• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artinya, metode mind mapping dalam pembelajaran menulis dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menulis esai argumentatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Artinya, metode mind mapping dalam pembelajaran menulis dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menulis esai argumentatif"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS ESAI ARGUMENTATIF BAHASA INGGRIS

Roslaini

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP UHAMKA [email protected]

ABSTRAK

Menulis esai argumentatif sering terasa sulit bagi mahasiswa. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, penelitian ini mencoba menerapkan metode mind mapping dalam pembelajaran menulis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses dan hasil menulis esai argumentatif. Proses menulis diperoleh melalui wawancara dan pertanyaan terbuka; hasil menulis diperoleh melalui tes tertulis. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian dari postes memperlihatkan bahwa pemahaman mahasiswa terhadap struktur generik esai argumentatif meningkat cukup signifikan. Artinya, metode mind mapping dalam pembelajaran menulis dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menulis esai argumentatif. Hal ini didukung pula oleh jawaban mahasiswa bahwa dengan metode mind mapping mereka merasa lebih mudah menulis esai argumentatif dan lebih terarah dalam mengembangkan ide sehingga dapat menghasilkan tulisan yang lebih padu dan koheren.

Kata kunci: mind mapping, esai argumentatif, menulis.

PENDAHULUAN

Dalam konteks pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing atau English as Foreign Language, menulis (writing) adalah salah satu keterampilan yang wajib dipelajari dan dikuasai oleh pembelajar di Indonesia. Handoyo menyatakan analisisnya dalam Kirkpatrick (2016) bahwa sejak lama bahasa Inggris masuk dalam kurikulum pembelajaran mulai dari level sekolah menengah hingga level perguruan tinggi dimana keterampilan dalam bahasa Inggris seperti menulis menjadi aspek yang penting dan tidak dapat dihindari. Hal ini dapat menjadi dasar pemikiran bahwa kemahiran bahasa Inggris dapat didominasi oleh kemampuan pembelajar dalam menulis. Artinya, pembelajar yang mampu berbahasa Inggris dengan baik adalah pembelajar yang juga terampil dalam

(2)

menulis.

Secara definisi, menulis merupakan suatu aktifitas untuk menciptakan hasil karya dalam bentuk tulisan, seperti artikel, cerita, maupun puisi (Cambridge, 2008). Dalam perspektif ini, keterampilan menulis menuntut pembelajar untuk mampu menghasilkan karya tulis baik bersifat umum seperti cerita-cerita maupun akademik yang berorientasi pada penulisan ilmiah. Sementara, secara filosofis, menulis adalah sebuah keniscayaan; kegiatan yang merepresentasikan banyak aspek sosial maupun budaya berkehidupan yang dapat ditularkan dari generasi ke generasi (Alwasilah, 2001). Dari sudut pandang ini, menulis dianggap sebuah kebutuhan atau kegiatan keseharian yang dipengaruhi berbagai faktor sosial maupun budaya dan bersifat turun temurun yang dapat diwariskan kepada pembaca lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah upaya menghasilkan tulisan yang merepresentasikan pemikiran penulis yang dapat dipengaruhi faktor sosial dan budaya dan menjadi keterampilan yang penting dikuasai oleh pembelajar.

Namun, untuk dapat menguasai keterampilan menulis tidaklah mudah.

Menulis dipandang sebagai keterampilan yang rumit karena membutuhkan serangkaian proses yang kompleks (Rijlaasdam, 2005). Ketika menulis, pembelajar dituntut untuk mampu memahami bukan hanya informasi-informasi atau ide-ide apa saja yang secara tepat dituangkan ke dalam tulisan, tetapi juga bagaimana penggunaan bahasa dalam hal ini wording dari mulai kata per kata, kalimat per kalimat hingga pada tataran paragraf tulisan tersebut dapat disusun.

Ditambah lagi, menurut Levine fenomena ditemukannya kesulitan pemelajar dalam menulis bahasa Inggris pada konteks EFL dikarenakan lemahnya ide yang ingin ditulis, kosakata yang sedikit, takut untuk mengkritik, dan menghindari kebingungan emosional ketika menghadapi topik yang akan ditulis. Singkatnya, keterampilan menulis adalah sebuah proses dan tidak dapat dikuasai dalam waktu yang singkat serta memerlukan wawasan yang luas, kemampuan berpikir kritis, serta penguasaan teknis penulisan.

