• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 revisi OSP2 Pendahuluan

N/A
N/A
Elisanta Soetarjono

Academic year: 2023

Membagikan "BAB 1 revisi OSP2 Pendahuluan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Gambaran Umum Program KOTAKU

Kebijakan National Slum Upgrading Program - Kota Tanpa Kumuh (NSUP-KOTAKU) merupakan bagian dalam penanganan kumuh di Indonesia. Penanganan kumuh ini merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 Ayat 1 yang menyatakan “Setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Upaya pencegahan dan peningkatan kualitas, terdapat berbagai substansi meliputi: pengawasan dan pengendalian serta pemberdayaan masyarakat, perencanaan, pelaksanaan peningkatan kualitas, serta pengelolaan yang harus dirumuskan dalam suatu lingkup pengaturan. Kemudian dalam pasal 98 ayat 3 juga telah dirumuskan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan lokasi dilaksanakan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dirumuskan karakteristik perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang diatur secara operasional melalui Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 02 tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, kemudian Permen PUPR Nomor 02 tahun 2016 ini diubah dan disempurnakan menjadi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2018 tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh sebagai berikut, yaitu :

1. Merupakan satuan entitas perumahan dan permukiman.

2. Kondisi bangunan tidak memenuhi syarat, tidak teratur dan memiliki kepadatan tinggi.

3. Kondisi sarana dan prasarana tidak memenuhi syarat (batasan sarana dan prasarana ditetapkan dalam lingkup kecipta karyaan), yaitu :

a. Jalan Lingkungan, b. Drainase Lingkungan,

c. Penyediaan Air Bersih/Minum, d. Pengelolaan Persampahan, e. Pengelolaan Air Limbah, f. Pengamanan Kebakaran.

1-1

BAB I

PENDAHULUAN

(2)

Karakteristik tersebut sedlanjutnya menjadi dasar perumusan kriteria dan indikator dalam proses identifikasi lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

Untuk merealisasikan tentang penanganan kumuh maka Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 02 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Periode 2015–2019 yang menegaskan tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen pada tahun 2019.

Khusus untuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Program Kota Tanpa Kumuh-National Slum Upgrading Program (KOTAKU-NSUP) ini difokuskan untuk menangani Gerakan 100-0-100, dengan maksud (1) 100% akses air minum, (2) 0% kawasan kumuh dan (3) 100% akses sanitasi yang layak sebagaimana tertuang di dalam RPJMN 2015-2019.

RPJM Nasional 2015-2019 menetapkan target-target pengembangan lingkungan dan pengurangan kemiskinan yaitu: (a) 100% akses ke air bersih bagi seluruh penduduk Indonesia; (b) Pengurangan kawasan kumuh kota hingga 0%; (c) Akses ke sanitasi yang layak bagi seluruh penduduk Indonesia meningkat hingga 100%.

(Ketiganya disebut Target 100-0-100); dan Tingkat kemiskinan menurun hingga sekitar 7,0 - 8,0% pada akhir 2019

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah mencanangkan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) sebagai salah satu program dalam pengentasan kawasan permukiman Kumuh, KOTAKU akan menjadi platform Kolaborasi penanganan kumuh dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan sebagai bentuk Kolaborasi. NSUP dibiayai oleh berbagai sumber dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sektor swasta, masyarakat, serta multi-donor seperti Bank Pembangunan Islam, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dll. Setiap multi pihak Badan akan bekerja dikoordinir dari Kabupaten/Kota yang dipilih bersama-sama dengan Pemerintah.

NSUP-KOTAKU langsung merespon RPJMN 2015-2019 dan telah dirancang dengan prinsip-prinsip untuk memberdayakan masyarakat dan memperkuat peran pemerintah daerah untuk percepatan gerakan '100-0-100' dan penanganan permukiman kumuh di daerah perkotaan, bersama-sama dengan peningkatan penghidupan yang berkelanjutan sampai 2021.

Mengingat bahwa pengentasan dan pencegahan permukiman kumuh secara efektif dan berkelanjutan tidak dapat dicapai melalui satu sektor bahkan program tunggal, NSUP-KOTAKU akan mempertahankan pendekatan pengembangan masyarakat yang berhasil dimanfaatkan dalam Proyek, sementara sekarang menggabungkan intervensi tingkat makro dari Kota atau Pemerintah Daerah sehingga sekarang ada multi-level dan multi-sektor program yang terkoordinasi untuk perbaikan daerah permukiman kumuh, misalnya, bersama dengan masyarakat, pekerjaan sipil dan kegiatan ekonomi, juga akan ada penyediaan akses air bersih tingkat Kota yang lebih besar, pengolahan air limbah dan sistem drainase, dll. Perencanaan Kota dan tata ruang juga akan memainkan peran penting dalam peningkatan kualitas dan pencegahan permukiman kumuh di masa depan.

(3)

Capaian penanganan kumuh sejak tahun 2015-2019 yaitu seluas 32.222 Hektar, sehingga yang belum ditangani seluas 6,209 Hektar, dari sisa ini yang menjadi target Kementerian PUPR sesuai dengan Permen PUPR Nomor 26 Tahun 2017 target penanganan kumuh periode 2020-2030 seluas 27.000 Hektar. Kemudian target 2020- 2024 seluas 10.000 Hektar dengan kriteria Skala Lingkungan yaitu:

1. Memiliki SK. kumuh 2. Lokasi Aspirasi DPR RI 3. Lokasi KSPN

4. Memiliki Perencanaan Skala Lingkungan

5. Kelurahan/Desa Bagian Penanganan Kumuh Kawasan

Untuk menangani target 10.000 Hektar, berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 18 Tahun 2020 Tentang RPJMN Periode 2020-2024. Target 10.000 hektar ini direncanakan ditangani selama 5 tahun dengan rincian sebagai berikut: (1) Tahun 2020 seluas 1.221 Hektar, (2). Tahun 2021 seluas 5.779 Hektar, (3). Tahun 2022 seluas 1.000 Hektar, (4) Tahun 2023 seluas 1.000 Hektar dan (5) Tahun 2024 seluas 1.000 Hektar.

1.2 Kedudukan dan Ruang Lingkup Penugasan OSP

1.2.1. Kedudukan Oversight Servise Provider ( OSP ) Package-2

Konsultan PT(Persero) SUCOFINDO, berdasarkan Kontrak Nomor: HK.02.03/OSP- 2/IBRD-AIIB/SATKER-PKPBM/13/2018 tanggal 18 Oktober 2018, untuk periode 18 oktober 2018 sampai dengan tanggal 17 Oktober 2021 mengemban tugas untuk memberikan Bantuan Teknis dan Jasa Konsultansi di wilayah Jawa tengah 2, Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Oversight Servise Provider (OSP) PACKAGE-2 kegiatan National Slum Upgrading Program – Kota Tanpa Kumuh (NSUP-KOTAKU).

