• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "B. HASIL PENELITIAN "

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sesuai dengan judul yang diangkat “Impelementasi Pencegahan Pencemaran Lingkungan Laut Oleh Zat Berbahaya Menurut MARPOL ANNEX II Diatas Kapal SV. MARVELA 18’’ maka sebagai deskripsi data, akan dijelaskan tentang keadaan sebenarnya yang terjadi di kapal.

Dengan deskripsi ini mengharapkan agar pembaca dapat merasakan semua hal yang terjadi selama penulis melaksanakan penelitian. Berikut akan diuraikan mengenai data-data kapal dan awak kapal tempat penulis mengadakan penelitian.

Gambar 4.1 SV. MARVELA 18

Sumber: Dokumen Pribadi

(2)

PT. Sowohi Kentiti Jaya SV. MARVELA 18

Ship Particulars

PRINCIPAL PRATICULARS

- VESSEL NAME : SV. MARVELA 18 - G R T / N T : 655 GT / 197 NT

- BREADTH : 12.20 M

- DEPTH : 4.51 M

- SPEED : 10 KNOT

- BOLLARD PULL : 36.2 TON - IMO NUMBER / MMSI 525010293 - VESSEL TYPE : SUPPLY VESSEL

- YEAR BUILT 2004

- FLAG STATE : INDONESIA - CALL SIGN : J Z W X

- CLASS : B K I

- PORT OF REGISTRY : SEMARANG ACCOMODATION

- CREW CABINS : 16 PERSONS - PASSENGER CAPACITY : 40 PERSONS LIFE SAVING EQUIPMENT

- RESCUE BOAT : 1 UNIT @ 6 PERSON - INFLATABLE LIFE RAFT : 6 UNIT @ 25 PERSON - LIFE JACKET : 80 PCS

- LIFE SAVING APPLIANCE : LSA FOR 60 PERSON - CO2 SYSTEM : COVER ENGINE ROOM MACHINERY / PROPULSION

- MAIN ENGINE : 2 x 1500 HP @ 650 RPM YANMAR ENGINE - REDUCTION GEAR : 2 x YANMAR GEAR BOX

- PROPELLER : 2 x FIXED PITCH TYPE KORT NOZZLE - BOW THRUSTER : 5,1 TON THRUSTER

- MAIN GENERATOR : 2 x YANMAR 240 BHP – 160 KW / 50 HZ - EMERGENCY GEN. : 1 x YANMAR 240 BHP – 160 KW / 50 HZ CARGO CAPACITY

- CLEAR DECK AREA : 228 M2 - FUEL OIL : 380 M3 - PORTABLE WATER : 200 M3 - DISPERSANT TANK : 5000 LITER - FOAM TANK : 5000 LITER - DECK CARGO CAPACITY : 200 TONS CARGO PUMPING

- FUEL OIL : 5O M3/HR @ 40 M HEAD - FRESH WATER : 50 M3/HR @ 40 M HEAD DECK MACHINERY

- CRANE : SEKIHARA 3 TONNES @ 12 M OUTREACH - TUGGER WINCH : 5 TONNES ELECTRIC 300 M WIRE 24 MM - CAPSTAN : 1 x 5 TONNES VERTICAL ELECTRIC

- STERN ROLLER : 4.6 M LENGTH x 1.5 M SWL 100 TON - ANCHOR & CABLE : 2 x 690, 32 MM WITH 8 SHACLE (P/S)

(3)

NAVIGATION EQUIPMENT

- RADAR : JRC JMA 3210

- ECHOSOUNDER : 1 UNIT - AUTOPILOT : 1 UNIT

- NAVTEX : 1 UNIT

- GYRO COMPASS : 1 UNIT - MAGNETIC COMPASS : 1 UNIT

- GPS NAVIGATOR : GPS RS5700 SHIPMATE - INMARSAT C : 456310440 / 456310450

- EPIRB : 1 UNIT

- VHF : 1 UNIT

- RADAR TRANSPONDER : 1 UNIT FIRE FIGHTING & ANTI POLLUTION - FIFI CLASS : HALF FIFI

- FIFI PUMP : 1200 M3/HR AT 100 M HEAD

- FIRE MONITOR : 2 x MONITOR CAP 600 M3/HR @ 100 M HEAD - SEWAGE : HAMWORTHY KSE LTD. ST 0/1 A

- SPRAY BOOM : 2 UNITS (P/S) LENGTH 5 METERS

Diatas kapal SV. MARVELA 18 memiliki 20 awak kapal termasuk juga Nakhoda. Awak kapal terdiri dari 4 Deck Officer termasuk Nakhoda, 4 orang Enginer termasuk KKM, 4 Juru Mudi, 1 Oiler, 2 Koki,1 Mess Boy, 2 Deck Cadet dan 2 Engine Cadet.

