi kemiskinan adalah dengan menyediakan lapangan kerja. Hal ini penting terutama dalam mengatasi kemiskinan yang disebabkan oleh masalah pengangguran (Mulyadi, 2016).
Pada masa kepemimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, pemerintah menetapkan strategi-strategi penanggulangan kemiskinan tersebut di antaranya: (1) Memperbaiki program
perlindungan sosial; (2) Meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar; (3) Pemberdayaan kelompok masyarakat miskin; serta (4) Menciptakan pembangunan yang inklusif (Murdiyana
& Mulyana, 2017).
Jokowi mengungkapkan angka kemiskinan turun di tahun 2022. Dari awalnya 10,1%
di tahun 2021 menjadi cuma 9,4% di tahun 2022. Dia menyatakan hal ini bisa terjadi karena banyaknya investasi yang masuk ke Indonesia, membuka lapangan kerja, dan akhirnya menggerakkan perekonomian (Hikam, 2023).
Kemajuan pembangunan masa depan Indonesia sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia Indonesia yang memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik, serta memiliki keterampilan dan keahlian kerja. hal ini sangat penting agar mereka dapat membangun keluarga yang mampu memiliki pekerjaan dan pendapatan yang stabil dan layak.
Dengan demikian, mereka akan mampu memenuhi kebutuhan hidup, kesehatan, dan pendidikan anggota keluarganya.
Dalam rangka mengatasi masalah pengangguran dan mengurangi tingkat kemiskinan, perlu dilakukan upaya untuk meminimalkan pengangguran. Beberapa kebijakan yang dilakukan dalam mengatasi ketenagakerjaan dan pengangguran antara lain.
Dalam pembangunan nasional, perlu diterapkan kebijakan ekonomi makro yang mengarah pada penciptaan dan perluasan kesempatan kerja. Hal ini dapat dicapai melalui sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter. Dukungan kebijakan termasuk akses, pendampingan, pendanaan usaha kecil, dan suku bunga yang rendah perlu diberikan untuk mendorong pertumbuhan usaha mikro kecil yan mandiri (NASIONAL, 2007). Program- program yang terkait dengan kebijakan fiskal dan pemberdayaan usaha kecil meliputi Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K), Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE), Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UEDSP), Pengembangan Kawasan terpadu (PKT), Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Proyek Pembangunan Masyarakat dan Pemerintah Daerah (P2MPD), dan berbagai program Microfinance.
Sumber Gambar: Prezi.com
Dalam transformasi struktural, terdapat aspek penting lain yang perlu diperhatikan.
Dalam konteks penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi membutuhkan dua transisi yang dapat dicapai dengan meningkatkan produktivitas tenaga kerja di setiap sektor dan memindahkan tenaga kerja dari sektor-sektor yang memiliki produktivitas rendah ke sektor industri dengan produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi. Dalam teorinya, hal ini akan menciptakan keseimbangan yang lebih baik antara pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
Namun, dalam praktiknya, pertumbuhan ekonomi Indonesia belum diiringi oleh perubahan keseimbangan struktur angkatan kerja. Hal ini disebabkan oleh perbedaan laju perubahan perekonomian sektoral yang relatif cepat dibandingkan dengan laju perubahan angkatan kerja. Dengan kata lain, perkembangan sektor-sektor ekonomi di Indonesia terjadi dengan lebih cepat daripada penyesuaian angkatan kerja dalam memenuhi kebutuhan sektor- sektor tersebut.
Dalam konteks ekonomi digital, kepemilikan sumber daya tidak harus menjadi milik eksklusif setiap individu, melainkan dapat berbentuk ekonomi berbagi (sharing economy). Hal ini memberikan kesempatan bagi setiap individu untuk berkontribusi dan terlibat dalam aktivitas ekonomi, meskipun dengan memiliki sumber daya terbatas. Dalam sistem ini, setiap orang memiliki peluang untuk mendapatkan penghasilan. Dengan demikian, perkembangan ekonomi digital dapat menjadi solusi untuk mengatasi kemiskinan dan mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan.
Peran revolusi industri 4.0 melalui perkembangan ekonomi digital dapat diamati dalam perekonomian Indonesia saat ini. Pemerintah Indonesia percaya bahwa ekonomi digital mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing produk dan jasa baik dalam skala makro maupun mikro. Oleh karena itu, pemerintah telah mengembangkan industri e- commerce lokal yang lebih terarah melalui pembentukan rencana strategis e-commerce (e- commerce roadmap). Era revolusi industri 4.0 semakin mendekatkan hubungan antara produsen dan konsumen, dan hubungan di antara mereka pun menjadi lebih mudah. Kemajuan teknologi informasi juga memberikan peluang bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk memperluas pasar produk mereka. Diharapkan bahwa dengan adanya akses pasar yang lebih luas, UMKM dapat berkembang lebih baik. Dalam ekonomi digital, fokus utama dalam kegiatan ekonomi bukan lagi persaingan, melainkan lebih berlandaskan kerja sama (sharing economy). Oleh karena itu, konsep kemitraan menjadi sangat penting (Badriah, 2019).