Konsultan PT(Persero) SUCOFINDO melakukan kegiatan NSUP-KOTAKU dalam pelaksanaannya di wilayah OSP-2 memiliki sumber dana Asian Infrastruktur Investement Bank (AIIB) dengan Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai executing agency. Berdasarkan Loan NSUP Asian infrastructur Investement Bank (AIIB)

Tujuan program adalah meningkatkan akses infrastruktur dan pelayanan dasar di permukiman kumuh perkotaan untuk mendukung terwujudnya permukiman perkotaan yang layak huni, produktif dan berkelanjutan

Tujuan tersebut dicapai melalui:

1. Menurunnya luas Kawasan kumuh permukiman perkotaan;

2. Terbentuknya Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman (Pokja PKP) di tingkat provinsi dan kabupaten/ kota dalam penanganan permukiman

1-3

(4)

kumuh yang berfungsi baik, khususnya dengan dukungan kebijakan nasional terkait Pokja PKP.

3. Tersusunnya dan terintegrasinya rencana penanganan permukiman kumuh tingkat kabupaten/kota dan tingkat kelurahan/desa yang terintegrasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah/Daerah (RPJMN/D);

4. Penyediaan infrastruktur permukiman (air minum, sanitasi, jalan permukiman, drainase, persampahan dan lainnya), sebagai upaya meningkatkan akses infrastruktur bagi masyarakat di wilayah kumuh;

5. Meningkatnya jumlah masyarakat penerima manfaat dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap perbaikan akses infrastruktur dan pelayanan di wilayah kumuh;

6. Terselesaikannya Pengaduan terhadap pelaksanaan perbaikan akses infrastruktur dan pelayanan

1.2.2. Ruang Lingkup Penugasan OSP

Tujuan dan Lingkup Penugasan OSP akan lebih dititikberatkan pada kegiatan fasilitasi Baseline serta perencanaan tingkat masyarakat (RPLP) dan tingkat kota (RP2KPKP & rencana Kawasan) yang terintegrasi serta fasilitasi kegiatan pengurangan dan pencegahan kumuh di tingkat skala lingkungan serta kegiatan kolaborasi, sedangkan tujuan dan lingkup penugasan TMC adalah pada kegiatan infrastruktur permukiman skala Kawasan/kota berdasarkan RP2KPKP dan Rencana Kawasan yang telah difasilitasi OSP

Mempertimbangkan beberapa factor terkait antara lain; (a) Sebagian besar kegiatan KOTAKU telah dilaksanakan pada periode bridging ekstension OSP sebelumnya selama tahun 2017 hingga 2018, (b) Rencana pencapaian target KOTAKU periode tahun 2019 hingga tahun 2021 yang focus pada penyiapan kegiatan skala Kawasan dan kolaborasi, serta (c) Reorientasi Lingkup Pendampingan lingkup OSP mulai periode 2019 yang dititikberatkan pada penyiapan kegiatan skala Kawasan dan kolborasi, maka kebutuhan tenaga ahli OSP periode 2019-2021 hanya Tenaga Ahli yang terkait langsung dengan fasilitasi perencanaan, pengendalian kegiatan infrastruktur, pendampingan kegiatan kolaborasi serta pengendalian monitoring program yang dipimpin oleh Team Leader

Ruang lingkup pekerjaan OSP adalah sebagai berikut:

1. Memastikan pelaksanaan dan pencapaian tujuan program serta target KPI di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan kelurahan di dalam wiayah kerjanya.

a) Memberikan dukungan teknis dan fasilitasi kepada Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat dalam melaksanakan keseluruhan kegiatan KOTAKU untuk mencapai tujuan program dan target KPI;

b) Memfasilitasi sinkronisasi program KOTAKU dan program-program lain di tingkat kota dan kelurahan yang terkait dengan pencapaian target penanganan kawasan

(5)

c) Mengelola dan memantau kinerja tim Koordinator Kota dan tim fasilitator dalam pencapaian target KPI di wilayah kerjanya.

2. Melaksanakan dan mengendalikan kegiatan perencanaan kawasan permukiman di tingkat kabupaten/kota dan kelurahan, termasuk di antaranya kawasan permukiman kumuh:

a) Memfasilitasi, dan mengendalikan perencanaan kawasan permukiman di tingkat Kota/Kabupaten (RPJMD, RKP-KP/RP2KPKP dan Rencana Kawasan).

b) Memfasilitasi, dan mengendalikan perencanaan kawasan permukiman di tingkat kelurahan (Renstra Kelurahan, RPJM Desa, RPLP/RTPLP).

c) Memastikan, memfasilitasi, dan mengendalikan sinkonisasi perencanaan kawasan permukiman di tingkat kota dan kelurahan, dan dengan beragam rencana terkait di tingkat yang sama maupun tingkat di atasnya (provinsi, wilayah, nasional);

d) Memastikan strategi pencapaian target 100-0-100 tercantum dalam perencananaan kawasan permukiman di tingkat masyarakat dan tingkat kota.

3. Melaksanakan dan mengendalikan pembiayaan program dan kegiatan kolaborasi kelembagaan di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan kelurahan

a) Memfasilitasi sinkronisasi program dan pembiayaan kegiatan penanganan kumuh di tingkat kabupaten/kota dan kelurahan, termasuk memantau efektivitas pemanfaatan dana dan kegiatan dalam mencapai tujuan program b) Memberikan dukungan teknis dan fasilitasi kepada Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Kelompok Kerja (Pokja) PKPK Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melakukan perencanaan program dan pembiayaan di tingkat kabupaten/kota dan kelurahan, sesuai peraturan dan kebijakan terkait c) Mengawal dan memantau realisasi program dan pembiayaan untuk

penanganan kumuh di dalam rencana kerja dan anggaran Pemerintah Daerah d) Mendokumentasikan rencana dan realisasi kegiatan dan pembiayaan di tingkat

kabupaten/kota dan kelurahan, termasuk memastikan kelengkapan dan akurasi data, serta ketepatan waktu pembaruan data ke dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM) KOTAKU

4. Melaksanakan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas dan Komunikasi di tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota dan Kelurahan:

a) Melaksanakan dan mengendalikan pelatihan, sosialisasi, komunikasi massa, dan kegiatan berbagi pengetahuan;

b) Mendistribusi dan mendisemintasikan beragam panduan, Panduan Operasi Baku (POB), modul pelatihan, dan media sosialisasi untuk seluruh kegiatan dan materi di tingkat masyarakat dan kota/kabupaten di daerah yang menjadi tanggung jawab mereka;