Seperti diketahui bahwa pada level menulis atau writing mahasiswa di perguruan tinggi adalah jenis menulis esai. Zemach dan Rumisek (2005)

(3)

menyatakan bahwa esai adalah tulisan yang terdiri atas sekumpulan paragraf dan ditulis dengan membahas satu topik atau satu ide utama. Salah satu bentuk esai yang dipelajari mahasiswa di perguruan tinggi adalah esai argumentatif. Menurut Ashford (2013), esai argumentatif adalah jenis esai yang cenderung memiliki kesamaan dengan persuasi, namun perbedaannya adalah penulis harus membuat argumen untuk melawan sudut pandang lain yang diuraikan. Esai argumentatif menekankan pada bagaimana penulis memberikan komentar terhadap sudut pandang yang telah ada untuk kemudian diberikan counter argument atau ide pertentangan sehingga pembaca dapat yakin terhadap ide penulis yang disajikan.

Dalam pembelajaran menulis (writing) khususnya esai argumentatif, terdapat beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan bentuk esai lainnya.

Perbedaan tidak hanya terletak pada thesis statement tetapi juga pada body.

Artinya, esai argumentatif memiliki generic structure yang berbeda karena kedua komponen tersebut harus memiliki isu yang bersifat kontroversial. Dengan demikian, dengan metode mind mapping diharapkan dapat menghasilkan esai argumentatif yang benar.

Selanjutnya, untuk menghasilkan esai argumentatif yang baik, proses menulis harus dilalui. Proses menulis atau writing process adalah suatu pendekatan untuk menulis dimana mahasiswa memfokuskan diri pada proses untuk menghasilkan produk tertulis; bukan pada produk atau hasil dari tulisannya.

Meskipun pada akhirnya, mahasiswa tetap harus mengumpulkan dan melengkapi produk tulisan mereka, namun proses penulisan menjadi domain utama teknik ini.

Brown (2001) menyatakan bahwa menulis adalah proses berpikir: penulis menghasilkan produk akhir tulisan berdasarkan pemikiran mereka setelah penulis melewati proses berpikir.

Jika dikaitkan dengan keterampilan menulis esai argumentatif adalah untuk mengembangkan suatu pemikiran/ide, informasi dalam bentuk tulisan, maka dapat dikatakan bahwa mind mapping adalah metode yang diasumsikan dapat membantu pembelajar dalam menulis. Pembelajar dapat melakukan pemetaan pemikiran dengan membuat diagram atau grafis melalui jejaring gambar dimana ide atau topiknya berada di tengah untuk memudahkan pembaca untuk

(4)

mengingatnya. Berikut gambar pola esai argumentatif dalam bentuk mind mapping.

Gambar 1.

Mind Mapping Pola Esai Argumentatif

Dengan menggunakan teknik jejaring grafis dari metode mind mapping, diharapkan dapat memusatkan perhatian pembelajar atau mahasiswa dalam menulis esai argumentatif sehingga ide dan pemikiran yang dituangkan saling terkait dan membuat tulisan menjadi koheren dan padu.

Sehubungan dengan menulis adalah sebuah proses berpikir, maka dalam aktivitas menulis pembelajar menggunakan pendekatan proses. Menulis melibatkan proses berpikir sehingga menulis seharusnya diajarkan dengan pendekatan proses dimulai dari berpikir, meramu tulisan, hingga pada finalisasi atau hasil akhir penulisan. Dalam artikelnya, Onozawa (2010) menerangkan bahwa sampai tahun 1980an, fokus menulis khususnya English as Second Language adalah akurasi (grammar). Sebagai contoh hingga awal tahun 60an, metode audio lingual (ALM) menekankan praktik, tanda baca, dan struktur gramatikal dalam menulis. Hingga pada awal tahun1980-an, terjadi pergeseran aktifitas menulis yang cenderung berada pada pendekatan proses. Lebih lanjut Onozawa menjelaskan setidaknya terdapat dua keuntungan utama dalam menulis

(5)

dengan pendekatan proses, yaitu memberikan kesempatan untuk menyusun tulisan sendiri serta mengembangkan keterampilan menulis secara komprehensif. Hal ini dapat dipahami mengingat secara sedehana, pendekatan proses dalam menulis yaitu dimulai pada bagaimana ide dibangun, kemudian membuat draft yang diperlukan, hingga merevisi serta melakukan editing kembali, sampai pada akhirnya finalisasi hasil tulisan.

