Penerapan Model Project Based Learning Pada Mata Pelajaran Sejarah Materi Proses Masuknya Islam di Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas X.2 SMA Negeri 22 Palembang.
M
ailiza Hidayati
1L.R. Retno Susanti
2Yusnidar
31
Universitas Sriwijaya ; [email protected]
2
Universitas Sriwijaya ; [email protected]
3
SMA Negeri 22 Palembang ; [email protected]
Abstract : This study is entitled " The Implementation of Project Based Learning Model in the subject of History, Specifically on the material of Process of the Arrival of Islam in Indonesia, to Improve the Learning Outcomes of grade X.2 Students at 22nd State Senior High School in Palembang". This study was motivated by the low of learning outcomes from students of the X.2 class caused by a learning model that was not yet interactive. Based on this background, the researcher formulates the problem namely whether the implementation of the independent learning curriculum with the application of Project Based Learning can improve the learning outcomes for students of the X.2 class in the History Subject matter of the Process of the Arrival of Islam in Indonesia. The aim of the study is to apply the Project Based Learning model in the implementation of the independent learning curriculum to improve the learning outcomes for students of the X.2 class in learning the history of the arrival of Islam in Indonesia. This study used the Classroom Action Research (CAR) method with the research design by Rustiyarso and Tri Wijaya, starting from action planning, action implementation, observation, and reflection which consisted of 2 cycles. The results of this study indicate that learning outcomes have increased in each cycle. In the initial condition stage (Pre-cycle) the classical mastery obtained was 45%, in the first cycle stage the classical mastery was achieved 76% and in the second cycle stage the classical completeness was 88%.
Keywords: Classroom Action Research, Project Based Learning, and learning outcomes.
Abstrak: Penelitian ini berjudul “Penerapan Model Project Based Learning pada Mata Pelajaran Sejarah Materi Proses masuknya Islam di Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik kelas X.2 SMA Negeri 22 Palembang” . Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar pesrta didik kelas X.2 yang disebabkan oleh model pembelajaran yang belum interaktif. Berdasarkan latar belakang tersebut maka Peneliti merumuskan permasalahan yakni apakah implementasi kurikulum merdeka belajar dengan penerapan Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X.2 pada mata pelajaran sejarah materi Proses Masuknya Islam di Indonesia. Tujuan penelitian adalah penerapan model pembelajaran Project Based Learning dalam implementasi kurikulum merdeka belajar untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X.2 pada pembelajaran sejarah materi masuknya Isam di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan desain penelitian oleh Rustiyarso dan Tri Wijaya, dimulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi , dan refleksi yang terdiri dari 2 siklus. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar mengalami peningkatan pada setiap siklus nya. Pada tahap kondisi awal ( Pra siklus) ketuntasan klasikal yang didapat adalah 45% pada tahap siklus I ketuntasan klasikal yang dicapai 76% dan pada tahap siklus II ketuntasan klasikal yang di capai adalah 88%.
Kata Kunci : Penelitian Tindakan Kelas, Project Based Learning, dan hasil belajar.
Pendahuluan
Pendidikan memiliki arti kegiatan yang secara sadar dan terencana serta memiliki interaksi dalam proses pembelajarannya. yang berlangsung terus menerus agar peserta didik mencapai kedewasaan yang dicita-citakan. (Rahman et al., 2022). Pendidikan dipandang menjadi hal yang utama dan penting dalam keberlangsungan dan perkembangan Bangsa. Dari pendidikan inilah seseorang mengalami suatu perubahan , peningkatan, dan pertumbuhan (Nurkholis, 2013). Berkembang tidaknya suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Negara yang tertinggal dari negara lainnya dpaat dipastikan kualitas pendidikannya yang rendah, diketahui bahwa secara kualitas pendidikan di Indonesia tergolong masih pendidikan yang rendah (Yuberti, 2014).
Data word bank mengungkapkan jika pendidikan di Indonesia sudah mudah dalam di akses dan di peroleh, namun kualitas secara kualitas pendidikan Indonesia masih sanggat tertinggal jauh (Pahlevi
& Hudaidah, 2020), Dalam hal ini pemerintah perlu mengambil peran untuk kemajuan Sumber Daya melalui pendidikan, dalam UUD 1945 pemerintah sudah menggelontorkan dana APBN untuk pendidikan sebagai upaya memajukan kualitas pendidikan Indonesia(Angger, 2013).
