• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh PTK SD Lengkap Semua Kelas dan Mata Pelajaran | Dokumen Sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Contoh PTK SD Lengkap Semua Kelas dan Mata Pelajaran | Dokumen Sekolah"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(2)

jelaslah guru tersebut perlu dibantu dengan melibatkan yang bersangkutan pada suatu penelitian tindakan kelas dengan maksud agar disamping guru memperoleh pengalaman langsung dalam melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan KBK, juga dapat mengembangkan kompetensi siswa sesuai dengan yang digariskan dalam kurikulum. Dalam proses pembelajaran, guru memulai dengan menjelaskan –memberi contoh latihan soal. Jadi siswa secara langsung diberikan rumusrumus matematika tanpa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri. Berbeda halnya dengan pembelajaran yang berorientasi pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK), pembelajaran hendaknya diawali dari dunia nyata dan rumus diharapkan ditemukan oleh siswa sendiri. Sebagai contoh: sebelum menjelaskan sifat distributif yaitu a x (b+c) = (axb)+(axc) siswa diberi pertanyaan sebagai berikut. Wayan disuruh membeli beras sebanyak 9 kg. Harga beras per kg Rp.2900,-. Berapa rupiah Wayan harus membayar?. Cara siswa menjawab kemungkinan bervariasi. Beberapa kemungkinan cara siswa menjawab adalah: 9 x (3000-100) = (9x3000) – (9x100), atau (10- 1)x2900 = (10x2900) – (1x2900) atau cara lainnya. Jadi jenis jawaban beragam Pendekatan pembelajaran yang cocok dengan KBK adalah pendekatan kontekstual atau Contextual teaching and learning (CTL).

Pada pembelajaran CTL guru tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta tetapi guru hendaknya mendorong siswa untuk mengkontruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Melalui CTL siswa diharapkan belajar melalui ‘mengalami’ bukan ‘menghapal’. Dalam pembelajaran, guru perlu memahami konsepsi awal yang dimiliki siswa dan mengaitkan dengan konsep yang akan dipelajari.

(3)

Plalangan 03 dengan implementasi pendekatan kontekstual melalui pembelajaran kooperatif berbantuan LKS., (b) mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap implementasi pendekatan kontekstual melalui pembelajaran kooperatif berbantuan LKS.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “ Implementasi Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN Kedunghalang 3 Bogor”.

B. Rumusan Masalah

Masalah adalah segala rintangan tentang hambatan dan kesulitan yang memerlukan pemecahan jawaban agar usaha pencapaian tujuan dimaksud dapat berhasil dengan baik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

 Adakah peningkatan prestasi siswa melalui implementasi pendekatan konstektual pada siswa Kelas V SDN Kedunghalang 3 Bogor Kecamatan Bogor Utara Kotamadya Bogor?

C. Tujuan Perbaikan

Tujuan utama penelitian ini adalah :

Menghasilkan model pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan prestasi matematika pada siswa Kelas V SDN Kedunghalang 3 Bogor Kecamatan Bogor Utara Kotamadya Bogor

Mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar melalui impelementasi pendekatan konstektual pada siswa Kelas V SDN Kedunghalang 3 Bogor Kecamatan Bogor Utara Kotamadya Bogor

(4)

D. Manfaat Perbaikan

Setelah penelitian ini selesai diharapkan dapat bermanfaat.

 Bagi kepala sekolah sebagai bahan masukan atau input untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan untuk mendorong guru dalam menciptakan metode yang tepat untuk menentukan keberhasilan pengelolaan pembelajaran di sekolah.

 Bagi guru, sebagai bahan masukan untuk dijadikan dasar yang akan dikerjakan dalam pelaksanaan kegiatan guru lebih berkembang dan terarah dalam mengtelola situasi dan kondisi kelas.

(5)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berusaha tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBBI, 1996:14)

Sependapat dengan pernyataan tersebut Soetomo (1993:68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain (Soetomo, 1993:120)

Pasal 1 Undang –undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada siatuasi tertentu.

B. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SD dan MI

Standar kompetensi mata pelajaran Matematika untuk SD dan MI berdasarkan kurikulum 2004, adalah sebagai berikut :

(6)

terpakainya dalam kehidupan sehari-hari secara rinci, standar kompetensi tersebut, adalah sebagai berikut :

a. Bilangan

 Menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah.

 Menggunakan operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah.

 Menggunakan konsep bilangan cacah dan pecahan dalam pemecahan masalah.

 Menentukan sifat-sifat operasi hitung, faktor, kelipatan bilangan bulat dan pecahan serta menggunakannnya dalam pemecahan masalah.

 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pemecahan, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

b. Pengukuran dan Geometri

 Melakukan pengukuran, mengenal bangun datar dan bangun ruang serta menggunakannya dalam pemecahan masalah sehari-hari.

 Melakukan pengukuran, menemukan unsur bangun datar dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.

 Melakukan pengukuran keliling dan luas bangun datar dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.

 Melakukan pengukuran, menentukan sifat dan unsur bangun ruang, menentukan kesimetrian bangun datar serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

 Mengenal sistem koordinat pada bidang datar. c. Pengolahan Data

Mengumpulkan, menyajikan dan menafsirkan data.

C. Pengertian Belajar Matematika

(7)

Herman Hudoyo, ( 1979 : 89 ). Begitu juga dengan belajar matematika karena melibatkan suatu struktur hirarki dari konsep-konsep tingkat tertinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya. Ros Effendi, ( 1980 : 148 ). Belajar matematika berarti mempelajari fikiran-fikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Mohammad Soleh, ( 1998 : 3 ). Belajar matematika adalah belajar tentang bilangan, belajar menjumlah, mengurangi dan membagi yang terdapat dalam aljabar, aritmatika, dan geometri.

Jadi belajar matematika adalah melibatkan diri yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran yang semuanya telah tersusun secara hirarki dari konsep-konsep yang rendah sampai konsep-konsep yang lebih tinggi.

D. Pendekatan Kontektual

Sistem pembelajaran saat ini masih dominan dengan istilah belajar yang diartikan sebagai kegiatan-kegiatan berupa duduk, dengar, catat kemudian pulang untuk dihapal. Melihat kondisi yang demikian, peserta didik akan merasakan kejenuhan yang berkepanjangan. Untuk menghindari dan mengantisipasi kejenuhan itu, maka perlu adanya pembentukan konsep penting yang harus dilaksanakan dalam praktik pembelajaran. Salah satu di antaranya adalah pembelajaran kontektual (contextual teaching and learning).

Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual,guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya (http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen, 2001: 8).

(8)

benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.

Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002: 6). Lebih lanjut Schaible, Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000: 172) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.

(9)

merangsang pemikiran. Para siswa didorong untuk bertanya dan mengemukakan ide-idenya.

E. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa adalah nilai yang diperoleh siswa selama kegiatan belajar mengajar. Belajar diartikan sebagai gejala perubahan tingkah laku yang relatif permanen dari seseorang dalam mencapai tujuan tertentu De Cecco (dalam Witjaksono, 1985:6). Menurut Gagne (dalam Witjksono, 1985:6) belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam disposisi atau kapabilitas seseorang, dalam kurun waktu tertentu, dan bukan semata-mata sebagai proses pertumbuhan. Pendapat senada juga diutarakan oleh Susanto (1991:1) yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana otak atau pikiran mengadakan reaksi terhadap kondisi-kondisi luar dan reaksi itu dapat dimodifikasi dengan pengalaman-pengalaman yang dialami sebelumnya. Melalui proses belajar anak dapat mengadaptasikan dirinya pada lingkungan hidupnya. Adaptasi itu dapat berupa perubahan pikiran, sikap, dan ketrampilan.