Menurut Seow (2002) proses menulis setidaknya melalui lima tahapan, yaitu prewriting, drafting, revising, editing, dan publishing. Prewriting atau perencanaan menitikberatkan kepada permulaan dan persiapan dalam menulis esai argumentatif yang dapat dimulai dengan mencetuskan ide, mengumpulkan informasi, serta membuat outline. Kemudian pada tahap drafting, ide dan informasi yang telah dikumpulkan dituangkan dalam bentuk tulisan yang dalam hal ini berupa esai argumentatif yang tersusun dari kalimat per kalimat dan paragraf per paragraf. Selanjutnya adalah tahap revising, tahap ini sebagai bagian dalam merevisi kembali esai argumentatif yang telah ditulis agar lebih terarah, akurat, dan jelas. Lalu, tahap editing dimana pada tahap ini menekankan pada perbaikan atau memformulasi tulisan esai argumentatif kembali baik secara gramatikal maupun menurut teknik penulisan. Dan terakhir adalah publishing yaitu finalisasi tulisan untuk dikumpulkan.

Sehubungan dengan apa yang diuraikan di atas, terlihat bahwa betapa pentingnya proses dalam pembelajaran menulis esai. Dari hasil pengamatan peneliti dalam pembelajaran menulis sering kali mahasiswa gagal dalam menerapkan ke 5 (lima) tahapan dalam proses menulis tersebut sehingga tulisan esai argumentatif kurang berhasil dan cenderung sulit dipahami oleh pembaca.

Selain adanya permasalahan dalam proses menulis esai argumentatif mahasiswa, ditemukan pula kegagalan pada sisi struktur skematik. Artinya, hasil tulisan mahasiswa khususnya belum mencerminkan struktur skematik atau generic structure dari esai argumentatif, artinya esai tersebut tidak mencerminkan sebuah pemikiran yang kontroversial yang merupakan ciri dari sebuah esai argumentatif. Jelasnya, hasil tulisan esai argumentatif mahasiswa angkatan sebelumnya dimana tidak tepatnya struktur skematik dari esai argumentatif yang

(6)

dibuat. Martin (1992) berpendapat bahwa struktur skematik adalah tahapan- tahapan yang menunjukan bagaimana genre teks (dalam hal ini esai argumentatif) diorganisir. Jadi, struktur skematik menekankan pada langkah-langkah atau tahap- tahap yang harus dilalui oleh mahasiswa untuk mencapai tujuan komunikatif tulisannya. Hal ini menjadi penting mengingat kegagalan dalam menyusun struktur skematik dari esai argumentatif bahasa Inggris. Kegagalan ini dapat mengurangi relasi makna yang ditulis oleh mahasiswa terhadap konteks atau topik tertentu.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dilapangan, peneliti bermaksud mengadakan sebuah penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang berupaya untuk mengetahui bagaimana proses dan hasil menulis esai argumentatif dengan metode Mind Mapping; artinya, apakah metode mind mapping dapat membantu mahasiswa memahami struktur generik esai argumentatif karena struktur generik ini merupakan dasar untuk membuat sebuah esai. Esai argumentatif memiliki struktur generik yang berbeda dengan esai lainnya. Esai argumentatif harus memiliki ide kontroversial, rebuttal dengan bukti pendukung yang logis dan relevan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keberhasilan dalam menulis sebuah esai argumentatif ditentukan oleh pemahaman mahasiswa terhadap struktur generiknya. Dengan demikian, peneliti berharap akan dapat meningkatkan hasil pembelajaran menulis melalui perbaikan metode pembelajaran khususnya menulis esai argumentatif bahasa Inggris dengan metode Mind Mapping. Mind Mapping dapat diartikan sebagai gambaran pemikiran yang dipopulerkan oleh Tony Buzan. Metode ini dianggap paling bagus untuk membuat peta pemikiran/ide secara sederhana dan ringkas. Buzan (2003) menyatakan bahwa mind mapping adalah sebuah metode jejaring grafis yang digunakan untuk mengumpulkan dan mengorganisir ide atau informasi dengan menggunakan kata kunci atau topik untuk memunculkan ide atau pemikiran baru. Ide kreatif disajikan melalui diagram atau grafis. Diagram tersebut digunakan untuk memvisualisasikan ide/pemikiran atau informasi yang diletakkan ditengah sebagai kata kunci atau topik untuk dikembangkan dan dikaitkan dengan ide-ide, konsep yang mengitarinya. Selain itu, Newman (2013) menyatakan pula bahwa mind

(7)

mapping adalah cara yang simpel, unik dan kreatif dalam membuat catatan ringkas sebuah ide atau pemikiran yang dapat membantu pembaca dengan mudah untuk mengingat dan mempelajari sebuah pemikiran atau informasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses menulis mahasiswa dengan metode Mind Mapping, dan apakah mahasiswa melakukan tahapan menulis esai argumentatif seperti prewriting, drafting, revising, editing, dan finishing. Lebih jauh, penelitian ini juga berupaya untuk menggali hasil menulis esai argumentatif apakah dengan metode mind mapping memudahkan mahasiswa memahami stuktur skematik atau generic structure sehingga menghasilkan sebuah esai argumentatif yang baik.

