• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 sampai BAB 3 ARIS

N/A
N/A
agustina

Academic year: 2025

Membagikan "BAB 1 sampai BAB 3 ARIS"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telepon cerdas atau biasa disebut dengan (smartphone) adalah telepon genggam yang memiliki sistem operasi untuk masyarakat luas, fungsinya tidak hanya untuk SMS dan telepon saja tetapi pengguna dapat dengan bebas menambahkan aplikasi, menambah fungsi-fungsi atau mengubah sesuai keinginan pengguna. Smartphone merupakan salah satu alat komunikasi yang sering dipakai saat ini. Pemakainya mulai dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua.

Smartphone Oppo merupakan salah satu smartphone yang dipasarkan di Indonesia (Sriwahyuni & Telagawathi, 2021).

Ponsel pintar telah menjadi bagian penting dari kehidupan modern, memudahkan komunikasi jarak jauh dan menyediakan akses cepat ke berita dan informasi. Fitur kameranya memungkinkan pengguna untuk mengabadikan momen dengan mudah, sementara kemampuan hiburan dan GPS meningkatkan pengalaman perjalanan.

Selain itu, ponsel pintar memungkinkan akses mudah ke pelajaran dan rapat dari mana saja, menjadikannya alat yang sangat berharga untuk penggunaan pribadi dan profesional (Sriwahyuni & Telagawathi, 2021).

Tingginya minat masyarakat terhadap kebutuhan akan perangkat mobile phone membuat Oppo tergerak untuk juga meramaikan pasar smartphone. Oppo didirikan pada tahun 200

, menjadikannya lebih dari 15 tahun berdedikasi hingga saat ini. Sebelum terjun ke dalam produksi smartphone, Oppo telah lebih dahulu menghasilkan berbagai perangkat teknologi, termasuk MP3 Player, DVD, dan lain-lain. Hanya pada tahun 2008, Oppo membuat keputusan strategis untuk memproduksi perangkat

(2)

smartphone pertamanya. Pada saat peluncurannya, Oppo hanya mendistribusikan produknya ke sejumlah negara terpilih, termasuk Rusia, Vietnam, Amerika Serikat, Thailand, dan Qatar. Setelah melewati lima tahun dalam memproduksi berbagai seri dan tipe smartphone, Oppo resmi memasuki pasar smartphone Indonesia pada bulan April 2013. Oppo Find 5 merupakan produk pertama yang diluncurkan oleh Oppo pada waktu itu. Untuk memastikan produk-produknya dapat dengan efektif menarik minat pengguna smartphone, Oppo senantiasa mengedepankan ketelitian dan kehati-hatian dalam setiap proses produksinya. Tidak seperti banyak merek yang mengedepankan pendekatan copy-paste, Oppo mempersembahkan perangkat dengan spesifikasi yang unggul. Selanjutnya, tidak hanya menonjolkan aspek kinerjanya, Oppo juga menghasilkan perangkat dengan desain atau estetika luar yang tampak mewah. Konsep yang diusung tersebutlah yang memudahkan Oppo untuk diterima secara luas oleh masyarakat Indonesia.

Tabel 1.1 Top Brand Index Kategori Smartphone di Indonesia Tahun 2023

Peringkat Merek Top Brand Index (TBI)

1 Samsung 24,3%

2 Xiaomi 18,6%

3 OPPO 14,7%

4 Vivo 13,5%

5 iPhone 12,9%

Sumber: Top Brand Award, 2023

Dari Tabel 1.2 diatas Menurut survei Top Brand Index Indonesia tahun 2023, OPPO berhasil menempati posisi ketiga dalam kategori smartphone dengan

(3)

persentase sebesar 14,7%, menunjukkan bahwa merek ini memiliki tingkat kesadaran dan loyalitas konsumen yang cukup tinggi di Indonesia.

Oppo merupakan salah satu merek yang sangat dinamis dalam merilis smartphone baru sepanjang tahun 2003. Untuk meramaikan pasar smartphone di tahun 2023, Oppo A18 muncul sebagai perangkat terkini dengan harga terjangkau, diluncurkan pada bulan Oktober 2023. Oppo A18 dilengkapi dengan kamera utama beresolusi 8MP. Pada bulan September 2023, Oppo A38 diluncurkan di Indonesia dengan desain dan spesifikasi yang sebanding dengan Oppo A18. Namun, terdapat perbedaan signifikan pada kamera utama dan fitur pengisian daya. Kamera utama Oppo A38 dilengkapi dengan resolusi 50MP, sementara baterainya berkapasitas 5000 mAh, memungkinkan pengisian penuh yang lebih cepat dengan dukungan pengisian daya 33W (Accesstrade Indonesia 2023). Di kategori harga Rp2 jutaan, Oppo A58 NFC merupakan smartphone unggulan dari Oppo untuk tahun 2023. Dari sudut pandang depan, smartphone ini memancarkan kesan modern dengan dukungan kamera utama beresolusi 50MP. Dengan harga sebesar Rp3 juta, salah satu pilihan menarik adalah Oppo A78 yang dirilis pada Juli 2023. Smartphone ini dilengkapi dengan layar sebesar 6,

3 inci, RAM serta memori internal 8/256GB, kapasitas baterai 5000 mAh, dan kamera utama 50MP (IDN TIMES Smartphone Oppo 2023). Smartphone Oppo telah menjelma menjadi salah satu merek yang diminati dalam industri telepon genggam, meskipun tetap rawan mengalami kerusakan. Selanjutnya, berikut adalah daftar sejumlah masalah umum yang sering dihadapi pengguna smartphone Oppo, seperti daya baterai yang cepat habis, kerusakan pada layar sentuh, kapasitas penyimpanan yang penuh, kinerja smartphone yang melambat saat digunakan, serta kerusakan paling serius yang dapat terjadi, yaitu totalnya mati. Hal ini mungkin

(4)

disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk masalah perangkat keras, kerusakan pada baterai, atau bahkan kerusakan pada komponen internal. Oppo Store yang pertama di Pontianak mempersembahkan konsep toko yang estetik dan mutakhir, menonjolkan tema desain modern, bersih, dan berfokus pada teknologi.

Memfasilitasi kemitraan strategis antara Oppo dan ekosistem IoT yang mencakup beragam merek, konsumen, serta komunitas.

Oppo Store Pontianak memiliki Service Zone dimana cashier dan unboxing table berfungsi sebagai area service data transfer yang akan didampingi personal sales consultant dengan pelayanan terbaik Oppo. Smart Living Experience Zone menjadi pusat dari gerai ini dibuat dengan tujuan membuat konsumen lebih leluasa untuk experience berbagai produk smartphone Oppo (RRI.CO.ID 2025).