NO. NAMA JABATAN

1. HADI SUJATMIKO MASTER

2. ERY HARIYANTO 2nd MASTER 3. HADI PURWANTO CHIEF OFFICER 4. FITRI ABDILLAH 2nd OFFICER 5. SYAIFUDDIN CHIEF ENGINER

6. HANSORI CHIEF ENGINER

7. FAJAR NORCA T 2nd ENGINER

8. ALI USMAN 3rd ENGINER

9. JAKA HENDRO OILER

10. JABARUDDIN AB

11. IRWAN AB

12. HASAN AB

13. HERU P AB

14. JIMMY COOK

15. PRAYITNO COOK

16. GALIH P CADET DECK/MESSBOY 17. M. RIFALDO R. CADET DECK

18. MIRZAQUR R CADET ENGINE

19. NOVA HENDRA A CADET ENGINE

(4)

SV. MARVELA 18 mempunyai trayek atau route yang tetap karena sedang beroperasi dibawah carter Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java ( PHE ONWJ), dimana route yang ditempuh telah terjadwal dan tetap yaitu di area PHE ONWJ. Jika ada perubahan route itu karena adanya kebijaksanaan dari kantor pusat.

B. HASIL PENELITIAN

1. Pengumpulan Data Observasi (Pengamatan)

Berdasarkan hasil dari pengamatan yang penulis dapat di atas kapal, maka penulis dapat mengkaji beberapa temuan penelitian yang behubungan pencegahan pencemaran laut karena zat cair berbahaya (noxious liquid susbtances) sesuai dengan MARPOL ANNEX II diatas SV. MARVELA 18 pada saat melakukan kegiatan dan pekerjaan yang berhubungan dengan bahan-bahan atau zat cair yang mengandung kimia yang digunakan untuk pekerjaan pengeboran lepas pantai pada saat berada diatas kapal.

Dibawah ini merupakan hasil observasi dan pembahasan wawancara yang dilakukan di kapal SV. MARVELA 18 tentang pencegahan pencemaran laut karena zat cair berbahaya (noxious liquid substance) menurut MARPOL ANNEX II selama taruna melaksanakan praktek berlayar adalah sebagai berikut :

a. Muatan yang mengandung bahan atau zat cair kimia bebahaya (noxious liquid substance in bulk.

Sesuai dengan pengamatan taruna saat melaksanakan PRALA, SV.

MARVELA 18 selalu memuat barang – barang yang diperlukan

(5)

untuk suatu Platform, Station dan RIG. Seperti sebuah tangki yang berisi Nitrogen Liquid, Acid Liquid, IBC TANK yang berisi bahan – bahan kimia berbahaya dan lain – lain.

Gambar 4.2 Offshore Acid Tank

. Sumber: Dokumen Sendiri

Gambar 4.3 Nitrogen Tank dan Chemical Drum

Sumber: Dokumen Sendiri

Untuk melaksanakan pekerjaan pengeboran minyak dan gas di PHE ONWJ ada sebuah muatan atau alat yang mengandung bahan kimia berbahaya yang diletakkan pada sebuah tank, yaitu acid

(6)

chemical tank dan nitrogen liquid tank. Nitrogen liquid adalah nitrogen yang berada dalam keadaan cair pada suhu yang sangat rendah. Ia berupa cairan jernih tak berwarna. Nitrogen jenis ini merupakan cairan cryogenic untuk mempercepat pembekuan dan dapat menyebabkan radang dingin (frosbite) setelah kontak dengan jaringan hidup. Acid tank adalah suatu tangki yang berisi cairan Nitric Acid, bahan kimia ini disebut juga sebagai Asam Nitrat (HNO3) merupakan sejenis cairan korosif yang tak berwarna, dan merupakan asam beracun yang dapat menyebabkan luka bakar. Saat berada dikapal, muatan ini selalu dicek kualitas dan kelayakan supaya tidak terjadi hal – hal yang berbahaya seperti kebocoran cairan dari muatan tersebut.

