• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. H DENGAN GANGGUAN INTEGRITAS JARINGAN PADA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. H DENGAN GANGGUAN INTEGRITAS JARINGAN PADA "

Copied!
99
0
0

Teks penuh

Ibu Dini Ptasetyo Wijayanti, S.Kep., M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan perhatiannya dalam membimbing dan mengarahkan pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Erik Kusuma, S.Kep.Ns., M.Kes selaku pembimbing kedua dalam penelitian ini telah banyak memberikan petunjuk, revisi dan saran kepada penulis.

  • Metode
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Sumber Data
  • Studi Kepustaaan

Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. H dengan Gangguan Integritas Jaringan dalam Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Desa Trajeng Kota Pasuruan? Menjelaskan asuhan keperawatan pada Ny. H dengan Gangguan Integritas Jaringan dalam Diagnosa Medis Diabetes Mellitus di Desa Trajeng Kota Pasuruan.

Definisi

Anatomi dan Fisiologi

Dengan kadar glukosa darah puasa normal 80-90 mg/100 ml, maka laju sekresi insulin akan sangat minimal yaitu 25 mg/menit/kg berat badan. Namun, setelah 5-10 menit, kecepatan sekresi insulin mulai menurun hingga kira-kira setengah dari nilai normal.

Gambar 2. 1 Anatomi Pankreas dan Histologi
Gambar 2. 1 Anatomi Pankreas dan Histologi

Etiologi

Klasifikasi

Faktor Resiko

Patofisiologi

Meski pewarisannya belum jelas, namun faktor genetik diduga mempunyai peranan yang sangat penting terhadap timbulnya DM tipe II. Namun jika sel B tidak mampu mengkompensasi peningkatan kebutuhan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II.

Gambar 2. 2 Pathway DM
Gambar 2. 2 Pathway DM

Tanda Dan Gejala

Komplikasi

Tahapan Penyembuhan Luka

Pembuluh darah yang terputus pada suatu luka akan menyebabkan pendarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya melalui vasokonstriksi, penyusutan ujung pembuluh darah yang terputus (retraksi) dan respon hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling menempel dan bersama dengan jaring fibrin yang terbentuk, darah yang keluar dari pembuluh darah menggumpal, sehingga terjadi reaksi inflamasi. Aktivitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit melalui dinding pembuluh darah (diapedesis) ke dalam luka akibat gaya kemotaktik.

Fase ini disebut juga fase lambat, karena reaksi pembentukan kolagen baru kecil dan luka hanya terikat dengan fibrin yang sangat lemah. Fibroblas berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi dan menghasilkan mukopolis acaride, asam aminoglynic dan prolin yang merupakan bahan dasar serat kolagen yang akan menghubungkan tepi luka. Epitel tepi luka, terdiri dari sel basal, terlepas dari dasar dan bergerak mengisi permukaan luka.

Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari reabsorpsi jaringan berlebih, kontraksi sesuai gaya gravitasi, dan terakhir pembentukan kembali jaringan yang baru terbentuk.

Pemeriksaan Penunjang

Sel-sel edema dan inflamasi terserap, sel-sel muda menjadi matang, kapiler-kapiler baru ditutup dan diserap kembali, kelebihan kolagen diserap dan sisanya menyusut sesuai dengan daya rekat yang ada (Perawatan luka Sjamsuhidajat & Jong dengan NaCl dan metronidazol 1) larutan NaCl.

Perawatan Luka dengan NaCl dan Metronidazole

Alat-alat yang digunakan dalam pengobatan luka diabetes melitus adalah kasa steril dan gulungan kasa, forsep bedah dan anatomi steril, gunting neuropati steril, lengkung, pembalut, sarung tangan steril, wadah steril, spuit 5cc. Langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan untuk pengobatan. yaitu menyiapkan pembalut, isi spuit 5cc dengan metrodinazol, lalu dekatkan pada lekukan, siapkan sarung tangan steril dan bersih lalu gunakan sarung tangan bersih. Pembersihan luka tahap kedua adalah dengan membuka balutan luar kemudian menutupnya dengan NaCl 0,9%, kemudian membuka balutan dalam, kemudian mengganti tangan yang bersih dengan tangan yang steril, mengambil tang anatomi dan membersihkan luka dengan kain kasa yang dibasahi 0,9 %. NaCl, Setelah itu ambil tang bedah lalu potong jaringan yang mati (debridement) untuk memberi jalan keluar nanahnya, lalu pada luka tersebut kita suntikkan metrodinozole berulang kali ke bagian dalam luka agar nanah yang masih tersisa di dalam bisa keluar. Tahap ketiga adalah mengeringkan luka dengan kain kasa steril, kemudian menutup luka dengan kain kasa yang telah diberi metronidazol, kemudian menutupnya dengan kain kasa kering, kemudian menutup luka dengan kain kasa yang digulung.