Berikut di sajikan tabel pra riset pada kota Pontianak.

Tabel 1.2 Jumlah Pembelian Smartphone Oppo di Kota Pontianak Berdasarkan Kecamtan

No Domisili Penduduk Jumlah Pengguna Smartphone Oppo

1 Pontianak Timur 22

2 Pontianak Barat 12

3 Pontianak Selatan 1

4 Pontianak Utara 7

5 Pontianak Kota 3

Jumlah 45

Tabel 1.1 Berdasarkan data jumlah pengguna smartphone Oppo berdasarkan kecamatan di Pontianak, terdapat sebanyak 45 pembeli smartphone Oppo yang terdaftar di pra riset pada kota Pontianak yang terbagi menjadi beberapa kecamatan,

(5)

yaitu Pontioanak Timur dengan 22 pembeli, Pontianak Barat 12 pembeli, Pontianak Selatan dengan 1 pembeli, Pontianak Utara denga pembeli 7 orang, Pontianak Kota 3 orang, Jumlah total pembeli Oppo di Kota Pontianak mencapai 45 pembeli, menunjukkan bahwa Oppo memiliki basis pembeli, yang cukup signifikan di berbagai kecamatan di Kota Pontianak.Hal yang mempengaruhi Keputusan pembelian satu dari banyak faktor yang paling menonjol ialah perilaku konsumen untuk menentukan suatu proses pengembangan keputusan dalam membeli suatu produk Salah satu lini bisnis yang ada adalah penjualan Smartphone Oppo.

Smartphone adalah alat komunikasi yang relatif lebih kecil dan lebih murah yang beroperasi dengan baterai dan dapat dibawa kemana-mana. Ketersediaan smartphone membuat konsumen lebih memilih smartphone daripada lainnya (Asrizal & Syah, 2022). Keputusan pembelian adalah respon dimana konsumen mengenali suatu masalah, mencari informasi, mengevaluasi suatu alternatif, memutuskan untuk membeli dan melakukan suatu tindakan atau perilaku setelah pembelian (Aulia et al., 2023). Keputusan konsumen dalam pembelian sangat beragam, konsumen berasal dari beberapa segmen sehingga apa yang diinginkan dan dibutuhkan juga 3 berbeda. Selain Keputusan pembelian, Kualitas produk dalam pemilihan smartphone juga menjadi salah satu hal yang terpenting.

Oppo merupakan salah satu pemain utama dalam industri perangkat pintar global.

Merek ini telah membangun reputasi yang solid berkat produk-produk yang dihasilkan, yang terkenal memiliki kualitas setara dengan produk dari merekmerek ternama lainnya. Selain itu, Oppo juga menawarkan berbagai pilihan perangkat dengan harga yang kompetitif, sehingga menjadi pilihan menarik bagi konsumen yang mencari teknologi canggih tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam. Strategi

(6)

ini membantu dalam menarik perhatian segmen para pengguna yang menginginkan kualitas tinggi dengan harga yang terjangkau (Liana et al., 2024).

Kualitas produk Smarphone Oppo belum sepenuhnya mencapai standar terbaik, karena masih terdapat banyak keluhan terkait spesifikasinya. Banyak pengguna menyuarakan ketidakpuasan, salah satunya terkait dengan durasi pengecasan yang dianggap terlalu lama, khususnya pada model Oppo A3X. Berdasarkan laporan dari beberapa pengguna, pengisian daya pada ponsel tersebut bisa memakan waktu hingga 2 jam sebelum baterai terisi penuh, yang tentunya dinilai kurang efisien.

Selain itu, keluhan lain yang sering muncul adalah terkait masalah perangkat yang cepat panas. Pengguna Oppo A3X menyebutkan bahwa ponsel mereka cenderung mengalami peningkatan suhu yang signifikan setelah digunakan untuk aktivitas tertentu, bahkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi para konsumen. Oleh sebab itu, berbagai keluhan yang muncul menjadi fokus penting dalam menilai kualitas produk Oppo di mata para konsumen. Keluhan ini tidak hanya mempengaruhi persepsi terhadap merek, tetapi juga memiliki potensi besar untuk menurunkan loyalitas pembelian para konsumen di masa depan, karena keyakinan terhadap kualitas produk menjadi faktor penentu dalam pembelian ulang (Liana et al., 2024).

Marbun dan Khoiri (202) menegaskan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pembelian meliputi citra merek, di mana persepsi yang terbentuk terhadap suatu merek memiliki dampak yang signifikan dan konkret terhadap pilihan konsumen untuk bertransaksi. Karena pilihan konsumen terhadap produk tersebut semakin meningkat, kita dapat lebih memahami karakteristik produk dan apakah harganya sebanding dengan kualitas yang ditawarkan. Citra merek adalah

(7)

representasi dari asosiasi dan keyakinan yang dimiliki konsumen terhadap merek tertentu. Pengembangan citra merek memegang peranan krusial bagi perusahaan dalam membangun impresi yang menguntungkan di mata pelanggan. Semakin positif citra merek suatu produk atau layanan, semakin mendalam keyakinan pelanggan terhadap produk tersebut dan semakin besar hasrat mereka untuk melakukan pembelian (Irmayanti dan Annisa, 2023). Citra merek harus memiliki karakter yang kuat agar mudah diingat oleh konsumen, sehingga mereka dapat percaya bahwa kualitas produk yang dipilih sejalan dengan harapan mereka. Studi yang dilakukan oleh Qolbi dan Hermansyah (2023) mengenai pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian menunjukkan hasil yang positif dan signifikan. Studi ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hidayah (2022), Lia et al.

(2022), dan Sitepu et al. (2022), yang mengindikasikan bahwa citra merek memberikan dampak positif terhadap keputusan pembelian. Selanjutnya, selain Citra Merek, terdapat juga Persepsi Harga. Persepsi harga, sebagaimana diungkapkan oleh Azka dan Kaukab (2023), merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi keputusan pembelian. Persepsi harga adalah evaluasi yang dilakukan konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan, serta merupakan manifestasi emosional yang terinternalisasi yang menilai kesesuaian antara harga dan kualitas produk (Muhtarom et al., 2022). Indikator harga suatu produk, yang dipandang memiliki nilai jual yang tinggi, dapat beragam antar individu dan dipengaruhi oleh konteks serta keadaan pribadi mereka. Mengacu pada Khoirunnisa (2021), terdapat dua variabel yang memengaruhi persepsi harga, salah satunya adalah persepsi mengenai perbedaan harga. Dalam konteks ini, konsumen memiliki kemampuan untuk mengevaluasi perbedaan antara harga yang sedang diajukan dengan harga dasar yang telah mereka ketahui.

