ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA TN. A DENGAN PEMANTAUAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELITUS DI DESA
PASIR JATI, KECAMATAN UJUNG BERUNG, KOTA BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Sarjana keperawatan dan Profesi Ners
Disusun Oleh:
Andini Putri Sundari NIM 4006210064
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG
2022
BAB I PENDAHULUAN
A. Judul Tugas Akhir
Asuhan keperawatan Gerontik pada Tn. A dengan Pemantauan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus di Kelurahan Pasir Jati, Kecamatan ujung Berung, Kota Bandung.
B. Latar Belakang.
Lansia merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang sudah masuk pada tahap akhir perkembangan manusia atau yang disebut lanjut usia. Menjadi tua adalah proses alami tidak dapat dihindari, akan terjadi terus menerus. Pernyataan tersebut didukung oleh Hamid (2006) menurutnya proses penuaan ialah sesuatu proses natural yang tidak bisa dihindari serta ialah proses natural yang dirasakan oleh orang-orang yang mempunyai karunia usia panjang. Seluruh orang mau hidup damai serta menikmati pensiun bersama, dimana anak serta cucu tercinta akan saling berpelukan. (Ekasari, Riasmini, & Tien Hartini, 2019)
Di usia lanjut banyak masalah yang muncul karena faktor degeneratif. Bahwa di usia lanjut dapat menimbulkan penurunan anatomi, fisiologi, dan ini pada tubuh sehingga dapat mempengaruhi fungsi dan kegunaan tubuh secara totalitas yang disampaikan oleh (Muhith, 2016).
Menurut World Health Organization (WHO) lanjut usia meliputi kelompok paruh baya (midle age) adalah kelompok 45-59 tahun, lanjut umur (elderly) ialah kelompok umur 60-74 tahun, lanjut umur tua (old) antara kelompok umur 75-90 tahun dan umur sangat tua (very old) diatas umur 90 tahun. (KEMENKES RI, 2020)
Pada usia lanjut banyak masalah yang muncul, hal tersebut karena adanya perubahan sistem tubuh (degeneratif) sehingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Penyakit degeneratif disebut juga dengan penyakit yang menyertai proses penuaan. Pernyataan tersebut didukung
Yaar dan Gilchrest (2008) proses penuaan terjalin pada segala organ badan meliputi organ luar dan terluas tubuh yaitu kulit dan organ dalam seperti paru-paru, jantung, ginjal, indung telur, otak dan lain-lain (Muhith, 2016).
Ada sekitar 50 penyakit degenerative yang ada saat ini adalah penyakit diabetes mellitus dan hipertensi.
Hasil Riskesdasnya pada tahun 2018, data prevalensi penderita diabetes menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan keempat dalam jumlah penderita diabetes mellitus, setelah India, China dan Amerika Serikat, dengan kurang lebih 8,4 juta penderita. Pada 2030, diperkirakan ada 21,3 juta pasien. Pada populasi pasien usia lebih dari 15 tahun.
Prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter meningkat menjadi 2%. Berdasarkan kategori usia penderita diabetes mellitus terbanyak, usia penderita diabetes mellitus tahun 2018 adalah antara 55-64 dan 65-74 tahun. Selain itu, terdapat lebih banyak perempuan (1,8%) dibandingkan laki-laki (1,2%) pada penderita diabetes di Indonesia.
Kemudian lebih banyak penderita diabetes mellitus di perkotaan (1,9%) dibandingkan di perdesaan (1,0%) (KEMENKES RI, 2020). Sebagai ibukota Jawa Barat, Bandung merupakan salah satu kota di Jawa Barat dimana terdapat 1,2% penduduknya mengidap penyakit DM. Angka kejadian diabetes melitus 2015 mencapai 31.711 penduduk, sedangkan tahun 2014 mencapai 24.301 penduduk. (Dinas kesehatan kota Bandung, 2015)
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif dimana terdapat sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relative. diabetes mellitus pada lansia merupakan penyakit metabolik akibat produksi insulin, kerja insulin atau keduanya (Suyono, 2009). Penyakit ini memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Apabila tidak dilakukan penanganan secara cermat, dampak dari penyakit tersebut dapat menyebabkan berbagai komplikasi penyakit serius lainnya yang bersifat akut dan menahun. Untuk komplikasi
akut antara lain hipoglikemia dan hiperglikemia, sedangkan komplikasi menahun antara lain penyakit makrovaskuler dan mikrovaskuler, neuropati saraf sensorik, saraf otonom, proteinuria, kelainan koroner, ulkus dan gangrene (Padila, 2012).
Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Diabetes Melitus tipe 2 merupakan DM yang tidak tergantung pada insulin atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) kurang lebih 90-95% penderita (Maghfirah, 2015). Diabetes tipe 1 menjadi masalah kesehatan dibanyak negara, dengan keseluruhan peningkatan pertahun mencapai 3%. diabetes mellitus tipe 1 ada konsekuensi dari destruksi autoimun sel-β pankreas yang menghasilkan hormon insulin juga sebagai akibat interaksi antara berbagai gen dan eksposur lingkungan.
Sedangkan DM tipe 2 atau non- insulin dependent adalah tubuh tidak bisa bereaksi dengan baik terhadap respon insulin pankreas, diabetes tipe 2 adalah kasus terbanyak diseluruh dunia ada sekitar 90% dari semua kasus diabetes (Pambudi, 2019)
Manejemen diabetes dibagi menjadi empat pilar yaitu eduksi, terapi nutrisi medis, latihan fisik dan terapi farmakologi. Untuk penatalaksanan terapi nutrisi medis (diet) yaitu aspek pokok dari penatalaksanaan DM secara keseluruhan memerlukan partisipasi (dokter, perawat, ahli diet, dan keluarga pasien). Melalui penerapan terapi nutrisi medis pada pasien DM dilaporkan dapat menurunkan hemoglobin hingga 1% pada diabetes tipe 1 dan 1-2% pada diabetes tipe 2, serta berdasarkan studi metaanalisis untuk individu non diabetes, terapi nutrisi medis dapat menurunkan kolesterol jahat hingga 15-25mg/dL dimana pembetulan dapat dilihat dalam 2-4 bulan setelah memulai pengobatan menurut Franky A. Tummiwa (2016). Berdasarkan penelitian terapi nutrisi medis (terapi non farmakologi) sangat penting bagi para penderita penyakit DM karena terapi nutrisi medis sendiri adalah pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gizi. Perawatan pasien yang didiagnosis diabetes dapat
membantu menahan atau melambatkan perkembangan komplikasi diabetes (Tanto, 2014)
Terapi nutrisi medis (diet) merupakan bagian penting dari manajemen diabetes mellitus secara komperhensif. Sesuai dengan kebutuhan kalori dan gizi setiap orang, maka prinsip mengatur pola makan penderita diabetes adalah pola makan yang seimbang. Pernyataan ini didukung oleh Perkeni (2015) yang mengatakan penderita diabetes mellitus perlu menekankan pentingnya makan teratur, jenis dan jumlah kalori terutama mereka yang menggunakan obat-obatan yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin (Silaban, 2019). Dari penatalaksanaan dapat disimpulkan bahwa terapi nutrisi medis dapat digunakan untuk mencegah diabetes bagi pasien yang beresiko diabetes, karena tujuan terapi nutrisi medis adalah untuk menjaga kadar gula darah.
Berdasarkan data di atas jumlah penderita penyakit diabetes mellitus semakin meningkat maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit diabetes dengan mengambil judul Asuhan Keperawatan Gerontik Tn. A Dengan Pemantauan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus di Kelurahan Pasir Jati, Kota Bandung.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Adapun tujuan penelitian secara umum adalah untuk menggambarkan
“Asuhan Keperawatan Gerontik Tn. A Dengan Pemantauan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus di Kelurahan Pasir Jati, Kecamatan Ujung Berung, Kota Bandung”
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan hasil pemberian terapi nutrisi dengan kepatuhan diet pada lansia penderita diabetes mellitus.
b. Menggambarkan hasil setalah diberikan Tindakan terapi nutrisi dengan kepatuhan diet pada lansia penderita diabetes melitus.
D. Manfaat.
1. Manfaat keilmuan
Menambah ilmu pengetahuan dan juga kompetensi di bidang keperawatan dalam pengembangan penelitian mengenai asuhan keperawatan Gerontik Tn. A dengan pemantauan kepatuhan diet diabetes melitus.