Ciri-ciri balutan yang ideal adalah: tidak melekat, kedap terhadap bakteri, mampu mempertahankan kelembapan tinggi di lokasi luka sekaligus menghilangkan eksudat berlebih, isolasi terhadap suhu, tidak beracun dan tidak menyebabkan alergi, nyaman dan mudah dipakai. diperbaiki, mampu melindungi luka dari trauma lebih lanjut, berbiaya rendah, tersedia baik di rumah sakit maupun di masyarakat (Morison, 2013). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyono dan Galihpada (2012) ditemukan bahwa perawatan luka dengan menggunakan metronidazol 500 ml dan NaCl 0,9% dengan baik dan benar akan mempercepat penyembuhan luka kaki diabetik (dalam waktu 3 minggu luka membaik) dibandingkan hanya menggunakan NaCl (Setelah 6 minggu luka akan sembuh). Dari hasil penelitian diketahui bahwa luka mulai sembuh dan memerah, nanah dan bau mulai berkurang, kedalaman dan lebar luka berkurang, serta daging mulai membesar.

Penatalaksanaan

Hasil penelitian menunjukkan luka mulai membaik dan memerah, nanah dan bau mulai berkurang, kedalaman dan lebar luka berkurang, serta daging mulai membesar. tenaga kesehatan, pasien dan keluarga pasien) prinsip penatalaksanaan pola makan bagi penderita DM adalah menu seimbang berdasarkan kebutuhan kalori dan gizi setiap pasien, serta perlu ditekankan pentingnya keteraturan jadwal, jenis dan jumlah makanan. makanan. makanan. Kebutuhan kalori ini idealnya 25 (wanita) dan 30 (pria)/KgBB, plus atau minus, tergantung berbagai faktor seperti jenis kelamin, usia, aktivitas, berat badan, dll. Aktivitas fisik yang dianjurkan adalah intensitas sedang (denyut jantung maksimal) , maksimal 150 menit/minggu, atau aerobik 75 menit/minggu.

Jika tidak ada kontraindikasi, pasien DM tipe 2 dididik untuk melakukan latihan ketahanan minimal 2 kali/minggu. Bagi penderita DM dengan penyakit kardiovaskular, latihan fisik dimulai dengan intensitas rendah dan durasi singkat kemudian ditingkatkan secara perlahan.

Definisi

Batasan Lansia

Ciri-Ciri Lansia

Karakteristik Lansia

Tipe-tipe Lansia

Perubahan Pada Lansia

Lansia akan mengingat kenangan masa lalu, namun sering melupakan masa lalu, sedangkan kecerdasan tidak berubah, namun terjadi perubahan gaya pertunjukan. Pensiunan usia lanjut yang mengalami kerugian finansial, kehilangan teman dan kehilangan pekerjaan kemudian akan menyadari adanya kematian, perubahan gaya hidup, penyakit kronis dan cacat, gangguan gizi akibat kehilangan jabatan dan kekuatan fisik yaitu perubahan persepsi diri dan citra diri. Perubahan indera penciuman dan pengecapan itu dapat mempengaruhi kemampuan lansia dalam menjaga kecukupan gizi.

Perubahan sensitivitas sentuhan yang mungkin terjadi pada lansia antara lain berkurangnya kemampuan neurosensori yang secara efektif memberikan sinyal untuk merasakan, menemukan lokasi, dan mengidentifikasi sentuhan atau tekanan pada kulit. Orang lanjut usia lebih mudah terbangun saat tidur karena hambatan fisik dan juga lebih sensitif terhadap paparan cahaya.

Definisi

Penyebab

Gejala dan Tanda Major Minor

Manisfestasi Klinis

Pengkajian

Pada penderita diabetes melitus biasanya timbul penyakit berupa perubahan pola buang air kecil, pusing, nyeri pada luka dan luka. Meliputi pola tidur, pola eliminasi, pola makan, kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan penderita diabetes melitus, pola persepsi kognitif, pola persepsi diri, pola toleransi, pola seksualitas, pola.

Tinjauan Sistem

Pengkajian Status Fungsional Kognitif, Afektif, Psikologis, dan

Diagnosa Keperawatan

Intervensi

Implementasi

Evaluasi

44

Identitas

Struktur keluarga

Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi

Riwayat Kesehatan

Kata klien, awalnya timbul kemerahan dan bengkak di tungkai kanan bawah, kemudian diolesi air hangat, setelah 2 hari muncul lepuh dan luka. Klien mengatakan luka itu muncul karena ada kemerahan dan bengkak, kemudian dikompres dengan air hangat, setelah itu ditiup dan muncul luka. Klien menyatakan sebelumnya menderita penyakit jantung, dan belum pernah mengalami diabetes sebelumnya (2) Riwayat alergi.

Klien menyatakan bahwa ia sedang mengonsumsi obat jantung sesuai anjuran dokternya dan tidak pernah mengonsumsi obat apa pun selama penyakit diabetesnya.

Riwayat Alergi

Riwayat Penggunaan Obat

Riwayat Tempat Tinggal

Rekreasi

Pola Fungsi Kesehatan

Klien mengatakan jika dia sakit, dia yakin Tuhan akan menghapuskan dosa-dosanya dan penyakitnya pasti akan sembuh.