Selaras dengan pernyataan di atas Bloom (dalam Budiningsih, 2005:75) menekankan perhatiaannya pada apa yang mesti dikuasai oleh individu. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum kedalam tiga kawasan yang terkenal dengan taksonomi Bloom adalah sebagai berikut: 1. Domain kognitiif, terdiri atas 6 tingkatan yaitu:

a. Pengetahuan (mengingat, menghafal) b. Pemahaman (mengintepretasikan)

c. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah) d. Analisis (menjabarkan suatu konsep)

e. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)

f. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dsb) 2. Domain psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:

a. Peniruan (menirukan gerak)

b. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak) c. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)

d. Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar) 3. Domain afektif, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:

a. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu) b. Merespon (aktif berpartisipasi)

(10)

d. Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayainya)

e. Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagian bagian dari pola hidupnya)

Hasil belajar yang diukur pada pembelajaran yang berlandaskan kurikulum 2004 meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka guru tidak hanya menilai siswa dari aspek intelektual tetapi kemampuan sosial, sikap siswa selama proses belajar mengajar serta keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran juga dinilai oleh guru. Siswa yang telah mengalami pembelajaran diharapkan memilki pengetahuan dan ketrampilan baru serta perbaikan sikap sebagai hasil dari pembelajaran yang telah dialami siswa tersebut. Pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dalam menyerap materi. Sebaiknya hasil belajar yang telah dinilai oleh guru diberitahukan kepada siswa agar siswa mengetahui kemajuan belajar yang telah dilakukannya serta kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Penilaian hasil belajar pada akhirnya sebagai bahan refleksi siswa mengenai kegiatan belajarnya dan refleksi guru terhadap kemampuan mengajarnya serta mengevaluasi pencapaian target kurikulum.

Benjamin S. Bloom dalam Taxonomy of Education Objectives (Winkel, 1996:274) membagi hasil belajar kedalam tiga ranah:

1. Ranah Kognitif berkenaan dengan prestasi belajar dan dibedakan dalam enam tahapan, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analsisi, sintesis, dan eveluasi. Pada siswa SMP diutamakan pada ranah pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.

(11)

yang telah tersimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan dalam bentuk mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).

Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Kemampuan seseorang dalam memahami sesuatu dapat dilihat dari kemampuaannya menyerap suatu materi, kemudian mengkomunikasikannya dalam bentuk lainnya dengan kata-kata sendiri.

Penerapan mencakup kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran untuk menghadapi situasi baru dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat penerapan ini dapat diukur dari kemampuan menggunakan konsep, prinsip, teori, dan metode untuk menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

2. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berorientasi kepada ketrampilan fisik, ketrampilan motorik, atau ketrampilan tangan yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Simpson (dalam Winkel, 1996:278) menyatakan bahwa ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

Sedangkan menurut Kibler, Barker, dan Miles (dalam Dimyati dan Mudjiono, 1994:195-196) ranah psikomotor mempunyai taksonomi berikut ini:

a. Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan kemampuan gerakan tubuh yang menekankan kepada kekuatan, kecepatan, dan ketepatan tubuh yang mencolok.

b. Ketepatan gerakan dikordinasikan, merupakan ketrampilan yang berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan .

c. Perangkat komunikasi non verbal, merupakan kemampuan mengadakan komunikasi tanpa kata

(12)

ide, atau yang dikomunikasikannya dapat diterima secara mudah oleh pendengarnya.

3. Ranah Afektif

Ranah afektif (berkaitan dengan perasaan/kesadaran, seperti perasaan senang atau tidak senang yang memotivasi seseorang untuk memilih apa yang disenangi) berorientasi pada kemampuan siswa dalam belajar menghayati nilai objek-objek yang dihadapi melalui perasaan, baik objek itu berupa orang, benda maupun peristiwa. Ciri lain terletak dalam belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar. Menurut Krochwall Bloom (dalam Winkel 1996:276) ranah afektif terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.Untuk ranah kognitif, guru menilai kemampuan kognitif siswa berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada siswa pada akhir pelaksanaan siklus 1 dan 2.