2. Manfaat aplikatif a. Penulis
Menambah informasi bidang keperawatan dalam penatalaksanaan diabetes mellitus pada penderita khususnya pada lansia.
b. Rumah sakit/Puskesmas
Setelah melihat hasil penelitian maka perawat dapat mengaplikasikan dalam asuhan keperawatan dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang tepat pada pasien diabetes melitus.
c. Masyarakat/Pasien
Menambah informasi dan meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya para lansia penderita diabetes tentang asuhan keperawatan diabetes melitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep DM (Diabetes Mellitus) 1. Pengertian
Diabetes mellitus adalah suatu kelainan metabolik kronis yang memiliki dampak terhadap kualitas kesehatan individu (Nataliyani, et al., 2017). Sedangkan menurut Dipiro, et al., (2015) diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sensitivitas isulin dan menyebabkan komplikasi (Hauri, 2019). Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat memproduksi insulin (hormon yang mengatur gula darah ataa glukosa) atau tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang diproduksi.
2. Etiologi
a. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes Mellitus tipe 1 atau yang tergantung dengan insulin dengan penghancuran sel-sel beta pankreas yang disebabkan oleh infeksi virus atau reaksi auto-imun (rusaknya sistem kekebalan tubuh) yang dapat merusak sel penghasil insulin (sel-β pada pankreas) secara keseluruhan. Oleh sebab itu, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin. Untuk bertahan hidup pada penderita diabetes mellitus tipe 1 dengan cara diberikannya insulin dari luar (disuntikkan). Jika insulin tidak diberikan, kemungkinan penderita bisa kehilangan kesadaran atau disebut koma diabetik (Nurrahmani, 2015).
b. Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 ditandai dengan adanya sekresi insulin.
Menurut Bustam (2014) penyebab terjadinnya diabetes mellitus tipe 2 dipengaruhi oleh genetik, gaya hidup dan stress psikososial.
Diabetes mellitus tipe 2 adalah diabetes yang paling banyak ditemukan pada penderita diabetes mellitus dibandingkan dengan diabetes mellitus tipe 1 (Nurlina, 2018 p.64). Pada penderita diabetes tipe 2 tidak diberikan suntikan insulin karena pankreas masih memproduksi insulin tetapi dalam jumlah yang tidak mencukupi dan kerja insulin tidak efektif karena adanya hambatan pada kerja insulin atau disebut dengan istilah medisnya resistensi insulin (Nurrahmani, 2015)
3. Manifestasi klinis
Pada penderita diabetes mellitus mengalami gejala seperti banyak makan (polifagi) dan merasa kurang tenaga, banyak minum (polidipsi), kencing lancar (poliuri) dan berat badan menurun. Hal ini tidak menakutkan dan mendorong penderita pergi ke dokter. Sebaliknya, apabila susah kencing dan tidak nafsu makan, barulah penderita terdorong untuk pergi ke dokter. Akibatnya, diam-diam diabetes sudah merusak organ yang ada di tubuh tanpa disadari (Nurrahmani, 2015) 4. Patofisiologi
Diabetes mellitus tipe 1 terjadi karena kerusakan sel-β pankreas yang menyebabkan gangguan produksi insulin. Adanya respon autoimun yang disebabkan oleh inflamasi sel-β menyebabkan produksi antibodi terhadap sel-β yang disebut dengan ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel-β) dengan ICA yang dihasilkan akan menyebabkan rusaknya sel-β. Selain autoimunitas, diabetes tipe 1 dapat terjadi oleh virus seperti rubella, hepers dan lain-lain. Umumnya pada penderita diabetes mellitus tipe 1 terdiagnosa pada usia muda.
Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena rusaknya insulin atau rusaknya molekul insulin, menjadikan ketidakmampuan aliran insulin untuk mengubah glukosa menjadi energi. Kandungan insulin pada penderita diabetes tipe 2 adalah normal bahkan dapat meningkat, akan tetapi karena jumlah reseptor insulin pada permukaan sel berkurang maka jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel menjadi berkurang. Ini akan
menyebabkan kadar glukosa tinggi di pembuluh darah dan kemungkinan kekurangan glukosa (Tantin Ermawati, 2015)
5. Pathway
Gambar 2.1 Pathway Diabetes Militus (Fatimah, 2015)
Diabetes Militus tipe 1 Diabetes Militus tipe 1
Genetik Obesitas, gaya hidup tidak sehat, kurang gerak
Kerusakan sel beta pankreas Retensi insulin
hiperglikemia Pemecah glukosa menuju sel menurun
Risiko ketidakstabil an kadar glukosa darah Menyerang kulit dan infeksi jaringan subkutan
Meluas ke jaringan yang lebih dalam
Menyebar secara sistemik
Mekanisme radang
Akselerasi deakselerasi saraf
jaringan sekitar
Edema kemerahan Luka terkontaminasi mikroorganisme
Nyeri otot
Gangguan rasa nyaman dan nyeri
Nyeri akut
Nyeri tekan
Kurang informasi tentang penyakit dan penatalaksanaanya
Defisiensi pengetahuan
Mikroorganisme menginfeksi
dermis dan subkutis
System imun berespons dengan
menaikkan antibody
Reaksi Ag-Ab Proses fagositosis
Eritema local pada kulit
Lesi
Kerusakan integritass jaringan Kerusakan kulit
Trauma jaringan lunak
Resiko infeksi
6. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan sendiri menurut Eliana, (2015 p. 3) adalah untuk tingkatkan mutu penyandang diabet :
A. Tujuan jangka pendek : melenyapkan keluhan diabetes mellitus, membetulkan mutu hidup serta kurangi resiko komplikasi akut.
B. Tujuan jangka Panjang : menghindari seta membatasi progresivitas penyulit mikroangiopati serta makroangiopati.
C. Tujuan akhir pengelolaan : menyusutnya morbiditas serta mortalitas diabetes mellitus.
Langkah-langkah penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari : a. Edukasi : promosi hidup sehat sebagai bagian dari upaya dan
pencegahan dari pengelolaan diabetes mellitus secara holistik.
b. Terapi Nutrisi Medis (Diet) : bagi para penderita diabetes mellitus ditekankan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah makanan terutama untuk mereka yang mengkonsumsi insulin.
c. Olahraga : olahraga secara teratur 3-5 hari seminggu selama 30-45 menit. Contoh olahraga yang bisa dilakukan adalah bersepeda santai, jalan cepat dan jogging.
d. Pengobatan farmakologi : pengobatan ini diberikan bersama dengan pengaturan makan serta latihan jasmani.
B. Konsep Diet Diabetes Militus 1. Pengertian diet diabetes militus
Diet diabetes mellitus merupakan salah satu upaya dalam pengelolaan penyakit diabetes mellitus dan diet adalah terapi utama pada diabetes mellitus, maka setiap penderita semestinya menjalankan diet yang tepat agar tidak terjadi komplikasi. Pola diet penderita diabetes sebagai bentuk ketaatan dan keaktifan penderita
terhadap aturan makan yang diberikan. Oleh karena itu, untuk mengontrol kadar gula darah pada penderita diabetes dengan cara perbaikan pola makan melalui pemilihan makanan yang tepat (Rudini, 2018). Tujuan dari diet yang direkomendasikan kepada penderita diabetes mellitus yaitu :
a. Mempertahankan kadar gula darah mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin, obat dan olahraga.
b. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.
c. Memberikan energi cukup dan mempertahankan berat badan normal.
d. Menghindari komplikasi akut 2. Pengaturan Terapi Nutrisi Medis
Menurut Indrawati et al., (2012) mengatakan terapi nutrisi medis (diet) diabetes mellitus merupakan metode yang digunakan untuk mengatur asupan gizi pasien agar tetap utuh tanpa menyebabkan gula darah naik. Oleh karena itu, perlu disusun rencana pola makan, jenis dan jumlah makanan sebagai acuan dalam diet diabetes mellitus (Mamesah, 2019). Aturan makan yang dianjurkan yaitu dengan komposisi yang seimbang (karbohidrat, protein dan lemak) sesuai dengan kecukupan gizi. Untuk menghitung jumlah kalori yang diperlukan yaitu dari berat badan dikali kebutuhan kalori basal, laki-laki 30Kkal/kg bb dan perempuan 25Kkal/kg bb.