(8)

Berikutnya ada referensi harga, yang meliputi pengalaman dari konsumen, informasi yang diperoleh dari iklan, dan pengalaman dari orang lain. Ketika konsumen menerima informasi tentang harga suatu produk, mereka dapat membandingkan harga yang telah ditetapkan dengan harga wajar yang diketahui di pasar untuk produk tersebut. Penelitian pengaruh persepsi harga terhadap keputusan pembelian yang dilakukan oleh Ussolikhah dan Digdowiseiso (2023) mendapatkan hasil posistif dan signifikan. Penelitian tersebut sejalan dengan pene litian lain yang dilakukan oleh Aisyah dan Rosyidi (2023) dan Aliyah dan Santoso (2023) menyatakan bahwa persepsi harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Akan tetapi hasil berbeda ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Fauziah et al., (2023) yang menyatakan bahwa persepsi harga negatif tidak signifikan terhadap keputusan pembelian.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian smartphone Oppo di Kota Pontianak?

2. Apakah citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian smartphone Oppo di Kota Pontianak?

3. Apakah persepsi harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian smartphone Oppo di Kota Pontianak?

(9)

4. Apakah kualitas produk, citra merek, dan persepsi harga secara bersama- sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian smartphone Oppo di Kota Pontianak?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian smartphone Oppo di Kota Pontianak.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian smartphone Oppo di Kota Pontianak.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh persepsi harga terhadap keputusan pembelian smartphone Oppo di Kota Pontianak.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas produk, citra merek, dan persepsi harga secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian smartphone Oppo di Kota Pontianak.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

a) Memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu manajemen pemasaran, khususnya terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen pada produk smartphone.

(10)

b) Memperkaya literatur dan referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai pengaruh kualitas produk, citra merek, dan persepsi harga terhadap keputusan pembelian.

c) Memberikan bukti empiris mengenai teori perilaku konsumen dalam konteks pasar smartphone di kota menengah seperti Pontianak

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Perusahaan Oppo

Memberikan informasi dan masukan bagi manajemen Oppo mengenai pengaruh kualitas produk, citra merek, dan persepsi harga terhadap keputusan pembelian konsumen di Kota Pontianak. Membantu perusahaan dalam merumuskan strategi pemasaran yang efektif untuk meningkatkan penjualan smartphone Oppo di Kota Pontianak dan wilayah serupa. Sebagai bahan evaluasi terhadap kebijakan harga, inovasi produk, dan pembangunan citra merek Oppo. Memberikan informasi yang komprehensif mengenai smartphone Oppo sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pembelian.

Meningkatkan pemahaman konsumen mengenai pentingnya mempertimbangkan kualitas produk, citra merek, dan persepsi harga dalam membeli smartphone.Sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah dipelajari selama masa perkuliahan ke dalam praktek penelitian nyata. Mengembangkan kemampuan analitis dan pemahaman mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

2. Bagi Akademisi dan Peneliti Selanjutnya

(11)

Sebagai referensi dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya, khususnya yang terkait dengan keputusan pembelian produk teknologi.

Memberikan gambaran mengenai metodologi penelitian yang dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen dalam konteks pasar smartphone.

3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah dipelajari selama masa perkuliahan ke dalam praktek penelitian nyata.

Mengembangkan kemampuan analitis dan pemahaman mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

4. Bagi Akademisi dan Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya, khususnya yang terkait dengan keputusan pembelian produk teknologi.

Memberikan gambaran mengenai metodologi penelitian yang dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen dalam konteks pasar smartphone.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, maka disusunlah sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai materi dan hal-hal yang dibahas dalam tiap-tiap bab. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

(12)

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang meliputi landasan teori mengenai kualitas produk, citra merek, persepsi harga, dan keputusan pembelian, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, serta hipotesis penelitian.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metodologi yang digunakan dalam penelitian, meliputi bentuk penelitian, tempat dan waktu penelitian, definisi operasional dan pengukuran variabel, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan hasil penelitian dan pembahasan, yang mencakup gambaran umum objek penelitian, karakteristik responden, hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V: PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran-saran yang dapat dijadikan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

(13)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Kualitas Produk

Kualitas produk merupakan kemampuan atau karakteristik yang dimiliki oleh suatu produk baik barang maupun jasa dalam memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen (Purwanto & Hapsari, 2021). Secara konseptual, kualitas produk didefinisikan sebagai keseluruhan ciri dan karakteristik produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat (Kotler & Keller, 2023). Selain itu, kualitas produk juga merupakan persepsi masyarakat dimana produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan memiliki keunggulan dibandingkan produk pesaing. Sehingga perusahaan akan berusaha menjaga kualitas produk yang ditawarkannya dan membandingkan dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing (Rita et al., 2019).

Pemilihan konsumen ditentukan oleh kualitas produk yang ditawarkan. Produk yang ditawarkan harus sesuai dan teruji kualitasnya. Hal ini dikarenakan konsumen akan lebih menyukai dan memilih produk yang memiliki kualitas lebih baik jika dibandingkan dengan produk sejenis yang hanya dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya (Zhao et al., 2021).

Menurut Tjiptono (2016). Terdapat 8 indikator kualitas Produk, yaitu sebagai berikut :

a) Performance (Kinerja):

Ini mengacu pada bagaimana produk berfungsi dalam kondisi normal penggunaannya. Kinerja yang baik mencakup efisiensi, kecepatan, dan ketepatan produk dalam melaksanakan fungsinya. Dalam pemasaran,

(14)

kinerja sering dijadikan nilai jual utama, karena konsumen cenderung memilih produk yang dapat memenuhi kebutuhan mereka dengan efektif.

b) Feature (Fitur):

Fitur merujuk pada atribut atau fungsi tambahan yang dimiliki produk dan dapat memberikan nilai tambah bagi konsumen. Fitur-fitur produk dapat menjadi faktor pembeda yang kuat dalam pemasaran. Misalnya, sebuah smartphone dengan fitur kamera canggih atau sistem operasi terbaru bisa menjadi daya tarik bagi konsumen.

c) Reliability (Keandalan):

Keandalan menunjukkan sejauh mana produk dapat diandalkan untuk berfungsi dengan baik dalam jangka waktu tertentu tanpa mengalami kerusakan atau kegagalan. Dalam pemasaran, keandalan produk bisa meningkatkan reputasi merek, karena konsumen cenderung memilih produk yang tahan lama dan dapat diandalkan.

d) Conformance to Specification (Kesesuaian dengan Spesifikasi):

