• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB 1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah kegiatan yang dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan tersedia hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia mulai dari klinik, puskesmas hingga rumah sakit (Roma Gustina, 2021). Salah satu unit pemerintah yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat dibidang kesehatan adalah puskesmas (Zudi et al., 2021)

Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil sehingga puskesmas merupakaan unit yang paling dekat dengan masyarakat dan selalu berperan aktif dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. (Nurhayati, 2018). Oleh karena itu, puskesmas merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang harus mampu mengelola serta memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efesien dalam memutuskan mata rantai penularan Covid-19 baik di level individu, keluarga dan masyarakat (Pangoempia, J, 2021)

Coronavirus Disease 19 (covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus baru yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya pada manusia dan dikenal sebagai SARS-CoV-2. Tanda dan gejala umum dari infeksi Covid-19 antara lain gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk, dan kesulitan bernapas, pada kasus berat yang menyebabkan radang paru-paru (pneumonia), sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan hingga kematian.Gejala inimuncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah terinfeksi dengan masa inkubasi tertular 5-6 hari. Penularan virus Covid-19

(2)

disebabkan melalui percikan droplet (air liur) saat seseorang yang terinfeksi Covid-19 bersentuhan langsung, batuk dan bersin (Kemenkes, 2020).

Data kasus yang diperoleh pada Desember 2019, wabah Covid-19 terjadi di Wuhan, Provinsi Hubei, dan menyebar dengan cepat ke seluruh China (Nursofwa et al., 2020). Pada tanggal 12 Maret 2020 World Health Organization melaporkan bahwa Covid-19 sebagai pandemi. Dalam hal ini, peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke berbagai negara dalam waktu singkat. Sampai tanggal 9 Juli 2020, Kasus terinfeksi Covid-19 WHO melaporkan sebanyak 1.184.226 kasus konfirmasi dengan 545.481 kematian di seluruh dunia (Kemenkes RI, 2020a).

Berdasarkan data BNPB kasus positif terkonfirmasi pertama kali terjadi di Indonesia berasal dari Jawa Barat, tepatnya Depok, pada tanggal 2 Maret 2020 dengan jumlah kasus positif dua orang (Lestari, Fatma, 2020).

Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 70.736 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 3.417 kasus meninggal (Kemenkes RI, 2020a). Data dari Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan bahwa terdapat 1.716 kasus dimana tenaga medis di negaranya telah tertular Covid-19 dengan persentase hampir 80% mengalami gejala ringan. Sedangkan di Indonesia data pada tanggal 28 Maret 2020 sebanyak 61 tenaga kesehatan tertular Covid-19 kemudian, di Jawa Barat pada tanggal 15 oktober 2021 kasus terkonfirmasi sebanyak 17.214 tenaga kesehatan terkonfirmasi positif covid-19, salah satunya kota Bandung, kota Depok, kota Cirebon disebut memiliki jumlah tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif Covid-19 terbanyak sejumlah 16.812 tenaga kesehatan diantaranya dinyatakan sembuh (97,7%) dan 205 meninggal (1,2%). Angka ini akan terus bertambah apabila upaya pencegahan penyebaran dan penularan Covid-19 tidak diatasi dengan segera, salah satunya dengan penyediaan alat pelindung diri yang efektif dan efisien bagi tenaga kesehatan (Janah & Sari, 2021)

(3)

Individu yang paling berisiko terinfeksi adalah mereka yang kontak dekat dengan pasien Covid-19 atau petugas kesehatan yang merawat pasien Covid-19. Salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mencegah penularan Covid-19 adalah penggunaan alat pelindung diri. Alat Pelindung Diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair atau udara untuk melindungi pemakaiannya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit.