Maka dari itu dalam menghadapai tuntuntan perkembangan pendidikan di Indonesia, diperlukan adanya peningkatan kualitas mutu pendidikan agar dapat memenuhi kebutuhan dan permasalahan (Puspitasari, 2022). Pendidikan dikatan berkualita apabila komponen pendidikan terpenuhi, yaitu terdiri dari Guru, Peserta didik, tujuan pengajaran, didik, bahan pelajaran, model atau strategi belajar mengajardan alaat serta evaluasii (Wahyudi et al., 2022).
Pasca Pandemi pendidikan di Indonesia sempat terjadi kekacauan sistem, yaitu sistem pembelajaran yang dialihkan ke sistem dariing atau yang dikenal dengan peembelajaran dengan metode jarak yang jauh ini berdampak pada ketertinggalan pembelajaran atau learning loss (Putra et al, 2022). Dalam mengatasi situasi ini, Kemendikbudristek RI kembali berupaya melakukan pemulihan pada proses pembelajaran. Yaitu dengan mengambil kebijakan untuk mencanangkan kurikulum baru yaitu Kurikulum Merdeka (Nugraha, 2022)
Kurikulum Merdeka belajar merupakan kurikulum yang memberikan pendidik untuk leluasa dalam memilih berbagai macam perangkat pembelajaran yang tujuanya dapat menyesuaikan kebutuhan peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang dianjurkan pada penerapan Kurikulum Merdeka belajar adalah project Based Learning(Martati, 2022).
Dalam situasi ini, pendidikan abad 21 diperlukan sosok guru dengan semangat inovatif dan kreatif agar terciptanya suasana belajar yang seru dan asik. Kombinasi antara model pembelajaran dan teknologi digital akan menciptakan kreativitas dan inovasi(Tarihoran, 2019).
Pembelajaran seejarah pada tingkatan Seekolah Menengah Ataas (SMA) pada penerapanya masih dikesankan membosankan oleh sebagaian besar peserta didik, karena dianggapan hanya mengajarakan hafalan dari banyaknya peristiwa, baik itu nama sebuah peristiwa, tokoh maupun pelaku, waktu, tempat, serta kronologi peristiwa (Pahlevi & Hudaidah, 2020). Kegiatan pembelajaran sejarah yang diajarkan oleh pendidik masih menggunakan paradigma konvensional, yaitu paradigma guru menjelaskan murid mendengarkan (Anik, et al, 2021).
Hal ini berdampak terhadap peserta didik dalam pembelajaran sejarah, yaitu kurangnya mendapatkan stimulus dalam kemampuan berpikir dan hasil belajar. Pembelajaran sejarah mestinya tidak menjadi sulit serta bukan hanya sekedar menyelesaikan materi namun dapat dipahami dan bermakna (Saidillah, 2018)
Kondisi ini mewajibkan Guru dapat berinovasi dan berfikir kreatif dalam proses pembelajaran dikelas . dalam konteks ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar. Model pembelajaran yang kurang berofkus pada gaya belajar peserta didik dapat menjadi motivasi untuk belajar. Adapun model yang dapat diterapkan dan menjadi trobosan terbaru adalah model pembelajaran Project Based Learning.
SMAN 22 Palembang merupakan sekolah yang sudah menerapakan kurikulum merdeka namun dalam pembelajaran sejarah masihn menggunakan model pembelajaran yang konvensional . Hasil observasi serta wawancaraa terhadap peserta didik di kelas X .2 SMA Negeri 22 Palembang pada tanggal 4 Maret 2023 peneliti mengamati bahwa kurang optimalnya kegiatan KMB berlangsung.
Model yang diimplementasikan sebelum siklus (Pra siklus) sudah cukup menarik yaitu menggunakan diskusi dan presentasi.