Gambar 4.4 IBC Tank

Sumber: Dokumen Sendiri

IBC tank merupakan singkatan dari Intermediate Bulk Container, Pengertian IBC tank container adalah suatu wadah yang digunakan sebagai alat transportasi dan bisa juga digunakan untuk

(7)

menyimpan muatan cair seperti minyak pelumas, chemical liquid, formic acid hingga bahan kimia yang berbahaya. Secara umumnya benda ini digunakan untuk menampung barang berbentuk cair.

Saat berada diatas kapal, pengemasan zat cair beracun didalam IBC Tank benar-benar diperhatikan agar tidak terjadi kebocoran dan tumpah ke laut. Oleh karena itu para crew kapal selalu memperhatikan muatan baik ketika masih berada di pelabuhan atau saat berada di laut.

. Saat proses pemuatan, hal yang pertama dilakukan adalah melakukan pengecekan muatan dengan Chief Officer, apakah muatan tersebut aman untuk di muat dikapal atau tidak. Setelah itu, Chief melapor kepada Master untuk menyiapkan dokumen-dokumen seperti manifest cargo dan sertifikat – sertifikat yang dibutuhkan.

Nakhoda atau agen yang kapalnya akan memuat atau membongkar zat yang berbahaya harus memberi tahukan kepada Syahbandar 24 jam sebelum kegiatan.

Gambar 4.5 Cargo Manifest

Sumber: Dokumen Sendiri

(8)

Gambar 4.6 Pengecekan Dokumen

Sumber: Dokumen Sendiri

Pengecekan dokumen harus wajib dilakukan setelah melakukan proses bongkar muat suatu muatan yang mengandung noxious liquid substance. Contohnya adalah sertifikat yang bernama Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran dari kapal (National Pollution Prevention Certificate).

Gambar 4.7 Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran Dari Kapal

Sumber: Dokumen Sendiri

(9)

Setelah proses pengecekan dokumen berjalan dengan lancar, kapal akan diperbolehkan berlayar. Sebelum berlayar, muatan harus di lashing agar tidak terjadi pergeseran atau jatuh yang dapat mengakibatkan tumpahnya bahan – bahan cair berbahaya ke laut.

Gambar 4.8 Muatan Ketika Berlayar

Sumber: Dokumen Sendiri

b. Tank Cleaning.

Tank Cleaning adalah kegiatan pembersihan dan pencucian tangki kapal terhadap sisa – sisa muatan sebelumnya mencakup pembersihan dan pemeriksaan peralatan pompa, koil pemanas, pipa muatan, kran, pipa peranginan dan mesin bantu. Sesuai dengan pengamatan taruna waktu praktek berlayar, pelaksanaan pembersihan tangki dilaksanakan setiap 1 bulan sekali dan dilakukan pada saat kapal berlabuh jangkar / tidak sedang berlayar.

Pada saat pelaksaan pembersihan tangki air tawar, alat dan bahan yang digunakan adalah:

(10)

1) PPE yang dibutuhkan

2) Ember, tali, gayung, lampu / senter dan majun

3) Peralatan SOPEP dan pertolongan pertama siap pakai 4) Breathing Apparatus

5) Pompa penyedot air 6) Air bersih

7) Detergent 8) Porstek

9) Methanol murni (untuk menghilangkan bau)

Setelah pelaksaan pembersihan selesai, tangki harus melaksanakan pembilasan, kegiatan ini dilakukan sampai seluruh bagian tangki telah dibilas dengan air tawar. Setelah itu melakukan pengeringan menggunakan majun. Ketika pelaksanaan pencucian tangki telah dilaksanakan, kegiatan tersebut menghasilkan air yang telah tercampur oleh porstek, detergen dan sedikit methanol. Penulis memperhatikan jika air pembuangan sisa pencucian tangki tersebut langsung dibuang ke laut, padahal kapal sedang berada dipelabuhan dan sudah dijelaskan sesuai dengan peraturan MARPOL ANNEX II, yaitu “Pembuangan zat-zat cair beracun tidak diperkenankan dalam batas 12 mil dari daratan terdekat”.

(11)

Gambar 4.9 Kegiatan Tank Cleaning

Sumber: Dokumen Pribadi Gambar 4.10 Kegiatan Tank Cleaning

Sumber: Dokumen Pribadi 2. Pengumpulan Data Wawancara

Dalam pengumpulan data wawancara ini yang menjadi responden adalah Master, Chief Officer dan 2nd Officer. Penulis melakukan penelitian ini selain menggunakan pengambilan data secara observasi, juga mengambil data dengan bertanya langsung kepada Perwira Kapal

(12)

SV. MARVELA 18 mengenai penerapan MARPOL ANNEX II diatas kapal.

Wawancara dengan Perwira dilaksanakan pada tanggal 03 Juni 2020 pada saat kapal sedang sandar di Jetty Alfa Marunda. Dari hasil wawancara tersebut penulis dijelaskan beberapa penjelasan mengenai pencegahan pencemaran laut oleh zat cair kimia berbahaya menurut MAPOL ANNEX 2. (Hasil wawancara dapat dilihat pada Lampiran)

3. Analisis Data

Dari hasil data yang penulis kumpulkan selama praktek laut bisa disimpulkan bahwa penerapan MARPOL Annex II tentang pencegahan pencemaran laut karena zat cair berbahaya di atas kapal masih belum maksimal. Pengumpulan data yang penulis lakukan di atas kapal menggunakan beberapa cara yaitu dengan cara melihat objek penelitian yang ada di atas kapal secara langsung, membaca data-data objek penelitian yang terdapat pada kapal, serta melakukan wawancara kepada perwira jaga di tempat penulis melaksanakan praktek.

Berikut analisa data yang peneliti dapat terhadap permasalahan yang ada:

a. Kurang maksimalnya officer dan enginer dalam pengawasan pembuangan limbah kapal khususnya yang mengandung zat cair berbahaya pada saat di laut.

b. Para ABK kapal kurang mengerti bahayanya membuang sisa – sisa pencucian tangki yang mengandung bahan kimia ke laut.

(13)

c. Kurangnya komunikasi pekerjaan yang berhubungan dengan pembuangan limbah kapal antara perwira dek dan perwira mesin.

d. Kurangnya pengetahuan dan bahayanya membuang limbah yang mengandung zat kimia berbahaya ke laut.

e. Mualim jarang memberikan pengarahan kepada ABK tentang pembuangan limbah ke laut.

B.

PEMBAHASAN

Dari analisa data tersebut, maka penulis akan membahas rumusan masalah yang yang telah dituliskan pada bab sebelumnya. Penulis akan membahas tentang bagaimana cara pencegahan pencemaran laut karena zat kimia berbahaya menurut MARPOL Annex II.

1. Penerapan MARPOL ANNEX II dalam pencegahan pencemaran lingkungan laut oleh zat cair berbahaya.

Untuk melakukan pengangkutan muatan yang mengandung zat cair berbahaya dan membuang limbah yang mengandung zat cair beracun / noxious liquid substances di perairan Indonesia terdapat berbagai persyaratan yang harus dilaksanakan, berikut ini pelaksanaan dan penerapan MARPOL ANNEX II dalam pencegahan pencemaran lingungan laut oleh zat cair berbahaya diatas kapal:

a. Pembatasan terhadap tempat tempat pembuangan dan prosedur untuk pencucian tangki serta persyaratan persyaratan untuk hasil pencucian dapat di buang ke fasilitas - fasilitas penampungan (reception facilities).

(14)

b. Pembuangan zat-zat cair beracun tidak diperkenankan dalam batas 12 mil dari daratan terdekat.

c. Laut Baltic dan laut hitam sebagai daerah daerah khusus.

d. Persyaratan persyaratan label, tempat penyimpanan dan standard - standard lainnya untuk pengepakan serta penanganan zat zat berbahaya terbungkus.

Sebelum upaya penanggulangan tumpahan bahan kimia di laut dilakukan, maka tindakan pertama yang diambil adalah melakukan pemantauan terhadap tumpahan yang terjadi guna mengetahui secara pasti jumlah yang lepas ke lautan serta kondisi tumpahan, misalnya terbentuknya emulsi dan sebagainya. Ada dua jenis upaya yang dilakukan yaitu dengan pengamatan secara visual dan penginderaan jauh (remote sensing). Keterbatasan pada masing-masing teknik tersebut juga menjadi dasar sering kali digunakan kombinasi beberapa teknik dari kedua upaya tersebut.

Terdapat pengawasan pembuangan operasional zat cair beracun dan membatasi sekecil mungkin terjadinya pencemaran laut. Berikut ini adalah jenis buangan yang mengandung zat cair beracun, yaitu:

a. Accidental discharge: Tumpahan muatan akibat kerusakan muatan atau muatan yang melimpah keluar kapal.

b. Operational discharge: Pembuangan sebagai hasil pencucian tangki muatan dan pipa saluran pembuangan tolak bara atau residu lainnya serta bilga dari ruang pompa muatan.

(15)

2. Pelaksanaan penerapan MARPOL ANNEX II dalam pencegahan pencemaran lingkungan laut oleh zat cair berbahaya diatas kapal SV.