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN Kedunghalang 3 Kelas 5 tahun pelajaran 2009/2010 2. Waktu Penelitian

(13)

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SDN Kedunghalang 3 pada mata pelajaran matematika materi pecahan

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).

Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

(14)

masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelajaran (RP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.

4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

a. Lembar observasi pengolahan metode pembelajaran demonstrasi, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.

5. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46

D. Metode Pengumpulan Data

(15)

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: 1. Untuk menilai ulangan atu tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

(16)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Item Butir Soal

Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen penelitian berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan dianalisi. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes yang dilakukan meliputi:

(17)

Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari perhitungan 45 soal diperoleh 15 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa

Soal Valid Soal Tidak Valid 1, 2, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26, reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 775. Harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 22) dengan r (95%) = 0,423. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas.

3. Taraf Kesukaran (P)

Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Hasil analisis menunjukkan dari 45 soal yang diuji terdapat:

- 20 soal mudah - 15 soal sedang - 10 soal sukar

4. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek sebanyak 15 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkreteria baik 10 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

(18)

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 13 April 2009 di kelas V dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

No. Urut Nilai Keterangan T TT No. Urut Nilai Keterangan T TT

1 60 √ 12 60 √

Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200 Rata-Rata Skor Tercapai 69,09

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 15 Jumlah siswa yang belum tuntas : 7

(19)

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1 2 3

Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar

69,09 15 68,18

Dari tabel 4.2 dan tabel 4.3 di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada pembelajaran matematika diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 69,09 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pendekatan kontekstual.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

(20)

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut

Tabel 4.4. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II

No. Urut Nilai Keterangan T TT No. Urut Nilai Keterangan T TT

1 60 √ 12 90 √

Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200 Rata-Rata Skor Tercapai 76,36

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 17 Jumlah siswa yang belum tuntas : 5

Klasikal : Belum tuntas

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1 2 3

Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar

76,36 17 77,27

(21)

menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan alat-alat pengajaran yang mendukung

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 27 April 2009 di kelas V dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil peneitian pada siklus III adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III

No. Urut Nilai Keterangan T TT No. Urut Nilai Keterangan T TT

(22)

11 60 √ 22 80 √

Jumlah 910 9 2 Jumlah 890 10 1 Jumlah Skor 1800

Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200 Rata-Rata Skor Tercapai 81,82

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 19 Jumlah siswa yang belum tuntas : 3

Klasikal : Tuntas

Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III

No Uraian Hasil Siklus III

1 2 3

Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar

81,82 19 86,36

Berdasarkan tabel 4.6 dan tabel 4.7 diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 81,82 dan dari 22 siswa yang telah tuntas sebanyak 19 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,36% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan kontekstual sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus III ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus III.

c. Refleksi

(23)

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan pendekatan kontekstual dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pendekatan kontekstual yang dilaksanakan dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

C. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 68,18%, 77,27%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

(24)

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika materi pecahan yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%).

2. Penerapan pendekatan kontekstual mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pendekatan kontekstual sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

B. Saran

(26)

1. Untuk melaksanakan pendekatan kontekstual memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pendekatan ini dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.

Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

(28)

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1

Mata Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester : V / 2 Alokasi Waktu: 2 x 35 menit

Hari, Tanggal : Senin, 13 April 2009

Standar Kompetensi

5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah  Kompetensi Dasar

5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala  Indikator

Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan  Tujuan Pembelajaran

Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat: 1. menghitung perbandingan dengan benar

2. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan  Materi Ajar

Perbandingan dan Skala  Metode Pembelajaran

 Ceramah

 Diskusi

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal  Salam, Absensi

 Apersepsi : Guru menunjuk dua orang siswa kemudian menanyakan umur keduanya kemudian guru membuat perbandingannya

(29)

