• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Tanya Jawab Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SD Kelas III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Metode Tanya Jawab Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa SD Kelas III"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Metode Tanya Jawab Dalam Upaya

Meningkatkan Mutu Belajar Pendidikan Agama Islam

Pada Siswa SD Kelas III-VI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Sejak kelahirannya ke dunia, anak memiliki kebutuhan untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia agar dapat melakukan aktivitas sosial di masyarakat tempat mereka berada. Adalah suatu kenyataan, anak sebagai makhluk yang belum dewasa harus ditolong, dibantu, dibimbing, serta diarahkan agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan formal di sekolah.

Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah tidak hanya berfungsi mengembangkan kecerdasan anak tetapi juga mengembangkan kepribadian.

Bagi guru agama Islam ..., memberikan soal agama Islam yang berkaitan dengan soal cerita bukanlah hal yang mudah. Seringkali siswa yang telah memahami topik agama Islam secara teoristis mengalami kesulitan ketika bentuk soal atau permasalahan disajikan dalam bentuk cerita. Sementara itu, dalam kurikulum Pendidikan Dasar 1994, fungsi pengajaran agama Islam adalah mempersiapkan anak didik agar dapat menjadi warga masyarakat yang demokratis dalam kehidupan sehari-hari melalui latihan yang praktis, bervariasi, dan aplikatif. Di sisi lain ada sebagian siswa masih mengalami kesulitan dalam membaca teks agama Islam. Sementara itu, siswa akan lebih mudah mencerna soal cerita agama Islam kelas III sampai VI SD apabila siswa mampu membaca teks dengan baik dan benar, mengerti maksud cerita yang ada di dalamnya, serta memahami gambar yang ada. Bagi sebagian besar guru agama Islam SD, mengajarkan materi agama Islam yang berkaitan dengan kemampuan siswa memahami soal uraian bukanlah hal yang mudah. Meskipun banyak siswa yang telah mampu memahami topik agama Islam secara teoritis, akan tetapi banyak mengalami kesulitan ketika bentuk soal atau permasalahan disajikan dalam bentuk soal uraian. Dalam hal ini guru dituntut untuk mampu memberikan materi yang mudah diterima oleh siswa. Di samping itu pula, hendaknya guru memberikan contoh yang kongkret dan jelas berkaitan dengan materi soal berbentuk uraian. Bila upaya tersebut dapat dilakukan dengan baik, diharapkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran agama Islam juga akan meningkat.

(2)

Berdasarkan uraian di atas, judul yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Penerapan Metode Tanya Jawab Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Siswa ……… Kecamatan ………. Kabupaten ……. Tahun Pelajaran 20XX/20XX

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siwa dengan diterapkannya pembelajaran metode tanya jawab?

2. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran metode tanya jawab terhadap motivasi belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran metode tanya jawab.

2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran metode tanya jawab.

D. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:

1. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi agama Islam.

2. Meningkatkan motivasi pada pelajaran agama Islam

3. Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi agama Islam.

E. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi:

1. Penelitian inihanya dikenakan pada siswa Kelas ……. ………. Kecamatan …….. Kabupaten ……… Tahun Pelajaran 20xx/20xx.

2. Penelitian ini dilakukan pada bulan September semester ganjil tahun pelajaran 20xx/20xx.

(3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar tidak akan pernah lepas dari manusia karena pada hakikatnya belajar dilakukan manusia sepanjanghayatnya atau sekurang-kurangnya dia terus belajar walaupun sudah lulus sekolah. Di era globalisasi dewasa ini yang mana situasi lingkungan terus berubah seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kearah yang lebih modern, belajar menjadi suatu kebutuhan yang penting.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami, dilakukan dan dihayati oleh siswa itu sendiri, dimana siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar, proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan baik itu berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar (Dimyati & Mudjiono,1997:7).

Pada abad sekarang ini banyak teori-teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli, berikut ini akan dikemukakan beberapa teori belajar, pengertian belajar menurut pandangan teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon, seorang siswa dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya (Budiningsih, 2005:20). Teori kognitif mendefinisikan belajar sebagai perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak sehingga dapat diasumsikan bahwa proses belajar akan belajar dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang (Budiningsih, 2005:51).

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan ciri-ciri kegiatan belajar adalah: 1. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu pembelajar

2. Perubahan itu tidak harus segera nampak setelah proses belajar tetapi dapat tampak pada kesempatan yang akan datang

3. Perubahan itu pada intinya adalah didapatkannya kecakapan baru 4. Perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja

Sedangkan pembelajaran menurut Gagne (dalam Saputra, dkk, 2003:31) pembelajaran adalah ”seperangkat peristiwa yang diciptakan dan dirancang untuk mendorong, menggiatkan, dan mendukung belajar siswa.”