Ini mengacu pada sejauh mana produk sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya, baik oleh produsen atau standar industri. Produk yang sesuai dengan spesifikasi menunjukkan konsistensi dalam kualitas dan memberikan kepercayaan kepada konsumen bahwa produk tersebut sesuai dengan yang dijanjikan.

e) Durability (Daya Tahan):

Daya tahan produk menggambarkan ketahanannya terhadap penggunaan yang lama atau terhadap kondisi ekstrem tanpa mengalami penurunan kualitas yang signifikan. Dalam pemasaran, daya tahan merupakan nilai penting karena konsumen sering kali mencari produk yang dapat bertahan lama dan memberikan nilai lebih dari segi biaya.

f) Serviceability (Kemudahan Perawatan):

Kemudahan perawatan berkaitan dengan seberapa mudah produk tersebut dapat diperbaiki atau dirawat ketika mengalami kerusakan. Produk yang mudah diperbaiki atau dirawat akan lebih menarik bagi konsumen karena mereka merasa mendapatkan kemudahan dalam perawatan dan tidak perlu khawatir jika terjadi masalah.

g) Aesthetics (Estetika):

Estetika mengacu pada penampilan atau desain produk, yang meliputi warna, bentuk, ukuran, dan keseluruhan tampilan visual produk. Dalam pemasaran, estetika memainkan peran penting karena konsumen sering kali dipengaruhi oleh bagaimana produk terlihat, terutama untuk produk yang digunakan secara terbuka atau yang memiliki nilai simbolis.

h) Perceived Quality (Kualitas yang Dirasakan):

Kualitas yang dirasakan adalah persepsi konsumen terhadap kualitas produk, yang mungkin berbeda dengan kualitas yang sebenarnya. Ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman konsumen sebelumnya, reputasi merek, ulasan pengguna lain, dan iklan. Perceived quality adalah faktor penting dalam keputusan pembelian karena konsumen sering kali memilih produk berdasarkan persepsi mereka tentang kualitas, bahkan jika kualitas objektifnya tidak lebih tinggi dari pesaing.

(15)

2.2.2 Citra Merek

Menurut Yudhanto (2018), citra merek merupakan sekumpulan anggapan yang ada dalam benak pelanggan atau konsumen terhadap suatu merek yang timbul dari informasi dan pengalaman. Citra suatu merek berkaitan dengan sikap pelanggan berupa keyakinan dan preferensi terhadap merek tertentu. Citra merek atau brand image merupakan nama, istilah, simbol, tanda, dan desain yang digunakan oleh perusahaan untuk bersaing dengan produk pesaing (Tsabitah & Anggraeni, 2021).

Citra merek juga memiliki arti kepercayaan, dimana adanya citra merek menunjukkan bahwa konsumen beranggapan bahwa merek tertentu secara fisik memiliki perbedaan dengan merek pesaing (Oetama, 2022).

Menurut Keller (2023) Terdapat 3 indikator citra merek, yaitu sebagai berikut

a) Kekuatan asosiasi merek (strength of brand associations):

Kekuatan asosiasi merek mengacu pada seberapa kuat suatu merek tertanam dalam ingatan konsumen. Asosiasi yang kuat terjadi jika konsumen sering mengalami interaksi dengan merek tersebut dan memiliki pengalaman positif yang berulang kali.

b) Keuntungan asosiasi merek (favorability of brand associations) :Keuntungan asosiasi merek mengacu pada seberapa positif asosiasi yang dimiliki konsumen terhadap suatu merek. Artinya, apakah asosiasi yang terbentuk memberikan manfaat emosional atau fungsional bagi konsumen.

c) Keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand associations) Keunikan asosiasi merek mengacu pada seberapa unik suatu merek dibandingkan dengan pesaingnya. Jika suatu merek memiliki sesuatu yang membedakannya dari merek lain, maka konsumen lebih mungkin untuk memilihnya.

2.2.3 Persepsi Harga

Persepsi harga adalah bagaimana informasi harga dipahami seluruhnya oleh konsumen dan memberikan makna yang dalam bagi mereka (Schiffman &

Kanuk, 2023). Menurut Kotler & Armstrong (2022), persepsi harga berkaitan dengan bagaimana informasi harga dipahami oleh konsumen dan dibuat bermakna bagi mereka.Monroe (2022) menambahkan bahwa persepsi harga juga mencakup

(16)

referensi harga, yaitu harga yang dianggap wajar oleh konsumen berdasarkan pengalaman masa lalu atau perbandingan dengan produk lain. Ketika harga aktual berada di bawah referensi harga, konsumen cenderung melihatnya sebagai penawaran yang baik, sedangkan ketika di atas referensi harga, konsumen mungkin menganggapnya mahal. Afifah dan Prabowo (2023) serta Khoirunnisah dan Wahyuni (2022) dalam penelitiannya menemukan bahwa persepsi harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi harga yang baik, di mana konsumen menganggap harga produk sesuai dengan kualitas dan manfaat yang diterima, akan meningkatkan kemungkinan konsumen untuk melakukan pembelian. Dalam konteks produk teknologi seperti smartphone, persepsi harga menjadi semakin kompleks karena konsumen sering membandingkan fitur dan spesifikasi teknis dengan harga yang ditawarkan (Yang & Peterson, 2022). Smartphone dengan harga yang dianggap sesuai dengan nilai yang ditawarkan cenderung lebih diminati oleh konsumen (Li et al., 2023). Monroe (2022) menambahkan bahwa persepsi harga juga mencakup referensi harga, yaitu harga yang dianggap wajar oleh konsumen berdasarkan pengalaman masa lalu atau perbandingan dengan produk lain. Ketika harga aktual berada di bawah referensi harga, konsumen cenderung melihatnya sebagai penawaran yang baik, sedangkan ketika di atas referensi harga, konsumen mungkin menganggapnya mahal. Afifah dan Prabowo (2023) serta Khoirunnisah dan Wahyuni (2022) dalam penelitiannya menemukan bahwa persepsi harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi harga yang baik, di mana konsumen menganggap harga produk sesuai dengan kualitas dan manfaat yang diterima, akan meningkatkan kemungkinan konsumen untuk melakukan pembelian. Dalam konteks produk

(17)

teknologi seperti smartphone, persepsi harga menjadi semakin kompleks karena konsumen sering membandingkan fitur dan spesifikasi teknis dengan harga yang ditawarkan (Yang & Peterson, 2022). Smartphone dengan harga yang dianggap sesuai dengan nilai yang ditawarkan cenderung lebih diminati oleh konsumen (Li et al., 2023

Menurut Tjiptono & Diana (2023) Terdapat 5 indikator , yaitu sebagai berikut :

a) Keterjangkauan Harga

Keterjangkauan harga mengukur kemampuan konsumen untuk membayar produk atau jasa berdasarkan kondisi finansial mereka. Ini menjadi gerbang awal dalam keputusan pembelian—jika konsumen merasa tidak mampu membeli, pertimbangan lain menjadi tidak relevan.