Tinjauan Sistem

Pengkajian Status Fungsional Kognitif, Afektif, Psikologis dan

Kelas E : Kemandirian dalam segala hal kecuali mandi, berpakaian, toileting dan fungsi tambahannya. Kelas F : Kemandirian dalam segala hal kecuali mandi, berpakaian, toileting, berpindah tempat dan fungsi tambahan. Saya puas karena keluarga (teman) saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas atau arahan baru.

Klien mengatakan bahwa aktivitasnya terbatas dan terkadang keluarganya membantunya melakukan aktivitas karena mengalami luka pada kaki kanan, dan klien juga mengatakan bahwa ia mengeluh lelah. A : Masalah terselesaikan sebagian P : Lanjutkan dengan intervensi 2 S : Klien membuat daftar kegiatannya. terbatas dan terkadang pihak keluarga membantu melakukan kegiatan seperti berkunjung. S: Klien mengatakan dia dapat melakukan sedikit aktivitas mandiri, seperti ke kamar mandi, dan dia tidak merasa lelah lagi.

S : Klien mengatakan mampu melakukan aktivitas mandiri seperti ke kamar mandi dan keluar masuk rumah..dan juga sering merasa lelah.

Tabel 3.3 Short Portable Mental Status  Quesioner (SPMSQ)
Tabel 3.3 Short Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ)
  • Pengkajian
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi
  • Impelementasi Keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan

Dalam tinjauan literatur menurut Smeltzer (2015), terdapat beberapa faktor risiko yaitu: riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat penyakit jantung, hipertensi/tekanan darah tinggi (>140/90 mmHg), pola makan tidak seimbang (tinggi gula, garam, lemak dan rendah serat). Dalam peninjauan kasus tersebut dilakukan pemeriksaan penunjang berupa gula darah, kadar gula darah klien pada saat pengkajian adalah 234 mg/dL. Pada pemeriksaan kasus, kadar gula darah klien adalah 234 mg/dL dan klien mengatakan bahwa ia mengeluh adanya luka sepanjang 9 cm, lebar 5 cm, dan dalam 1 cm pada bagian bawah kaki kanannya yang merupakan ulkus. termasuk kategori grade 2 karena sudah menyebar ke jaringan otot.

Berdasarkan gambaran teoritis diagnosis gangguan integritas jaringan terkait neuropati perifer, terdapat intervensi sebagai berikut. Terdapat kesenjangan dalam diagnosis keperawatan kerusakan integritas jaringan, dalam tinjauan teoritis terdapat rekomendasi prosedur perawatan luka mandiri. Dalam tinjauan kasus, penulis tidak mencantumkan rekomendasi prosedur perawatan luka mandiri karena keluarga klien terlalu sibuk bekerja sehingga keluarga klien meminta penulis untuk melakukan perawatan luka.

Ada keselarasan dalam diagnosis intoleransi terhadap aktivitas, karena intervensi dalam pemeriksaan teori juga termasuk dalam pemeriksaan kasus.

  • Pengkajian
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi
  • Saran

Penerapan diagnosa keperawatan gangguan integritas jaringan berhubungan dengan neuropati perifer yang ditandai dengan kerusakan jaringan sebagai berikut: Pemantauan karakteristik luka (misalnya: drainase, warna, ukuran, bau); Klien hendaknya selalu menjaga kebersihan, kesehatan dan menjaga pola makan penderita diabetes melitus agar kadar gula darah berada dalam batas normal, serta melakukan perubahan pola hidup sehat dengan rutin berolahraga. Tenaga kesehatan atau perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien penderita diabetes melitus dengan masalah gangguan integritas jaringan lebih menekankan pada aspek sterilisasi, kenyamanan, sehingga pelaksanaannya komprehensif.

Diharapkan semakin banyak referensi mengenai asuhan keperawatan pada klien yang mengalami diabetes melitus dengan masalah selain gangguan integritas jaringan guna memperluas ilmu pengetahuan bagi penulis dan siapapun yang tertarik untuk mendalami topik tersebut. Asuhan keperawatan gangguan integritas jaringan pada pasien diabetes melitus di ruang dalam II RSUD DR.R SOEDARSONO, Proposal penulisan ilmiah. Laporan Penulisan Ilmiah Asuhan Keperawatan Keluarga Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Andalas.

Z med Diabetes Melitus, Ruang Rawat Inap Ambun Suri Lantai 3 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukit tiggi, Laporan Studi Kasus.

Gambar

Gambar 2. 1 Anatomi Pankreas dan Histologi
Gambar 2. 2 Pathway DM
Tabel 2. 1 Intervensi Keperawatan
Gambar 2.3 Kerangka Masalah Gangguan integrias jaringan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Stimulates Transcription by Pol I The RENT complex, consisting of at least three proteins Net1, Cdc14, and Sir2, controls mitotic exit, mediates Role of Net1 in Global Nucleolar