KESIMPULAN
Indonesia merupakan negara yang tidak lepas dari masalah perekonomian setiap tahunnya, mulai dari ketimpangan sosial, kemiskinan dan lainnya. Kemiskinan menunjukkan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh orang miskin tersebut, melainkan karena tidak bisa dihindari dengan kekuatan yang dimilikinya. Penyebab kemiskinan dapat terjadi karena kondisi alamiah dan ekonomi, kondisi struktural dan sosial, serta kondisi kultural (budaya). Kemiskinan alamiah dan ekonomi timbul akibat keterbatasan sumber daya alam, manusia, dan sumber daya lain sehingga peluang produksi relatif kecil dan tidak dapat berperan dalam pembangunan. Selain kemiskinan, ketimpangan sosial juga menjadi suatu permasalahan ekonomi di Indonesia, Ketimpangan sosial adalah kondisi di mana terjadi
kesenjangan, ketidaksamaan, atau perbedaan sumber daya yang ada. Umumnya ketimpangan sosial dapat disebabkan oleh perbedaan status sosial, ekonomi, politik, serta budaya. Sosiologi memandang ketimpangan sosial sebagai masalah sosial di masyarakat.
Maka dari itu, untuk menangani berbagai permasalahan ini diperlukan hal-hal yang menunjang untuk menjadikan Indonesia menjadi negara yang lebih baik dari setiap tahunnya baik dari segi mana pun, seperti contohnya dengan pembangunan nasional yang merata di setiap daerah baik kota maupun pelosok desa. Pembangunan yang merata adalah pembangunan yang mencakup keseluruhan daerah mulai pemerintah pusat sampai dengan pemerintah daerah kabupaten/kota. Oleh karena itu di berlakukannya otonomi daerah memberikan tanggung jawab yang besar terhadap pemerintah daerah untuk mengolah dan mengatur urusan rumah tangga daerah. Selain itu cara lain juga bisa dilakukan dengan cara melakukan transformasi struktural yang baik dan terencana. Transformasi struktural didefinisikan sebagai perubahan struktur ekonomi dari sektor tradisional yang memiliki produktivitas rendah menuju sektor ekonomi dengan produktivitas tinggi. Dengan dilakukannya hal tersebut bisa menjadi penopang bagi Indonesia agar warga negaranya menjadi sejahtera.
Upaya-upaya itu lambat laun akan membawa perubahan bagi Indonesia di bidang perekonomian, Indonesia akan lebih maju dan hambatan-hambatan seperti kemiskinan, ketimpangan, kriminalitas akan terbuang secara lambat laun seiring berjalannya waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Aderibigbe. (2018). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標
に関する共分散構造分析Title. Energies, 6(1), 1–8.
http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahttps://doi.org/10.101 6/j.reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.arth.2018.03.044%0Ahttps://reader.
elsevier.com/reader/sd/pii/S1063458420300078?token=C039B8B13922A2079230DC9 AF11A333E295FCD8
Agusalim, L. (2016). Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan Pedapatan Dan Desentralisasi Di Indonesia. Kinerja, 20(1), 53–68. https://doi.org/10.24002/kinerja.v20i1.697
Badan Pusat Statistik. (2022). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I-2022.
Www.Bps.Go.Id, 13, 12.
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2023). Profil kemiskinan di indonesia september 2023. Berita Resmi Statistik, 01(05), 1–16.
Badriah, L. S. (2019). Ketimpangan Distribusi Pendapatan Kaitannya dengan Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Sustainable Competitive Advantage (SCA-9) FEB UNSOED, 9(232), 232–248.
Barro. (2000). Inequality and Growth in a Panel of Countries. Journal of Economic Growth, 5, 5–32.
Boediono, B. (2002). Teori Pertumbuhan Ekonomi. In BPFE.
DATA SENSUS. (2023). BADAN PUSAT STATISTIK.
https://www.bps.go.id/subject/6/tenaga-kerja.html
Dukcapil Kemendagri Rilis Data Penduduk Semester I Tahun 2022, Naik 0,54% Dalam Waktu 6 Bulan. (2022). DIREKTORAT JENDERAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL. https://dukcapil.kemendagri.go.id/berita/baca/1396/dukcapil- kemendagri-rilis-data-penduduk-semester-i-tahun-2022-naik-054-dalam-waktu-6-bulan Etchemendy S. (2009). Models of Economic Liberalization:Regime, Power and
Compensatioon in the Iberian-American Region. APSA 2009 Oronto Meeting Paper.
Ferezagia, D. V. (2018). Analisis Tingkat Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Sosial Humaniora Terapan, 1(1), 1–6. https://doi.org/10.7454/jsht.v1i1.6
Hikam, H. A. Al. (2023). Kemiskinan dan Pengangguran Turun, Jokowi: Karena Banyak Investasi. Detikfinance. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d- 6511756/kemiskinan-dan-pengangguran-turun-jokowi-karena-banyak-investasi
Indonesia, P. D. I. (2022). INDEPENDENT : Journal Of Economics E-ISSN : 2798-5008. 2, 155–168.