Keterjangkauan dipengaruhi oleh daya beli konsumen, nilai yang dirasakan, prioritas pengeluaran, dan strategi komunikasi perusahaan.

Produk yang sama dapat dianggap terjangkau oleh satu segmen dan tidak terjangkau oleh segmen lain. Perusahaan dapat meningkatkan persepsi keterjangkauan melalui variasi harga produk, opsi pembayaran fleksibel, dan komunikasi nilai jangka panjang. Meningkatkan keterjangkauan tidak selalu berarti menurunkan harga—bisa juga dengan menawarkan nilai tambah atau menonjolkan efisiensi biaya jangka panjang. Penetapan harga psikologis juga mempengaruhi persepsi keterjangkauan.

b) Kesesuaian Harga dengan Kualitas

Kesesuaian harga dengan kualitas mencerminkan evaluasi konsumen tentang apakah kualitas yang diterima sepadan dengan harga yang dibayarkan. Harga sering berfungsi sebagai indikator kualitas—harga tinggi menciptakan ekspektasi kualitas tinggi. Konsumen menilai kesesuaian ini berdasarkan pengalaman langsung dengan produk, perbandingan dengan produk lain, citra merek, dan informasi dari sumber eksternal. Atribut kualitas bervariasi berdasarkan kategori produk (durabilitas untuk perabotan, rasa untuk makanan, dll). Ketidaksesuaian antara harga dan kualitas yang dirasakan menghasilkan disonansi kognitif dan ketidakpuasan. Perusahaan perlu mengkomunikasikan atribut kualitas dengan jelas, memberikan bukti kualitas (sertifikasi, testimonial), dan memastikan pengalaman aktual produk konsisten dengan ekspektasi yang dibentuk oleh harganya.

c) Kesesuaian Harga dengan Manfaat

(18)

Kesesuaian harga dengan manfaat berkaitan dengan nilai yang diperoleh konsumen dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Berbeda dengan kesesuaian harga-kualitas yang berfokus pada atribut produk, indikator ini menekankan pada hasil dan dampak produk dalam kehidupan konsumen. Manfaat mencakup aspek fungsional (menyelesaikan masalah), emosional (perasaan positif), sosial (status atau pengakuan), dan ekonomis (penghematan jangka panjang).

Konsumen semakin canggih dalam menghitung "return on investment"

mereka, terutama untuk pembelian bernilai tinggi. Perusahaan perlu mendemonstrasikan bagaimana produk mereka menciptakan nilai melalui studi kasus, perbandingan "sebelum dan sesudah", testimonial, atau data kuantitatif. Menghitung "biaya per penggunaan" atau penghematan per tahun" dapat membantu menjustifikasi harga awal yang tinggi dengan menunjukkan manfaat kumulatif.

d) Daya Saing Harga

Daya saing harga mencerminkan bagaimana konsumen membandingkan harga suatu produk dengan alternatif di pasar. Di era digital, perbandingan harga menjadi sangat mudah, meningkatkan pentingnya indikator ini. Persepsi daya saing harga dipengaruhi oleh diferensiasi produk, transparansi pasar, biaya beralih, dan strategi penetapan harga kompetitif. Produk yang sangat terdiferensiasi menghadapi tekanan kompetitif harga yang lebih rendah dibandingkan produk komoditas.

Perusahaan dapat menanggapi dengan berbagai strategi: penetapan harga agresif, diferensiasi nilai tambah, bundling produk, atau segmentasi pasar. Penting untuk memantau harga pesaing secara konsisten dan memahami tingkat sensitivitas harga target pasar. Konsumen juga mempertimbangkan total biaya kepemilikan, bukan hanya harga pembelian awal—termasuk biaya instalasi, perawatan, penggantian, dan nilai jual kembali. Strategi komunikasi harus mencakup seluruh gambaran ekonomis, tidak hanya harga awal.

e). Keterbukaan Informasi Harga

Keterbukaan informasi harga berkaitan dengan transparansi dan kejujuran dalam mengkomunikasikan komponen harga. Konsumen semakin mengharapkan transparansi penuh dan dapat dengan cepat kehilangan kepercayaan ketika menemukan biaya tersembunyi. Indikator ini mencakup kejelasan struktur harga, pengungkapan semua biaya yang relevan, prediktabilitas biaya masa depan, dan konsistensi penerapan kebijakan harga. Praktik seperti "bait-and-switch" atau menambahkan biaya di akhir proses pembelian dapat merusak persepsi konsumen terhadap merek. Perusahaan yang memimpin dalam transparansi harga—

dengan membuat informasi harga mudah diakses, memahami, dan membandingkan—dapat membangun kepercayaan dan loyalitas jangka panjang. Menyediakan alat estimasi biaya, kebijakan harga yang jelas

(19)

tertulis, dan staf yang terlatih untuk menjelaskan struktur harga adalah praktik terbaik. Transparansi juga mencakup komunikasi proaktif tentang perubahan harga dan alasannya. Konsumen biasanya lebih menerima kenaikan harga ketika mereka memahami faktor yang mendasarinya (peningkatan biaya bahan baku, teknologi baru, dll).

2.2.4 Keputusan Pembelian

Kotler dan Keller (2020) mendefenisikan keputusan pembelian sebagai proses yang dilalui konsumen dalam memilih, membeli, dan menggunakan produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Proses ini melibatkan beberapa tahap, seperti pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan pasca pembelian Keputusan pembelian sebagai proses yang dilalui konsumen memilih, membeli, dan menggunakan produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka (Tjiptono dan Chandra, 2022). Keputusan pembelian adalah rangkain yang dilakukan konsumen guna untuk mempertimbangkan apakah akan membeli produk atau tidak. Tahap-tahap dalam prroses pembelian semua nya dilalui oleh konsumen secara sengaja maupun tidak sengaja. Ada banyak pertimbangan yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan pembelian, utumanaya konsumen akan memperhatikan kualitas dan citra merek. Produk yang berkualitas akan membekas dibenak konsumen.

Konsumen akan mengingat produk yang mereka anggap mampu memberikan manfaat dan sesuai dengan ekspektasi mereka (Solomon, 2020).

Menurut Kotler dan Keller (2016), terdapat 4 indikator keputusan pembelian, yaitu :

a) Pilihan Produk

Konsumen akan cenderung memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keingiannnya serta yang bisa memenuhi ekspektasinya.