(4)

datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan tingkah laku.

Dalam menciptakan kondisi belajar guru menggunakan berbagai macam metode dan strategi, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif dengan metode tanya jawab sehingga dengan menggunakan metode pembelajaran memahami materi-materi yang diberikan oleh guru dan dapat menerapkannya dikemudian hari.

B. Metode Pembelajaran Metode tanya jawab

Metode tanya jawab ialah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir diantara peserta didik.

Guru mengharapkan dari peserta didik jawaban yang tepat dan berdasarkan fakta. Dalam tanya-jawab, pertanyaan adakalanya dari pihak peserta didik (dalam hal ini guru atau peserta didik yang menjawab). Apabila peserta didik tidak menjawabnya barulah guru memberikan jawabannya. Metode ini sudah lama dipakai dan dipakai orang semenjak zaman Yunani. Ahli-ahli pendidikan Islam telah mengenal metode ini, yang dianggap oleh pendidikan moderen berasal dari Socrates (469-399 SM) seorang failosuf bangsa Yunani. Ia memakai metode ini ialah untuk mengajar peserta didiknya supaya sampai ketaraf kebenaran sesudah bersoal jawab dan bertukar fikiran. Kemudian di dalam Islam metode ini juga sudah dikenal. Nabi Muhammad SAW dalam mengajarkan Agama kepada umatnya, sering memakai tanyajawab. Di bawah ini diterangkan suatu contoh cara Nabi melakukan tanya jawab tersebut.

Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki dari dusun, lalu is bertanya: Ya Muhammad, telah datang kepada kami utusan engkau, is mengatakan bahwa Allah mengutus engkau menjadi Rasul".

- Nabi "Benar demikian".

- Laki-laki "Siapa yang menjadikan langit?". - Nabi : Allah

- Laki-laki "Siapa yang menjadikan bumi ?". - Nabi : Allah.

- Laki-laki : "Siapa yang menjadikan gunung dengan segala sisinya ?".

- Laki-laki : Demi yang menjadikan langit dan bumf menegakkan gunung-gunung adalah Allah mengutus engkau men-jadi Rasul.

- Nabi : "Ya".

- Laki-laki : Utusan engkau mengatakan bahwa kewajiban kami mengerjakan sembahyang lima waktu sehari semalam.

- Nabi : Benar demikian.

- Laki-laki : "Demi yang mengutus engkau adalah Allah menyuruh engkau mengerjakan sembahyang itu". - Nabi : "Ya"

(5)

- Nabi : "Benar demikian".

- Laki-laki : Demi yang mengutus engkau adalah Allah yang menyuruh memberikan zakat itu. - Nabi : "Ya". dan seterusnya .... (H.R. Muslim).

Kemudian laki-laki itu pergi seraya berkata: "Demi yang mengutus engkau akan kukerjakan yang demikian itu, tidak kutambah dan tidak pula kukurangi". Berkata Nabi saw: "Kalau benar laki-laki itu niscaya is akan masuk syurga".

B.Macam-macam pertanyaan

Dilihat dari waktu penyampaiannya, pertanyaan dibagi menjadi tiga :

a) Pertanyaan awal pelajaran, yaitu pertanyaan pendahuluan yang dimaksud untuk menghubungkan pengetahuan yang telah lalu dengan pengetahuan yang baru, merangsang minat belajar untuk menerima pelajaran baru, dan memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran.

b) Pertanyaan di tengah-tengah berlangsungnya proses belajar= mengajar. Pertanyaan ini dimaksudkan

untuk mendiskusikan bagian-bagian pelajaran dan menarik sebagian fakta baru.

c) Pertanyaan akhir pelajaran, yaitu pelajaran penutup yang dimaksudkan untuk mengulang, menghubungkan bagian-bagian topik bahasan, dan menarik kesimpulan pelajaran sehingga pelajar dapat memahami pelajaran dengan mudah.

Dilihat dari sasarannya, pertanyaan pada dasarnya dapat di bagi menjadi dua, yaitu pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran):

a) Pertanyaan ingatan dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan sudah dikuasai oleh pelajar. Kata tanya yang digunakan ialah: apa, siapa, dimana, bilamana (kapan), dan berapa. Umpamanya

sebutkan, siapa saja sahabat Nabi SAW.

Bilamanakah Isra dan Mi'raj Nabi SAW. terjadi? yang termasuk al¬Sabiqunal A wwalun?

b) Pertanyaan pikiran dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauhmana cara berpikir pelajar dalam menanggapi suatu persoalan. Kata tanya yang digunakan ialah: mengapa dan bagaimana.Umpamanya: c) Mengapa kita harus menjaga kebersihan?

d) Bagaimana seharusnya anak menunjukkan baktinva kepada orang tua? C. Kewajaran Metode Tanya-Jawab.

