• Tidak ada hasil yang ditemukan

atft,{tu - STKIP PGRI Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "atft,{tu - STKIP PGRI Sumatera Barat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DISIPLIN DENGAN

MOTIVASI BEI"AJAR

PESERTA

DIDIK DI

KELAS

X

SMA NEGERI 1 LT]NANG

KABUPATEN

PESISIR SET,ATAN

ARTIKEL

kilTn \y

C*,,,al^{u atft,{tu

&ur'+'d-

RALZALMAN INDRA

NIM:11060197.

PROGRAM STUDI

BIMBINGAN

DAN

KONSELING SEKOI"AH TINGGI

KEGI,]RUAIY DAN

ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI

SUMATERA BARAT

PADAI\IG

2016

;

i I

j

.J

-J

s

1

i;

^t-t .*

il

I

4P.' .iF,, ';r:!.t-

(2)

SMA NEGERI 1 LUNANG KABUPATEN PESISIR SELATAN By:

Ralzalman Indra *

Dra. Hj. Fitria Kasih, M.P.d., Kons**

Zulkifli, S.Pd., M.Pd**

*Students

**lecturer

Students Of Guidance and Counseling STKIP PGRI West Sumatera 2016 ABSTRACK

This research was motivated because, there are many students that less of dicipline in the environment of the school, for example do not be on time, used the uniform that out of the rules of their school, and several students in learning porcess so that they less of motivation to study. The purpuse of this researchis to give description 1) Representation of Students discipline. 2) Representation of Students motivation in learning. 3) The Relationship of discipline with students motivation in Learning. The kind of this research was descriptive correlational. The population of this research was the students of class X at SMA N 1 Lunang. The sampling of this research by used simple random sampling with slopin’s formula. The sample of research were 76 pearsons from the calculation results. The instrument that in this research was questationnaire. The formula of pearson product moment used to analyzed the data. The technique of data analysis were by used microsoft excel 2007 program and software IBM Statisticat Package for the social sciences version 20 for windows. The Result of this researcht revealed that 1) The disciplines are in good categori.

2) The students motivation in learning also in good category. 3) There is a significant relation betwen discipline with students motivation in learning with, the caculation of corelation 0,631 with the significant standard 0,000 with the significant standard is positive 1. It means if the relation of discipline with the motivation of students I learning is good, the motivation of the students Will increase the recommendation to the nead master of the school and the teacher of BK, based on this research in to be able to develop the discipline and motivation of the students.

Keywords : Discipline, Learning Motivaton, Students, Classroom Pendahuluan

Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional dibutuhkan usaha pengembangan disegala sektor.

Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu usaha untuk mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri individu agar menjadi manusia yang dapat mewujudkan diri dari fungsinya secara utuh serta maksimal. Pendidikan salah satu usaha untuk menyiapkan peserta didik guna meningkatkan peranan dimasa yang akan datang, yaitu menjadi manusia yang berkualitas dimana pola hidup dan pola pikirnya berkembang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Disiplin merupakan masalah yang mendapat perhatian dari berbagai pihak.

Mengingat kedisiplinan peserta didik mempunyai hubungan yang erat dengan

keberhasilan belajar peserta didik itu sendiri.

Dalam hal ini untuk mewujudkan itu semua pelaksanaan pendidikan harus berusaha meningkatkan mutu pendidikan, salah satu usaha yang yang dapat dilaksanakan oleh pelaksanaan pendidikan adalah dengan menjalankan kurikulum yaitu dengan membuat peraturan sekolah yang bertujuan meningkatkan disiplin dan motivasi peserta didiknya.

Menurut Prijodarminto (Tu’u 2004:31) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan keterikatan. Kegiatan belajar mengajar disuatu lembaga pendidikan bagi peserta didik memerlukan motivasi, karena kehadiran motivasi berarti bagi perbuatan belajar. Contohnya saja

1

(3)

peserta didik yang memiliki motivasi dalam belajar serta memperhatikan dengan baik saat guru menerangkan pelajaran, maka peserta didik tersebut akan memperoleh informasi. Jika pada ujian peserta didik tidak dapat menjawab, maka akan muncul tingkah laku mencontek, hal ini tertentu merugikan peserta didik itu sendiri. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan salah satu faktor kesuksesan peserta didik dalam belajar.

