• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan Family Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus aedes, terutama Aedes Aegypti (infodatin, 2017). Penyakit Demam Berdarah dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur.Munculnya penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2017).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di Negara tropis termasuk Indonesia. Kasus Demam Berdarah Dengue cenderung meningkat dan bertambah luas penyebarannya terutama pada anak-anak (Widoyono, 2017). Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang perjalanan penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Demam Berdarah Dengue tergolong penyakit menular dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada Demam Berdarah Dengue yang tidak segera tertangani akan mengalami Dengue Syok Sindrome (DSS). Demam Berdarah Dengue dengan syok dan perdarahan spontan merupakan komplikasi Demam Berdarah Dengue yang harus diwaspadai, karena angka kematiannya sepuluh kali lipat dibandingkan pada Demam Berdarah Dengue tanpa syok.

(2)

2

DSS merupakan penyebab utama kematian pada penderita DBD dan 30% kasus DBD berkembang menjadi DSS (Karyanti, 2017) Dengue syok syndrome (DSS) biasanya terjadi antara hari sakit ke 2-7, disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskular sehingga terjadi plasma leakage, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemia, yang mengakibatkan berkurangnya venous return, preload miokard, volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi sirkulasi dan penurunan perfusi organ. Gangguan perfusi ginjal ditandai dengan oliguria atau anuria, sedangkan gangguan perfusi susunan saraf pusat ditandai oleh penurunan kesadaran. Pada fase awal DSS fungsi organ vital dipertahankan dari hipovolemia oleh sistem homeostasis dalam bentuk takikardia, vasokonstriksi, penguatan kontraktilitas miokard, takipnea, hyperpnea dan hiperventilasi. Vasokonstriksi perifer mengurangi perfusi non esensial di kulit yang menyebabkan sianosis, penurunan suhu tubuh dan pemanjangan waktu pengisian kapiler (>5 detik) (Raihan, 2017).

Penanganan yang tepat dan sedini mungkin terhadap pasien presyok dan syok merupakan faktor penting yang menentukan hasil pengobatan. Pada dasarnya terapi DSS bersifat suportif dan simtomatis. Penatalaksanaan bertujuan mengganti kehilangan cairan (rehidrasi cairan) akibat kebocoran plasma (Raihan, 2017). Rehidrasi cairan adalah pemberian bolus cairan rehidrasi secara cepat melalui akses intravaskular pada keadaan hipovolemia. Tujuan rehidrasi cairan adalah menyelamatkan otak dari gangguan hipoksik iskemik melalui peningkatan preload dan curah jantung, mengembalikan volume sirkulasi efektif, mengembalikan oxygen-carrying capacity dan mengoreksi gangguan metabolic dan elektrolit. (Subahagio, 2017).

(3)

3

Rehidrasi cairan paling baik dilakukan pada tahap syok hipovolemik kompensasi, sehingga dapat mencegah terjadinya syok dekompensasi dan ireversibel. Bolus kristaloid isotonik 10-30 ml/kgbb diberikan kurang dari 20 menit melalui akses intravaskular. Setiap selesai pemberian bolus dilakukan penilaian keadaan anak. Bila masih terdapat tanda syok diberikan bolus kristaloid kedua 10-30 ml/kgbb/6-10 menit. Bolus selanjutnya baik kristaloid maupun koloid diberikan sampai perfusi sistemik membaik dan syok teratasi.

Anak yang mengalami syok hipovolemik sering memerlukan cairan rehidrasi 60 - 80 ml/kgbb dalam satu jam pertama dan 200 ml/kgbb dalam beberapa jam kemudian. Ekspansi volume intravaskular secara cepat dengan panduan diuresis dapat mengembalikan tekanan darah dan perfusi perifer. Cairan rehidrasi dapat diberikan secara aman sampai 30%

volume intravaskular. Hal yang membatasi rehidrasi cairan ialah apabila peningkatan preload atau pengisian ventrikel tidak diikuti oleh peningkatan curah jantung, tidak memperbaiki perfusi perifer dan vascular bed, atau malah meningkatkan tekanan vena, kebocoran vaskular, dan edema (Myburgh, et al, 2017).

Jumlah kasus DBD banyak tidak dilaporkan dan terjadi kesalahan klasifikasi pada kasus ini. Penelitian terbaru menunjukkan 390 juta infeksi dengue per tahun, dimana 96 juta bermanifestasi klinis dengan berbagai derajat. Penelitian lain menyatakan, prevalensi DBD diperkirakan mencapai 3,9 milyar orang di 128 negara berisiko terinfeksi virus dengue (WHO,2017). Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis dimana Asia menempati urutan pertama di dunia dalam jumlah penderita Demam Berdarah Dengue setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus Demam Berdarah Dengue tertinggi di Asia Tenggara (Kurniasary,2017).