Penggunaan APD ini berfungsi sebagai pengahalang dari bahan infeksius seperti virus dan bakteri yang melindungi kulit, mulut, hidung atau mata dari orang yang terkena penyakit menular. Penghalang ini memiliki potensi untuk memutuskan mata rantai penularan yang terkontaminasi dari darah, cairan tubuh, atau sekresi pernapasan apabila digunakan dengan benar (Dhini & Duma, 2021)

Kurangnya ketersediaan APD dapat membuat tenaga kesehatan tidak dapat merawat pasien Covid-19 secara optimal. Kasus Covid-19 di Indonesia yang meningkat setiap hari mengakibatkan harga semua jenis APD melambung tinggi dan langka akibat ketersediaan APD yang terhambat. Menurut WHO dan Central of disease control terdapat pedoman untuk mengurangi tingkat kejadian infeksi salah satunya penggunaan APD secara rasional dan efektif bagi tenaga kesehatan. Dengan demikian setiap fasilitas pelayanan kesehatan dapat membuat Standar Operasi Prosedur (SOP) masing-masing berdasarkan kondisi setempat dengan tetap menggunakan prinsip kewaspadaan standar dan kewaspadaan isolasi (Janah

& Sari, 2021)

Adapun ketersdiaan APD yang harus dipenuhi di fasilitas kesehatan sesuai dengan standar operasional prosedur yaitu Masker Bedah (Medical/

Surgical mask), Respirator N95, gaun (gown) sekali pakai, sarung tangan bedah (Surgical Gloves), sarung tangan pemeriksaan (Examination Gloves), Pelindung wajah (Face Shield), Pelindung Mata (Goggles),Coverall Medis, Apron, Sepatu boot anti air (Waterproof Boots) dan Penutup sepatu atau Shoe Cover (Janah & Sari, 2021).

(4)

Kepatuhan penggunaan APD merupakan tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, khususnya di fasilitas kesehatan seperti puskesmas. Kepatuhan APD merupakan perilaku yang dapat dipengaruhi oleh faktor kesadaran dan lingkungan. Ada beberapa penyebab yang dapat terjadi dengan kurangnya ketidakpatuhan dalam penggunaan APD yaitu motivasi, pelatihan, lama kerja dan kurangnya pengetahuan tentang APD (Wasty et al., 2021). Pengetahuan tentang APD dan manfaatnya sangat penting bagi petugas kesehatan untuk mencegah penularan infeksi selama epidemi.pelayanan kesehatan dan upaya pencegahan infeksi adalah langkah pertama untuk memberikan kualitas pelayanan Kesehatan diri (Dhini &

Duma, 2021).

Pengetahuan adalah suatu faktor yang mempunyai peranan sangat penting dalam penggunaan peralatan APD yang bermanfaat untuk menghindari terjadinya kerugian, dan kecelakaan kerja bagi tenaga kesehatan juga pasien. Pengetahuan bisa didapatkan dari informasi yang diperoleh dari pengalaman, dan buku maupun media sosial. Sehingga pengetahuan dapat terbentuk dari suatu perbuatan seseorang dalam melakukan suatu tindakan dan perilaku (Wasty et al., 2021).

Menurut hasil penelitian Utami (2020) diketahui pengetahuan tenaga kesehatan tentang APD yang kurang baik sebanyak 26 orang dan kepatuhan tidak baik sebanyak 21 orang (80,8%). Sedangkan untuk kepatuhan penggunaan APD baik sebanyak 5 orang (19,2%). Kemudian, ada 14 tenaga kesehatan yang pengetahuan cukup baik dengan kepatuhan tidak baik sebanyak 3 orang (21.4%) dan kepatuhan baik sebanyak 11 orang (78,6%). Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan tenaga kesehatan di puskesmas daerah Kalimantan selatan kurang baik, penyebabnya banyak tenaga kesehatan yang belum mengetahui cara melepas APD yang baik, dikarenakan kurangnya informasi seperti melalui spanduk ataupun secara lisan melalui penyuluhan dan dari tenaga kesehatan lainnya. Perbedaan pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan total sumpling yaitu seluruh tenaga kesehatan yang berjumlah 40 orang dan