Berdasarkan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas, yang dilakukan pada saat penulis melaksanakan PPLBK Kependidikan dan PPLBK Sekolah, yang dilaksanakan mulai dari tanggal 11 Agustus 2014 sampai dengan tanggal 20 Desember 2014, masih ditemukan peserta didik yang yang tidak memiliki disiplin dalam lingkungan sekolah misalnya selalu telat datang kesekolah, berpkaian tidak sesuia dengan aturan yang ditetapkan sekolah misalnya baju selalu keluar tidak memakai dasi, malas dalam belajar sehingga menunjukan, motivasi belajar rendah seperti ditemukan peserta didik yang terlambat datang sekolah, keluar saat pelajaran sedang berlangsung, tidak mendengarkan ketika guru menjelaskan pelajaran dan tidak membuat tugas yang diberikan oleh guru, malas-malasan dalam belajar, dan tidak berpartisipasi dalam belajar, serta peserta didik tidak mandiri dalam mengerjakan tugas (mencontoh tugas teman). Hal seperti ini tentu dapat mengganggu kegiatan pembelajaran serta kenyamanan dalam belajar. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling (guru BK) didapatkan hasil bahwa tidak sedikit peserta didik kelas X yang dipanggil keruang BK karena bermasalah dengan absen.

Dilihat dari permasalah di atas, hal tersebut menandakan kurangnya motivasi dan disiplin peserta didik dalam belajar, jika hal demikian dibiarkan maka akan mengganggu proses belajar dan dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan pendidikan serta visi dan misi yang ada disekolah tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang: Hubungan Disiplin Belajar dengan

Motivasi Belajar Peserta Didik SMA Negeri 1 Lunang.

1. Disiplin

Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri terhadap bentuk-bentuk aturan. Aturan- aturan tersebut mencakup segala macam pengaruh yang ditujukan untuk membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Selanjutnya Tulus (2004:

31-32) juga menjelaskan “Disiplin sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban”. Disiplin merupakan upaya pengendalian diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku, sehingga secara sadar mereka mau melaksanakan aturan-aturan tersebut.

Prijodarminto (1994: 23) menyatakan “Disiplin yang dilakukan oleh siswa merupakan salah satu bentuk dari perilaku yang tercipta melalui proses binaan yang terjadi di keluarga, di tempat pendidikan (sekolah) dan pengalaman- pengalaman yang telah dilalui siswa”.

Sejalan dengan pendapat di atas Rachman (1999: 168) menjelaskan bahwa “Disiplin siswa merupakan salah satu bentuk pengendalian diri dan sikap dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan yang telah ditetapkan, baik peraturan yang ada dirumah maupun peraturan yang ada di sekolah”.

a. Kepatuhan

Tulus (2004: 31-32) juga menjelaskan

“Disiplin sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban”. Disiplin merupakan upaya pengendalian diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku, sehingga secara sadar mereka mau melaksanakan aturan-aturan tersebut.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan kepatuhan merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua

(4)

peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kepatuhan yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas yang diberikan, maka setiap orang berusaha agar mempunyai kepatuhan.

Pengertian ketertiban adalah sesuatu yang harus ditaati sesuai dengan perintah yang telah ditetapkan yang harus dilaksanakan oleh siswa, apabila siswa melakukan pelanggaran akan mendapatkan sanksi. Menurut Soejanto, (2005:108) menayatakan “Peraturan tata tertib disekolah selalu dilengkapi dengan sanksi-sanksi tertentu, yang berpuncak kepada pemberian hukuman”. Adanya peraturan itu untuk menjamin kehidupan yang tertib dan tenang, sehingga kelangsungan hidup social itu dapat dicapai.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan yang dimilki oleh siswa akan membantu siswa itu sendiri dalam tingkah laku sehari-hari dan menyadari betapa pentingnya membangun motivasi belajar di dalam diri peserta didik setiap langkah kehidupan peserta didik.

2. Motivasi

Sardiman (2010: 73) menyatakan

“Kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Selanjutnya Donald (Hamalik 2013:

06) menyatakan bahwa “Motivation is an energy change within the person characterized by affective arausal and anticipatory goal raction”, yang diartikan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Hamalik, (1992: 173) “Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktifitas nyata berupa kegiatan fisik”.

Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapai dengan segala upaya yang dia lakukan untuk mencapai.

Peserta didik yang memiliki motivasi dalam belajar akan berhasil mencapai prestasi belajar Sardiman (2001: 89) menyatakan bahwa motivasi dapat dilihat dari beberapa sudut pandang antara lain sbb:

a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi nya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh orang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif- motifyang menjadi aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Sebagai contoh peseta didik mau belajar karena disuruh, diberi tugas, hadiah, ganjaran, dan lain-lain.

Antara motivasi intrinsik dengan ekstrinsik sama-sama baiknya, sebab adanya motivasi intrinsik akan timbul bila ada motivasi ekstrinsik. Dari adanya motivasi ekstrinsik diharapkan dapat memunculkan motivasi intrinsik. Pada umumnya pengalaman sekarang menunjukkan bahwa peserta didik mau balajar karena perintah, tugas, ujian dan yang lain nya dari orang lain. Disini jelas bahwa motivasi ekstrinsiklah yang lebih dominan.

Disiplin merupakan masalah yang mendapat perhatian dari berbagai pihak.

Mengingat kedisiplinan peserta didik mempunyai hubungan yang erat dengan keberhasilan belajar peserta didik itu sendiri. Permasalahan ini berkaitan erat dengan apa yang dikemukakan Hamalik (1991: 214) yaitu sebagai berikut:

a. Kelas yang disiplin akan memungkinkan peserta didik belajar dengan efektif dan memungkinkan guru-guru berbuat sebagaimana mestinya dalam rangka mendidik peserta didiknya.

b. Disiplin membantu peserta didik untuk menyesuaikan diri kepada

(5)

lingkungan sosial dan kultural dalam kelas ataupun sekolah.

c. Kelas yang penuh disiplin akan turut mendorong motivasi belajar peserta didik dan sebaliknya apabila guru tidak berhasil membangkitkan motivasi belajar peserta didik maka akan timbul masalah disiplin.

d. Latihan disiplin akan besar pengaruhnya pada pembentukan moral kelas dan karakter peserta didik.

Disiplin adalah suatu aspek dari moral sekolah/kelas dan pembinaan karakter.

e. Disiplin kelas penting artinya dalam mengajar yang demokratis, di mana peserta didik dapat dikembangkan secara optimal dan pelayanan terhadap perbedaan individual.

Metode Penelitian

Berdasarkan masalah dan tujuan yang telah dikemukakan maka jenis penelitian ini adalah penilitian kuantitatif deskriptif korelasional. Menurut Lehman (Yusuf, 2005: 83) penelitian deskriptif adalah “salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail”. Menurut Yusuf (2005: 84) penelitian korelasional merupakan “Suatu tipe penelitian yang melihat hubungan antara atau beberapa hubungan yang lain”.

Metode korelasional yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan disiplin belajar dengan motivasi belajar siswa. Sehubungan dengan pendapat di atas, penelitian ini akan digunakan untuk mengungkap hubungan disiplin belajar dengan motivasi belajar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Lunang.

Menurut Arikunto (Riduwan, 2012:

70) populasi adalah “Keseluruhan subjek penelitian”. Bailey (Yusuf, 2005: 183) juga menyatakan bahwa “Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis”. Selanjutnya Spiegel (Yusuf, 2005: 183) “Populasi adalah keseluruhan unit (yang ditetapkan) mengenai dan dari mana informasi yang diinginkan, populasi dapat berupa manusia, benda, objek tertentu, peristiwa, tumbuhan- tumbuhan, dan sebagainya.

Sugiyono (2011: 117)

mengemukakan bahwa “Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peniliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Selanjutnya, (Yusuf, 2005:183) menyatakan “Populasi adalah keseluruhan manusia yang terdapat dalam area yang telah ditetapkan”.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi didalam penelitian meliputi segala sesuatu yang akan dijadikan subjek atau objek penelitian yang dikehendaki peniliti.

Berkenaan dengan penelitian ini, maka populasi dalam penelitian ini adalah kelas X SMA Negeri 1 Lunang.

