PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu faktor penyebab kurangnya pengetahuan ibu mengenai teknik menyusui yang benar adalah kurangnya kemauan ibu untuk belajar. Oleh karena itu, banyak ibu yang ragu untuk menyusui bayinya. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai teknik menyusui yang benar menyebabkan banyak ibu yang khawatir bentuk tubuhnya akan berubah jika terus menerus menyusui, padahal secara medis memberikan ASI kepada anak tidak akan berhubungan dengan bentuk tubuh seseorang (Roesli, 2011).
Rumusan Masalah
Leher: Distribusi warna merata, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Distribusi warna merata pada leher, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hasil studi kasus ini dapat menginformasikan pelayanan di rumah sakit agar dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami masalah keperawatan dengan kurangnya pengetahuan tentang teknik menyusui dengan diagnosa medis pasca operasi caesar menunjukkan preeklamsia berat. Sebagai tambahan pengetahuan bagi profesi keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada klien yang mengalami masalah keperawatan dengan defisit pengetahuan tentang teknik menyusui dengan diagnosa medis pasca operasi caesar menunjukkan preeklampsia berat.
Metode Penulisan
Sistematika Penulisan
TINJUAN PUSTAKA
Konsep Dasar Sectio Caesarea
- Definisi
- Etiologi
- Indikasi
- Kontraindikasi
- Klasifikasi
- Komplikasi
- Pemeriksaan Diagnostik
- Penatalaksanaan
Operasi caesar transperitoneal dalam, juga disebut operasi serviks rendah, adalah sayatan vertikal di segmen bawah rahim. Menurut Manuaba (2012), beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai penatalaksanaan pada ibu pasca operasi caesar antara lain:
Konsep Dasar Preeklamsia
- Definisi
- Etiologi
- Manifestasi Klinis
- Klasifikasi
- Patofisiologi
- Diagnosa Banding
- Komplikasi
- Pemeriksaan Penunjang
- Penatalaksanaan
Pelepasan tromboksan akan menyebabkan vasospasme, sedangkan aktivasi atau agregasi trombosit, deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular, sehingga terjadi penurunan perfusi darah dan koagulopati konsumtif. Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan perdarahan, sedangkan pecahnya sel darah merah akan menyebabkan anemia hemolitik.
Konsep Dasar Teknik Menyusui
- Pengertian Defisit Pengetahuan Teknik Menyusui
- Posisi Menyusui yang Benar
- Tahap Menyusui yang Benar
Kemudian lengan bawah dan tangan ibu menopang bayi, bila perlu ibu menggunakan tangan yang lain untuk memegang payudara. Pertama, dengan pegangan C, yaitu dada dipegang dengan ibu jari di atas dan jari lainnya menopang dada di bawah. Kedua, gagangnya berbentuk gunting, yaitu puting susu dan areola dijepit dengan jari telunjuk dan jari tengah seperti gunting di belakang areola.
Pastikan sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di antara langit-langit keras (hard palate) dan langit-langit lunak (soft palate). Posisi dan keterikatan saat menyusui ada banyak sekali, posisi yang paling sering digunakan adalah duduk, berdiri dan berbaring. Menurut (Marmi, 2012), jika bayi diberi ASI, biasanya akan menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut: 2.3.4.1 Bayi terlihat nyaman dan tenang.
Konsep Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea
- Identitas
- Pengkajian
- Diagnosa
- Intervensi
- Implementasi
- Evaluasi
Menurut (Nurarif, dkk, 2016), ibu akan mengeluh nyeri luka perut pasca operasi caesar. Meliputi alat kontrasepsi yang digunakan, lama penggunaan, keluhan selama penggunaan, jumlah anak yang direncanakan, klien sesar dengan tanda-tanda preeklamsia tidak ada hubungannya dengan KB yang digunakan klien (riwayat perkawinan Nursalam. Meliputi usia klien dan suami saat menikah, perkawinan dengan klien dan suami klien (Nursalam, 2012).
Perkusi timpani usus, bising usus normal atau tidak, biasanya pada ibu nifas setelah melahirkan, frekuensi bising usus tidak normal. Jumlah dan jenis lochea biasanya jenis lochea rubra yang mengeluarkan cairan berwarna merah yang berlangsung selama 3 hari, tanyakan seberapa sering balutan diganti, biasanya pasien sudah dipasang kateter satu hari setelah postc. 5) Anggota badan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali kunjungan, diharapkan nyeri dapat dihilangkan atau dikurangi sesuai kriteria hasil.
