• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.N DENGA DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS GANGRENE DIRUANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.N DENGA DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS GANGRENE DIRUANG "

Copied!
115
0
0

Teks penuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga artikel ilmiah ini dapat kami selesaikan dengan judul Asuhan Keperawatan Pasien Diagnosa Medis Diabetes Melitus Gangren Di RSUD Bangil Pada waktu Diabetes melitus atau kencing manis sepertinya bukan merupakan fenomena baru bagi masyarakat Indonesia, banyak penderita diabetes melitus yang dirawat di rumah sakit dengan komplikasi aktif akibat kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengontrol gula darah. Di Indonesia sendiri, prevalensi diabetes mellitus sebesar 5,7% atau sekitar 12 juta orang (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, dilakukan pengukuran jumlah pasien diabetes melitus di RSUD Bangil dalam sebulan. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis kompleks yang melibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak serta menimbulkan komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler, dan neurologis (Long, 2014).

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian .1 Tujuan umum

Manfaat

Metode Penulisan 1 Metode

Sistematika Penulisan

Studi literatur mengkaji buku-buku sumber yang berkaitan dengan judul studi kasus dan masalah yang sedang dibahas. Bab 2 secara teoritis akan menjelaskan tentang konsep penyakit dan tindakan keperawatan pada pasien diabetes melitus. Keperawatan akan menguraikan permasalahan yang terjadi pada diabetes melalui pelaksanaan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.

Konsep Penyakit .1 Pengertian

Diabetes tipe 1 merupakan kelainan sistemik akibat gangguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan hiperglikemia kronis. Berkaitan dengan ketidakmampuan, kerusakan atau gangguan fungsi pankreas dalam memproduksi insulin sehingga tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup. Jika salah satu atau kedua orang tua anak menderita diabetes, maka ada risiko terkena diabetes.

Karena pankreas tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup untuk mengatasi kekurangan insulin, maka kadar gula darah akan meningkat. Sebagian besar gambaran patologis Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan salah satu efek utama dari defisiensi insulin: berkurangnya penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang mengakibatkan peningkatan konsentrasi glukosa darah hingga 300 – 1200 mg/dl.

Tabel  2.2  kadar  glukosa  darah  sewaktu  dan  puasa  sebagai  patokan  penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)(Nurarif &Kusuma,2015)
Tabel 2.2 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)(Nurarif &Kusuma,2015)

Konsep Kaki Diabetikum .1 Definisi Kaki Diabetikum

Gambaran klinis KDI adalah pasien mengeluh nyeri saat istirahat, rasa dingin saat disentuh, denyut pembuluh darah kurang kuat, bisul dan kaki diabetik. Secara klinis, kaki berkeringat, panas, kesemutan, mati rasa, kaki bengkak, disertai denyut pembuluh darah di kaki. Faktor yang mempengaruhi terjadinya kerusakan integritas jaringan dibedakan menjadi faktor eksogen dan endogen.

Jika penggumpalan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar, penderitanya akan merasakan nyeri pada kaki setelah berjalan jauh. Timbulnya masalah pada kaki diawali dengan hiperglikemia pada penderita Diabetes Mellitus yang menyebabkan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.

Diagnosa keperawatan menurut Nur Arifdan Kusumi Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan 2.3.2.2 Cedera jaringan berhubungan dengan nekrosis Cedera jaringan (nekrosis luka gangren). Saat menyelesaikan diagnosis nyeri akut yang berhubungan dengan iskemia jaringan, akumulasi eksudat, perawat mengamati lokasi, derajat, frekuensi ekspresi dan reaksi nyeri yang dialami pasien, memantau fungsi vital, mengamati skala nyeri, mengajarkan teknik relaksasi dan berpartisipasi. . dengan tim medis lain dalam pemberian analgetik. Pada akhir diagnosis, risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit, perawat mengamati tanda-tanda vital dalam batas normal (terutama suhu), mengajarkan pasien tentang menjaga kebersihan, menjaga teknik aseptik dalam prosedur invasif dan bekerja sama dengan orang lain. tim medis dalam administrasi. antibiotik.

Saat menyelesaikan diagnosis perfusi jaringan perifer yang tidak efektif terkait dengan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan perifer dan peningkatan kekentalan darah, perawat mengamati tanda-tanda vital terutama denyut nadi, mengamati CRT, memantau area tertentu yang sensitif hanya terhadap panas, dingin, tajam dan tumpul, memantau tanda-tanda klinis, terutama denyut nadi. anjurkan keluarga untuk mengamati kulit jika terjadi laserasi dan bekerjasama dengan tim medis lain dalam pemberian analgetik. Dalam menyelesaikan diagnosis hambatan gerak fisik yang berhubungan dengan nyeri luka, perawat menilai dan menentukan tingkat kekuatan otot kaki pasien, mendorong pasien untuk menggerakkan atau mengangkat ekstremitas bawah sesuai kemampuannya, membantu pasien dalam mencapai kebutuhannya, dan berpartisipasi dalam penyediaan analgesik dan terapi fisik. Ketika menyimpulkan diagnosis gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh, perawat menganjurkan ekspresi ketakutan, perasaan negatif dan hilangnya bagian tubuh.