Kegiatan Inti

 Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok

 Siswa dalam kelompok dibagikan sebuah permasalahan tentang perbandingan

 Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut

 Guru memberi bimbingan cara memecahkan masalah perbandingan

Kegiatan Akhir  Evaluasi

 Guru dan siswa menarik kesimpulan  Salam

Alat, Bahan dan Sumber Belajar

 Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP

 Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan Depdiknas

 Buku Matematika Kelas V, Erlangga  Penilaian

 Bentuk Penilaian Tes Tulis

 Instrumen Penilaian Soal

1. Jika umur Ana 12 tahun dan umur Ani 6 tahun, perbandingan umur mereka adalah……

2. Perbandingan umur Sita dan Dewi 2 : 3, jika jumlah umur keduanya 15 tahun, Umur Sita adalah…..

3. Ayah mempunyai kambing 36 buah, Kakek mempunyai kambing 108, perbandingan umur mereka adalah…...

4. Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 4 : 6, jika jumlah umur keduanya 20, umur Nini adalah…..

(30)

Kunci Jawaban 1. 12 : 6 = 2 : 1 2. Umur Sita 6 tahun 3. 36 : 108 = 1 : 3 4. Umur Nini = 12 tahun 5. 50 : 100 = 1 : 2

Bogor , 13 April 2009

Guru Kelas/ Peneliti

(31)

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 2

Mata Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester : V / 2 Alokasi Waktu: 2 x 35 menit

Hari, Tanggal : Senin, 20 April 2009

Standar Kompetensi

5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah  Kompetensi Dasar

5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala  Indikator

Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan  Tujuan Pembelajaran

Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat: 1. menghitung perbandingan dengan benar

2. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan  Materi Ajar

Perbandingan dan Skala  Metode Pembelajaran

 Ceramah

 Diskusi

Kegiatan Pembelajaran

(32)

 Apersepsi : Guru melakukan tanya jawab seputar materi perbandingan untuk mengukur kemampuan awal siswa

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti

 Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok

 Siswa dalam kelompok mengambil undian soal/ permasalahan pada kotak yang disediakan guru

 Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut

 Siswa menyampaikan cara mengerjakan soal tersebut, jika penyelesaian kurang tepat maka guru melemparkan kepada kelompok lain

 Guru memberi bimbingan cara memecahkan masalah perbandingan secara kelompok dan individu

Kegiatan Akhir  Evaluasi

 Guru dan siswa menarik kesimpulan  Salam

Alat, Bahan dan Sumber Belajar

 Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP

 Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan Depdiknas

 Buku Matematika Kelas V, Erlangga  Penilaian

 Bentuk Penilaian Tes Tulis

 Instrumen Penilaian Soal

(33)

2. Perbandingan umur Dino dan Dion 2 : 4, jika jumlah umur keduanya 24 tahun, Umur Dion adalah…..

3. Ayah mempunyai kerbau 30 ekor, Kakek mempunyai kerbau 120, perbandingan jumlah kerbau mereka adalah…...

4. Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 5 : 6, jika jumlah umur keduanya 44, umur Nini adalah…..

5. Perbandingan jumlah coklat milik Tina dan Tini adalah 1 : 3, berapakah jumlah coklat Tina jika jumlah coklat semuanya 16 ?

Kunci Jawaban 1. 12 : 8 = 6 : 4

2. Umur Dion 16 tahun 3. 30 : 120 = 1 : 4 4. Umur Nini = 20 tahun 5. Coklat Tina = 4

Bogor , 20 April 2009

Guru Kelas/ Peneliti

(34)

Lampiran 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 3

Mata Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester : V / 2 Alokasi Waktu: 2 x 35 menit

Hari, Tanggal : Senin, 27 April 2009

Standar Kompetensi

5 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah  Kompetensi Dasar

5.4.Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala  Indikator

Melakukan operasi hitung dengan menggunakan perbandingan  Tujuan Pembelajaran

Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat: 1. menghitung perbandingan dengan benar

2. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan  Materi Ajar

Perbandingan dan Skala  Metode Pembelajaran

 Ceramah

(35)