Kerangka Masalah
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
- Identitas Pasien
- Identitas Keluarga
- Identitas Suami
- Identitas Anak
- Riwayat Keperawatan
- Keluhan Utama
- Riwayat Persalinan Saat Ini
- Riwayat Obsetri
- Riwayat Kehamilan dan Persalinan Lalu
- Riwayat Menstruasi
- Genogram
- Persalinan Sekarang
- Riwayat Keluarga Berencana
- Riwayat Kesehatan
- Riwayat Lingkungan
- Aspek Sosial
- Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
- Pemeriksaan Fisik
- Terapi
Kepala : Pemeriksaan bentuk kepala normal, rambut klien terlihat bersih, rambut sedikit rontok saat disisir, rambut tidak berbau, tidak terdapat lesi. Mata : Bentuk mata simetris kanan dan kiri, penglihatan berfungsi baik, konjungtiva berwarna merah muda, sklera tidak ikterik, mata tidak berdarah, tidak nyeri tekan. Hidung : Bentuk hidung normal, lubang hidung simetris kanan dan kiri, hidung bersih, terdapat bulu-bulu halus pada lubang hidung, tidak ada sekret, tidak ada lesi, tidak nyeri tekan, tidak ada pernapasan lubang hidung.
Paru-paru : Periksa bentuk dada, simetris kanan dan kiri, bentuk tulang belakang normal, tidak ada kontraksi otot-otot yang membantu pernapasan, pergerakan dinding dada normal, tidak ada pembengkakan yang jelas. Payudara : Periksa bentuk payudara kanan dan kiri sama, warna areola hitam coklat, puting menonjol, puting agak kotor, tidak ada lesi, tidak ada benjolan. Pemeriksaan tidak menunjukkan edema, tidak ada varises, tidak ada kesulitan gerak, tidak ada patah tulang, warna kulit coklat merata, tidak ada lesi.
Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
K: Klien dapat dengan cepat memahami bagaimana pengaruh proses perawatan nyeri yang dialami terhadap nyeri, dan praktik keperawatan seperti penyebab manajemen nyeri. A : Klien melaporkan penurunan nyeri P : Klien dapat mendemonstrasikan pemahaman teknik pengurangan nyeri ketika nyeri dirasakan. hal.
Implementasi Keperawatan
Meliputi rekomendasi posisi menyusui, berbagai cara memegang payudara, dan langkah-langkah menyusui. Respon : Pasien memperhatikan kapan penulis mengambil posisi yang benar saat menyusui. 4. Respon : Pasien kooperatif dan mau mendengarkan penjelasan serta menceritakan kembali saat-saat biasanya ia merasakan nyeri, seperti saat menggendong bayi 2. Ajarkan pasien teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri yang dirasakan, relaksasi dan distraksi teknik.
Ini mencakup rekomendasi posisi menyusui, berbagai cara memegang payudara, dan langkah-langkah menyusui. Jawaban: Pasien dapat menyebutkan tiga posisi menyusui yang dianjurkan, menyebutkan dua jenis memegang payudara, dan langkah-langkah menyusui perlahan. Jawaban: Pasien mempraktikkan tahapan-tahapan menyusui, meskipun penulis tetap membantunya sedikit demi sedikit jika pasien lupa.
Catatan Perkembangan
Evaluasi Keperawatan
Sedangkan pada tinjauan kasus, data pemeriksaan menunjukkan bentuk kepala normal, rambut klien tampak bersih, rambut sedikit rontok jika disisir, rambut tidak berbau, tidak terdapat lesi, tidak terdapat nyeri tekan pada palpasi. . Bentuk telinga simetris kanan dan kiri, telinga terlihat bersih, tidak ada pendarahan, tidak ada nyeri tekan, pendengaran berfungsi dengan baik. Pada pemeriksaan fisik payudara menurut (Sulistyowati, 2013), tinjauan literatur menunjukkan payudara simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, area payudara berwarna hitam merata, payudara terasa padat, papila mammae menonjol, kolostrum hadir, tidak ada kelainan payudara.
Sirkulasi jantung: denyut apikal teratur, irama jantung normal, umumnya tidak ada kelainan bunyi jantung, tidak ada nyeri tekan. Sedangkan data pemeriksaan pada case review tidak terdapat edema, tidak terdapat varises, tidak terdapat kesulitan bergerak, tidak terdapat patah tulang, warna kulit coklat merata dan tidak terdapat lesi. Pada tinjauan kasus terdapat satu diagnosis pada tinjauan literatur yang tidak muncul yaitu berkurangnya mobilitas fisik terkait nyeri, pada tinjauan kasus tidak muncul data yang mendukung diagnosis tersebut.
PEMBAHASAN
Pengkajian
Bentuk mata simetris kiri dan kanan, penglihatan berfungsi baik, konjungtiva berwarna merah muda, sklera tidak ikterus, tidak ada pendarahan pada mata, tidak ada nyeri tekan. Bentuk hidung normal, lubang hidung simetris kanan dan kiri, kondisi hidung bersih, terdapat bulu-bulu halus pada lubang hidung, tidak ada sekret. Sedangkan pada case review diperoleh data jantung : inspeksi, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada alat pemukul jari, palpasi CRT kembali <3 detik, tidak ada pembesaran jantung, tidak ada nyeri tekan, perkusi tumpul, auskultasi irama jantung teratur, S1 S2 tunggal, ada tidak ada bunyi jantung tambahan seperti murmur atau gallop.