(5)

untuk analisis datanya menggunakan chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan penulis dalam teknik pengambilan sampelnya menggunakan accidental sumpling yaitu sebuah metode suatu objek dapat dijadikan peluang sebagai sampel jika kebetulan bertemu dengan peneliti dan analisis datanya penulis menggunakan Analisa univariat untuk melihat gambaran tiap variabelnya saja (Utami, 2020a)

Hasil penelitian Janah dan Sari (2021) puskemas daerah Jawa Tengah diketahui sebagian besar perawat memiliki pengetahuan yang sangat baik dengan kepatuhan baik sebanyak 12 responden patuh (37,5%).

Sedangkan pengetahuan baik dengan tingkat kepatuhan tidak baik sebanyak 8 responden atau 25%. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri guna mencegah dan mengurangi risiko infeksi pada tenaga kesehatan, diharapkan pengetahuan mengenai APD ditingkatkan supaya menjadikan perawat semakin patuh dalam penggunaan APD pada masa pendemi Covid-19 ini.

Kemudian dalam penelitian ini perbadaanya adalah teknik pengambil sampel dalam penelitian ini menggunakan total sumpling dengan sampel yang digunakan seluruh perawat dengan analisis data menggunakan chie- square. Sedangkan penulis menggunakan accidental sumpling dengan sampel seluruh tenaga kesehatan dan hasil analisi datanya menggunakan univariat umtuk melihat gambaran dalan tiap variabel (Janah & Sari, 2021).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dari beberapa tempat yang telah dilakukan survei penelitian yaitu Puskesmas Panghergar dengan jumlah populasi 25 orang, Puskesmas Cikutra dengan jumlah tenaga kesehatan 25 orang, Puskesmas Pasirkuda dengan jumlah 49 orang dan Puskesmas Ibrahim Adjie, terdapat hasil perbandingan dengan menunjukan bahwasanya kasus terbanyak tenaga kesehatan dengan kejadian Covid-19 karena tidak lengkap menggunakan APD yaitu di UPTD. Puskesmas Ibarahim Adjie dengan jumlah 34 tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas. Hasil pengamatan peneliti mengenai tingkat kepatuhan penggunaan APD dan tingkat pengetahuan tentang APD pada masa

(6)

pendemi covid-19 melalui wawancara kepada 7 orang tenaga kesehatan yang bekerja dipuskesmas menyatakan bahwa mereka mengetahui tentang APD di masa pendemi Covid-19, akan tetapi ada 3 orang tenaga kesehatan yang belum memahami cara penggunaan APD dengan benar dari pemasangan APD dan cara melepaskan APD sesuai SOP.

Ketersediaan APD di Puskesmas Ibrahim Adjie pada bulan Maret tahun 2020 selama kurang lebih 1 minggu kasus Covid-19 sedang melambung tinggi tingkat penularannya, terdapat masalah kekurangan APD dengan akibatnya tenaga kesehatan menggunakan APD seadanya seperti memakai jas hujan dan ada juga yang membeli APD masing-masing dikarenakan keterbatasan pemakaian APD. Sedangkan untuk sekarang ini ketersediaan APD sudah terpenuhi sesuai SOP dan sebagian dibantu oleh pemerintah, akan tetapi masih ada beberapa tenaga kesehatan yang mengabaikan penggunaan APD sesuai prosedur yang sudah di tentukan dengan tingkat pemakaian APD yang benar. Beberapa alasan diantaranya kurang peduli dan malas dalam penggunaan APD baik gown atau handscoon.