Pada kesimpulan diagnosa harga diri rendah berhubungan dengan bau luka gangren, perawat membantu pasien untuk menurunkan tingkat kecemasan, memberikan motivasi bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, membantu pasien mengungkapkan pikiran dan perasaan, berdiskusi dengan keluarga. tetap memberikan dukungan dan menasihati keluarga agar tidak membiarkan pasien menderita.isolasi. Pada diagnosis nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan, penimbunan eksudat setelah tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil verbal yang menyatakan nyeri berkurang atau hilang, pasien tidak . tersenyum, tingkat nyeri berkurang 1-3, pasien dapat tidur nyenyak, tidak cemas, pasien dapat beraktivitas, tanda vital normal (sistol 90-129, diastol 60-89, nadi 60-100x/menit, RR 16 -20x/menit). Diagnosis kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan munculnya jaringan nekrotik gangren setelah prosedur.

Dalam diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan rusaknya integritas kulit, setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam diharapkan pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria tidak terdapat nanah pada kulit. luka, tidak ada tanda-tanda infeksi (tidak ada nanah, terdapat granulasi, tidak ada pembengkakan dan kemerahan di sekitar luka), jaringan yang rusak membaik, sel leukosit normal/mm). Apabila diagnosis perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan perifer dan peningkatan kekentalan darah, setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien tidak mengalami gangguan perfusi jaringan dengan kriteria tanda vital normal khususnya. denyut nadi, CRT kurang dari 3 detik dan sensitivitas normal. Dalam mendiagnosis hambatan mobilitas fisik terkait nyeri pada luka, setelah tindakan 2x24 jam diharapkan mampu mencapai aktivitas optimal dengan kriteria perluasan gerak pasien, mampu melakukan aktivitas sesuai kemampuan (duduk, berdiri). , berjalan), mengurangi nyeri, mampu memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai kemampuan.

Dalam mendiagnosis gangguan citra tubuh berkaitan dengan hilangnya bagian tubuh setelah dilakukan tindakan keperawatan di rumah sakit, diharapkan citra tubuh pasien tidak terganggu. Kriteria hasil pasien dapat meningkatkan citra tubuh dan harga diri, pasien dapat berpartisipasi aktif selama rehabilitasi dan perawatan diri, pasien mampu beradaptasi, pasien menyatakan penerimaan terhadap situasi mengenai perubahan citra diri yang akut. Dalam diagnosis harga diri rendah berhubungan dengan bau gangren setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di rumah sakit diharapkan pasien yakin dengan kriteria hasil, pasien tidak merasa malu dan mampu bersosialisasi. dengan lingkungan.

Table 2.4 Nyeri Akut berhubungan dengan iskemik jaringan  Tujuan/kriteriahasil       Intervensi    Rasional  setelah  dilakukan  tindakan
Table 2.4 Nyeri Akut berhubungan dengan iskemik jaringan Tujuan/kriteriahasil Intervensi Rasional setelah dilakukan tindakan

MCH 17. MCHC

BUN 2. Kreatinin

  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan
  • Discharge planning

Kulit sekitar luka kemerahan, bengkak, bernanah, kulit sekitar luka panas, granulasi, seperti siput, kedalaman sekitar 0,5 cm. 1. secara lisan mengatakan nyeri sudah berkurang atau hilang, 2. pasien tidak bersin 3. skala nyeri berkurang dari 1-3 4. pasien dapat tidur nyenyak, tidak gelisah. 1. Amati lokasi, derajat, frekuensi, ekspresi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien: pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri, frekuensi datang dan pergi, tersenyum. 2. Pantau tanda-tanda vital.

Amati lukanya (luka di tumit kiri kedalaman 0,5 cm, terdapat edema, luka berwarna putih, kulit sekitar luka panas, terdapat nanah). 1. Amati lokasi, level, frekuensi, ekspresi dan respon nyeri yang dialami pasien: pasien mengatakan nyeri kaki. Amati luka : kulit sekitar luka tidak panas, kulit sekitar luka kemerahan, tidak ada nanah, kedalaman 0,5 cm, tidak ada rongga dibawah jaringan, terdapat granulasi.

Menjaga kulit pasien tetap bersih dan kering: mengganti balutan saat merawat ulkus kaki diabetik.

Tabel 3.2 Analisa Data
Tabel 3.2 Analisa Data

PEMBAHASAN

  • Diagnosa keperawatan
  • Intervensi keperawatan
  • Implementasi
  • Evaluasi keperawatan

Dalam tinjauan kasus, tidak terdapat kesenjangan dengan tinjauan literatur karena data yang ditemukan sama mengenai penyebab cedera dan berapa lama cedera terjadi. Pada tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan dengan tinjauan pustaka karena ditemukan kedua data yang menyatakan pasien menderita diabetes melitus. Menurut penulis, pada tinjauan literatur dan studi kasus, tidak ditemukan adanya perbedaan pada studi kasus.