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal  Salam, Absensi

 Apersepsi : Guru melakukan tanya jawab seputar materi perbandingan untuk mengukur kemampuan awal siswa

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti

 Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok

 Siswa dalam kelompok mendiskusikan pemecahan soal perbandingan dengan sesuai dengan pilihan sendiri

 Siswa mendiskusikan permasalahan tersebut

 Siswa menyampaikan cara mengerjakan soal tersebut, jika penyelesaian kurang tepat maka guru melemparkan kepada kelompok lain

 Siswa dalam kelompok kembali mendiskusikan cara pemecahan soal, sampai semua anggota kelompok memahami cara pemacahan

 Guru menunjuk secara acak satu siswa di masing-masing kelompok untuk memecahkan masalah perbandingan di papan tulis

Kegiatan Akhir  Evaluasi

 Guru dan siswa menarik kesimpulan  Salam

Alat, Bahan dan Sumber Belajar

 Kurikulum Matematika Kelas V, KTSP

 Buku Matematika Kelas V, Pusat Perbukuan Depdiknas

 Buku Matematika Kelas V, Erlangga  Penilaian

(36)

 Instrumen Penilaian Soal

1. Jika umur Jane 15 tahun dan umur Ani 35 tahun, perbandingan umur mereka adalah……

2. Perbandingan umur Dino dan Dion 3 : 4, jika jumlah umur keduanya 49 tahun, Umur Dion adalah…..

3. Ayah mempunyai kerbau 60 ekor, Kakek mempunyai kerbau 120, perbandingan jumlah kerbau mereka adalah…...

4. Perbandingan umur Nina dan Nini adalah 3 : 6, jika jumlah umur keduanya 54, umur Nini adalah…..

5. Perbandingan jumlah coklat milik Tina dan Tini adalah 1 : 3, berapakah jumlah coklat Tina jika jumlah coklat semuanya 200 ?

Kunci Jawaban 1. 15 : 35 = 3 : 7 2. Umur Dion 28 tahun 3. 60 : 120 = 1 : 2 4. Umur Nini = 36 tahun 5. Coklat Tina = 50

Bogor , 27 April 2009

Guru Kelas/ Peneliti

(37)

Lampiran 4

DATA KEADAAN SISWA KELAS V SDN KEDUNGHALANG 3 TAHUN PELAJARAN 2009-2010

NO NAMA SISWA L/P ALAMAT NAMA PEKERJAAN ORTU ORTU

1 Ayum Adi Putra L BOGOR Hasan Basri

2 Ayumi Milasari P BOGOR Ali Imron

3 Ba`diyah P BOGOR Suhari

4 Bahrul L BOGOR Hartono

5 Faridatun Nafi`ah P BOGOR Jumain

6 Hoirul Basri L BOGOR Karimulla

7 Indrawati P BOGOR Anton

8 Irfaniati P BOGOR Moh. Iklas

9 John Refen L BOGOR Kasmini

10 Mega Silvi Putri P BOGOR Wawan K

11 Moh. Dikri L BOGOR Hendrik

12 Moh. Andika L BOGOR Moh. Arif

13 Mohammad Arfa L BOGOR Joko Putro

14 Mohammad Fausi L BOGOR Moh. Ihsan

15 Mohammad Hasim L BOGOR Sujamil

16 Mohammad Nuri L BOGOR Samsuri

17 Mohammad Yasin L BOGOR Sarno

18 Samsul Arifin L BOGOR Abdullah

19 Siti Fatimah P BOGOR Qomaruddin

20 Siti Sa`diyah P BOGOR Tatang

21 Suparman L BOGOR Moh. Fahrur

(38)