(20)

b) Pilihan Merek

Konsumen akan memilih merek yang di sukai juga dipercayainya dari banyaknya alternatif yang ada

c) Waktu Pembelian

Konsumen akan memilih waktu pembelian yang tepat dan mengutungkan baginya, seperti saat ada potongan harga dan promosi.

d) Metode Pembayaran

Konsumen akan memilih metode pembyaran yang paling mudah dan nyaman seperti tunai, kartu kredit atau e-wallet.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama

Peneliti (Tahun)

Judul,Jenis Publikasi, Dan Penerbit

Variabel Penelitian

Teknik Analisis Data

Hasil Penelitian

1 Setyani Nur Afifah &

Rokh Eddy Prabowo (2023)

Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek, dan Persepsi Harga terhadap Keputusan Pembelian

Smartphone Oppo Jurnal Ekonomi &

Ekonomi Syariah Vol 6 No 1, Januari 2023

Kualitas produk, Citra merek, Persepsi harga (variabel bebas) dan Keputusan pembelian (variabel terikat)

Uji Validitas dan

Reliabilitas, Uji

Normalitas, Uji Regresi Berganda, Uji

Koefisien Determinas i (R²), Uji F (Anova), Uji t

Semua variabel berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian smartphone Oppo.

2 Diah

Khoirunnisah

& Dewi Urip Wahyuni (2022)

Pengaruh Kualitas, Citra Merek, dan Persepsi Harga terhadap Keputusan

Kualitas produk, Citra merek, Persepsi harga,

Uji Validitas dan

Reliabilitas, Uji

Semua variabel berpengaruh positif dan signifikan

(21)

Pembelian Vespa Piaggio di Sidoarjo

Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Vol. 11 No. 9, September 202

Keputusan pembelian

Normalitas, Uji Regresi Linear Berganda, Uji

Koefisien Determinasi (R²), Uji F (Anova), Uji t

terhadap keputusan pembelian Vespa Piaggio di Sidoarjo.

3 Sengguruh Nilowardono, Agus Baktiono, I Putu Artaya, Amrun Rosyid (2024)

The Influence of Product Quality on Purchase Decision Through Brand Image: A Case Study On 3second Fashion

International Journal of

Entrepreneurship and Business Development (IJEBD), Vol. 07 No. 01, Januari 2024

Kualitas produk, Citra merek (variabel mediasi), Keputusan pembelian

Structural Equation Model (SEM) dengan Smart PLS

Kualitas produk dan citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

Citra merek berperan sebagai variabel mediasi.

4 Nur Handayani

& Ahmad Hidayat Sutawijaya (2024)

Impact of Product Quality and Brand Image on Purchase Decision for LGNSHOP Fashion roducts

Kualitas produk, Citra merek, Keputusan pembelian

Structural Equation Modeling (SEM) dengan Smart PLS

Kualitas produk berpengaruh positif terhadap keputusan

(22)

Jurnal Ilmiah Manajemen Kesatuan

(JIMKES) Vol. 12 No. 4, 2024

pembelian, tetapi citra merek tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.

Sumber : Google Scholar 5 Dea Aurani

Qiana & Yenny Lego (2021)

Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek, dan Persepsi Harga terhadap Keputusan Pembelian Masker Sensi di Tangerang Jurnal Manajerial dan

Kewirausahaan, Vol. III No. 3, 2021

Kualitas produk, Citra merek, Persepsi harga, Keputusan pembelian

Uji Validitas dan

Reliabilitas, Uji

Normalitas, Uji Regresi Linear Berganda, Uji

Koefisien Determinas i (R²), Uji F (Anova), Uji t dengan SmartPLS

Semua variabel berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian masker Sensi di Tangerang.

(23)

2.3 Kerangka Pemikiran

H1

H2 yw

H3 Kualitas

Produk (X1)

Citra Merek (X2)

Keputusan Pembelian

(Y)

Persepsi Harga

(X3)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan grand theory, landasan teori, dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

(24)

H₁: Kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian smartphone Oppo di Kota Pontianak.

H₂: Citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian smartphone Oppo di Kota Pontianak.

H₃: Persepsi harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian smartphone Oppo di Kota Pontianak.

H₄: Kualitas produk, citra merek, dan persepsi harga secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian

smartphone Oppo di Kota Pontianak

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan penelitian yang berfokus pada pengumpulan dan analisis data numerik (angka) serta pengujian hipotesis dengan menggunakan metode statistik (Creswell & Creswell, 2023).

Menurut Sugiyono (2022), pendekatan kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatori (explanatory research), yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis (Cooper & Schindler, 2023). Penelitian eksplanatori digunakan untuk menguji pengaruh kualitas produk, citra merek, dan persepsi harga terhadap keputusan pembelian

(25)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sekitaran kota Pontianak, Adapun objek penelitian ini adalah masyarakat yang memiliki pengalaman dalam membeli dan menggunakan smartphone merek Oppo. Pemilihan objek penelitian ini didasarkan pada popularitas merek Oppo di kalangan masyarakat, terutama karena harganya yang relatif terjangkau dengan spesifikasi yang bersaing. Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2025 dan direncanakan berlangsung hingga bulan Juli 2025. Rentang waktu tersebut dipilih agar peneliti memiliki cukup waktu dalam mengumpulkan data, menganalisis hasil, serta menyusun laporan penelitian secara komprehensif.

3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi

operasional Indikator Skala

Kualitas Produk (X₁)

Kemampuan atau karakteristik yang dimiliki oleh suatu produk dalam memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen Tjiptono (2016);

Purwanto &

Hapsari (2021);

Kotler & Keller (2023)

1. Kinerja (Performance) 2. Fitur (Feature) 3. Keandalan

(Reliability) 4. (Conformance

to

Specification):

5. Daya Tahan (Durability):

6. Kemudahan Perawatan (Serviceability) 7. Estetika

(Aesthetics):

8. Kualitas yang Dirasakan (Perceived Quality)

Likert

(26)

Citra Merek (X₂) Sekumpulan anggapan yang ada dalam benak pelanggan atau konsumen terhadap suatu merek yang timbul dari informasi dan pengalaman Yudhanto (2018); Keller (2023); Tsabitah

& Anggraeni (2021)

1. Kekuatan Asosiasi Merek:

2. Keuntungan Asosiasi Merek:

3. Keunikan Asosiasi Merek

Likert

Persepsi Harga

(X₃) Bagaimana

informasi harga dipahami seluruhnya oleh konsumen dan memberikan makna yang dalam bagi mereka Schiffman &

Kanuk (2023);

Kotler &

Armstrong (2022); Tjiptono

& Diana (2023)

1. Keterjangkaua n Harga.

2. Kesesuaian Harga-Kualitas 3. Kesesuaian

Harga-Manfaat 4. Daya Saing

Harga

5. Keterbukaan Harga

Likert

Keputusan pembelian (Y)

Keputusan pembelian adalah suatu proses yang dilalui konsumen dalam memilih, membeli dan menggunakan produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya (Tjiptono dan Chandra, 2022).