Tidak ada kesenjangan dalam tinjauan kasus dan tinjauan literatur karena kedua data tersebut ditemukan diturunkan dari pihak ibu sebesar 50%. Sedangkan saat pemeriksaan kasus ditemukan: tidak ada tekanan pada vena jugularis, tidak ada pembesaran jantung, atau kardiomegali. Tinjauan literatur menemukan bahwa kesadaran bisa baik atau berkurang (compos mentis, apatis, mengantuk, pingsan dan koma).

Karena pasien tidak mengalami kejang, tidak ada leher kaku, tinjauan kasus dan tinjauan literatur tidak bermasalah. Menurut penulis, tinjauan kasus tidak menemukan perbedaan dengan tinjauan pustaka yang ada, sehingga tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak ada permasalahan. Menurut hemat penulis, dalam tinjauan kasus tidak ada perbedaan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.

Menurut penulis, tinjauan kasus tidak ditemukan adanya perbedaan dengan tinjauan pustaka, sehingga tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak mempunyai permasalahan. Tinjauan literatur mengidentifikasi diagnosis keperawatan nyeri akut yang berhubungan dengan iskemia jaringan, dan tinjauan kasus mengidentifikasi diagnosis yang sama. Dalam tinjauan literatur, diagnosis keperawatan nyeri luka yang mengganggu mobilitas ditemukan berhubungan, dan dalam tinjauan kasus, diagnosis yang sama dibuat karena aktivitas pasien terganggu akibat nyeri.

PENUTUP

  • Simpulan
  • Saran
  • TUJUAN
  • MATERI (Terlampir)
  • MEDIA
  • KEGIATAN PENYULUHAN
  • PENYEBAB 1. Keturunan
  • TANDA DAN GEJALA 1. Sering merasa haus
  • PENGELOLAAN DM
  • MAKANAN YANG DIPANTANG DAN DIPERBOLEHKAN
  • KOMPLIKASI
  • REFERENSI

Sasaran : setelah melakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, diharapkan nyeri berkurang atau hilang sesuai kriteria hasil, katakan secara verbal nyeri berkurang atau hilang, pasien tidak tertawa, skala nyeri berkurang 1 -3 , bisa tidur nyenyak, tidak gelisah, mampu beraktivitas, tanda vital normal (tekanan darah normal sistol 90-129, diastole 60-89, nadi 60-100x/menit, RR 12-20x/menit) . Melakukan intervensi, mengamati lokasi, derajat, frekuensi, ekspresi dan reaksi nyeri yang dialami pasien, memantau tanda-tanda vital, mengamati skala nyeri, mengajarkan teknik relaksasi, bekerja sama dengan tim medis lain dengan pemberian analgesik. Dengan kriteria keluar maka gerak pasien menjadi lebih luas, dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuannya (duduk, berdiri, berjalan), nyeri berkurang, dapat memenuhi kebutuhannya secara bertahap sesuai kemampuannya.

Intervensi dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien, mendorong pasien untuk bergerak atau bergerak. Asuhan keperawatan pada Ny M dengan Diagnosa Medis DMNS + DM Gangren Pedis Sinistra + Vertigo di Ruang Tulip Lantai 2 RSD Sidoarjo. Buku Pedoman Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi V. Buku Pedoman Keperawatan Medik Bedah Edisi 8 jilid 2. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala dan Pengobatan Asam Urat, Diabetes dan Hipertensi.

Diabetes melitus merupakan penyakit dimana kadar glukosa darah tinggi karena tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin secara efektif. Komplikasi yang dapat terjadi jika penderita DM tidak ditangani dengan baik agar gula darahnya selalu tinggi adalah: Hindari kerusakan kulit: memakai sepatu, lingkungan rumah tidak licin, tangga (tangga tidak tinggi).

Mencegah kerusakan kulit : memakai sepatu, lingkungan rumah tidak licin, tangga (tangga tidak tinggi).

Gambar

Tabel  2.2  kadar  glukosa  darah  sewaktu  dan  puasa  sebagai  patokan  penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)(Nurarif &Kusuma,2015)
Tabel 2.3 Jenis diet Diabetes Melitus (Putra, 2019)
Table 2.4 Nyeri Akut berhubungan dengan iskemik jaringan  Tujuan/kriteriahasil       Intervensi    Rasional  setelah  dilakukan  tindakan
Table  2.5  Kerusakan  integritas  jaringan  berhubungan  dengan  nekrosis  kerusakan jaringan (nekrosis luka gangrene)
+7

Referensi

Dokumen terkait

0.48 I was asking for help from my caregivers during pain 0.46 Labor pain becomes more intense 0.46 The severity of my labor pain was less than I had heard 0.45 I had enough