Setelah itu ditambah atau dikurangi dengan kebutuhan kalori sesuai dengan kegiatannya, untuk jumlah kalori tergantung pada aspek semacam umur, jenis kelamin, kegiatan serta berat tubuh.
a. Hitung berat badan ideal
Rumus Brocca dengan perhitungan berat badan ideal (BBI) yang sudah dimodifikasi yaitu BBI = (TB cm – 100) x [(TB cm – 100) x 10%)] untuk laki-laki dan perempuan dengan rumus dimodifikasi menjadi BBI = (TB cm – 100) x [(TB cm-100) x
15%]. Untuk menghitung BMI dengan cara BB (kg) : TB (m).
Normal berada pada kisaran 18,5-25, jika >25 maka berat badan berlebih sedangkan jika <18,5 berat badan kurus. (Putra &
Berawi, 2015 p.10).
b. Komposisi makan
Komposisi makanan setiap harinya dianjurkan seimbang, berikut ini komposisi makanan yang direkomendasikan :
1) Karbohidrat 45-65%
2) Protein 15-20%
3) Lemak 20-25% (lemak jenuh <7%, lemak tak jenuh
<10% sisanya lemak tak jenuh tunggal) dari total kalori, kandungan kolesterol <200mg/hr.
4) Serat 25-30g/hr (diutamakan larut dalam air)
5) Untuk menghindari hipertensi dianjurkan memakai garam dapur maksimal 1 sendok teh setiap hari. Pakai gula secukupnya.
(Dalimartha, 2012) 3. Kepatuhan Diet
Kepatuhan diet bisa dilihat dari sejauh mana perilaku yang ditunjukkan pasien sesuai dengan ketentuan diet yang diberikan oleh tenaga medis (Dwi, S. R & Rahayu, S., 2020 p. 130).
Kepatuhan diet meliputi pembatasan makanan berlemak, membatasi makanan manis, membatasi soft drink, pembatasan karbohidrat serta mengkonsumsi makanan serat, buah-buahan dan sayuran. Hal inilah yang kemudian direkomendasikan oleh tenaga medis.
4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi nutrisi a. Sikap
Menurut Wade dan Travis (2006) sikap atau perilaku individu dalam hal kesehatan untuk berperilaku yang sehat serta menjaga kesehatan itu juga dipengaruhi oleh motif individu itu
sendiri. Tanpa adanya motivasi akan mengalami ketidakpatuhan untuk mengatur pola makan sehari-hari dalam pengaturan diet diabetes. Faktor terpenting dalam pengendalian diabetes mellitus dengan selalu patuh dalam melaksanakan diet. Dengan mengatur pola makan, penderita dapat mempertahankan gula darah mereka supaya tetap terkontrol. Oleh karena itu, penderita diabetes mellitus harus dapat mengatur pola makan sesuai dengan prinsip diabetes mellitus yang direkomendasikan oleh staf medis (Dalimartha, 2012)
b. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang rendah seringkali mempengaruhi kesalahan pola makan. Pernyataan tersebut didukung Waspadji (2007) faktor yang sangat penting penderita diabetes dalam melaksanakan tindakan keperawatan dengan berdasarkan pengetahuan yang akan lebih mudah dilaksanakan daripada yang tidak berdasarkan pengetahuan. Sebuah cara untuk mengatasinya diabetes mellitus dengan cara penerapan diet, akan tetapi banyak penderita yang tidak patuh dalam melaksanakan diet. Dengan pengetahuan, pasien memiliki alasan atau dasar untuk mengambil keputusan atau pilihan karena pada dasarnya pengetahuan erat hubungannya dengan perilaku (Fatimah, 2015)
c. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga merupakan proses penting dalam penyembuhan suatu penyakit. Menurut Akhmadi (2009) dukungan bisa diartikan sebagai perasaan memiliki atau keyakinan bahwa seseorang merupakan anggota aktif dalam kehidupan sehari-hari. Di lingkungan dapat menimbulkan kekuatan dan membantu menurunkan perasaan terisolasi karena perasaan saling terikat dalam kegiatan sehari-hari
C. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan.