Melalui model yang telah dilaksanakan dengan metode diskusi, namun dalam proses pembelajarannya tidak semua peserta didik membaca sumber belajar, melainkan didapapti ada yang bermain HP, menonton video, dan bermain game media sosial. Selama proses diskusi berlangsung banyak peserta didik yang tidak aktif mengikuti diskusi.
Diketahui juga peneliti menemukan peserta ada yang kesulitan memahami materi. Sumber materi tertulis hanya buku cetak saja dan tidak semua peserta didik memilikinya, ditambah sumber internet yang terkadang menyimpang dari materi. Peneliti menemukan ternyata pesera didik yang kurang memahami materi bukan karena mereka tidak mampu melainkan beberapa dari merke memiliki sifat malu menyampaikan pendapat di depan kelas sehingga terlihat pasif. Dalam ranah kognitif peneliti juga menemukan kurangnya kemampuan peserta didik dalam mengerjakan soal HOTS dari C4 sampai C6 yang rata-rata soal berisi penalaran hal ini berdampak padapeserta didik blum bisa memahami pembelajaran dan mempengaruhi rendahnya hasil belajar.
Dalam hal ini diharapakan dengan model pembelajaran project based learning peserta didik bukan hana menerima ilmu pengetahuan dari Guru melainkan dapat mengeksplorasi dan berkarya, dan juga dengan menerapkan model pembelajaran project based learning yang projectnya berbasis teknologi diharapakan dapat menaikkan n hasil belajar peserta didik. Al ini berdampak kepada peserta didik agar belajar lebih aktif dan tidak membosankan.
Dari latar belakang tersebut Maka peneliti akan mengimplemntasikan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Pada Pembelajaran Sejarah materi proses masuknya islam ke Indonesia Terhadap Hasil Belajar peserta didik Kelas X. 2 SMAN 22 Palembang.”
Metode Penelitian
Model Pembelajaran Project Based Learning ini menekankan pembelajaran secara langsung melalui beberapa kegiatan seperti penelitian yang mengajarkan kepada peseta didik dalam mengerjalan suatu proyek tertentu, hal ini juga sejalan dengan pendapat Sani (2014)Project Based Learning adalah suatu proses belajar yang berpusat pada masalah kenyataan yang dilakukan baik itu sendiri maupun berkelompok dalam suatu kegiatan tertentu (proyek) (Anggraini et al, 2020).
Berdasar pada penelitian Thomas (2000 : 11 – 12) mengemukakan yaitu hasil belajar siswa yang menggunakan model Project Based Learning naik 26% dari kelas kontrol dimana ada kenaikan yang melonjak(Munawaroh et al., 2014). Dengan hal ini maka harapan kedepaanya peserta apu menjadi aktif dan kreatif dalam meningkatkan hasil belajar pembelajaran sejarah (Ramdhany et al., 2016)
Nanang berpendapat PjBL adalah model pembelajaran berkelompok maupun mandiri dalam mewujudkan suatu karya projek yang nyata (Tutik, 2015). Pada dasarnya konsep kurikulum merdeka belajar adaalh pembelajaran yang mengedepankan kebebasan berfikir peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan konsep inilah diharapkan dapat memberi keluasan ruang gerak dan pikir untuk berkreasi dan beraktivitas sesuai bidang ahli yang dimiliki pesera didik. Proses pembelajaran yang dirasa oleh peserta didik menjadi menyenangkan, tidak membosankan, dan tidak menyebabkan tekanan pada peserta didik (Budi et al., 2020).
Proses pembelajaran PjBL dalam penelitian ini yaitu melalui penugasan kepada peserta didik untuk membuat media pembelajaran berbasis teknologi atau karya head made. yang Pembuatan media
berbasis teknologi pada penelitian ini adalah penggunaan metode pembelajaran penguasaan materi pelajaran Sejarah masuknya islam di Indonesia, yang dibagi menjadi 3 sub materi yaitu teori masuknya Islam ke Indonesia, Proses penyebaran, dan Akulturasi Islam di Nusantara. Peserta didik dapat memilih projek yang akan mereka buat sesuai keahlian Peserta didik pilihanya antara lain yaitu Mind Mapping, Video, dan Infografis dengan cara berkelompok.