Taniredja

(2014:35)

menguraikan cara penarikan sampel secara undian/lotere dengan membuat lintingan kertas sebanyak populasi (7 lintingan kertas mewakili 7 kelas dengan 203 populasi), kemudian mengambil secara acak lintingan kertas sebanyak sampel yang diperlukan (3 lintingan kertas mewakili 3 kelas dengan 76 sampel) barulah disederhanakan. Maka diperoleh hasil tentang persebaran sampel Sumber data pada penelitian ini adalah

a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dengan memberikan angket kepada 76 orang peserta didik yang menjadi sampel penelitian.

b. Data skunder adalah data yang diperoleh dari sekolah SMA N 1 Lunang.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data interval.

Data interval adalah suatu skala mempunyai rentangan konstan antara tingkat yang satu dengan yang aslinya.

Bungin (2005: 132) mengemukakan bahwa data primer adalah “Data yang lansung diperoleh dari sumber data pertama dari lokasi penelitian atau objek penilitian, dalam hal ini siswa di SMA Negeri 1 Lunang. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan.

Analisi data angket yang telah dikumpulkan dari peserta didik yang menjadi sampel penelitian lalu diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut

:

(6)

1. Memeriksa kelengkapan isi angket yang telah diterima dari sampel penelitian.

2. Membuat tabel pengolahan berdasarkan pertanyaan penelitian.

3. Mencari dan menghitung jumlah serta memasukkan ke dalam tabel pengolahan.

4. Menghitung persentase masing- masing frekuensi yang diperoleh, dengan menggunakan teknik analisis persentase (Yusuf, 2007:65) sebagai berikut:

Selanjutnya hasil persentase data pada masing-masing item diinterpretasikan agar menjadi tafsiran jawaban yang diajukan dalam angket.

Hasil dan Pembahasan

Secara umum hasil penelitian mengenai hubungan disiplin dengan motivasi belajar peserta didik di kelas X SMA N 1 Lunang sebagai berikut:

1. Gambaran Disiplin Peserta Didik Secara umum pada bagian ini akan dikemukakan pembahasan berdasarkan analisis, penafsiran, temuan penelitian mengenai hubungan disiplin dengan motivasi belajar peserta didik di kelas X SMA Negeri 1 Lunang Kabupaten Pesisir Selatan. Pada pembahasan disiplin terdapat beberapa indikator yaitu kepatuhan, dan ketertiban.

Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri terhadap bentuk-bentuk aturan. Aturan- aturan tersebut mencakup segala macam pengaruh yang ditujukan untuk membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Selanjutnya Tulus (2004:

31-32) juga menjelaskan “Disiplin sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban”. Disiplin merupakan upaya pengendalian diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku, sehingga secara sadar mereka mau melaksanakan aturan-aturan tersebut.

Bersadarkan hasil Penelitian diketahu bahwa 26 atau 34,21% disiplin peserta didik berada pada kategori sangat baik, 42 atau 55,26% disiplin peserta didi berada pada kategori kategori baik, 8 atau 10,53% remaja berada pada kategori cukup baik, sedangkan pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik tidak satupun siswa berada pada kategori tersebut

.

Hal ini menunjukkan bahwa secara umum disiplin peserta didik di kelas X SMA Negeri 1 Lunang berada pada kategori baik dengan frekuensi 42 orang dan persentase sebesar 55,26% dari sampel,

2. Gambaran Motivasi Belajar Peserta Didik

Motivasi belajar pada dasarnya merupakan bagian dari motivasi secara umum. Dalam kegiatan belajar mengajar dikenal adanya motivasi belajar yaitu motivasi yang ada dalam dunia pendidikan atau motivasi yang dimiliki peserta didik (siswa).

Sardiman (2006) mengemukakan bahwa “motif” dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif”

maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila keinginan untuk mencapai kebutuhan sangat kuat. Selain itu, menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.

Nasution (Rohani, 2004) menyatakan motivasi peserta didik (siswa) adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga siswa mau melakukan apa yang dapat dilakukannya.

Menurut Winkel (2005) “Motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam

(7)

belajar, sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi

kebiasaan dengan keteladanan- keteladanan tertentu, yang harus dimulai sejak ada dalam lingkungan keluarga, mulai pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang dan menjadikannya bentuk disiplin yang semakin kuat.

Sardiman (2010: 73) menyatakan

“Kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Selanjutnya Donald (Hamalik 2013:

06) menyatakan bahwa “Motivation is an energy change within the person characterized by affective arausal and anticipatory goal raction”, yang diartikan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Hamalik, (1992: 173) “Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktifitas nyata berupa kegiatan fisik”.

Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapai dengan segala upaya yang dia lakukan untuk mencapai.

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempnyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar, hal ini merupakan bertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang belum tentu menarik minat orang teretntu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Maslow (1943, 1970) sangat percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, dan rasa cinta, penghargaan aktualisasi diri, mengetahu dan mengerti dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang sangat mempengaruhi.

Motivasi belajar timbul karena faktor

intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Keduan faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat (Uno, 2007: 23).

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah peneliti lakukan, dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi di atas, maka bisa diketahui motivasi belajar peserta didik yang berada pada kategori sangat baik yaitu sebanyak 16 orang dengan persentase 21,05%, peserta didik yang berada pada kategori baik yaitu sebanyak 52 orang peserta didik atau 68,42%, pada kategori cukup baik sebanyak 8 orang peserta didik atau 10,53%, sedangkan pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik tidak satupun peserta didik atau 0% yang menyatakan kurang baik dan sangat kurang baik.

3. Hubungan Disiplin dengan Motivasi Belajar

Berdasarkan hasil penelitian penenliti terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin dengan motivasi belajar, karena antara disiplin dengan motivasi saling berkaitan kalau disiplin peserta didik baik dan patuh terhadap aturan-aturan yang ada di sekolah tersebut maka akan timbul motivasi peserta didik tersebut untuk belajar, tetapi kalau disiplin peserta didik kurang baik maka belum tentu motivasi belajar peserta didik tersebut baik disinilah dibutuhkan dorongan dan motivasi dari guru mata pelajaran, guru kelas, guru BK, dan juga kepala ikut mendukung bagaimana cara menerapkan aturan di sekolah tersebut supaya disiplin dan motivasi peserta didik dapat dipertahankan dan juga lebih baik kalau bisa lebih ditingkatkan agar ke yang lebih baik agar sekolah tersebut mendapat pujian dari berbagai pihak. Sebagaimana menurut beberapa parah ahli tentang disiplin dan motivasi belajar peserta didik.

Moehari Kardjono (2008: 86) mengemukakan “Disiplin adalah ketaatan terhadap suatu aturan dan tata tertib yang digunakan untuk menjalankan pendidikan dalam kehidupan rumah tangga maupun sekolah Menurut Hamzah (2013: 23)

(8)

“Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif secara permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (rainforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Dimyanti dan Mudjiono (2002:

239) motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.

Jadi hubungan antara disiplin dengan motivasi belajar peserta didik merupakan kemampuan yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban berdasarkan pengalaman belajarnya. Nilai- nilai tersebut telah menjadi bagian dari perilaku dalam kehidupan. Perilaku itu tercipta melalui proses pembinaan melalui keluarga, pendidikan (sekolah) dan pengalaman. Disiplin juga merupakan sarana pendidikan. Dalam mendidik disiplin berperan mempengaruhi, mendorong, mengendalikan, mengubah, membina dan membentuk perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan, diajarkan dan diteladankan. perilaku seseorang, termasuk prestasinya merupakan hasil dari suatu proses pendidikan

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahawa motivasi akan jauh terasa lebih kuat apabila diikuti dengan sebuah cita-cita yang luhur serta dijalankan dengan sunguh-sungguh agar terwujud dikemudian hari. Kita patut menyadari betapa pentingnya membangun motivasi didalam setiap langkah kehidupan seseorang. Karena dalam belajar motivasi sangat diperlukan.

Peserta didik yang memiliki motivasi dalam belajar akan berhasil mencapai prestasi belajar Sardiman (2001: 89) menyatakan bahwa motivasi dapat dilihat dari beberapa sudut pandang antara lain sbb:

b. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi nya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu

sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh orang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif- motifyang menjadi aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Sebagai contoh peseta didik mau belajar karena disuruh, diberi tugas, hadiah, ganjaran, dan lain-lain.