Dalam sesi pengkajian hendak didapatkan bermacam data selaku dasar dalam memastikan permasalahan keperawatan yang berhubungan dengan kesehatan pada geriatri (Kholifah, 2016).
Pengkajian yang dilakukan pada lansia meliputi : a. Sistem persarafan
Adanya perubahaan dari otak yang mempengaruhi tingkat kesadaran, wajah simetris dan daya ingat biasanya menurun.
b. Mata
Gerakan mata, penglihatan jernih dan adanya katarak. Pupil : kehilangan penglihatan disebabkan oleh penuaan, ekspansi dan pelebaran isochronus.
c. Pendengaran
Menggunakan alat bantu dengar atau tidak, tinnitus (telinga berdenging), terdapat rasa nyeri atau tidak nyeri.
d. Sistem kardiovaskuler
Sirkulasi perifer (warna dan kehangatan), auskultasi denyut nadi apical, terdapat edema atau tidak, keluhan pembengkakan vena jugularis dan pusing.
e. Sistem gastrointestinal
Kondisi gigi, rahang dan rongga mulut, auskultasi bising usus, palpasi adanya pelebaran kolon dan apakah perut kembung, status gizi, ada konstipasi, diare, dan inkontinensia alvi.
f. Sistem endokrin
Adanya penurunan fungsi pada kelenjar endokrin yang menyebabkan geriatri tidak bisa mengatasi stres, terjadi peningkatan terhadap glukosa darah dari batas normal. Selain itu, geriatri akan merasakan lemas dan lesu yang diakibatkan karena penurunan fungsi kelenjar tiroid. Pada wanita akan
terjadi penurunan yang mempengaruhi menstruasi tidak teratur sedangkan pada laki-laki akan terjadi penurunan sekresi dan kelenjar testis.
g. Sistem genitourinaria
Pengkajian pada warna dan bau urine, frekuensi, tekanan dan desakan, nyeri saat buang air kecil, pemasukan dan pengeluaran cairan, terjadi distensi kandung kemih, kurang minat dan adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual.
h. Sistem muskuloskeletal
Terjadi pengecilan otot, kaku sendi, kontraksi tendon, gerakan sendi tidak mencukupi, kekuatan otot, keterbatasan gerak, kemampuan untuk berjalan, kelumpuhan dan bungkuk.
i. Sistem integument atau kulit
Warna kulit, ruam pada kulit, adanya jaringan parut, tingkat kelembaban dan temperatur kulit, perubahan pigmen, keadaan kuku dan turgor kulit.
Tabel 2.1 Analisis data SDKI (2018)
No Data Fokus Etiologi Problem
1 DS :
a. Mengantuk b. Lelah atau lesu DO :
Kadar glukosa dalam darah atau urin tinggi.
Resistensi insulin Kategori : Fisiologis
Sub. Kategori : nutrisi dan cairan Kode : D. 0027 Ketidakstabilan glukosa darah 2 DS :
Kesulitan dalam menjalani program perawatan atau pengobatan
DO :
Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal.
Kurang terpapar informasi
Kategori : perilaku Sub. Kategori : penyuluhan dan pembelajaran Kode : D0116 Manajemen kesehatan tidak efektif.
3 DS : - DO : -
Perubahan status nutrisi
Kategori : Lingkungan
Sub. Kategori : keamanan dan proteksi
Kode : D. 0129 Resiko
gangguan integritas kulit atau jaringan
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan mengenai status kesehatan klien, masalah actual atau resiko dalam mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, mencegah atau menghilangkan masalah kesehatan yang dialami klien secara tepat dan jelas (Oasenea Melliany, 2018 p. 5).
a) Ketidakstabilan kadar gula darah b.d resistensi insulin d.d mengantuk, lelah atau lesu.
b) Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan kesulitan dalam menjalani program perawatan.
c) Resiko gangguan integritas kulit atau jaringan dibuktikan dengan perubahan status nutrisi.