Berdasarkan konsep metode mind mapping, beberapa pengajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing tertarik untuk melakukan penelitian dalam keterampilan menulis. Maryam Shakoori dkk. (2017) melakukan penelitian eksperimen pada 28 mahasiswa untuk melihat efek dari strategi konsep peta (effect of concept mapping strategy) dalam pembelajaran menulis esai. Selain itu, Syeda Saima F.B. (2016) melakukan eksperimen untuk mengidentifikasi teknik mind mapping yang paling sesuai dalam pembelajaran menulis esai diskursif (discursive essay). Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode mind mapping memiliki dampak positif dalam pembelajaran menulis (writing).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil 2017/2018 di Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode mind mapping dalam pembelajaran menulis. Dengan metode mind mapping diharapkan keterampilan menulis mahasiswa dalam esai argumentatif dapat meningkat. Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Untuk mendukung penerapan metode penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen atau alat penelitian guna mengetahui proses menulis esai argumentatif bahasa Inggris mahasiswa yaitu pengamatan selama proses pembelajaran, angket terbuka, dan dokumentasi (alat rekam video).

Sementara, untuk menggali skematik struktur hasil tulisan esai argumentatif

(8)

mahasiswa, peneliti akan menggunakan teori dari Susan Anker dan Alice Oshima.

Dari kajian teori tersebut dapat digambarkan skematik/struktur generik esai argumentatif seperti dalam tabel berikut.

Tabel 1.

Struktur Generik Esai Argumentatif Komponen

Isi Esai Argumentatif Introductio

n

General statements + thesis statement

Paragraf pembuka terdiri dari beberapa kalimat sebagai pengantar isu lalu diikuti pendapat orang;

selanjutnya ditentang oleh pendapat penulis yang kontroversial

Body Topic sentence + convincing reasons.

Pokok kalimat berupa ide atau pendapat orang lalu ditentang oleh penulis dan didukung atau diperkuat oleh alasan serta bukti-bukti yang meyakinkan pembaca, bisa berupa fakta, data, contoh, atau pendapat ahli

Conclusion Summary + Final thought

Simpulan merupakan ringkasan dari ide penulis dalam body lalu diikuti oleh komentar akhir bisa berupa prediksi, konsekuensi, solusi, atau saran

Dari struktur generik tersebut, dapat diturunkan tujuh kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah esai argumentatif yang baik. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

A. Pengantar mengarah ke topik esai

B. Tesis kontroversial dinyatakan dengan jelas

C. Body memiliki rebuttal dengan argumen yang jelas D. Ide pokok argumen tertera jelas dalam body paragraph E. Detail bukti pendukung logis dan relevan

F. Urutan detail bukti pendukung tersusun efektif G. Simpulan menyajikan ringkasan argumen penulis

Untuk melihat apakah sebuah esai argumentatif mengandung kriteria esai seperti di atas, perlu dibuat rubrik penilaian sebagai instrumen untuk menilai pemahaman mahasiswa terhadap konsep esai argumentatif yang merupakan dasar

(9)

dalam penulisan esai argumentatif. Instrumen dibuat berdasarkan unsur struktur generik esai argumentatif menurut Anker dan Oshima. Penilaian menggunakan skala 1 sampai 4 dengan kriteria seperti dalam tabel berikut.

Tabel 2.

Rubrik Penilaian Struktur Generik Esai Argumentatif

Score

4 Essay in this category shows

superior command of

language.

3 Essay in this category shows

an adequate command of language.

2 Essay in this category shows a

less adequate command of

language.

1 Essay in this category

shows an inconsistent

or bad in using a language.

Introduction

• The opening is engaging.

•Idea or events are presented in an effective order.

•The thesis statement is clearly stated.

•The opening is engaging but the explanations are unsure.

•Idea or events are presented in effective order but details not so clear.

•The thesis statement is stated but not so clear.

• The opening is trying to be engaging but the explanations are unclear.

•Idea or events are presented in less effective order.

•The thesis statement stated is confusing.

•The opening is not engaging and the explanations are unclear.

•Idea or events are presented in an

ineffective order.

• The thesis statement is not stated.

Body Paragraph

• Acknowledges or rebut the opposing argument.

• Shows the evidence to support the argument.

• Support the arguments with logical

reasoning and relevant evidence.

• Trying to acknowledges opposing argument

• Shows a less evidence to support the argument.

• Support the arguments with logical reasoning without evidence.

• Acknowledges opposing argument unclearly.

• Shows unrelated evidence to support the argument.