1-5

(6)

c) Mengelola dan mengkoordinasi tim-tim Koordinator Kota untuk menjamin kualitas kinerja mereka dalam memfasilitasi seluruh rangkaian kegiatan di tingkat masyarakat dan kota/kabupaten di daerah yang menjadi tanggung jawab mereka

d) Mengelola kegiatan pengembangan kapasitas dan memberi dukungan teknis bagi masyarakat dan pemerintah daerah setempat untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam seluruh rangkaian kegiatan di tingkat masyarakat dan kota/kabupaten di daerah kerja mereka

5. Melaksanakan dan mengendalikan kegiatan infrastruktur dimtingkat kabupaten/kota dan kelurahan

a) Memastikan dan mengendalikan seluruh pengelolaan kegiatan infrastruktur di tingkat masyarakat dan kota/kabupaten sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan beragam pedoman KOTAKU, mulai dari perencanaan, pelaksanan sampai dengan keberlanjutan kegiatan infrastruktur. Pengelolaan termasuk pengadaan barang dan jasa, pengelolaan pelaksanaan investasi, pengamanan lingkungan dan pengamanan sosial, kegiatan sektoral sesuai kebutuhan (air, sanitasi, perumahan, jalan, drainase, limbah padat, dan sebagainya), dll

b) Memastikan dan mengendalikan seluruh pengelolaan kegiatan infrastruktur di tingkat masyarakat dan kota/kabupaten termasuk pengadaan barang dan jasa, pengelolaan pelaksanaan investasi, pengamanan lingkungan dan pengamanan sosial, kegiatan sektoral sesuai kebutuhan (air, sanitasi, perumahan, jalan, drainase, limbah padat, dan sebagainya), dll

c) Memastikan dan mengendalikan keamanan, keselamatan, kemanfaatan, dan efisiensi pengelolaan kegiatan infrastruktur di tingkat masyarakat dan kota/kabupaten, terutama dalam pencapaian target 100-0-100

d) Berkoordinasi dan berkomunikasi intensif dengan Konsultan Manajemen Teknik sebagai konsultan pengawas (atau disebut TMC)

i. Membantu TMC dalam data rona awal kawasan permukiman, termasuk di area mereka

ii. Mendukung dan membantu TMC dalam memantau, mengawasi, O&M, pela porandan sebagainya sesuai kebutuhan

iii. Mendukung dan membantu TMC dalam berkoordinasi dan berkomunikasi secara intensif dengan pemerintah daerah setempat, Pokja PKP, Koordinator kota, tim fasilitator dan pihak-pihak lain

iv. Berkoordinasi secara intensif dengan TMC terkait manajemen data dan MIS v. Mendukung dan membantu TMC untuk memastikan kelancaran investasi

pembiayaan blok atau pencairan investasi, pekerjaan sipil, dan O&M

(7)

vi. Mendukung dan membantu TMC dalam aspek-aspek atau kegiatan lai diarea mereka, agar sesuai dengan kebutuhan untuk membantu masyarakat dan pemerintah daerah setempat, secara tepat waktu, mulus, efektif dan efisien vii. Memastikan penggunaan dana investasi yang transparan,

bertanggungjawab, efektif dan efisien di area mereka sesuai maksud penggunaannya di area mereka

6. Melaksanakan dan mengendalikan kegiatan manajemen keuangan dan dukungan penghidupan berkelanjutan di tingkat kabupaten/kota dan kelurahan

a) Melaksanakan dan mengendalikan kegiatan manajemen keuangan dan dukungan penghidupan berkelanjutandi wilayah kerjanya, sesuai dengan pedoman teknis yang berlaku;

b) Memberikan bantuan teknis dan fasilitasi terhadap Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam penyusunan rencana dan laporan pertanggungjawaban keuangan program

c) Mengelola dan melaksanakan kegiatan pengembangan kapasitas terkait manajemen keuangan dan dukungan penghidupan berkelanjutan

d) Memantau dan melakukan kendali mutu atas pengelolaan keuangan program KOTAKU yang dikelola Pemerintah Daerah dan masyarakat, serta mengusulkan perbaikan sebagaimana diperlukan

e) Mendokumentasikan dan melaporkan data-data keuangan program KOTAKU yang dikelola Pemerintah Daerah dan masyarakat, termasuk memastikan akurasi data dan ketepatan waktu penyerahan data berbasis Sistem Informasi Manajemen (SIM)

7. Melakukan pemantauan dan pengendalian program (monitoring) di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan kelurahan, termasuk pelaksanaan uji petik, pengelolaan data dalam MIS/GIS dan pelaporan:

a) Memberikan bantuan teknis kepada Pemerintah Daerah untuk membangun dan memelihara struktur pemantauan dan pengendalian (monitoring) program, serta melakuan pembaruan data secara berkala;

b) Melaksanakan pemantauan dan pengendalian pelaksanaan program di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan kelurahan yang menjadi tanggung jawabnya, sesuai dengan Jadwal Kerja (Master Schedule) yang telah ditetapkan PMU/PIU;

c) Mengelola dan memastikan konsistensi data dalam sistem informasi program (MIS/GIS) di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan kelurahan di wilayah kerjanya;

d) Melakukan dan memastikan terlaksananya kegiatan uji petik secara berkala (triwulanan) sesuai pedoman yang berlaku, menjamin kelengkapan dan akurasi data, dan ketepatan waktu penyerahan laporan uji petik

e) Memastikan pendokumentasian, kelengkapan dan akurasi data MIS/GIS secara berkala (bulanan, triwulanan, tahunan) di dalam situs program

1-7

(8)

f) Menampilkan hasil status cepat (quick status) kemajuan kegiatan secara berkala dalam situs program

g) Mengelola pengaduan dan memantau penyelesaian pengaduan masyarakat sesuai prosedur yang ditetapkan dalam pedoman program dan kebijakan yang berlaku

h) Mengelola dan menanggapi masukan-masukan dari pihak-pihak pemangku kepentingan yang terkait dengan perbaikan program, termasuk audit keuangan dan pemantauan kualitas kegiatan

i) Menyusun dan menyerahkan laporan program secara rutin dan tepat waktu a) Mengelola kegiatan pengembangan kapasitas dan memberi dukungan teknis

bagi masyarakat dan pemerintah daerah setempat untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam seluruh rangkaian kegiatan di tingkat masyarakat dan kota/kabupaten di daerah kerja mereka;