Metode tanya-jawab akan wajar digunakan untuk:

1. Menyimpulkan pelajaran yang telah lalu. Setelah guru menguraikan suatu persoalan, kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan itu dijawab oleh peserta didik sedangkan basil jawaban peserta didik yang betul/benar disusun dengan baik sehingga merupakan ikhtisar pelajaran yang akan menjadi milik peserta didik.

2. Melanjutkan pelajaran yang sudah lalu. Dengan mengulang pelajaran yang sudah diberikan dalam bentuk pertanyaan, guru akan dapat menarik perhatian peserta didik kepada pelajaran baru.

(6)

4. Memimpin pengamatan atau pemikiran peserta didik. Ketika peserta didik menghadapi suatu persoalan maka pemikiran peserta didik dapat dibimbing dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau seorang peserta didik yang tidak memperhatikan pembicaraan guru yang dapat mengusahakan supaya perhatiannya kembali kepada keterangan guru dengan mengejutkannya dengan memberikan beberapa pertanyaan.

5. Menyelingi pembicaraan untuk merangsang perhatian peserta didik dalam belajar sehingga dengan jalan demikian ada kerjasama antara peserta didik dengan guru dan dapat menimbulkan semangat peserta didik.

6. Meneliti kemampuan peserta didik dalam memahami suatu bacaan yang dibacanya atau ceramah yang sudah didengarnya.

D. Ketidak wajaran metode tanya-jawab

Pelaksanaan metode tanya jawab juga tidak wajar untuk hal-hal sebagai berikut

1. Menilai taraf kemampuan peserta didik mengenai pelajaran mereka. Metode tanya-jawab hanya dapat memberikan gambaran secara kasar saja dan hanya bisa untuk mengingatkan kembali apa yang dipelajarinya atau menghubungkannya dengan pelajaran itu.

2. Persoalannya sangat komplek sedangkan jawabannya dibatasi oleh guru. Apabila pertanyaan yang diajukan oleh guru banyak menimbulkan jawaban, maka janganlah jawabannya dibatasi. Tetapi berilah kesempatan untuk menjawab seluas-luasnya atau kalau perlu laksanakan dengan metode diskusi.

3. Pertanyaan yang diajukan jangan hendaknya terbatas pada jawaban "ya" atau °tidak" semata, tetapi hendaknya jawabannya dapat mendorong pemikiran peserta didik untuk memikirkan jawaban yang tepat.

4. Memberikan giliran hanya kepada peserta didik tertentu saja. Hendaknya pertanyaan harus diajukan kepada seluruh peserta didik, jangan hanya kepada peserta didik yang tertentu saja. Begitu juga dalam menjawabnya harus kepada seluruh peserta didik diberikan kesempatan, jangan hanya yang pandai-pandai saja. Bahkan peserta didik yang pendiam atau pemalulah yang lebih didorong untuk menjawabnya supaya is dapat membiasakan dirinya.

E. Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaannya

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan metode tanya-jawab 1. Tujuan pelajaran harus dirumuskan terlebih dahulu dengan sejelas - jelasnya.

2. Guru harus menyelidiki apakah metode tanya-jawab satu-satunya metode yang paling tepat dipakaikan.

3. Guru harus meneliti untuk apa metode ini dipakaikan, apakah : a) Dipakaikan untuk menghubungkan pelajaran lama dengan

b) pelajaran baru.

(7)

e) Untuk menyimpulkan suatu uraian.

f) Untuk mengingatkan kembali terhadap apa yang dihafalkan g) peserta didik.

h) Untuk menuntun pemikirannya. i) Untuk memusatkan perhatiannya.

4. Kemudian guru harus meneliti pula, apakah

a) Corak pertanyaan itu mengandung banyak permasalahan atau tidak. b) Terbatasnya jawaban atau tidak.

c) Hanya dijawab dengan ya atau tidak atau ada untuk men¬dorong peserta didik berpikir untuk menjawabnya.

5. Guru memilih mana diantara jawaban-jawaban yang banyak itu dapat diterima. 6. Guru harus mengajarkan cara-cara pembuktian jawaban, dengan:

a) Mengemukakan suatu fakta yang dikutip dari buku, majalah, harian dan lain sebagainya. b) Meneliti setiap jawaban dengan menggunakan sumbernya.

c) Dengan menjelaskan dipapan tulis dengan berbagai argumentasi.

d) Membandingkan dengan apa yang pernah dilihat peserta didik. e. Menguji kebenarannya terhadap orang-orang yang ahli.

e) Melakukan experimen untuk membuktikan kebenaran. F. Keuntungan metode tanya-jawab

Beberapa keuntungan metode tanya-jawab adalah sebagai berikut:

1. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk dapat menerima penjelasan lebih lanjut.