• Supporting arguments are not logical reasoning and using irrelevant evidence.

•Inconsistent with the argument.

• There is no evidence to support the argument.

•Not supporting arguments with logical reasoning and relevant evidence.

(10)

Concluding

• Provides a concluding statement that summarizes the main points of the argument presented.

•Provides a short or incomplete concluding from argument

presented.

• Provides a concluding statement but it is irrelevant.

•No concluding statement that supports the argument presented.

Selanjutnya, peneliti akan menerapkan teknik triangulasi data sebagai cara mengalisis keabsahan data, yaitu dengan menggabungkan beberapa instrumen penelitian yang digunakan untuk mendapatkan kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh.

Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 5 berjumlah 28 orang. Kegiatan menulis tetap mengikuti tahapan proses menulis, seperti brainstorming, outlining, drafting, dan revising. Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan tes, angket terbuka, dan wawancara. Berikut langkah- langkah kerjanya:

1. Melakukan pra observasi sebagai persiapan penelitian yang akan menguatkan permasalahan atau research’s gap.

2. Menyiapkan perangkat penelitian, seperti materi, lembar pertanyaan, wawancara untuk mengetahui proses menulis esai argumentatif yang dilakukan mahasiswa.

3. Melakukan pengamatan dan wawancara tentang proses menulis.

4. Mengumpulkan data melalui tes tertulis dan menganalisisnya berdasarkan struktur generiknya.

5. Menganalisis secara kualitatif keseluruhan data melalui teknik triangulasi.

6. Membuat kesimpulan dari data-data yang diperoleh dan menyusunnya ke dalam laporan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah disebutkan sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menulis esai argumentatif dengan metode mind mapping. Untuk melihat keberhasilan tersebut, peneliti melakukan tiga tahap yaitu memberikan pretes, memberikan postes, dan

(11)

melakukan wawancara dilengkapi dengan angket berisi pertanyaan terbuka. Pretes digunakan untuk melihat kemampuan awal mahasiswa dalam menulis esai argumentatif. Postes untuk melihat peningkatan keterampilan mahasiswa dalam menulis esai argumentatif. Wawancara dan pertanyaan terbuka digunakan untuk mengetahui proses menulis esai argumentatif dan manfaat mind mapping yang dirasakan dalam menulis esai argumentatif. Ketiga hal ini perlu dilakukan untuk melihat keabsahan data dan hasil penelitian sehingga hasil penelitian ini bisa menjadi replika bagi peneliti lainnya.

Hasil Pretes Menulis Esai Argumentatif

Pada awal penelitian mahasiswa diberikan pretes yang bertujuan untuk melihat kemampuan awal mahasiswa dalam menulis esai argumentatif. Dari hasil pretes dapat diketahui sejauh mana mahasiswa mampu menulis esai argumentatif.

Kemampuan tersebut dilihat dari ketepatan struktur generik yang digunakan.

Artinya, Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa telah memahami konsep struktur generik esai argumentatif sebelum menggunakan metode mind mapping. Gambaran awal ini untuk melihat keberhasilan mahasiswa menulis esai argumentatif setelah menggunakan metode mind mapping.

Struktur generik merupakan ciri yang membedakan sebuah esai dengan esai yang lainnya. Oleh karena itu, untuk melihat pemahaman dan penguasaan mahasiswa terhadap struktur generik esai argumentatif digunakan tujuh kriteria yang mendasari sebuah esai argumentatif. Esai argumentatif dapat dikatakan baik apabila memiliki kriteria, seperti a. Pengantar mengarah ke topik esai, b. Tesis kontroversial dinyatakan dengan jelas, c. Body memiliki rebuttal dengan argumen yang jelas, d. Ide pokok argumen tertera jelas dalam body paragraph, e. Detail bukti pendukung logis dan relevan, f. Urutan detail bukti pendukung tersusun efektif, dan kesimpulan menyajikan ringkasan argumen penulis.

Berdasarkan tujuh kriteria tersebut, pemahaman mahasiswa terhadap esai argumentatif dinilai menggunakan rubrik penilaian dengan rentang skala 1 – 4 Nilai 4 menunjukkan kriteria yang memenuhi syarat atau sangat baik, nilai 3 kriteria baik, nilai 2 kurang baik, dan nilai 1 tidak baik atau sangat kurang. Jadi nilai tertinggi untuk pemahaman struktur generik esai argumentatif adalah 28.