8. Berkoordinasi dan berkomunikasi secara intensif dengan PMU/PIU, Satker/PPK Provinsi dalam melakukan administrasi proyek, seleksi dan rekrutmen, kontrak, penilaian kinerja dan pembayaran tenaga ahli, tim koordinator kota dan tim fasilitator secara berkala:

a) Melaksanakan seleksi dan rekrutmen tim koordinator kota dan tim fasilitator dan memastikan bahwa rekomendasi yang diajukan sesuai dengan panduan.

b) Memantau, mengevaluasi kinerja, menganalisis, dan rekomendasi penilaian kinerja konsultan, tim coordinator kota, dan tim fasilitator;

c) Mendiseminasi indikator evaluasi kinerja tim korkot dan tim fasilitator;

d) Memberi rekomendasi kepada Satker Provinsi dan PMU/PIU mengenai kinerja, penghargaan, promosi, sanksi dan sebagainya dalam sistem penghargaan dan sanksi bagi pelaku program KOTAKU

e) Memberi rekomendasi kepada Satker Provinsi untuk atau penundaan pemberian gaji dan/atau biaya tetap tim korkot dan tim fasilitator di area mereka;

f) Melaksanakan pemantauan, panduan dan bantuan teknis dalam penggunaan biaya tetap dan berkoordinasi secara intensif dengan Satker Provinsi

g) Membantu Satker Provinsi dalam administrasi kontrak dan pembayaran tim coordinator kota (Korkot), dan tim fasilitator di daerah masing-masing;

9. Berkoordinasi dan berkomunikasi intensif dengan PMU/PIU, Satker/PPK Provinsi dan/atau Satker/PPK Kota dalam mengelola pelaksanaan program di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan kelurahan

a) Mengelola implementasi KOTAKU, termasuk sosialisasi, bantuan teknis, pengembangan kapasitas, pencairan investasi, pemantauan, pengawasan, O&M, pelaporan dan sebagainya

(9)

b) Membantu pengaturan penarikan pencairan beragam jenis Bantuan Dana Investasi (BDI) tingkat kota dan tingkat masyarakat

c) Memastikan kendali mutu kegiatan dan memberikan bantuan teknis dalam penyiapan, pelaksanaan, dan keberlanjutan BDI tingkat masyarakat dan tingkat kota agar tepat waktu

d) Memastikan penggunaan BDI dan dana biaya tetap yang transparan, bertanggung jawab, efektif dan efisien agar sesuai tujuan penggunaannya

10. Memastikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan-kegiatan lanjutan atau tambahan, jika dibutuhkan sesuai dengan panduan

a) Memastikan sinkronisasi pelaksanaan beragam program lanjutan atau tambahan dengan KOTAKU;

b) Membantu menentukan kriteria seleksi lokasi program lanjutan atau

tambahan dan berkoordinasi dengan satker provinsi, pemerintah daerah, tim koordinator kota dan tim fasilitator dalam proses seleksi;

c) Mengelola dan mengkoordinasi program tambahan lain, dan sebagainya, tim di semua tingkat dan memastikan kualitas kinerja mereka, di area kerja mereka, secara teratur

11. Melaksanakan tugas-tugas lain sebagaimana ditetapkan oleh PMU dan/atau Satker

1.2.3. Ruang Lingkup Penugasan Tenaga Ahli OSP

Tenaga Ahli yang bertugas di OSP 2 Provinsi Jateng Selatan dan DIY terdiri dari OSP Team Leader, Provincial Team Leader, Urban Planner Specialist, Infrastructure Specialist, Finacing and Collaboration Specialist, Program Monitoring Specialist, MIS- GIS and Management Data Specialist, Training Specialist, Financial Management and Livelihoods Support Specialist, Communication Specialist, Additional Specialist for Advanced Program. Para Tenaga Ahli dibantu oleh personil Subprof sesuai dengan bidang dan unit kerja penugasan Tenaga Ahli.

1. OSP Team Leader

Memberikan bantuan teknis dan fasilitasi kepada PMU/PIU dalam memastikan pelaksanaan kegiatan dan pencapaian tujuan program sesuai pedoman yang berlaku.

Tugas utama Ketua Tim OSP adalah mengkoordinasikan dan memastikan tim-tim provinsi dalam wilayah kerjanya mampu melaksanakan program sesuai pedoman, rencana kerja dan standar kualitas yang ditetapkan. Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua Tim OSP wajib melakukan koordinasi dan komunikasi intensif dengan Pemerintah Daerah (melalui Pokja PKP) dan Konsultan Manajamen Pusat (KMP).

2. Provincial Team Leader

Memberikan bantuan teknis dan fasilitasi kepada PMU/PIU dalam memastikan pelaksanaan kegiatan dan pencapaian tujuan program sesuai pedoman yang berlaku.

1-9

(10)

Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua Tim wajib melakukan koordinasi dan komunikasi intensif dengan Pemerintah Daerah (melalui Pokja PKP) dan Konsultan Manajamen Pusat (KMP).

3. Urban Panner Spesialist

Spesialis Perencanaan Perkotaan bertanggung jawab membantu Ketua Tim dalam melaksanakan program. Dalam melaksanakan tugasnya, Spesialis Perencanaan Perkotaan memberikan bantuan teknis dan fasilitasi kepada Pemerintah Kabupaten/Kota (melalui Pokja PKP), tim Koordinator Kota dan tim fasilitator dalam wilayah kerjanya, serta berkoordinasi dengan KMP.

4. Program Financing and Institutional Collaboration Specialist

Spesialis Kelembagaan dan Kolaborasi bertanggung jawab mengkoordinir sub-sub Financial Management, Sub Trainning Spesialis, sub communicacion spesialis dan Sub Prof Livelihood Spesialist, Spesialis Kelembagaan dan Kolaborasi bertanggung jawab membantu Ketua Tim dalam melaksanakan program. Dalam melaksanakan tugasnya, Spesialis Kelembagaan dan Kolaborasi memberikan bantuan teknis dan fasilitasi kepada Pemerintah Kabupaten/Kota (melalui Pokja PKP), tim Koordinator Kota dan tim fasilitator dalam wilayah kerjanya, serta berkoordinasi dengan KMP, mengkoodinir bidang Manajemen Keuangan dan Dukungan Penghidupan memberikan bantuan teknis dan fasilitasi kepada Pemerintah Kabupaten/Kota (melalui Pokja PKP), tim Koordinator Kota dan tim fasilitator dalam wilayah kerjanya, mengkoordinir kegiatan penguatan kapasitas ( baik level Propinsi, Kabupaten/kota dan kelurahan/desa).