1. Pilihan produk 2. Pilihan merek 3. Waktu

pembelian 4. Metode

pembayaran Sumber : Kotler dan Keller (2016)

Likert

(27)

Sumber: Tjiptono (2016); Purwanto & Hapsari (2021); Kotler & Keller (2023), Yudhanto (2018); Keller (2023); Tsabitah & Anggraeni (2021), Schiffman &

Kanuk (2023); Kotler & Armstrong (2022); Tjiptono & Diana (2023), Schiffman

& Kanuk (2023); Kotler & Armstrong (2022); Tjiptono & Diana (2023, Tjiptono dan Chandra, 2022), Kotler dan Keller (2016

3.3.1 Pengukuran Variabel Penelitian

Pada penelitian ini variabel penelitian diukur berdasarkan pada indicator masing-masing dimana data penelitian didapatkan dari sampel yang kemudian di ubah menjadi skala likert 5 tingkat seperti table berikut ini :

Tabel 3.2 Pengukuran Pernyataan Indikator Variabel Penelitian Dengan Skala Likert

No Pernytaan Responden Likert Nilai

1 Sangat setuju SS 5

2 Setuju S 4

3 Netral N 3

4 Tidak setuju TS 2

5 Sangat tidak setuju STS 1

Sumber : Sugiyono (2020)

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Menurut Sekaran & Bougie (2022), populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal-hal yang ingin diteliti. Sejalan dengan itu, Sugiyono (2022) mendefinisikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

(28)

kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pengguna Oppo di Kota Pontianak didapat dari hasil pra riset yang dilkukan peneliti sejumlah 45 Konsumen.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2022). Menurut Hair et al. (2022), pengambilan sampel diperlukan karena adanya keterbatasan waktu, biaya, dan sumber daya lainnya dalam menjangkau seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling dengan metode purposive sampling. Menurut Malhotra (2022), purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu. Kriteria responden dalam penelitian ini adalah:

a) Pengguna smartphone Oppo di Kota Pontianak b) Berusia minimal 17 tahun

c) Telah menggunakan smartphone Oppo minimal selama 3 bulan d) Membeli smartphone Oppo atas keputusan sendiri (bukan pemberian) Untuk menentukan ukuran sampel, penelitian ini menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 5%:

N 𝑛 =

1 + N (e)2 Dimana:

n = ukuran sampel

(29)

N = ukuran populasi

e = tingkat kesalahan (5% = 0,05)

3.5 Jenis Dan Sumber Data 3.5.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, data didapatkan langsung oleh penulis dengan menggunakan kuisioner yang disebarkan melalui media sosial. Data diambil dari Masyarakat di Pontianak yang pernah membeli produk smartphone merek Oppo.

3.5.2 Sumber Data

Sumber data adalah sesuatu yang memberikan informasi mengenai bentuk penelitian yang serupa dengan penelitian penulis.sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer, sumber data prima adalah data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya atau secara langsung dari responden melalui teknik pengumpulan data seperti kuesioner (Sugiyono 2020).

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyino (2021), Teknik pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh informasin yang valid dan reliable guna mendukung penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan dalam analisis guna menjawap pertanyaan penelitian serta menguji hipotesis yang ditetapkan.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner (pernyataan) yang diberikan langsung kepada Masyarakat Sekitaran Pontianak yang pernah membeli produk smartphone merek Oppo dan kuisioner tersebut menggunakan skala likert.

(30)

3.7 Teknik Analisis Data

Menurut Gustiana (2020), teknik analisis data adalah serangkaian langkahlangkah yang sistematis dan terstruktur untuk mengolah dan menganalisis data yang telah dikumpulkan. Teknik analisis data yang digunakan harus sesuai dengan jenis data, tujuan penelitian dan hipotesis yang diajukan. Aplikasi pengolahan data yang digunakan dalam adalah SmartPLS 4.0.

3.7.1 Statistik Deskriptif

Menurut Ghozali (2021), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi tentang sebuah data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minumum. Analisis statistik digunakan untuk menganalisis data dengan cara mesdiskripsikan atau menggambarkan data yang sudah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dan generalisasi (Sugiyono, 2021).

Analisis data digunakan dengan memberikan deskripsi data untuk masing- masing variabel yaitu: Kualitas Produk (X1), Citra Merek (X2), Persepsi Harga (X3), serta Keputusan Pembelian (Y) untuk menghasilkan nilai mean, nilai minimum, dari pernyataan skor kuisioner dengan menggunakan program Smart PLS dengan menggunakan rentang skala yaitu sebagai berikut:

a) Rentang Skala

Selanjutnya untuk mengetahui interval tinggi rendahnya nilai yang diberikan responden untuk masing-masing indikator dari Kualitas Produk , Citra Merek, Persepsi Harga, serta Keputusan Pembelian maka digunakan rentang skala.

Menurut sudjana (2016) rumus perhitungan digunakan untuk menghitung nilai interval untuk rentang skala adalah sebagai berikut

Nilai terbesar − Nilai terkecil

(31)

Interval =

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠

Kuisioner dalam penelitian ini menggunakan skala likert dengan nilai skor 1 sampai 5, apabila di masukan dalam rumus maka hasilnya sebagai berikut:

Interval = = 0,08

Sehingga dari perhitungan tersebut terdapat rentang skala sebagai berikut:

Tabel 3.2 Rentang Skala

Interval Kriteria

1,00-1,80 Sangat rendah

1,81-2,60 Rendah

2,61-3,40 Sedang

3,41- 4, 20 Tinggi

4, 21-5,00 Sangat tinggi

Sumber: sugiyono, (2014)

3.7.2 Uji Model Atau Outer Model

Menurut Ghozali (2014), Uji Model atau Outer Model dalam konteks Structural Equation Modeling (SEM) merujuk pada tahapan yang bertujuan untuk menguji hubungan antara indikator dan konstruk yang diwakilinya dalam model pengukuran (measurement model). Pada tahap ini, model diujikan untuk memastikan apakah indikator-indikator yang digunakan memang secara valid dan reliabel dalam mengukur konstruk-konstruk yang ada dalam model penelitian.