Media pembelajaran berbasis teknologi merupakan media yang dibantu dengan Internet, Mobile Phone, serta aplikasi media pembelajaran. Penggabungan model pembelajaran antara PjBL dan media berbasis teknologi diharapkan dapat memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi Peserta didik sehingga suasana pembelajaran terlihat hidup dan pada mencapai tujuan pemeblajaran yang berkualitas. Dalam penelitian Tindak Kelas mengenai model pembelajaran PjBL peneliti menggunkan model penelitian Tindakan Kelas Rustiyarso-Tri (Firmadani, 2020).
Gambar 1 Model PTK Rustiyarso-Tri Wijaya.
Gambar diatas menunjukkan bahwa dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai dari adanya Refleksi awal yaitu adanya masalah dalam proses pembelajaran yang di alami oleh guru dan peserta didik di kelas. Hasil Refleksi siklus 1 dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menuju ke tahap siklus ke 2. Lalu hasil dari refleksi 2 menentukan apakah PTK sudah dapat diakhiri atau belum.
PTK sudah dapat di akhiri jika capaian tujuan pembelajaran tercapai(Nurdin, 2016).
Adapun teknik dan Instrument pengumpulan data meliputi Instrument (a) Observasi :(b) Tes Tertulis; dan (c) Display data. pedoman penilaian hasil belajar aspek pengetahuan menggunakan rumus Ketuntasan Klasikal ; KK = 𝐽𝑃/JS x 100% (Indrawati, 2013)
Ketentuan ketuntasan belajar klasikal berdasarkan pendapat Yamin dalam Suria (2010:26) merupakan “Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika sekurang-kurangnya 85% dari siswa tuntas belajar” Data tes hasil belajar digunakan untuk dapat mengetahui ketuntasan belajar peserta didik atau Indikator keberhasilan pada mata pelajara Sejarah materi Masuknya Islam ke Indonesi(Hadijah et al., 2020) .Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) dalam kurikulum merdeka belajar ditentukan oleh guru mata pelajaran secara individu jika peserta didik mampu mencapai nilai 70 dan Ketuntasan klasikal berhasil jika peserta didik mencapai 85%(Khorurijja, 2022).
Hasil Penelitian
Dalam proses pembelajaran dibagi menjadi 6 kelompok belajar terderi dari 7-8 peserta didik dilajutkan dengan Guru membagikan tugas diskusi untuk mencari data materi diskusi dan proyek yang akan dibuat.
Tabel 1 Materi Tugas PjBL
No Kelompok diskusi
Jenis Proyek
Materi
1 I Video
Teori Masuknya Islam di Indonesia, cara Penyebaran islam di
Indonesia , dan akulturasi Islam di
Indonesia.
2 II Infografis
3 III PPT
4 IV PPT
5 V PPT
6 VI Mine
Mapping
Sumber : Diolah dari hasil penelitian
Dalam mengerjakan tugas kelompok Guru menginformasikan kepada peserta didik boleh mencari sumber materi di internet menggunakan HP untuk membantu mencari materi selain dari buku online yang sudah di share oleh guru melalui WhatsApp Group kelas. Saat diskusi kelompok berlangsung, terlihat beberapa peserta didik dalam kelompoknya sangat antusias dalam pengerjaan tugas kelompok, ada yang bertugas membaca buku online, ada yang bertugas mencari materi di internet, dan ada yang menjadi notulis untuk mencatat materi yang diperolehnya.
Suasana pembelajaran terlihat kondusif , setiap anggota kelompok mendapatkan tugas sesuai dengan porsi masing-masing, sehingga tugas dapat diselesaikan dengan baik dan teat waktu. Secara keseluruhan tampak terlihat suasana pembelajaran yang menyenangkan karena masing-masing peserta didik terlibat aktivitas yang sesuai dengan keinginan peserta didik.