Lampiran 5

TABEL REKAPITULASI HASIL BELAJAR PER SIKLUS

NO NAMA SISWA NILAI

SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3

1 Ayum Adi Putra 60 60 90

2 Ayumi Milasari 70 80 90

3 Ba`diyah 70 80 90

4 Bahrul 60 90 80

5 Faridatun Nafi`ah 80 90 90

6 Hoirul Basri 80 60 80

7 Indrawati 70 80 90

8 Irfaniati 70 70 60

9 John Refen 60 60 90

10 Mega Silvi Putri 80 80 90

11 Moh. Dikri Hidayat K. 50 90 60

12 Mohammad Andika 60 90 90

13 Mohammad Arfa 80 80 90

14 Mohammad Fausi 70 80 90

15 Mohammad Hasim 80 80 60

16 Mohammad Nuri 70 80 90

17 Mohammad Yasin 90 60 80

18 Samsul Arifin 60 80 70

19 Siti Fatimah 60 70 70

20 Siti Sa`diyah 70 60 80

21 Suparman 70 80 90

22 Uswatun Hasanah 60 80 80

(39)

Lampiran 6

Format Kesedian sebagai Teman Sejawat dalam

Penyelenggaraan PKP

Kepada

Kepala UPBJJ BOGOR Di Bogor

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa :

Nama :

NIP :

Tempat Mengajar : Alamat Sekolah : Telepon :

-Menyatakan bersedia sebagai teman sejawat untuk mendampingi dalam pelaksanaan PKP atas nama :

Nama : MARLIANA TEA NIM : 814081866

Program Studi : S1 PGSD

Tempat Mengajar : SDN Kedunghalang 3 Alamat Sekolah : Jl. Pesantren

Telepon :

-Demikian agar surat pernyataan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

(40)

Mengetahui, Kepala Sekolah

DASUKI, S.Pd. NIP.19580508 197907 2 002

Teman Sejawat,

SURYANI

NIP. 19540512 197702 2 002 Lampiran 7

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : MARLIANA TEA

NIM :

UPBJJ-UT : BOGOR

Menyatakan bahwa:

Nama : SURYANI

Tempat Mengajar : SDN KEDUNGHALANG 3 Guru Kelas : 6

adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran,yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP).

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Bogorr, 13 April 2009 Teman Sejawat Yang Membuat Pernyataan

(41)

SURYANI.

NIP. 19540512 197702 2 002

MARLIANA TEA NIM. 814 081 866

Lampiran 8

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : MARLIANA TEA

NIM : 814081866

UPBJJ-UT : BOGOR

Menyatakan bahwa:

Nama : SURYANI

Tempat Mengajar : SDN KEDUNGHALANG 3 Guru Kelas : 6

adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran,yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP).

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

(42)

SURYANI.

NIP. 19540512 197702 2 002

MARLIANA TEA NIM. 814 081 866

Lampiran 9

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : MARLIANA TEA

NIM : 814081866

UPBJJ-UT : BOGOR

Menyatakan bahwa:

Nama : SURYANI

Tempat Mengajar : SDN KEDUNGHALANG 3 Guru Kelas : 6

adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran,yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP).

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

(43)

Teman Sejawat

SURYANI.

NIP. 19540512 197702 2 002

Yang Membuat Pernyataan Mahasiswa,

Gambar

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
TABEL REKAPITULASI HASIL BELAJAR PER SIKLUS

Referensi

Dokumen terkait

Adapun saran-saran yang diberikan adalah guru harus mampu memberikan berbagai media, hal ini dengan pemberian teknik berbagai media yang didesain guru, maka

Pertemuan pada tindakan I Siklus II dimulai dengan pertanyaan guru tentang apa yang didapatkan dan yang terkesan dari pertemuan pada tindakan sebelumnya, kemudian

Melalui Penggunaan media berupa gambar liungkungan sehat siswa dapat menyebutkan perbedaan lingkungan sehat dan tidak sehat dengan cepat dan tepat E..

Do’a penulis semoga laporan yang sangat sederhana ini bermanfaat bagi penyusun dan bermanfaat bagi yang membaca sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan saat ini dan

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 91,30% (termasuk kategori tuntas).Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 85% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I.

Maka secara klasikal Kedisiplinan belajar yang telah tercapai sebesar 93,33% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,95% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik