• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN KALBORASI PATOLOGI DAN KOMPLIKASI

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN KALBORASI PATOLOGI DAN KOMPLIKASI "

Copied!
61
0
0

Teks penuh

Bab praktik asuhan kebidanan pada persalinan patologis ini akan mempraktekkan bagaimana memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan kasus patologis sejak awal persalinan hingga lahirnya bayi. Tujuan dari praktik Asuhan Kebidanan pada Persalinan Patologis ini adalah untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang keterampilan sesuai kompetensi bidan dalam asuhan persalinan dan persalinan. Dalam topik ini kita akan membahas beberapa masalah yang umum terjadi pada tahap pertama, termasuk gangguan dalam proses persalinan / persalinan lama, postur dan presentasi yang salah, ketuban pecah dini dan gawat janin.

Kekuatan atau kekuatannya tidak efektif (tidak mencukupi) / disfungsi uterus hipotonik / inersia uterus Disfungsi uterus adalah diagnosis yang dapat ditegakkan dengan mengamati perpanjangan setiap fase atau waktu persalinan yang melebihi waktu yang diharapkan. Komplikasi yang dapat terjadi pada KPD adalah persalinan prematur, infeksi intrauterin (korioamnionitis), kompresi tali pusat akibat prolaps tali pusat atau oligohidramnion. Jika terjadi oligohidramnion akibat pecahnya ketuban, kompresi tali pusat dapat ditangani dengan amnioinfusi.

DJJ yang menurun secara nyata tanpa adanya kontraksi atau menetap setelah persalinan dianggap gawat janin. Beberapa faktor yang dapat mengganggu jalannya persalinan atau partus lama, yaitu: inefisiensi (disfungsi uterus hipertonik/inersia uteri), faktor janin (malpresentasi, malposisi, janin besar) dan faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor). ... Kondisi janin dikatakan gawat janin atau fetal distress bila terjadi takikardia (>160 x/menit) atau bradikardia (<110 x/menit).

Komplikasi yang terjadi akibat distosia bahu pada janin antara lain kerusakan otak, patah tulang klavikula, kelumpuhan pleksus brakialis (Erb) bahkan kematian. Sebagai bidan, perlu diketahui bahwa pencegahan trauma persalinan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi faktor risiko distosia bahu dan melakukan penatalaksanaan yang tepat. Lambatnya kemajuan persalinan dari 7 – 10 cm pada fase pertama persalinan b.Menurunkan berhenti atau kurang menurunkan kepala d.Perlu intervensi persalinan Asuhan kebidanan untuk distosia bahu: a.

Menurut PERMENKES Pasal 1464 tentang Perizinan dan Praktek Bidan pada Pasal 10 butir (d) pelayanan kebidanan bagi ibu meliputi pertolongan persalinan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa seorang bidan hanya dapat melakukan pertolongan persalinan dalam kategori normal, sedangkan bokong termasuk dalam kategori tidak normal. TINDAKAN PRE-PERAWATAN MANAJEMEN DISTOSIA BAHU Nilai setiap kinerja yang diamati menggunakan skala berikut: 0: Tidak ada langkah kerja atau aktivitas yang dilakukan.

Hal ini sangat penting untuk mencegah jarum mengenai kepala anak yang dapat menyebabkan kematian anak. Jika bahu anterior sulit dilahirkan, putar bahu posterior ke depan (jangan tarik lengan anak, tetapi dorong bahu posterior) dan putar bahu anterior ke belakang (dorong bahu anterior ke depan dengan jari telunjuk dan jari tengah operator) mengikuti arah punggung anak, sehingga bahu depan bisa lahir. Metode Klasik/Deverter: digunakan jika bahu masih tinggi 18 Pegang kaki bayi dengan tangan kanan.

26 Kedua-dua kaki bayi dinaikkan dengan cara yang sama seperti lengan belakang dilahirkan seperti lengan hadapan dilahirkan. d. Kaedah Lovset: digunakan jika lengan bayi tergantung di belakang kepala 27 Badan bayi dipegang secara femoropelvic. 35 Kepala bayi kemudian naik ke atas ke arah perut ibu sehingga muka bayi dan seluruh kepala dilahirkan.

Kejadian distosia bahu dapat dideteksi sejak awal persalinan, namun ada beberapa kasus distosia yang tidak dapat dideteksi sebelumnya. Beberapa upaya telah dilakukan melalui anamnesis untuk menggali riwayat ibu dengan DM, riwayat bayi besar, ibu dengan obesitas dan riwayat distosia bahu sebelumnya serta usia kehamilan serotinus. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk membantu persalinan sungsang adalah metode Bracht, Klasik/Deventer, Muller, Lovset dan Mauriceau.

Jika Anda kesulitan melakukan latihan di atas, coba baca kembali bab mengenai persalinan patologis kala II atau uraian materi terkait persalinan patologis kala II pada Topik 2. Rangkuman. Selain itu, deteksi dengan pemeriksaan ukuran janin, pemeriksaan yang mengarah ke panggul yang sempit dan pemantauan perlambatan fase aktif, serta deteksi dan penghindaran kala II yang berkepanjangan.

Jika plasenta tidak lahir sama sekali, tidak ada perdarahan; jika dilepaskan sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta melekat erat pada dinding rahim, karena vili korionik menembus desidua melalui miometrium hingga ke bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta). Plasenta yang sudah lepas dari dinding rahim tetapi belum keluar disebabkan karena tidak berusaha melahirkan atau karena menyalahgunakan kala tiga, sehingga terjadi lingkaran penyempitan di ujung rahim yang menghalangi keluarnya plasenta. (inkarserata plasenta).

1 : Langkah kerja atau aktivitas dilakukan secara tidak benar atau tidak berurutan (jika harus berurutan). 2 : Langkah atau aktivitas kerja dilakukan dengan benar tetapi ragu-ragu 3 : Langkah atau aktivitas kerja dilakukan dengan benar dan percaya diri N/A : Langkah atau aktivitas kerja tidak diperlukan untuk observasi ini. Helper mencuci tangan, memakai baju dan topi, kemudian melakukan kebersihan kebidanan vulva (pasien dalam posisi litotomi).

Jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri membuka labia secara lateral, tangan kanan memasuki introitus vagina secara kebidanan dan menelusuri tali pusat serviks. Setelah insersi berhasil, tangan secara bertahap digerakkan ke kiri dan ke kanan sehingga ari-ari dapat dilepaskan dengan tepi luar jari tangan bagian dalam. Retensi plasenta (plasenta retensi) adalah plasenta yang tidak dilahirkan atau tertunda dalam kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran anak, setelah janin lahir.

Tanda dan gejala berulang: plasenta tidak lahir setelah 30 menit, segera berdarah dan rahim berkontraksi dengan baik.

Untuk memastikan peran laserasi sebagai penyebab perdarahan, pemeriksaan vagina, serviks, rahim harus dilakukan dengan cermat. Secara umum, pemeriksaan serviks dan vagina harus dilakukan setelah setiap kelahiran untuk mengidentifikasi perdarahan dari laserasi. Pemeriksaan rongga rahim, leher rahim, dan seluruh vagina harus dilakukan setelah ekstraksi sungsang, persalinan pervaginam internal, dan persalinan pervaginam pada wanita yang telah menjalani operasi caesar.

Penatalaksanaan aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan selama persalinan, anemia dan kebutuhan transfusi darah. Pemberian oksitosin pada penatalaksanaan aktif kala III dapat menurunkan risiko perdarahan postpartum lebih dari 40% dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat lain sebagai terapi. 12 Jepit tangan kanan dan letakkan plato dorsal dari jari telunjuk sampai kelingking pada fornix anterior, kemudian dorong uterus ke arah cranium anterior dan sekaligus dorong bagian belakang corpus uteri dengan telapak tangan kiri .