(SDKI, 2018) 3. Intervensi Keperawatan
Menurut Dermawan (2012) intervensi atau perencanaan merupakan suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu yang akan dilakukan. Bagaimana dilakukan dari semua tindakan keperawatan (Nurfatul Jannah, 2020)
Rencana tindakan yang dilakukan menurut SLKI dan SIKI (2018) sebagai berikut :
a) Ketidakstabilan kadar gula darah b.d resistensi insulin rencana tindakan dengan mengidentifikasi persepsi pasien dan keluarga tentang diet yang diprogramkan, menjadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan, menjelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap kesehatan, informasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang, mengganti bahan makanan sesuai dengan diet yang diprogramkan dan anjurkan melakukan olahraga sesuai toleransi.
b) Manajemen kesehatan tidak efektif b.d kurang terpapar informasi rencana tindakan yang dilakukan identifikasi kemampuan menerima informasi, jelaskan penanganan masalah, ajarkan program kesehatan dan ajarkan cara pemeliharaan kesehatan.
c) Resiko gangguan integritas kulit/jaringan d.d perubahan status nutrisi rencana tindakannya denganidentifikasi berat badan, timbang berat badan, ukur antropometri, jelaskan tujuan pemantauan dan informasikan hasil pemantauan..
4. Implementasi Keperawatan
Menurut Riyadi (2010) implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan pasien.
Sedangkan menurut Setiadi (2012) implementasi keperawatan yaitu perwujudan serta pengelolaan dari rencana keperawatan yanng telah disusun pada tahap perencanaan (Nurfatul Jannah, 2020)
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan penilaian hasil dan proses dimana penilaian hasil menentukan seberapa besar keberhasilan yang dicapai untuk keluaran dari tindakan sedangkan penilaian proses menentukan terdapat kekeliruan dari setiap tahapan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi (Padila, 2012)
D. Studi literature 1. Review Methode
Berdasarkan hasil pencarian jurnal dengan menggunakan kata kunci “Kepatuhan diet diabetes militus” didapatkan sekitar 4.090 hasil dengan rentang waktu dari tahun 2018, dari database google cendikia didapatkan 2 jurnal berkaitan dengan karya tulis ilmiah ini
dengan judul “ kepatuhan diet dan aktivitas dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus rawat jalan di RS Harum Sisma Medika Jakarta Timur” dan “ Efektifitas penggunaan media edukasi buku saku dan leaflet terhadap pengetahuan dan kepatuhan diet pasien rawat jalan diabetes melitus di pikesmas”
2. Result No. Judul / penelitian/tahun
publikasi
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Kesimpulan
1. EFEKTIFITAS
PENGGUNAAN MEDIA
EDUKASI BUKU SAKU
DAN LEAFLET
TERHADAP
PENGETAHUAN DAN
KEPATUHAN DIET
PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS
Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui efektifitas penggunaan media
edukasi buku saku dan leaflet terhadap pengetahuan dan
kepatuhan diet pasien rawat jalan diabetes melitus tipe 2 di puskesmas
Jenis penelitian ini adalah Quasi- Eksperiment dengan rancangan yang digunakan adalah Pretest- Postest design yaitu pada dua kelompok
dilakukan pretest untuk mengetahui keadaan awal sebelum diberikan perlakuan yang berbeda, dan keduanya juga diberikan posttest menggunakan uji Wilcoxon test dan Mann-Whitney test dengan tingkat
kemaknaan = 0,05
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada
pengetahuan setelah diberikan
edukasi gizi dengan media buku saku dan leaflet nilai p.
pengetahuan sebesar 0,000 (Sig. < 0,05), sedangkan kepatuhan diperoleh nilai p. sebesar 0,641 (p. > 0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan yang
Kesimpulan
penelitian ini
adalah ada
perbedaan pengetahuan
setelah diberikan edukasi gizi dengan media buku saku dan leaflet.
Namun tidak ada perbedaan pada kepatuhan setelah diberikan edukasi gizi dengan media buku saku dan leaflet.
signifikan pada kepatuhan responden setelah diberikan
edukasi gizi dengan media buku saku dan leaflet.
2. Kepatuhan diet dan aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus rawat jalan di RS Harum Sisma Medika Jakarta Timur
Untuk menganalisis hubungan kepatuhan diet dan aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus rawat jalan di RS Harum Sisma Medika.
Desain penelitian adalah cross sectional pada 55 pasien rawat jalan diabetes melitus tipe 2. Instrumen penelitian berupa kuesioner
karakteristik, kepatuhan diet DM, aktivitas fisik, dan kadar gula darah puasa.