Setelah peserta didik menyelesaikan tugas kelompok sesuai dengan proyek yang mereka pilih dipertemuan 2, maka dilanjutkan dengan presentasi proyek materi yang sudah dibuat (hasil tugas proyek terlampir). Presentasi yang dilakukan oleh peserta didik secara berkelompok di beri alokasi waktu selama 10 menit di setiap kelompoknya. Hal ini memberikan suasana pembelajaran yang bebeda, dimana terlihat masing-masing peserta didik mengamati temannya yang sedang presentasi dengan serius sambil menunggu giliran mereka maju presentasi. Terkadang terdengar tawa beberapa peserta didik saat mendengar dan melihat presentasi temannya yang sedang mempresentasikan hasil proyek. Pada tahap pembelajaran ini dapat diamati berbagai karakter peserta didik seperti menghargai orang lain , sopan santun dalam sikap maupun bebicara , percaya diri, kerja sama dalam bekerja, kreatif dan inovatif. Adapun proses presentasi yang dilakukan peserta didik terlampir.
Proses pembelajaran Sejarah dengan materi proses Masuknya Islam di Indonesia kelas X .2 pada kurikulum merdeka belajar yang berlangsung terlihat sangat menyenangkan peserta didik, sehingga terlihat beberapa peserta didik merasa bahwa pembelajaran berlangsung dengan cepat. Hal ini selaras dengan capaian pembelajaran pada kurikulum merdeka yaitu pembelajaran yang damai, senang, bebas stres dan tekanan. Suasana pembelajaran yang menyenangkan memberikan efek pada peserta didik seakan-akan pembelajaran berlangsung dengan cepat, padahal proses pembelajaran berlangsung dengan durasi waktu sama seperti pembelajaran biasanya. Materi pembelajaran dipelajari dengan tenang dan santai sehingga tidak menyebabkan stres pada peserta didiik.
Berikut adalah perolehan hasil belajar peserta didik kelas X.2. Data yang dijelaskan pada bagian ini adalah data yang diperoleh dari tahap pra siklus dan data yang diperoleh dari tahap tindakan siklus 1, siklus 2. Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut.
1. Penelitian Pra Siklus
Tabel 2 Hasil Belajar Pra Siklus
Nilai Tertinggi 80
Nilai Terendah 40
Rata-rata klasikal tuntas (%)
45 Rata-rata klasikal tidak
tuntas (%)
55 Jumlah Siswa Tuntas 19 orang Jumlah Siswa Tidak Tuntas 23 orang Sumber : Diolah dari hasil penelitian
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebelum pelaksanaan penerapan model pembelajaran Projec Based Learning hanya 19 peserta didik ( 45%) yang tuntas dan sebanyak 23 peserta didik (55%) tidak tuntas dalam belajarnya.
2. Penelitian siklus 1
Tabel 3 Perbandingan hasil belajar pra siklus dan siklus 1
Siklus Pra
siklus
Siklus 1
Nilai Tertinggi 80 84
Nilai Terendah 40 50
Rata-rata klasikal tuntas
(%) 45 76
Rata-rata klasikal tidak
tuntas (%) 55 24
Jumlah Siswa Tuntas 19 orang 32 orang Jumlah Siswa Tidak Tuntas 23 orang 10 orang Sumber : Diolah dari hasil penelitian
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa saat siklus 1 sebanyak 76% peserta didik tuntas dan sebanyak 24% peserta didik yang tidak tuntas dalam belajar nya. Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan 31% peserta didik yang tuntas dalam belajarnya pada siklus 1 yaitu dari 45% peserta didik tuntas menjadi 76% peserta didik tuntas saat penerapan siklus 1. Berdasarkan refleksi dan hasil belajar siklus 1 indikator keberhasilan penelitian belum tercapai, sehingga dilakukan beberapa evaluasi untuk perbaikan di siklus II.