(4)

4

Menurut data dari kemenkes 2020 kasus Nyamuk Demam Berdarah (DBD) hingga November 2020 ada 51 penambahan kasus DBD dan 1 penambahan kematian akibat DBD.

sebanyak 73,35% atau 377 Kabupaten/Kota sudah mencapai Incident Rate (IR) kurang dari 49/100.000 penduduk. Proporsi DBD per golongan umur antara lain < 1 tahun sebanyak 3,13% , 1-4 tahun : 14,88%, 5-14 tahun 33,97%, 15-44 tahun 37,45%, > 44tahun 11,57%. Adapun proporsi kematian DBD per golongan umur antara lain < 1 tahun 10,32%, 1-4 tahun 28,57%, 5-14 tahun 34,13%, 15-44 tahun 15,87%, >44 tahun 11,11%. Saat ini terdapat 5 Kabupaten/Kota dengan kasus DBD tertinggi, yakni buleleg 3.313 orang, Badung 2.547 orang, Kota Bandung 2.363, Sikka 1.776, Gianyar 1.717.

Prevalensi DBD di Jawa Barat menempati urutan ke 11 di Indonesia. Selama periode 2014-2017 jumlah kasus DB di Jawa Barat mengalami fluktuasi, namun CFR menunjukkan tren yang meningkat. Pada tahun 2014 terdapat 13.971 kasus dan 59 kematian (CFR = 0,42), pada tahun 2015 terdapat 19.742 kasus dan 167 kematian (CFR

= 0,86), pada tahun 2016 terdapat 23.118 kasus, dengan 162 kematian (0,7), dan pada tahun 2017 terdapat 18.116 kasus 178 Kematian (CFR = 1,36). Tiga daerah / kota terpopuler adalah Kota Bandung, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Tasimaraya. Peningkatan DB CFR di Jawa Barat menunjukkan bahwa DB masih menjadi masalah yang belum terselesaikan (Kemenkes, 2017). di Kota Bandung pada tahun 2018 sebesar 1.146 kasus DBD dengan rata-rata mencapai 100 kasus dalam satu bulan dan terjadi peningkatan yang signifikan per Januari 2019 sudah mencapai 238 kasus (Zein, M., 2019). Rata-rata kasus terjadi dengan didominasi usia 14-15 tahun, selanjutnya usia 15-44 tahun, diatas 44 tahun, usia 1-4 tahun dan terendah pada usia di bawah 1 tahun (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

(5)

5

Salah satunya di RW 10 Komplek Salendro Timur Kecamatan Batununggal Kelurahan Gumuruh ditemukan beberapa kepala keluarga yang kurang pengetahuan tentang tanda dan gejala. Berdasarkan hasil studi yang di dapatkan dari ketua RW 10 Komplek Salendro Timur hampir 35% kasus DBD di temukan. Hal ini di buktikan dengan wawancara kepada 10 masyarakat menunjukan 7 dari 10 masyarakat tidak mengetahui tentang tanda dan gejala Demam Berdarah Dengue.

Kurang nya pengetahuan berdampak pada perilaku yang salah merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya banyak kasus demam berdarah. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pengetahuan tentang pencegahan nyamuk demam berdarah.

Berdasarkan hasil pemaparan diatas peneliti tertarik untuk mempelajari lebih jauh yang berkenaan “Gambaran Pengetahuan Tentang Demam Berdarah Dengue Pada Kepala Keluarga di RW.10 Kel.Gumuruh Kec.Batununggal Kota Bandung”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Tentang Demam Berdarah Dengue Pada Kepala Keluarga di RW 10 Kecamatan Batununggal Kelurahan Gumuruh Kota Bandung?”.

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Tentang Demam Berdarah Dengue Pada Kepala Keluarga di RW 10 Kecamatan Batununggal Kelurahan Gumuruh Kota Bandung.

(6)

6 2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dalam penelitian ini, yaitu :

a. Menggambarkan pengertian tentang Demam Berdarah Dengue Pada Kepala Keluarga di RW 10 Kecamatan Batununggul Kelurahan Gumuruh Kota Bandung.

b. Menggambarkan tanda dan gejala tentang Demam Berdarah Dengue Pada Kepala Keluarga di RW 10 Kecamatan Batununggal Kelurahan Gumuruh Kota Bandung.

c. Menggambarkan penyebab tentang Demam Berdarah Dengue Pada Kepala Keluarga di RW 10 Kecamatan Batununggal Kelurahan Gumuruh Kota Bandung.

Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Karya tulis ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti.

2. Bagi Institusi STIKes Dharma Husada Bandung

Sebagai bahan refrensi kepustakaan dan sumbangan ilmu dalam memperbanyak khasana ilmu pengetahuan serta agar instansi tersebut melaksanakan kegiatan penyuluhan rutin kepada masyarakat.

3. Bagi Responden

Meningkatkan pengetahuan mereka agar bisa melakukan pencegahan sedini mungkin terhadap pencegahan Demam Berdarah Dengue.

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran penerapan pemberian kompres air hangat