13 Lakukan kompresi dengan mendekatkan telapak tangan kiri ke kepalan tangan kanan di forniks anterior selama 5 menit. 20 Ajarkan keluarga/asisten untuk meletakkan telapak tangan kanan di atas simfisis untuk menekan korpus uteri bagian anterior. 21 Anjurkan keluarga/asisten untuk menekan korpus uteri dengan cara mengatupkan kedua telapak tangan kiri dan kanan sekuat mungkin.

Atonia uteri adalah suatu kondisi di mana miometrium tidak dapat berkontraksi dan perdarahan dari tempat implantasi plasenta menjadi tidak terkendali. Etiologi : Overdistension Tahap III kepala yang salah, persalinan lama atau persalinan yang membutuhkan banyak tenaga, usia yang terlalu muda dan terlalu tua, pengaruh obat-obatan yang dapat menyebabkan terhambatnya kontraksi seperti : anestesi halogenasi, nitrat, non obat antiinflamasi steroid, magnesium sulfat dan nipedipin, ibu dengan kondisi umum yang buruk, anemia, atau yang menderita penyakit kronis.

Bayi tidak cukup bulan dan/atau bayi tidak terengah-engah/bernafas dan/atau tonus otot bayi tidak baik/bayi terkulai. Sangat penting bahwa semua bayi baru lahir tetap kering, bersih dan hangat untuk menghindari kedinginan yang berbahaya (hipotermia). Prinsip ini masih dipegang teguh dalam penatalaksanaan resusitasi bayi baru lahir, selain itu bayi dengan sesak napas sangat rentan terhadap hipotermia.

Bersihkan jalan napas bayi dengan cara menyeka wajahnya dengan kain atau kain kasa bersih dari darah dan lendir segera setelah kepala bayi lahir (masih dalam perineum ibu). Bila bayi baru lahir langsung dapat bernapas secara spontan atau langsung menangis, jangan rutin melakukan suction pada jalan nafasnya. Jika bayi baru lahir tidak bernapas atau megap-megap, aspirasi lendir sangat penting sebagai bagian penting dari langkah pertama CPR.

Jika cairan ketuban bercampur dengan mekonium saat bayi lahir dan tidak bernapas atau terengah-engah, sangat penting untuk menyedot lendir sesaat sebelum pemotongan tali pusat dan kemudian mengambil langkah pertama. Posisi kepala bayi baru lahir juga sangat penting untuk kelancaran saluran napas, yang dapat membantu pernapasan anak. Adanya mekonium yang kental pada tubuh bayi atau cairan mekonium (bila ada, lendirnya tersedot keluar setelah kepala lahir dan badan bayi masih dalam jalan lahir).

Jangan melakukan pengisapan dalam karena dapat menyebabkan reaksi vaso-vagal dan menyebabkan henti napas - (lihat langkah #2 untuk pengisapan lendir pada kasus mekonium yang kental di cairan ketuban dan bagian lain dari tubuh bayi) 31. Jika pembungkus menjadi basah, ganti dengan balutan baru agar tubuh bayi tetap hangat - Wajah dan dada dibiarkan terbuka untuk diberikan. Jika bayi bernapas secara spontan dan sehat, berikan perawatan bayi baru lahir normal dan berikan kepada ibu.

Jika bayi masih tidak bernafas atau terengah-engah, lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik berikutnya dan nilai ulang setiap 30 detik dan nilai kebugaran bayi setiap menit. Bila bayi tetap tidak bernafas setelah 10 menit sejak dimulainya resusitasi, tindakan ini dinyatakan gagal dan resusitasi dihentikan. Bila pernapasan dan warna kulit normal, berikan bayi pada ibunya: - Jaga agar bayi tetap hangat/suhu tubuh.

Tidak ada tanda-tanda malposisi karena posisi mahkota sesuai dengan turunnya kepala dan dilatasi serviks. Bidan mandiri tidak berwenang memberikan oksitosin post-drip dan tidak ada indikasi untuk oksitosin post-drip dalam kasus ini.

Referensi

Dokumen terkait

Per soal ankej ahat ant i dakt er bat aspadamasal ahzamant eknol ogi moder nsaati ni .Dewasai ni ,i l mupenget ahuandant eknol ogiber kembang semaki nmaj udanr el at i fcepat