3. Penelitian siklus 2
Tabel 4 Perbandingan hasil belajar siklus 1 dan 2
Siklus Siklus 1 Siklus 2
Nilai Tertinggi 84 100
Nilai Terendah 50 60
Rata-rata klasikal tuntas (%)
76 88
Rata-rata klasikal tidak tuntas (%)
24 12
Jumlah Siswa Tuntas 32 orang 37 Orang Jumlah Siswa Tidak Tuntas 10 orang 5 Orang
Sumber : Diolah dari hasil penelitian
Secara umum, dalam proses pembelajaran siklus 2 terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik secara signifikan. Berdasarkan tabel 4 skor keterlaksanaan kegiatan belajar meningkat dari siklus 1 sebesar 76% menjadi 88 % atau meningkat sebesar 12%. Skor ini sudah mencapai indikator keberhasil penelitian yaitu rerata keberhasilan klasikal lebih dari 85%. Peningkatan nilai hasil belajar tersaji pada grafik tabel 5 dibawah ini:
Tabel 5 grafik Peningkatan Hasil Belajar
Sumber : Diolah dari hasil penelitian
Dalam perolehan hasil belajar pembelajaran sejarah tersebut menunjukan bahwa hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan setelah menggunakan model pembelajaran Project Based Learning. Hal ini sejalan oleh Jerome Bruner dalam Thoboroni (2016), apabila seorang Guru kreatif dan peserta didik diberi kesempatan menemukan berbagai konsep ,teori, aturan, dan lain-lain maka dalam proses belajar akan berjalan dengan baik. Penerapan model pembelajaran Project Based Learning guru lebih banyak berperan memfasilitasi serta membimbing belajar secara garis besar(Irawan, 2022) .
Penelitian ini juga sekaligus mendukung penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Heni Purwanti (2023) dan Dyah Puspita Rini (2023) yang dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik meningkat melalui model belajar Projec Based Learning . Keberhasilan pembelajaran menggunakan Model Project Based Learning juga didukung oleh sumber belajar offline maupun online yang cukup banyak, sehingga membantu memudahakan peserta didik dalam membuat proJek, berdiskusi, mengekplorasi, hingga memahami materi.Namun dalam proses penelitian berlangsung peneliti mendapat beberapa kendala. Kendala yang ditemui adalah keterbatasan waktu sehingga tidak semua tahapan pembelajaran dapat terlaksana secara keseluruhan, misalnya dalam proses presentasi proyek perkelompoknya hanya dilakukan dengan singkat.
Langkah-langkah (sintak) Project Based Learning juga tidak dapat dilakukan hanya dengan satu kali pertemuan. Adapun dalam proses pembelajaran berlangsung kendala yang dialami peserta didik kurangnya keberanian dalam mempertanggung jawabkan proyek yang mereka buat dan ragu dalam menyampaikan materi proyek yang mereka buat. Dalam kendala tersebut solusi yang dapat di terapkan yaitu memanajemen waktu, disiplin dalam pengaturan, serta memotivasi peserta didik dengan cara memberikan ruang kepada peserta didik untuk berbicara, mengemukakan pendapat yang diiringi dengan kesempatan untuk memikirkan jawaban melalui buku ataupun internet yang kemudian dituangkan dalam projek yang mereka buat bersama kelompok.
4. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran project Based Learning (PjBL) dalam pembelajaran Sejarah dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Peningkatan
45
76
88 55
24
12 0
20 40 60 80 100
Pra siklus Siklus I Siklus II
Nilai Hasil Belajar
Tuntas Tidak Tuntas
prestasi atau hasil belajar meningkat dengan sangat baik. Hasil belajar yang awalnya sebelum penerapan model PjBL yaitu sebesar 45%, lalu bertambah pada tahap pelaksanaan siklus I menjadi 76% atau meningkat 31%, dan pada pelaksanaan siklus 3 meningkat baik menjadi 88% atau mengalami peningkatan dari siklus 1 sebesar 12% dimana hasil ini telah mencapai indikator keberhasilan ketuntasan belajar yaitu lebih dari 85%.
Saran yang diajukan peneliti adalah, dalam pemilihan dan implementasi model pembelajaran hendakya dilakukan dengan bervariasi di setiap kegiatan mengajar, serta perlu untuk dipelajari dan dilakukan oleh setiap pendidik, hal ini bertujuan agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan menyenangkan dan capaian pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Pemilihan model pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan sesuai dengan materi membuat peserta didik tidak cepat bosan dan tidak tertekan dalam mengikuti proses pembelajaran, maka harapan akhirnya adalah memberikan hasil belajar peserta didik yang lebih baik dapat terwujud.