Indonesia Tingkat Pengangguran. (2021). CENTRAL BUREAU OF STATISTICS.
https://www.ceicdata.com/id/indicator/indonesia/unemployment-rate
Jonaidi, A. (2012). Bahan mendeley analisis pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan. Kajian Ekonomi, 1(April), 140–164.
Kristin Ari P. (2018). Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Pertumbuhan Ekonomi dan Pengagguran Terhadap Kemiskinan di Indonesia. EQUILIBRIUM: Jurnal Ekonomi Syariah, 6(2), 233–234.
Kuntoro, E., & Widyastutik, L. A. (2020). Pengaruh keterbukaan ekonomi dan transformasi struktural terhadap ketimpangan pendapatan di indonesia. Proceeding SENDIU, 2016, 545–552.
Larasati Endang. (2023). Tingkat Kemiskinan Berhasil Ditahan, Rasio Gini Menurun. Badan Kebijakan Fiskal. https://fiskal.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers- detil/459#:~:text=Jakarta%2C 16 Januari 2023 – Tingkat,2021 (9%2C71%25)
Lestari, R. D. (2021). Analisis Pengaruh AMH, Jumlah Penduduk, Pengangguran, AHH, dan PDB Terhadap Kemiskinan di Indonesia, Malaysia, dan Thailand padaTahun 2000-2020.
Jurnal Ilmiah, 10(1).
Martadinata, A. M. (2019). Peran Mahasiswa dalam Pembangunan di Indonesia. Idea : Jurnal Humaniora, 1–6. https://doi.org/10.29313/idea.v0i0.2435
Muhdar. (2015). Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan Kemiskinan di Indonesia:
Masalah dan Solusi. Jurnal Al-Buhuts, 11(1), 42–66.
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab%0APOTRET
Mulyadi, M. (2016). Peran Pemerintah dalam Mengatasi Pengangguran dan Kemiskinan dalam Masyarakat. Jurnal Kajian, 21(3), 221–236.
Murdiyana, M., & Mulyana, M. (2017). Analisis Kebijakan Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia. Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja, 10(1), 73–96.
https://doi.org/10.33701/jppdp.v10i1.384
NASIONAL, M. P. (2007). No Titleывмывмыв. Ятыатат, вы12у(235), 245.
http://digilib.unila.ac.id/4949/15/BAB II.pdf
Nilamsari, N. (2014). Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif. Wacana, 13(2), 177–181.
Nurrahman, A. (2020). Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Permasalahan Pengangguran di Indonesia. Jurnal Registratie, 2(1), 1–8.
Ramdhan, D. A., Setyadi, D., & Wijaya, A. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran dan kemiskinan di kota samarinda. Inovasi, 13(1), 1.
https://doi.org/10.29264/jinv.v13i1.2434
Reza Hariyadi, A. (2021). Dinamika Kebijakan Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia. JDKP Jurnal Desentralisasi Dan Kebijakan Publik, 2(2), 259–276.
https://doi.org/10.30656/jdkp.v2i2.3887
Rinaldi, N., Erfit, E., & Rosmeli, R. (2022). Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia.
Jurnal Ekonomi Aktual, 1(3), 117–126. https://doi.org/10.53867/jea.v1i3.19
Solikatun, S., Masruroh, Y., & Zuber, A. (2018). Kemiskinan Dalam Pembangunan. Jurnal Analisa Sosiologi, 3(1). https://doi.org/10.20961/jas.v3i1.17450
Statistic Indonesia Agency. (2007). Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2007. Berita Statistik Indonesia, 05(28), 1–5. http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei07.pdf Student, M. T., Kumar, R. R., Omments, R. E. C., Prajapati, A., Blockchain, T.-A., Ml, A. I.,
Randive, P. S. N., Chaudhari, S., Barde, S., Devices, E., Mittal, S., Schmidt, M. W. M., Id, S. N. A., PREISER, W. F. E., OSTROFF, E., Choudhary, R., Bit-cell, M., In, S. S., Fullfillment, P., … Fellowship, W. (2021). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者 における 健康関連指標に関する共分散構造分析Title. Frontiers in Neuroscience, 14(1), 1–13.
Suratmin. (1945). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に
関する共分散構造分析Title. 105(3), 129–133.
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:BDsuQOHoCi4J:https://media .neliti.com/media/publications/9138-ID-perlindungan-hukum-terhadap-anak-dari- konten-berbahaya-dalam-media-cetak-dan-ele.pdf+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id Susanto, E., Rochaida, E., & Ulfah, Y. (2018). Pengaruh inflasi dan pendidikan terhadap
pengangguran dan kemiskinan. Inovasi, 13(1), 19.
https://doi.org/10.29264/jinv.v13i1.2435
Syahwani, U. (2015). STRATEGI COOPERATIVE LEARNING MODEL JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IX MTs NEGERI KETAPANG. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/11346
Zuhdiyaty, N., & Kaluge, D. (2018). Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Indonesia Selama Lima Tahun Terakhir. Jurnal Ilmiah Bisnis Dan Ekonomi Asia, 11(2), 27–31. https://doi.org/10.32812/jibeka.v11i2.42