(12)

Selanjutnya, yang mengikuti pretes ada 28 mahasiswa; nilai tertinggi 24 dan nilai terendah 8. Lalu hasil pretes dianalisis menggunakan rubrik penilaian struktur generik esai argumentatif (lihat lampiran). Dari hasil analisis diketahui bahwa yang mendapat nilai 8 ada satu orang, nilai 12 ada empat orang, nilai 13 ada dua orang, nilai 14 ada dua orang, nilai 15 ada empat orang, nilai 16 ada tiga orang, nilai 17 ada dua orang, nilai 18 ada dua orang, nilai 19 ada tiga orang, nilai 21 ada tiga orang, nilai 23 ada satu orang, dan nilai 24 ada satu orang. Untuk mendapatkan gambaran hasil pretes yang jelas, penyajian hasil menggunakan tabel dan diagram pie chart. Pertama dicari dulu kelas interval untuk menghitung frekuensi hasil pretes. Penghitungan kelas interval menggunakan rumus Sturges dalam Sumarsono (2014):

Rumus: 𝑝= !

!!!.!(!"#!)

= !!!.!(!"#!" !")

= !!!.!(!.!!)!"

= 3

Tabel 3.

Frekuensi Nilai Pretes Kelas

Interval Frekuensi Percentage (%)

8-11 1 4 %

12-15 12 43 %

16-19 10 36 %

20-23 4 14 %

24-27 1 4 %

28-31 0 0 %

Berdasarkan tabel frekuensi di atas, hasil pretes dapat digambarkan dengan diagram pie chart seperti di bawah ini.

(13)

4%

43%

36%

14%

4% 0%

Nilai Pretes Esai Argumenta1f

8-11 12-15 16-19 20-23 24-27 28-31

Gambar 2.

Penguasaan Struktur Generik

Dari diagram pie chart di atas dapat diketahui bahwa dari 28 mahasiswa nilai 12- 15 ada dua belas orang (43%), nilai 16-19 ada sepuluh orang (36%), nilai 20-23 ada empat orang (14%), dan nilai 8 dan 24 hanya satu orang (4%), nilai 28 tidak ada (0%).

Hasil Postes Menulis Esai Argumentatif

Postes diberikan setelah selesai perkuliahan. Ada 28 mahasiswa yang mengikuti postes. Hasil postes juga dianalisis menggunakan rubrik penilaian struktur generik esai argumentatif. Nilai tertinggi 28 dan nilai terendah 16. Setelah dianalisis, hasil yang diperoleh adalah yang mendapat nilai 16 ada tiga orang, nilai 17 ada tiga orang, nilai 18 ada satu orang, nilai 19 ada tiga orang, nilai 20 ada lima orang, nilai 21 ada satu orang, nilai 22 ada satu orang, nilai 23 ada tiga orang, nilai 24 ada empat orang, nilai 26 ada tiga orang, dan nilai 28 ada satu orang. Untuk lebih jelasnya, penyajian menggunakan tabel dan diagram pie chart. Untuk mendapatkan frekuensi nilai pretes, terlebih dahulu dicari kelas interval menurut Sturges dalam Sumarsono.

Rumus: 𝑝= !!!.!(!"#! !) = !!!.!(!"#!" !")

(14)

25%

32%

29%

11%

4%

Nilai Postes Esai Argumentatif

16-18 19-21 22-24 25-27 28-30

= !!!.!(!.!!)!"

= 2

Tabel 4.

Frekuensi Nilai Postes Kelas

Interval Frekuensi Percentage (%)

16-18 7 25 %

19-21 9 32 %

22-24 8 29 %

25-27 3 11 %

28-30 1 4 %

Berdasarkan tabel frekuensi di atas, hasil postes dapat digambarkan dengan diagram pie chart seperti di bawah ini.

Gambar 3.

Penguasaan Struktur Generik

Dari diagram pie chart di atas dapat diketahui bahwa dari 28 mahasiswa nilai 16- 18 ada tujuh orang (25%), nilai 19-21 ada sembilan orang (32%), nilai 22-24 ada delapan orang (29%), nilai 25-27 ada tiga orang, dan nilai 28 satu orang (4%).

(15)

Peningkatan Keterampilan menulis Esai Argumentatif

Untuk melihat peningkatan keterampilan mahasiswa dalam menulis esai argumentatif dengan metode mind mapping, hasil pretes dan postes disajikan dalam bentuk diagram garis. Garis biru menunjukkan distribusi hasil pretes, sedangkan garis merah menunjukkan distribusi hasil postes. Diagram selengkapnya dapat dilihat di bawah ini.

Gambar 4.