5.Infrastructure Specialist

Spesialis Infrastruktur bertanggung jawab membantu Ketua Tim dalam melaksanakan program. Dalam melaksanakan tugasnya, Spesialis Infrastruktur memberikan bantuan teknis dan fasilitasi kepada Pemerintah Kabupaten/Kota (melalui Pokja PKP), tim Koordinator Kota dan tim fasilitator dalam wilayah kerjanya, serta berkoordinasi dengan KMP dan KMT. Dan dalam tugasnya Spesialis Infrastruktur dibantu oleh sub-Prof Water dan Sanitation Enginner, Sub Prof Safeguard Enviroment, Sub-Prof MIS-GIS dan Management Data, Subprof Safeguard Sosial.

6. Program Monitoring Specialist

Spesialis Pemantauan Program bertanggung jawab membantu Ketua Tim dalam melaksanakan program. Dalam melaksanakan tugasnya, Spesialis Pemantauan Program memberikan bantuan teknis dan fasilitasi kepada Pemerintah Kabupaten/Kota (melalui Pokja PKP), tim Koordinator Kota dan tim fasilitator dalam wilayah kerjanya, serta berkoordinasi dengan KMP. Dalam melaksanakan tugas dilingkupnya, maka bidang ini membawahi dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan capaian pada bidang Management Data Spesialist, Sub-Praf for CHU, Sub Prof Human Resources Management dan Administration, Sub-Prof Financial (include SP2D online)

(11)

1.3 Indikator Kinerja Program KOTAKU

Pencapaian tujuan program dan tujuan antara diukur dengan merumuskan indikator kinerja keberhasilan (Key Performance Indicator/KPI) dan target capaian program yang akan berkontribusi terhadap tercapainya sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yaitu pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen.

Tujuan Pengembangan Proyek

Keseluruhan tujuan pengembangan proyek adalah meningkatkan akses terhadap infrastruktur dan pelayanan di lokasi target permukiman kumuh perkotaan di Indonesia

KOTAKU merupakan respon langsung terhadap RPJMN 2015-2019 dan dirancang untuk mempertahankan prinsip-prinsip yang dikedepankan dalam upaya memperkuat peran pemerintah daerah dan memberdayakan masyarakat untuk percepatan gerakan 100-0-100' dan pengurangan kawasan kumuh di daerah perkotaan, beserta Penghidupan berkelanjutan untuk periode 2017-2020.

Ruang lingkup KOTAKU terdiri dari kegiatan pengurangan kawasan kumu dan pencegahan kawasan kumuh yang didukung oleh kegiatan berkelanjutan di kedua bidang tersebut.

Komponen 1: Pengembangan Kelembagaan dan Kebijakan. Komponen ini akan mendukung penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas kementrian/lembaga tingkat pusat (misalnya BAPPENAS, KEMENTERIAN PUPR) yang bertanggungjawab atas pengelolaan KOTAKU.

Komponen 2: Integrasi Perencanaan dan Pengembangan Kapasitas Untuk Pemerintah Daerah dan Masyarakat. Komponen ini akan mendanai biaya para tenaga ahli dan fasilitator masyarakat selama siklus proyek untuk mendukung pengembangan kapasitas pada pemerintah dan masyarakat

Komponen 3: Peningkatan Kualitas Infrastruktur dan Pelayanan Perkotaandi Kabupaten/Kota Terpilih: Komponen ini mencakup dua sub- komponen Perbaikan Infrastruktur Primer dan Sekunder dan Pengembangan Lokasi Serta Pembangunan Infrastruktur Penghubung sebagaimana diidentifikasi dalam RKP- KP/RP2KPKP/SIAP di 50 kota terpilih dan Dukungan Peningkatan Infrastruktur Tersier dalam kelompok proyek di 154 kota berdasarkan pendekatan berbasis komunitas

Komponen 4: Dukungan Pelaksanaan dan Bantuan Teknis. Komponen ini akan memberikan bantuan teknis

Tabel 1.1. : Indikator Kinerja Tujuan Pengembangan Proyek

Keseluruhan tujuan pengembangan proyek adalah meningkatkan akses terhadap infrastruktur dan pelayanan di lokasi target permukiman Indonesia

No. INDIKATOR HASIL (PDO Indicators)

Nilai Kiomulatif

Titik Awal 2017 2018 2019

1-11

(12)

Indikator – OUTCOME (PENCAPAIAN TUJUAN

1 Masyarakat di kawasan kumuh yang mendapat perbaikan/peningkatan pembangunan infrastruktur (People provided with improved

infrastructure )

-- -- 2,900,000

2 Masyarakat yang mendapat perbaikan/peningkatan akses air bersih (People provided with “improved water sources) : Dipilah laki- perempuan

-- -- 240.000

3 Masyarakat yang mendapat perbaikan/peningkatan akses sanitasi layak

(People provided with “improved sanitation) : Dipilah laki-perempuan -- -- 360.000 4 Masyarakat yang mendapat perbaikan/peningkatan akses jalan

sepanjang waktu dalam radius 500 m (People provided with access to all-season roads within 500 meter range) : Dipilah laki-perempuan

-- -- 1,110,000

5 Masyarakat yang mendapat perbaikabn/peningjkatan pembangunan persampahan (People provided with regular solid waste collection) : Dipilah laki-perempuan

-- -- 450.000

6 Masyarakat yang mendapat perbaikan/peningkatan pembangunan draenase (People provided with “improved drainage) : Dipilah laki- perempuan

-- -- 1,080,000

7 Luas kawasan permukiman kumuh yang tertangani (Slum Area

Alleviated) -- -- 2,200

8 Persentase masyarakat yang tinggal dikawasan kumuh merasa puas terhadap kualitas dan pelayanan pembangunan infrastruktur perkotaan (Percentage of slum dweller who are satisfied with the quality of urban insfrastructure and services)

-- -- 60%

9 Persentase pengaduan masyarakat tertangani dan selesai (Percentage of

complaints resolved) -- -- 80%

10 Pokja PKP tingkat Kab/Kota dan Provinsi terbentuk dan berfungsi

(Establishment of functional Task Force for Slum Allevation at local level) -- 30% 60%

11 Jumlah penerima manfaat langsung program (Direct project

beneficiaries)- CORE -- -- 3,000,000 6,000,000

12 Jumlah penerima manfaat perempuan program (Female beneficiaries)-

CORE -- -- 1,500,000 3,000,000

Indikator HASIL

1. Komponen-1 : Pengembangan Kelembagaan dan Kebijakan (Institutional and Policy Development) 1.1 Pokja PKP tingkat nasional terbentuk dan berfungsi (Establishment of

functional Task Force for Slum Allevation at national level) -- -- Yes

1.2 Tersedianya database/Profil kawasan permukiman kumuh

(Establishment of slum inventory database/profiling) -- Yes --

2. Komponen-2 : Dukungan perencanaan terintegrasi and Penguatan kapasitas bagi pemda dan masyarakat (Integrated Planning Support and Capacity Building for Local Govermenment and Communities)

2.1 Persenatse pemda yang telah menyelesaikan dokumen SIAP/RP2KP-KP dan telah disyahkan oleh Bupati/Walikota (Percentage of Local Government that have completed Slum Improvement Action Plan (SIAPs) wich have approved by Bupati/Walikota)

-- 30% 60%

2.2 Persenatse kelurahan yang telah menyelesaikan dokumen RPLP dan telah dikonsolidasikan kedalam dokumen SIAP/RP2KP-KP (Percentage of kelurahan wich have Community Action Plan (CSPs) that have been consolidated with SIAPs/RP2KP-KP)

-- 50% 70%

3. Komponen-3 : Insfrastruktur Perkotaan dan pelayanan di Kota Prioritas (Urban infrastrutureand services in selected cities)

(13)

3.1 Jumlah kota yang telah menyelesaikan 80% pembangunan infrastruktur primer dan sekunder dan pelayanan yang terhubung dengan kawasan kumuh (Number of cities which have completed 80% of primary and secondary infrastructure works and services connected to slum areas)

-- -- 20 30

3.2 Jumlah kelurahan yang telah menyelesaikan 90% pembangunan infrastruktur tersier dan pelayanan di kawasan kumuh (Number of kelurahan that have completed 90% of tertiary infrastructure works and services implemented in slum areas)

-- 1,400 1,600 2.000

3.3 Persentase infrastruktur dan pelayanan yang dibangun berkualitas baik

(Percenmtage of good quality of infrastructure and services) -- -- 80%

3.4 Persentase infrastruktur yang dibangun berfungsi baik (Percenmtage of

infrastructure built that is fully fuctioning) -- -- --

4. Komponen-4 : Dukungan pelaksanaan dan Bantuan Teknis (Impelemtation support and Technical Assistance) 4.1 Persentase pemda yang memiliki struktur monitoring dan

mengembangkan sistem informasi pelaksanaan proyek secara teratur (Percentage of local govermenment that have a project monitoring structure and provide reguler information on project implementation)

-- 20% 30%

4.2 Persentase kelurahan yang telah melaksanakan audit keuangan tahunan

(Persentage of kelurahan with completed annualfinancial audits) -- 80% 80%

Kontribusi Target OSP Jawa Tengah dan OSP DIY

No

. INDIKATOR HASIL (PDO Indicators) Satuan KPI

1 Masyarakat di kawasan kumuh yang mendapat perbaikan/peningkatan pembangunan infrastruktur Orang 7,000,000

2 Masyarakat yang mendapat perbaikan/peningkatan akses air bersih Orang 560,000 3 Masyarakat yang mendapat perbaikan/peningkatan akses sanitasi layak Orang 800,000 4 Masyarakat yang mendapat perbaikan/peningkatan akses jalan sepanjang waktu dalam radius 500

m Orang 3,700,000

5 Masyarakat yang mendapat perbaikabn/peningjkatan pembangunan persampahan Orang 1,500,000

6 Masyarakat yang mendapat perbaikan/peningkatan pembangunan draenase Orang 2,320,000

7 Luas kawasan permukiman kumuh yang tertangani ha 12141.69

8 Persentase masyarakat yang tinggal dikawasan kumuh merasa puas terhadap kualitas dan pelayanan

pembangunan infrastruktur perkotaan % 80

9 Persentase pengaduan masyarakat tertangani dan selesai % 90

10 Pokja PKP tingkat Kab/Kota dan Provinsi terbentuk dan berfungsi % 90

11 Jumlah penerima manfaat langsung program Orang 7,200,000

12 Jumlah penerima manfaat perempuan program Orang 3,600,000

1-13

(14)

No INDIKATOR HASIL (PDO Indicators) Satuan KPI

1. Komponen-1 : Pengembangan Kelembagaan dan Kebijakan

1.1 Pokja PKP tingkat nasional terbentuk dan berfungsi Ya/Tdk

1.2 Tersedianya database/Profil kawasan permukiman kumuh Ya/Tdk update

2. Komponen-2 : Dukungan perencanaan terintegrasi and Penguatan kapasitas bagi pemda dan masyarakat

2.1 Persenatse pemda yang telah menyelesaikan dokumen SIAP/RP2KP-KP dan telah disyahkan oleh Bupati/Walikota % 90

2.2 Persenatse kelurahan yang telah menyelesaikan dokumen RPLP dan telah dikonsolidasikan kedalam dokumen SIAP/RP2KP-KP % 90 3. Komponen-3 : Insfrastruktur Perkotaan dan pelayanan di Kota Prioritas

3.1 Kota/Kab menyelesaikan pembangunan/Rehab infrastruktur primer/sekunder (Kota/Kab) Kota 30

3.2 Kel/Desa menyelesaikan pembangunan/Rehab infrastruktur tersier (Kel/Desa) kel 2500

3.3 Persentase infrastruktur dan pelayanan yang dibangun berkualitas baik % 90

3.4 Persentase infrastruktur yang dibangun berfungsi baik % 70

4. Komponen-4 : Dukungan pelaksanaan dan Bantuan Teknis

4.1 Persentase pemda yang memiliki struktur monitoring dan mengembangkan sistem informasi pelaksanaan proyek secara

teratur % 70

4.2 Persentase kelurahan yang telah melaksanakan audit keuangan tahunan % 90

1.4 Struktur Organisasi

1.4.1. Struktur Organisasi Program KOTAKU

KOTAKU mempunyai Unit Manajemen Proyek (PMU) di tingkat nasional, yang didukung oleh Unit Pelaksanaan Proyek (PIU)/Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (Satker) di tingkat Nasional, tingkat Propinsi dan tingkat Kota. PMU dan PIU di tingkat Nasional bertanggungjawab terutama atas pengelolaan, koordinasi dan pemantauan terhadap kegiatan-kegiatan proyek.

PMU dan PIU tersebut dibantu dan didukung dalam tugas mereka, dan pembentukan kapasitas oleh konsultan di berbagai tingkat administratif; tim Penasihat (Advisory), Konsultan Manajemen Pusat/Natio-nal Management Consultant (KMP/NMC) di tingkat Nasional, Konsultan Manajemen Wilayah/Oversight Service Provider (KMW/OSP) dan Konsultan Manajemen Teknik/Technical Management Consultant (KMT/TMC) di tingkat daerah dan provinsi yang keduanya akan menyediakan paket kursus pelatihan induk dan Koordinator Kota (Korkot) di tingkat Kota/Kabupaten. Fasilitator, yang bekerja dalam tim-tim kecil, akan bekerja langsung bersama-sama masyarakat di tingkat kelurahan/desa.

Struktur organisasi KOTAKU dapat dilihat pada Gambar berikut:

(15)

1.4.2. Struktur Organisasi Konsultan OSP

1.4.3. Struktur & Pola Koordinasi OSP dengan Konsultan Manajemen Teknik (TMC)

Hubungan OSP dengan TMC berkaitan dengan penyelesaian target penanganan kumuh melalui skema kegiatan skala kawasan. Dimana OSP dan TMC memiliki garis koordinasi dan di level Koordinator Kota, bersama TMC City Level, membantu PEMDA 1-15 Gambar 1.1 Struktur Organisasi Program KOTAKU

Gambar 1.2 Struktur Organisasi Konsultan KOTAKU

(16)

dalam penyiapan dokumen-dokumen pendukung kegiatan lelang skala kawasan.

Berikut struktur dan pola koordinasi OSP dan TMC.

Dalam hal hubungan koordinasi dan konsultasi antara OSP dengan TMC dalam penanganan Skala Kawasan seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.2: Tugas dan Peran Korkot, OSP, TMC dan NMC/KMP

Gambar 1.3 Pola Koordinasi OSP dengan Konsultan Manajemen Teknik

(17)

1.4.4. Pendampingan OSP

OSP dikontrak oleh PPK Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman 2, Satker Pengembangan Kawasan Permukiman Berbasis Masyarakat. OSP 2 Jateng_DIY bekerja di bawah arahan langsung PMU dan PIU. Untuk Melaksanakan lingkup pekerjaannya, Tim OSP terdiri dari sejumlah tenaga ahli yang masuk dalam administrasi Kontrak Manjemen dan pendukung di tingkat provinsi dengan komposisi sebagai berikut:

1.4.5. Pola Hubungan antara OSP dengan PPK PKP, Tim Korkot dan Tim Fasilitator

Untuk mencapai target-target yang sudah menjadi kesepakatan bersama antara Tim Pejabat Pembuat Komitmen Pengembangan Kawasan Permukiman, Tim Konsultan Manajemen Wilayah, Tim Koordinator Kota dan Tim Fasilitator Kelurahan telah dibangun pola hubungan kerja sebagai berikut:

1. Membangun Pola Mitra Kerja antara OSP dengan PPK Pengembangan Kawasan Permukiman

Mulai tahun 2020 DIPA Bantuan Pemerintah Untuk Masyarakat (BPM) berada di Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi, sedangkan pelaksananya berada di Pejabat Pembuat Komitmen Pengembangan Kawasan Permukiman, sehingga perlu dibangun pola kerjasama yang harmonis karena pada dasarnya OSP adalah kegiatannya membantu Kepala Balai Prasarana Permikiman Wilayah Jawa tengah dan Daerah istimewa yogyakarta

1-17

(18)

Supaya seluruh ke-giatan rekrutmen Fasili-tator tingkat Kabupaten /Kota, pencairan dan pemanfaatan, data E-mon yang meliputi Hari Orang Kerja, Tenaga Kerja dan Upah serta gaji maupun BOP Tim Fasilitator bisa berjalan sesuai dengan target, maka OSP harus mendukung seluruh proses yang dibutuhkan oleh Tim PPK Pengembangan Kawasan Permukiman.

Untuk menjamin keberlanjutan pelaksanaan tugas OSP di tingkat Kabupaten/Kota dengan sasaran meningkatkan kapasitas pemerintah daerah, kemitraan dan sinergi program, maka peran Korkot, Askot Bidang dan Askot Mandiri pada masing-masing Kabupaten/Kota sasaran menjadi sangat penting. Untuk itu diperlukan strategi rekrutmen, penempatan dan pengendalian oleh OSPProvinsi bersama-sama PPK PKP Provinsi.

2. Membangun Pola Mitra Kerja antara OSP dengan Tim Korkot dan Tim Faskel

Setelah Tim Koordinator Kota dan Tim Fasilitator Kelurahan direkrut oleh Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK), maka tugas Tim OSP Wilayah OSP-2 yaitu:

1) Untuk menjamin keberlanjutan pelaksanaan tugas OSP di tingkat Kabupaten/Kota maupun di tingkat Kelurahan/Desa dengan sasaran meningkatkan kinerja BKM/LKM Menuju Mandiri, maka peran tenaga Fasilitator Kelurahan sebagai “ujung tombak”

OSP pada masing-masing Kelurahan/Desa sasaran menjadi sangat penting dan diseleksi berdasarkan kinerja dan loyalitas. Pengadaan Fasilitator menggunakan tenaga eksisting dan rekrut calon faskel baru kemudian diseleksi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan serta mengacu pada KAK.

2) Pengendalian terhadap target proses pelaksanaan kegiatan masyarakat melalui RKTL mingguan dan bulanan yang mengacu pada RKTL OSP yang di-breakdown ke RKTL Korkot oleh masing-masing Tim Faskel.

3) Pengendalian oleh Korkot terhadap pelaksanaan koordinasi rutin antara Askot dengan masing-masing Tim Faskel sesuai dengan bidangnya setiap minggu melalui laporan mingguan QS Android.

4) Setiap siklus kegiatan dan atau setiap bulan Korkot dan Askot melakukan monitoring pada persiapan pelaksanaan, proses pelaksanaan dan pasca pelaksanaan kegiatan di masyarakat.

5) Memfasilitasi Tim Faskel melalui Korkot dan Askot untuk melakukan identifikasi terhadap BKM/LKM yang bermasalah dan membentuk tim khusus dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, sekaligus membuat jadwal penyelesaiannya.

6) Pengendalian terhadap substansi kegiatan mulai dari pelaksanaan kegiatan pemberdayaan sampai kepada pemanfaatan BPM yang mengacu pada PAD pada pelaporan aplikasi SIM mingguan.

7) Pengendalian secara koordinasi melalui pelaporan aplikasi SIM (QS setiap minggu).

8) Review/evaluasi capaian kegiatan yang dibahas dalam rapat KBIK di tingkat Korkot 9) Evaluasi kinerja Korkot setiap bulan dan rekomendasi hasil penilaian kinerja tiga

bulanan ke OSP Provinsi Untuk dilanjutkan ke PPK PKP Provinsi.

10) Menerangkan sanksi sesuai dengan ketentuan dalam “Kontrak Kerja”.

11) Koordinasi kerja Tim Faskel dengan masing-masing Askot sesuai dengan bidangnya dan hasil koordinasi kerja tersebut, Korkot merekomendasi ke Team Leader (TL).

12) Memberikan pelatihan-pelatihan tentang Substansi Program Kota Tanpa Kumuh kepada Tim Korkot dan Tim Fasilitator Kelurahan dengan tujuan agar kegiatan

(19)

Pedoman Program Kota Tanpa Kumuh, sehingga seluruh personil taat kepada kepatuhan berdasarkan ketentuan yang berlaku di Kota Tanpa Kumuh.

13) OSP melakukan pengendalian melalui Quick Status Android kemudian melakukan pengecekan kepada Tim Korkot, apabila terjadi ketidak sesuaian data antara KMW dengan Tim Korkot, maka OSP menyampaikan Early Warning Sistem (EWS) dengan tujuan supaya capaian real di lapangan sesuai dengan QS Android.

14) OSP melakukan pengendalian aliran data dari Tim Faskel kepada Tim Korkot sampai ke Tim OSP sesuai dengan jadwal waktu yang sudah disepakati, aliran data ini sangat penting untuk kebutuhan laporan ke PPK PKP guna kelengkapan input data E-mon di Balai Prasarana Pemukiman Wilayah, untuk Input Data SIM mulai dari OSP sampai ke Konsultan Manajemen Pusat.

15) OSP memiliki data yang sama dengan di PPK PKP yang terlihat di E-Mon dan di Sistem Informasi Manajemen (SIM) Kota Tanpa Kumuh.

3. Strategi Transformasi KMW menuju Organisasi Kolaboratif

Model Organisasi Kolaboratif di OSP-2 dapat menghasilkan lingkungan kerja yang saling mempercayai antara satu sama lain/masing-masing USK di internal dan yang saling memunculkan nilai-nilai kerja positif untuk keunggulan di OSP-2 yang kolaboratif, pimpinan lebih menonjol sebagai fungsi daripada sebagai struktur yang hierarkis.

Untuk menciptakan Tim Kolaboratif di OSP2/KMW melalui langkah yang harus dilakukan:

1) Menjelaskan dan memastikan bahwa tugas dan fungsi personil dan tim telah dipahami dengan baik.

2) Menjelaskan peran dan tanggung jawab masing-masing personil dan tim.

3) Membuat kesepakatan pelaksanaan melalui proses dialog yang egaliter.

4) Menciptakan aturan dasar dan etika kerja di OSP-2.

5) Mencari faktor penentu keunggulan dan keberhasilan di OSP-2.

6) Mengembangkan rencana tindakan secara bersama dan komprehensif.

7) Memulai pengembangan keterampilan kolaboratif dalam aktivitas rutin.

8) Membuat ukuran dan mengukur kemajuan masing-masing bidang/USK secara partisipatif.

Hal-hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam melakukan pertumbuhan ke arah organisasi yang kolaboratif, adalah menggeser fokus OSP/KMW lebih kepada pengembangan manusia personil dan tim sebagai inti dari proses pemberdayaan dan kolaborasi. Dengan lebih mengedepankan kepada aspek manusia terlebih dahulu dalam aktifitas keseharian organisasi dapat memberikan nilai positif dari personil atau tim bahwa keberadaan mereka diterima dan dihargai dengan baik oleh organisasi maupun pimpinan.

Penghargaan ini secara psikologis akan memberikan perasaan nyaman self assesment yang baik, perasaan puas pada gilirannya akan menimbulkan spirit, semangat berdialog dan berdiskusi mencari solusi pada masalah-masaslah yang sedang dihadapi, ataupun bersama-sama mencari alternatif-alternatif, inovasi baru dalam melakukan pekerjaan dengan kualitas yang tinggi.

Dengan self assesment yang tinggi, ditambah kemauan mencari alternatif solusi secara tidak langsung sedang terjadi proses pengendalian manajerial yang semula dilakukan secara langsung dan terbuka oleh pimpinan telah berubah menjadi pengendalian oleh diri sendiri.

Untuk memberikan pemahaman yang merata kepada semua pelaku sesuai peran dan fungsinya, maka pelatihan harus dilaksanakan secara berjenjang melalui:

1-19

(20)

1) Pelatihan bagi Tenaga Ahli, Pelatihan Pemda dan beberapa pelatihan inti bagi Fasilitator dilakukan oleh Tim Pelatih Nasional.

2) Pelatihan-pelatihan lain untuk Pemda dan Fasilitator dipandu oleh Tenaga Ahli dan Koordinator Kota.

3) Pelatihan di tingkat masyarakat dilakukan oleh Tim Koorkot dan Tim Fasilitator.

Salah satu sudut kegiatan BPM Reguler di kelurahan Pondok, Kabupate Sukoharjo, dimanfaatkan sebahai ruang untuk bertemu, berdiskusi dan bermain untuk anak-anak. Latar belakang adalah Kali mati yang dimanfaatkan

oleh warga untuk budidaya ikan keramba, direncanakan akan digunakan untuk wisata air

Referensi

Dokumen terkait

Menganalisis pengaruh Program Rencana Konservasi Tanah Desa terhadap penghidupan berkelanjutan masyarakat petani lahan ktiris di Desa Jetis Lor, Kecamatan

Setiap tahun Kelurahan Brontokusuman berusaha untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan melaksanakan kegiatan pembangunan sesuai dengan program kerja yang

1) Mendapatkan dukungan manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam melaksanakan Sistem Keamanan Manajemen Informasi

Perkebunan Nusantara IV Medan telah diterapkan dengan baik dengan melakukan penyusunan perencanaan yang matang dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan tingkat yang

(1) Penyusunan Pra Rancangan Awal RKPD tingkat Kelurahan dan Kecamatan, memuat hasil rembuk RW, arah kebijakan pembangunan kelurahan, dan program dan prioritas kelurahan

Seksi keuangan dan umum melaksanakan dan mengendalikan seluruh seluruh kegiatan operasional perusahaan dibidang keuangan dan umum dalam rangka pencapaian target

2) Kegiatan perekonomian untuk pengembangan penghidupan yang berkelanjutan di kabupaten/kota terpilih, sesuai yang telah diatur dalam Rencana Aksi Pusat Pengembangan

Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan kegiatan sistem penyelenggaraan makanan intitusi dan manajemen asuhan gizi klinik pada pasien Gizi Kurang Dengan