Menurut Ghozali dan Latan (2015), model yang dilakukan dengan model pengukuran yaitu convergent validity, discriminant validity, composite reliability (cronbach’s alpha). Dalam pengujian ini, untuk dapat mengukur validitas, penulis

(32)

menggunakan convergent validity dan discriminant validity, serta untuk mengukur reliabilitas yaitu menggunakan composite reliability (cronbach’s alpha).

Adapun penjelasan uji validitas dan uji reliabilitas yaitu seperti berikut ini:

a. Convergent Validity

Convergent Validity (Validitas Konvergen) adalah salah satu aspek dari validitas konstruk yang mengukur sejauh mana indikator-indikator yang digunakan dalam model pengukuran saling berkorelasi tinggi dan dapat menggambarkan konstruk yang sama dengan baik. Dalam konteks Structural Equation Modeling (SEM), convergent validity dapat diuji dengan melihat nilai loading factor antara indikator dan konstruk yang diwakilinya. Jika loading factor antar indikator dan konstruk tersebut cukup tinggi, maka ini menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam mengukur konstruk yang dimaksud.

b. Deskriminant Validity

Discriminant Validity (Validitas Diskriminan) adalah salah satu aspek dari validitas konstruk yang mengukur sejauh mana konstruk-konstruk yang berbeda dalam model penelitian dapat dibedakan satu sama lain. Jika sebuah konstruk memiliki validitas diskriminan yang baik, maka indikatorindikator yang mengukur konstruk tersebut seharusnya tidak berkorelasi sangat tinggi dengan indikator yang mengukur konstruk lain.

c. Composite Reliability dan (cronbach’s alpha)

Selain uji validitas, pengukuran model juga melakukan uji reliabilitas suatu konstruk untuk membuktikan akurasi, konsistensi, dan ketepatan instrumen dalam mengukur konstruk. Untuk reliabilitas suatu konstruk dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cronbach alpha dan composite reliability. Akan tetapi penggunaan cronbach alpha akan memberikan nilai

(33)

yang lebih rendah sehingga lebih disarankan untuk menggunakan composite reliability dalam menguji reliabilitas suatu konstruk.

3.7.3 Uji Model Struktural atau Inner Model

Menurut Ghozali dan Latan (2015) inner model atau model struktural menggambarkan hubungan atau kekuatan estimasi antar variabel laten atau konstruk yang di bangun berdasarkan subtansi teori.

Inner model merupakan struktural untuk memprediksi hubungan kausalitas antar variabel laten. Inner model dapat di evaluasi dengan melihat stabilitas dari estimasi yang dinilai dengan R-square, F-square dan uji hipotesis dalam penelitian, penjelasan mengenai uji di dalam model struktural ini yaitu sebagai berikut:

a. R-Square

Menurut Hair et al. (2014) dalam bukunya yang berjudul A Primer on Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM), R² digunakan untuk mengukur sejauh mana variabel dependen dalam model dapat dijelaskan oleh variabel independen. R² adalah indikator untuk menilai seberapa baik model struktural menjelaskan variasi dalam konstruk-konstruk yang diukur. R² yang lebih tinggi menunjukkan bahwa model lebih mampu menjelaskan variabilitas data dan memiliki kekuatan prediktif yang lebih baik. R² yang rendah mengindikasikan bahwa model tersebut hanya menjelaskan sebagian kecil dari variasi dalam data, dan mungkin ada faktor-faktor lain yang belum dimasukkan dalam model yang lebih dapat menjelaskan variabilitas data. Nilai R-Square memiliki tingkatan yaitu, model kuat (0,75), sedang (0,50) dan rendah (0,25), (Ghozali dan Latan 2015).

(34)

b. F-Square

Nilai F Square digunakan untuk mengukur perubahan nilai R Square ketika konstruk tertentu dihilangkan dari model untuk mengevaluasi apakah konstruk yang dihilangkan memiliki dampak sunstantif pada konstruk endogen.

Menurut Hair et al (2017) dalam (Pranatawijaya et al, 2019) nilai F Square sebesar 0,02 untuk pengaruh kecil 0,15 untuk pengaruh sedang dan 0,35 untuk pengaruh efek besar.

3.7.4 Uji Hipotesis

Pengujian selanjutnya yaitu melakukan uji hipotesis atau koefisien jalur (path koefisients). Uji koefisien jalur digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh inovasi produk dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian dengan metode bootstarapping Smart PLS 4. Pengujian koefisien jalur dilakukan dengan besarnya nilai t-statistik dengan t-tabel dengan signifikansi 5% yaitu 1,96. Suatu hipotesis akan dinyatakan di terima apa bila nilai t-statistik lebih besar dari 1,96 (nilai ttabel), begitu pun sebaliknya jika nilai t-statistik lebih kecil dari 1,96 (t-tabel) maka hipotesis dinyatakan di tolak, (Ghozali dan Latan 2015). Dan untuk menguji tingkat signifikansi, nilai p-values harus lebih kecil dari 0,05. Jika nilainya lebih kecil maka dinyatakan signifikan, sebaliknya jika nilai nya lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan tidak signifikan. penjelasan lebih lanjut seperti berikut :

1. Jika nilai

t

statistik > 1,96 maka Ha diterima 2. Jika nilai

t

statistik < 1,96 maka Ha ditolak 3.

Referensi

Dokumen terkait

Bayu Prawira Ni Nyoman Kerti Yasa, 2013, Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek dan Persepsi Harga terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Produk Smartphone Samsung di Kota

smartphone di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kelima variabel sangat berpengaruh terhadap ekuitas merek Oppo Smartphone. Jika Oppo berhasil membangun ekuitas merek

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah harga, citra merek (brand image) dan kualitas produk berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan atas pemakaian Oppo Smartphone

Penelitian yang dilakukan oleh Amrullah (2016), dengan hasil bahwa kualitas produk, citra merek, harga dan promosi berpengaruh positif terhadap keputusan

Maka dari itu penulis dapat merumuskan: H3 : Gaya hidup berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Smartphone Iphone 2.3.4 Pengaruh citra merek, kualitas

Pengaruh Kesadaran Merek, Persepsi Kualitas, dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Oppo Pada Mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara Surabaya Jurnal

Pengaruh Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian produk Smartphone Oppo pada Mahasiswa Universitas Telkom.. Jurnal Bisnis dan Iptek Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan

Pengaruh Persepsi Harga, Kualitas Produk, Citra Merek dan Layanan Purna Jual terhadap Keputusan Pembelian dan Dampaknya terhadap Kepuasan Pelanggan Smartphone Asus Studi Kasus Di