Antara motivasi intrinsik dengan ekstrinsik sama-sama baiknya, sebab adanya motivasi intrinsik akan timbul bila ada motivasi ekstrinsik. Dari adanya motivasi ekstrinsik diharapkan dapat memunculkan motivasi intrinsik. Pada umumnya pengalaman sekarang menunjukkan bahwa peserta didik mau balajar karena perintah, tugas, ujian dan yang lain nya dari orang lain. Disini jelas bahwa motivasi ekstrinsiklah yang lebih dominan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan disiplin dengan motivasi belajar peserta didik di SMA Negeri 1 Lunang Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat secara keseluruhan berada pada kategori baik, sehingga dapat diambil kesimpulan sesuai dengan batasan masalah berada pada kategori baik sehingga dapat dilihat dari bernagai indikator sebagai berikut:

1. Gambaran disiplin peserta didik di SMA Negeri 1 Lunang, dilihat dari indikator kepatuhan dan ketertiban berada pada kategori baik.

2. Gambaran motivasi peserta didik di SMA Negeri 1 Lunang dilihat dari indikatormotivasi intrinsik, dan ektrinsik juga berada pada kategori baik maka.

3. Hubungan disiplin dengan motiavsi belajar peserta didik terdapat hubungan yang signifikan karena sesuai dengan hipotesis penelitian semakin disiplin peserta didik maka

(9)

semakin tinggi pula motivasi belajar peserta didik tersebut. Peserta didik yang memiliki kategori rendah atau tidak bisa menerapkan cara disiplin dengan motivasi belajar dalam dirinya hendaknya mendapatkan perhatian serta bimbingan yang lebih oleh guru BK, agar disiplin peserta didik menjadi meningkat sehingga motivasi belajar lebih meningkat.

Saran

Dari hasil penelitian dapat dikemukakan saran sebagai berikut :

1. Peserta didik di SMA Negeri 1 Lunang sudah berada pada kategori baik, maka personil sekolah harus bisa mempertahankan kategori baik tersebut, tetapi akan lebih baiknya bisa ditingkatkan ke yang lebih baik lagi maka dalam hal ini perlu dukungan dari guru mata pelajaran, guru BK, dan juga pengawasan dari kepala sekoalah sehingga didisplin peserta didik disekolah bisa ditingkatkan.

2. Pihak sekolah untuk dapat meningkatkan kedisiplinan peserta didik di Sma N 1 Lunang sehingga tersebut sehingga semakin disiplin di sekolah tersebut semakin tinggi pula motivasi belajar peserta didiknya, tetapi dalam hal ini harus ada kerja sama personil sekolah supaya bisa mempertahankan, dan juga meningkatkan ke yang lebih baik lagi 3. Program Studi BK, agar terus

mempersiapkan Guru BK yang berkualitas yang kaya akan wawasan dan keterampilan untuk dapat terjun di lapangan sebagai guru BK yang bermartabat.

4. Orang tua, agar lebih memberikan perhatian yang cukup kepada anak dengan sebaik-baiknya dan mendidik anak agar dapat bertindak, bersikap, dan bertingkah laku yang baik dimana pun anak berada

5.

Peneliti selanjutnya, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan bahan rujukan untuk melakukan penelitian lanjutan terkait disiplin dengan motivasi dengan kajian penelitian yang lebih mendalam.

Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti

tentang pengaruh motivasi belajar peserta didik dan sikap guru terhadap manajemen peningkatan mutu pendidikan

Kepustakaan

Yusuf, A Muri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang; UNP.

Yusuf, A. Muri. 2005. Evaluasi Pendidikan.

Padang: UNP Press.

Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta. Kencana.

Arifin, Zainal. 2011. Metodologi Penelitian.

Jakarata: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010 Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 1992. Kurikulum dan

Pembelajaran Cetakan Ketiga.

Jakarta: Bumi Aksara

Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:

Grafindo.

Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:

Grasindo.

Moehari Kardjono. 2008. Mempersiapkan Generasi Cerdas. Jakarta: Qisthi Pratama

Moh, Shochib. 2000. Pola Asuh Orang Tua.

Jakarta: Rineka Cipta.

..

Yusuf, A Muri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang; UNP.

Yusuf, A. Muri. 2005. Evaluasi Pendidikan.

Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

TCA20株が,カルシウムイオン(Ca2+)やマグネ シウムイオン(Mg2+)といった2価の陽イオンを利用 してべん毛を回転させる世界初のべん毛モーターをもつ ことが明らかとなった1.TCA20株が分離された温泉 水は,湧き出る温泉中のカルシウムイオン量が牛乳並に 多い(約1,740 mg/L)弱アルカリ性塩化物泉として知 られている.