Data dianalisis dengan Kendall’s Tau B Correlation
Kontrol gula darah yang buruk
ditemukan sebesar 69,1 %, dan
ketidakpatuhan diet sebesar 16,4%.
Responden yang memiliki kadar gula darah tidak terkontrol sebanyak 38 (69,1%) dan kadar gula darah terkontrol sebanyak 17 (30,9%).
Gambaran kepatuhan diet sebanyak 46
Ada hubungan antara kepatuhan diet dan aktivitas fisik dengan kadar gula darah.
(83,6%)
responden patuh terhadap diet dan 9 (16,4%) tidak patuh diet.
Kepatuhan diet berpengaruh secara signifikan dengan kadar gula darah (p <
0,05; r 0,296) dengan nilai r 0,296. Aktivitas fisik
berpengaruh secara signifikan dengan kadar gula darah (p <
0,05; r -0.351).
DAFTAR PUSTAKA
Ananda Ruth Naftali, Y. Y. (2017, Agustus 10). Kesehatan Spiritual dan Kesiapan
Lansia dalam Menghadapi Kematian.
https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.28992. , pp. 124-135.
Dalimartha, S. &. (2012). Makanan dan Herbal untuk Penderita Diabetes Mellitus (B. P. W. (ed.)). Jakarta: Penebar Swadaya.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=7UdYCwAAQBAJ&oi=f nd&pg=PP1&dq=info:BiWqTo-lMdcJ. (Diakses pada 17 November 2020).
Dinas kesehatan kota Bandung. (2015). Situasi Derajat Kesehatan Profil Kesehatan Kota Bandung. Kota Bandung: DEPKES, 2013. Profil Kesehatan Jawa Barat.
Ekasari, M. F., Riasmini, N. M., & Tien Hartini. (2019). Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia Konsep dan Berbagai Intervensi. Jakarta: Wineka Media.
Fatimah, R. (2015). Perawatan Luka Diabetes Berdasarkan Konsep Menejemen.
Jakarta: EGC.
Hauri, L. Z. (2019). Kajian Efektivitas Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di 3 Puskesmas Kota Yogyakarta . Yogyakarta: the Study of Effectiveness of Drug Use for the Diabetes Mellitus Type 2 Patients in 3 Health Centers in Yogyakarta.
KEMENKES RI. (2020). Pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI.
Tetap produktif cegah dan atasi Diabetes Melitus. Jakarta: Infodatin.
Kholifah, S. N. (2016). Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik. . Jakarta: In Keperawatan Gerontik. Cetakan 2016.
Maghfirah, S. S. (2015). Vol. 10 (2),. Relaksasi otot progresif terhadap stres psikologis dan perilaku perawatan diri pasien diabetes melitus. Jurnal Keehatan masyarakat, 137-146.
Mamesah, F. P. (2019). Hubungan Motivasi Intrinsik Dengan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Di Puskesmas Ranotana Weru, . Jakarta:
Studi, P., Keperawatan, I., Kedokteran, F., & Ratulangi, U. S. 7(1), 1–7.
https://ejournal.
Muhith, A. S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Nurfatul Jannah. (2020). Perencanaan Dan Implementasi Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Nurrahmani, U. (2015). STOP! Diabetes Mellitus (Qoni (ed.)). Jakarta: Familia (Group Relasi Inti Media).
Padila, N. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pambudi. (2019). Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki Lansia Diabetes Tipe II Di Gatak Tamantirto Kasihan Bantul. Yogyakarta:
Naskah Publikasi.
Rudini, D. e. (2018). Analisis Pengaruh Kepatuhan Pola Diet Terhadap Kadar Gula Darah DM Tipe II. Jurnal Keperawatan Universitas Jambi No. 3 Vol. 2, 5.
Silaban, e. a. (2019). Jurnal Edurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan. Ankle Brachial Indeks ( ABI ), Kadar Glukosa Darah dan Nutrisi Pada Ulkus Diabetikum. , 435.
Suyono, S. W. (2009). Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 3-28.
Tantin Ermawati. (2015). Periodontitis dan Diabetes Melitus. jakarta: Electronic Notes in Theoretical Computer Science,153.
Tanto, C. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta: Media Aesculapius.