2. Guru dapat dengan segera mengetahui kemajuan peserta didiknya dari bahan yang telah diberikan. 3. Pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan agak balk dari peserta didik dapat mendorong guru untuk

memahami lebih mendalam dan mencari sumber-sumber lebih lanjut. G. Kelemahan metode tanya-jawab

Beberapa kelemahan metode tanya-jawab.

1. Pemakaian waktu lebih banyak jika dibandingkan dengan metode ceramah. Jalan pelajaran lebih lambat dari metode ceramah, sehingga kadang-kadang menyebabkan bahan pelajaran tak dapat dilaksanakan menurut yang ditetapkan.

2. Mungkin terjadi perbedaan pendapat antara guru dan peserta didik. Hal ini terjadi karena pengalaman peserta didik berbeda dengan guru. Kalau hal itu terjadi guru dan peserta didik harus dapat membuktikan kebenaran jawaban jawabannya.

(8)

perlu boleh berobah susunan pertanyaannya atau memperinci pokok persoalan dalam beberapa perincian.

(9)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan terintegratif, dan (d) administrasi social ekperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentu guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara kalasikal telah mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada jumlah siklus yang harus dilalui.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN ... Kecamatan ... Kabupaten ... Tahun Pelajaran 20xx/20xx.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester gasal 20xx/20xx.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas … SDN ... Kecamatan ... Kabupaten ... Tahun Pelajaran 20xx/20xx.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).

(10)

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).

(11)

Gambar 3.1 Alur PTK Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model discovery .

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelajaran (RP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.

4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

a. Lembar observasi pengolahan pembelajaran metode tanya jawab, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.

(12)

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46

D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan pembelajaran metode tanya jawab, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif.

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atu tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Dengan : = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

(13)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran metode tanya jawab dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.

Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa yang diinginka. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan penglolaan pembelajaran metode tanya jawab yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran metode tanya jawab dalam meningkatkan prestasi

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran metode tanya jawab.

A. Analisis Data Penelitian Persiklus 1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal ……… di kelas ……. dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

(14)

Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

No. Urut Nilai Keterangan No. Urut Nilai Keterangan

T TT T TT

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran metode tanya jawab diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 69,09 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode pembelajaran metode tanya jawab.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

(15)

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.

Tabel 4.4. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II

No. Urut Nilai Keterangan No. Urut Nilai Keterangan

T TT T TT

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76,36 dan ketuntasan belajar mencapai 77,27% atau ada 17 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan metode pembelajaran metode tanya jawab.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

(16)

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal ………. di kelas …….. dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil peneitian pada siklus III adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III

No. Urut Nilai Keterangan No. Urut Nilai Keterangan

T TT T TT

(17)

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran metode tanya jawab. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga

menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan. d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran metode tanya jawab dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mepertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran metode tanya jawab dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran metode tanya jawab memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 68,18%, 77,27%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran metode tanya jawab dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran agama Islam pada pokok bahasan mengarang yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

(18)
(19)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan metode tanya jawab memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%).

2. Penerapan metode pembelajaran metode tanya jawab mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran metode tanya jawab sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar agama Islam lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan model metode tanya jawab memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model metode tanya jawab dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi agama Islam dan Remidi Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.

Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa Universitas Press.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.

Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

problem posing meningkat, karena ketuntasan hasil belajar secara klasikal pada siklus I sebesar 58,6% (tidak tuntas), siklus II 75,0% (tuntas) dan siklus III

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 91,30% (termasuk kategori tuntas).Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari

Setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle pada siklus I ketuntasan klasikal belajar siswa meningkat dengan ketuntasan klasikal 73,17%(tidak tuntas) dan

70 untuk tingkat pengerjaan LKS dan pada siklus 2 memperoleh ketuntasan klasikal yang optimal dengan arti semua siswa tuntas atau siswa tuntas individual dengan

Perolehan nilai rata-rata pada siklus III sebesar 86,33 dengan ketuntasan belajar siswa secara klasikal 87,5% yaitu 28 orang siswa dalam katagori tuntas, siswa

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 92 % (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus ill ini mengalami peningkatan lebih baik dari

Maka secara klasikal Kedisiplinan belajar yang telah tercapai sebesar 93,33% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 96,43% (termasuk kate- gori tuntas). Hasil pada siklus II pertemuan ke 2 ini mengalami peningkatan lebih