Hasil wawancara dari dokter umum yang bekerja di puskesmas Ibrahim Adjie ada beberapa faktor yang terkena Covid-19 bagi tenaga kesehatan salah satunya adalah daya tahan tubuh yang kurang baik, kapasitas ruangan pemeriksaan pasien jaraknya terlalu dekat dengan 1 ruangan di berikan penyekat menjadi 2 ruangan dan selanjutnya lupa untuk memakai APD dengan benar seperti salah satu jenis APD yang tidak di pakai. Oleh karena itu, terdapat kasus tenaga kesehatan yang terkena Covid- 19 dikarenakan tidak menggunakan APD dengan lengkap berjumlah 7 orang tenaga kesehatan yang terdiri dari 4 (perawat UGD), 2 (pelayanan laboratorium) dan 1 (apoteker). Namun, secara keseluruhan data tenaga kesehatan yang terkena Covid-19 ada 25 tenaga kesehatan yang mengalami gejala Covid-19. Maka dari hasil studi pendahuluan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang kepatuhan penggunaan APD dan pengetahuan tentang APD dengan judul penelitian “Gambaran Pengetahuan

(7)

Tenaga Kesehatan dan Tingkat Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Selama Pandemi Covid-19 di UPTD. Puskesmas Ibrahim Adjie`”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana

“Gambaran Pengetahuan Tenaga Kesehatan dan Tingkat Kepatuhaan Penggunaan Alat Pelindung Diri selama Pandemi Covid-19 di UPTD.

Puskesmas Ibrahim Adjie”?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui “Gambaran Pengetahuan Tenaga Kesehatan dan Tingkat Kepatuhaan Penggunaan Alat Pelindung Diri selama Pandemi Covid-19 di UPTD. Puskesmas Ibrahim Adjie”?

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia, profesi, dan masa kerja tenaga kesehatan di UPTD. Puskemas Ibrahiem Adjie

b. Mengetahui gambaran Pengetahuan Tenaga Kesehatan selama Pandemi Covid-19 di UPTD. Puskemas Ibrahiem Adjie

c. Mengetahui gambaran Tingkat Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri selama Pandemi Covid-19 di UPTD. Puskesmas Ibrahime Adjie

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan tambahan sumber informasi tentang Gambaran pengetahuan tenaga kesehatan dan tingkat kepatuhan penggunaan APD pada masa pandemi Covid-19

(8)

dan menjadi sebuah acuan bagi seluruh tenaga kesehatan praktek agar lebih patuh dalam menggunakan APD dilapangan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi UPTD Puskesmas Ibrahim Adjie

Penelitian ini sebagai informasi terkait tingkat kepatuhan penggunaan APD dan menjadi bahan evaluasi puskesmas untuk dapat mempertahankan serta meningkatkan pengetahuan bagi tenaga kesehatan dan tingkat kepatuhan penggunaan APD selama masa pandemi Covid-19.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan alat pelindung diri melalui proses belajar misalnya dengan mengikuti sosialisasi dan pelatihan terbaru khususnya mengenai penggunaan APD secara baik dan lengkap.

c. Bagi Penelitian selanjutnya

Dapat memberikan kontribusi keilmuwan Sebagai sumber informasi dan referensi ilmiah pada penelitian lebih lanjut mengenai pengetahuan dan tingkat kepatuhan penggunaan APD bagi tenaga kesehatan selama pandemi Covid-19.

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Metode

Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu suatu metode penelitian untuk mendeskriptifkan atau memaparkan variabel- variabel yang akan di teliti tanpa menganalisa hubungan antar variabel.

Rancangan penelitian ini yang digunakan adalah one sheet method.

2. Ruang Lingkup Sampel

Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampel yaitu berjumalah 34 orang tenaga Kesehatan di UPTD. Puskesmas Ibrahim Adjie

(9)

3. Ruang Lingkup Keilmuan

Penelitian ini merupakan bidang keilmuan keperawatan kegawatdaruratan khusus tenaga kesehatan selama pendemi Covid-19.

4. Ruang Lingkup Waktu

Waktu penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agutus 2022.

5. Ruang Lingkup Tempat

Tempat penelitian akan di laksanakan di UPTD. Puskesmas Ibrahim Adjie

Referensi

Dokumen terkait

1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah kemampuan peserta didik

[r]