Paru : pemeriksaan bentuk dada simetris kanan dan kiri, bentuk tulang belakang normal, tidak ada retraksi otot pernafasan, pergerakan dinding dada normal, tidak terlihat pembengkakan, pada palpasi tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran paru, fremitus vokal kanan dan kiri sama, perkusi nyaring, auskultasi. Sedangkan tinjauan kasus menunjukkan tinggi fundus uteri 4 jari di bawah bagian tengah, rahim terasa keras. Sedangkan data pemeriksaan menunjukkan lochea berwarna agak merah kecoklatan, dan pasien menggunakan pembalut.
Diagnosa Keperawatan
Menurut penulis, tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus karena pasien tidak mengetahui teknik menyusui yang benar karena kurangnya informasi tentang teknik menyusui. Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 2 kali kunjungan diharapkan pengetahuan pasien tentang teknik menyusui bertambah dengan kriteria pasien dapat memahami ASI seperti pengertian ASI, manfaat ASI, teknik menyusui yang benar dan tanda-tandanya. keberhasilan menyusui. Tindakan yang sama juga dilakukan pada tinjauan pustaka dan studi kasus, yaitu menjelaskan kepada pasien pengertian ASI, manfaat ASI bagi bayi dan ibu, langkah-langkah menyusui yang baik, dan tanda-tanda keberhasilan menyusui serta stimulasi ASI. pasien untuk mempraktikkan teknik menyusui.
Dalam tinjauan kasus, masalah defisit pengetahuan teknik menyusui dievaluasi dalam 2 kali kunjungan, karena tindakan yang diterapkan sudah sesuai, pasien juga kooperatif mendengarkan apa yang penulis jelaskan tentang teknik menyusui, sehingga tujuan dan kriteria hasil tercapai. dicapai. Setelah melakukan penelitian dan melakukan asuhan keperawatan pada Ny. R yang mengalami permasalahan keperawatan berupa kurangnya pengetahuan teknik menyusui dengan diagnosa medis pasca operasi caesar terindikasi preeklampsia berat di Desa Sadang Kabupaten Sidoarjo, penulis dapat mengambil kesimpulan pula sebagai saran yang dapat bermanfaat untuk meningkatkan mutu dan pelayanan keperawatan pada pasien pasca operasi caesar dengan indikasi preeklampsia berat dengan masalah keperawatan terutama kurangnya pengetahuan mengenai teknik menyusui. Pada pemeriksaan fisik diketahui terdapat perubahan fisik yaitu nyeri akut pada luka di perut, dan pada tingkat pengetahuan pasien diketahui kurang memahami teknik menyusui yang benar.
Rencana Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dilakukan tindakan yang sama yaitu menjelaskan kepada pasien tentang nyeri meliputi pengertian nyeri dan penyebab nyeri yang dialami pasien, mengamati nyeri seperti lokasi, frekuensi nyeri. nyeri dan derajat nyeri serta dirasakan klien, anjurkan klien untuk duduk pada posisi yang klien rasa nyaman, ajarkan klien teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, misalnya pernafasan dalam (menghirup oksigen melalui hidung dan menghembuskannya secara perlahan. karbondioksida melalui mulut sebanyak tiga kali) dan distraksi seperti menganjurkan pasien mendengarkan musik ketika kesakitan atau berbicara dengan orang lain, serta memantau tanda-tanda vital TD: 100/80 mmHg, nadi: 87x/menit, RR: 17x/menit , suhu: 37.2 °C.
Evaluasi Keperawatan
Pada permasalahan nyeri akut evaluasi dilakukan dalam 1 kali kunjungan, tindakan dilakukan secara tepat, pasien kooperatif dalam pelaksanaan teknik non farmakologi yaitu pernafasan dalam dan distraksi sehingga tujuan dan kriteria hasil tercapai. Hasil evaluasi pada Ny. R sesuai dengan harapan dan tujuan yang ingin dicapai penulis, masalah terselesaikan dan asuhan keperawatan pada Ny.
A dengan operasi caesar pasca operasi dengan indikasi preeklampsia berat di ruang rawat inap obstetrik RS Achmad Mochtar. Http://Www.Academia.Edu/15578909/Asuhan_Keringan_Pada _Ny._A_With_Post_Op_Section_Caesarea_With_Indications_Pre-eclampsia_Severe_In Room_Rawat_Inpatient_Kemidanan_Hospital_Tahukti_Hospital, 4-31.