Peningkatan Keterampilan Menulis

Dari diagram garis di atas dapat dilihat sebaran nilai pretes dan postes. Nilai pretes dengan garis warna biru dimulai dari angka 8; artinya 8 adalah nilai terendah dari pretes. Sedangkan garis merah nilai postes dimulai dari angka 16;

artinya nilai terendah postes adalah 16. Untuk nilai tertinggi pretes adalah 24 sedangkan nilai tertinggi postes adalah 28. Dari nilai tertinggi dan terendah dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dalam pembelajaran menulis esai argumentatif dengan metode mind mapping.

Hasil Wawancara dan Angket Terbuka

Untuk mendukung keabsahan dari hasil penelitian tentang peningkatan nilai mahasiswa dalam keterampilan menulis esai argumentatif dengan metode mind mapping perlu didukung oleh data sekunder yaitu berupa hasil wawancara dan jawaban pertanyaan terbuka. Hal ini bertujuan untuk mengetahui efek atau manfaat bagi mahasiswa dari metode mind mapping dalam pembelajaran menulis

0 1 2 3 4 5

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Frekuensi

Nilai Menulis

Nilai Pretes dan Postes

Pretest Postest

(16)

esai argumentatif. Selain itu, perlu diketahui pula bagaimana proses menulis esai argumentatif yang telah dilakukan mahasiswa sehingga berdampak pada keterampilan menulis mereka. Berikut tabel rangkuman dari hasil wawancara dan pertanyaan terbuka dari mahasiswa.

Tabel 5.

Rangkuman Hasil Wawancara dan Angket

No Pertanyaan Jawaban

1 Jelaskan proses menulis yang anda lakukan dalam menulis esai argumentatif

• Menentukan tema melalui situasi

sekarang, isu viral, pemikiran, referensi

• Mengumpulkan sumber dari artikel yang berkaitan dengan tema, website

• Menentukan topik esai

• Membuat pola esai argumentatif dengan metode mind mapping

• Menulis menyusun ide/outline sesuai pola yang sudah dibuat

• Menulis draft esai argumentatif

• Merevisi draft menjadi esai final 2 Jelaskan kendala

menulis esai argumentatif sebelumnya

• Bingung membuat pola esai

• Belum ada gambaran seperti pola mind mapping

• Susah menentukan rebuttal, ide

kontroversial

• Sulit mengembang ide, asal menulis saja

• Kadang-kadang susah grammar

• Sulit mengembangkan ide, tidak terarah 3 Jelaskan

kemudahan menulis esai argumentatif dengan metode mind mapping

• Mempermudah dalam penulisan outline

• Lebih terstruktur apa yang akan dibahas

• Lebih cepat, terstruktur, lebih nyaman dalam membuat esai karena dari mapping pola esai ke outline dari outline baru menulis esai

• Ada koherensi ide dengan ide lainnya

Berdasarkan jawaban mahasiswa melalui angket terbuka dan wawancara dapat diketahui bahwa mahasiswa benar-benar merasakan dampak dari penggunaan

(17)

metode mind mapping dalam menulis esai argumentatif. Dengan kata lain, metode mind mapping dapat membantu mahasiswa dalam memahami konsep esai argumentatif sebagai dasar untuk mengembangkan ide atau pemikiran lalu menuangkannya secara tertulis.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Menulis esai argumentatif tidaklah mudah bagi mahasiswa. Mahasiswa harus memahami dua hal pokok, yaitu komponen esai dan struktur generik esai argumentatif. Komponen esai terdiri tiga unsur, yaitu introduction, body paragraph, dan concluding paragraph. Ketiga unsur tersebut memiliki kriteria atau tujuan tertentu. Pertama, introduction memberikan gambaran umum yang diikuti oleh ide pokok esai atau thesis statement yang bersifat kontroversial.

Kedua, body paragraph merupakan uraian dari ide pokok esai yang didukung oleh bukti logis dan relevan. Terakhir, concluding merupakan rangkuman dari argumen penulis.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa esai argumentatif memiliki struktur generik yang berbeda dengan esai lainnya. Perbedaan inilah yang oleh mahasiswa sering “diabaikan”. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menulis esai argumentatif maka digunakan metode mind mapping yang diasumsikan dapat membantu mahasiswa dalam menulis esai argumentatif.

Dari hasil penelitian baik melalui tes maupun non tes dapat diketahui bahwa penggunaan metode mind mapping dapat membantu mahasiswa dalam menulis esai argumentatif. Artinya, keterampilan mahasiswa dalam menulis esai argumentatif menjadi lebih baik. Hal ini dibuktikan dari hasil pretes dan postes.

Terdapat tujuh kriteria untuk mengukur keterpahaman mahasiswa dalam menulis esai argumentatif. Kriteria A (pengantar) meningkat dari skor 68 menjadi 91.