MARVELA 18.

Dalam melakanakan tugas, ada beberapa tahapan yaitu persiapan dan pelaksanaan kerja saat berada diatas kapal. Dari setiap tahapan untuk melaksanakan pencegahan pencemaran laut, setiap crew kapal harus mengetahui prosedur yang benar. Berikut ini merupakan penerapan MARPOL ANNEX II yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran laut saat berada diatas kapal SV. MARVELA 18:

a. Mengadakan briefing ulang kepada crew kapal.

Sebelum pelaksanakan pekerjaan, para perwira kapal wajib mengingatkan para crew kapal agar selalu melakukan mengecekan ulang terhadap limbah setelah melakukan pekerjaan. Ketika kapal membawa muatan yang mengandung zat cair beracun, nakhoda harus menjamin bahwa semua ketentuan - ketentuan telah dipenuhi dan Cargo Record Book diisi sesuai ketentuan.

b. Meningkatkan pengawasan terhadap limbah kapal sedetail mungkin.

Setiap pekerjaan dikapal seperti pencucian kapal pasti akan menghasilkan suatu limbah, seperti air sabun dan air porstek. Oleh karena itu perwira kapal harus selalu mengecek keadaan setelah pekerjaan itu telah selesai dan menjelasakan batas- batas terhadap tempat tempat pembuangan dan prosedur untuk pencucian tangki serta persyaratan persyaratan untuk hasil pencucian dapat di buang ke fasilitas penampungan (reception facilities)

(16)

c. Saling mengingatkan sesama crew kapal.

Setiap crew kapal wajib saling mengingatkan jika ada salah satu crew apapun itu jabatannya secara tiba-tiba membuang sebuah limbah ke laut dengan cara menegur dan mengingatkannya apa bahaya dan dampaknya terhadap kondisi laut. Para perwira kapal juga harus mengingatkan dan memberi pengetahuan kepada semua crew kapal tentang pembuangan zat zat cair beracun tidak diperkenankan dalam batas 12 mil dari daratan terdekat.

(17)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di kapal SV. MARVELA 18 mengenai pencegahan pencemaran laut diatas kapal menurut MARPOL ANNEX II yang dapat merusak ekosistem laut, maka penulis memperoleh suatu kesimpulan bahwa ketika sedang berada diatas kapal, hampir seluruh crew melakukan tugas dengan pekerjaan dengan baik. Tetapi, terkadang juga ada beberapa crew yang tidak menggunakan PPE lengkap dan membuang air kotoran bekas pencucian tangki air tawar (air campuran sabun dan porstek) langsung ke laut ketika kapal sandar di pelabuhan. Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa crew kapal masih kurang dalam mencegah pencemaran laut.

Tindakan yang harus dilakukan adalah mengetahui hukum dan peraturan yang mengatur pembuangan limbah dilaut.

2. Pelaksanaan pencegahan pencemaran laut sesuai dengan MARPOL ANNEX II pada kapal SV. MARVELA 18 sudah diterapkan dan dilakukan oleh seluruh crew sesuai dengan prosedur yang ada.

B. SARAN

Bersadarkan kesimpulan di sub bab sebelumnya maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai langkah awal adalah memaksimalkan pengawasan setiap pekerjaan dan pengecekan limbah kapal setelah pekerjaan atau kegiatan tersebut selesai. Saran-saran dari penulis

(18)

sehubungan dengan upaya pencegahan pencemaran laut oleh zat kimia berbahaya adalah sebagai berikut:

1. Prosedur pembuangan limbah yang sudah ditetapkan harus dilaksanakan dengan baik dan meminimalkan setiap pencemaran laut yang sering terjadi ketika berada diatas kapal.

2. Para perwira kapal melakukan penekanan terhadap crew kapal agar penjelasan dalam standart operational kerja benar-benar dipahami dengan baik.

3. Para perwira kapal wajib menjelaskan bagaimana cara pengelompokkan limbah kapal dan apa saja yang harus dilakukan.

4. Semua upaya yang akan dilakukan akan tercapai optimal apabila adanya kesadaran dari seluruh crew kapal dan kemauan untuk menjadi lebih baik lagi sebagai crew kapal yang professional.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan teknik pengumpulan data di atas, maka penulis akan melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara dan observasi secara langsung dengan beberapa

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan beberapa algoritma yaitu diantaranya algoritma Naïve Bayes Classifier dan Support Vector Machine dengan menggunakan boosting