Artinya, informasi/gambaran umum pada introduction sudah mengarah pada topik esai. Kriteria B (tesis kontroversial) meningkat dari 64 menjadi 83; ini menunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa terhadap isu kontroversial sebagai sebagai stand point penulis sudah lebih baik. Kriteria C (rebuttal) meningkat dari

(18)

64 menjadi 88, artinya body paragraph sudah memiliki argumen penulis yang menentang isu dengan memberikan alasan logis dan relevan. Demikian juga pemahaman mahasiswa terhadap kriteria D, E, F, dan G juga mengalami peningkatan. Artinya, esai mahasiswa sudah memiliki ide pokok yang jelas, details yang logis dan relevan tersusun secara efektif dan diikuti kesimpulan yang sesuai. Jadi, dari hasil postes dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan pemahaman mahasiswa terhadap struktur generik esai argumentatif dengan metode mind mapping.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, keterampilan menulis mahasiswa khususnya menulis esai argumentatif meningkat dengan menggunakan metode mind mapping.

Metode mind mapping menyajikan gambaran pemikiran yang saling terkait dalam bentuk cabang. Setiap cabang akan terkait dengan pusat ide/topik yang berada di tengah. Oleh karena itu, esai argumentatif dapat digambarkan dengan beberapa cabang dengan topik di tengah. Setiap cabang mengandung unsur yang berbeda sesuai dengan struktur generiknya. Jadi, penggambaran pola esai argumentatif melalui mind mapping yang dilanjutkan dengan mengisi cabang tersebut dengan ide/pemikiran yang sesuai dapat menuntun mahasiswa dalam mengembangkan esai argumentatif. Dengan demikian, dari hasil penelitian yang diperoleh melalui tes dan non tes membuktikan bahwa metode mind mapping dalam pembelajaran menulis esai argumentatif dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menulis esai argumentatif.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, C. 2001. Language, Culture, and Education. Bandung: Rosda.

Anker, Susan. Real Writing with Readings Paragraphs and Essays for College, Work, and Everyday Life. New York: Bedford/St. Martin’s, 2010.

Ashford, K. 2013. How to Write An Essay. Ontario: Scribendi.

(19)

Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy, second edition. New York: Addison Wesley Longman.

Bukhari, Syeda Saima Ferheen. 2016. Mind Mapping Techniques to Enhance EFL Writing Skill. International Journal of Linguistics and Communication Vol.

4, No.1/June/2016 DOI: 10.15640/IJLC.V4n1a7. King Abdul Aziz University.

Buzan, Tony. 2003. The Buzan Skills Handbook. London: BBC.

Kirkpatrick, A. 2016. English Language Education Policy in Asia. Basel:

Springer.

Levine, M. 1993. Development Variation And Learning Disorder. Cambridge, MA: Educator Publishing service.

Martin, J. R. 1992. English Text: System And Structure. Amsterdam: John Benjamin Publishing Company.

Newman, J. 2013. Mind Mapping: A complete Guide on How to Deal with Mind Mapping. USA: Speedy Publishing LLC.

Onozawa, Chieko. 2010. A Study of the Process Writing Approach: A Suggestion for an Eclectic Writing Approach. Kyoai Gakuen University http://www.kyoai.ac.jp/college/ronshuu/no-10/onozawa2.pdf

Oshima, Alice dan Ann Hogue. 2006. Writing Academic English. New York:

Pearson Education, Inc.

Rijlaasdam, G. 2005. Effective Learning and Teaching of Writing A Handbook of Writing in Education Second Edition. Boston: Springer Science, Business Media.

Seow, Anthony. (2002). The Writing Process and Process Writing in Methodology in Language Teaching, editor Jack C. Richards dan Willy A. Renandya.

UK: Cambridge University Press.

Shakoori, Maryam, Parvin Kadivar, dan Reza Sarami. 2017. The Effect of Concept Mapping Strategy as a Graphical Tool in Writing Achievement among EFL Learners. International Journal of Information and Education Technology Vol.7, No.5/May/2017 DOI: 10.18178/ijiet.2017.7.5.894.

Department of Educational Psychology of Kharazmi University.

Zemach, D., Lisa A. R. 2005. Academic Writing, From Paragraph to Essay.

Cambridge Advanced Learner’s Dictionary Third Edition. Cambridge:

Cambridge University Press.

(20)

Sebagai Pemakalah di Semnas UMJ 24 Maret 2018

Mahasiswa Menulis Esai dengan Mind Mapping

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 1 Rangkuman hasil angket penilaian autentik No Pertanyaan Skor 1 Pelaporan hasil belajar IPA peserta didik saya selama ini selalu memperhatikan proporsi yang jelas aspek