KAJIAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
RAWAT INAP
PROPOSAL SKIRPSI
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Farmasi
Disusun Oleh : Lilis Setyowati NIM : 2021050027
PROGRAM STUDI FARMASI RPOGRAM SARJANA FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2024
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan kondisi patologis yang sering terjadi dan ditandai dengan temuan mikroskopis atau sedimen urin yang positif mengandung nitrit, sel darah putih, dan bakteri (Haryanto dkk., 2019). Infeksi saluran kemih adalah peradangan nonspesifik yang terjadi pada ginjal, ureter, kandung kemih, atau uretra dan paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri usus.Bakteri seringkali masuk melalui lubang uretra eksterna dan naik ke saluran kemih sehingga menyebabkan infeksi pada kandung kemih dan ginjal (Sari & Muhartono, 2018). Pemeriksaan kultur urin penting untuk memastikan diagnosis infeksi saluran kemih.Seorang pasien dianggap positif mengidap infeksi saluran kemih jika jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 105 CFU/ml (Megawati et al., 2023).
Menurut data dari World Health Organization (WHO), saat ini tercatat ada 8,3 juta kasus infeksi saluran kemih (ISK) di seluruh dunia, dan angka tersebut diproyeksikan akan meningkat menjadi 9,7 juta kasus pada tahun 2050. Selain itu, angka kematian akibat ISK diperkirakan mencapai 13.000 orang, atau sekitar 2,3% dari total kematian, berdasarkan penelitian yang dilakukan di sebuah rumah sakit di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat sendiri, lebih dari 7 juta kasus ISK dilaporkan setiap tahunnya. Infeksi saluran kemih juga mendapatkan sekitar 15% dari semua resep antibiotik di negara tersebut.(Maulani & Siagian, 2022).
Menurut National Kidney and Urinary Diseases Information Clearinghouse (NKUDIC), infeksi saluran kemih merupakan penyakit menular kedua terbanyak setelah infeksi saluran pernafasan, dengan total 8,3 juta kasus terjadi setiap tahun (Sholihah, 2017). Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan RI, infeksi saluran kemih merupakan penyakit nomor satu di bidang urologi, dan prevalensi infeksi saluran kemih. 180.000 kasus baru infeksi saluran kemih per tahun, atau 90–100 kasus per 100.000 orang per tahun
(Prasetya et al, 2022). Insiden infeksi saluran kemih adalah 35% hingga 42%
pada remaja berusia 10 hingga 18 tahun dan 27% hingga 33% pada dewasa muda berusia 19 hingga 22 tahun. Hingga 4,2 juta pria dan 8,3 juta wanita didiagnosis menderita infeksi saluran kemih setiap tahunnya (Maulani &
Siagian, 2022). Menurut Riset Kesehatan Dasar, infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering menyebabkan rawat inap di Indonesia dan berkontribusi terhadap meningkatnya penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Berdasarkan profil kesehatan penduduk Indonesia, prevalensi infeksi saluran kemih pada penduduk di Jawa Tengah adalah 13,5%
(RISKESDAS, 2018).
Pengobatan utama infeksi saluran kemih adalah terapi antibiotik, yang bertujuan untuk mencegah infeksi bertambah parah, membasmi organisme penyebab infeksi, dan mencegah kekambuhan.Oleh karena itu, diperlukan penatalaksanaan terapi antibiotik yang rasional (Dipiro, 2015). Menurut Asosiasi Urologi Eropa (EAU), pengobatan dengan terapi antibiotik meliputi kombinasi penisilin-aminoglikosida, kombinasi -aminoglikosida-sefalosporin generasi kedua, atau generasi ketiga sebagai terapi empiris. Ini digunakan untuk gejala sistemik (EAU, 2017). Sedangkan di Indonesia, antibiotik yang direkomendasikan IAUI untuk pengobatan antara lain fluoroquinolones, kombinasi inhibitor penisilin-beta-laktam, sefalosporin, dan kombinasi aminoglikosida- karbapenem (IAUI, 2015).
Penggunaan antibiotik yang efektif dan optimal memerlukan pemahaman cara penggunaan yang benar. Pilihan dapat dibuat berdasarkan ketepatan indikasi, cara dan lama pemberian, dosis dan melakukan pengamatan efek antibiotik. Penyimpangan dari prinsip penggunaan antibiotik dapat menimbulkan dampak negatif seperti peningkatan resistensi, efek samping obat, dan pemborosan. (Yusnita et al., 2017).
Menurut Pedoman Pengobatan Infeksi Saluran Kemih dan Alat Kelamin Pria Ikatan Dokter Urologi Indonesia (IAUI) Tahun 2021, antibiotik yang digunakan untuk infeksi saluran kemih tanpa komplikasi adalah fluoroquinolon oral dan sefalosporin, dan lama pemberiannya sekitar antara 10
hingga 14 hari. Formulasinya yang direkomendasikan adalah ciprofloxacin, levofloxacin, trimethoprim, sulfamethoxazole, cefprodoxine, dan ceftibuten.
Penelitian Sutarman yang dilakukan pada tahun 2014 dan 2016 di RSUD Sukoharjo menunjukkan bahwa indikasi dan pasien 100% benar, pengobatan 58,73% benar, dan dosis 6,35% benar.(Nawakasari & Nugraheni, 2019).
Berdasarkan pemilihan Rumah Sakit sebagai lokasi penelitian adalah karena rumah sakit ini merupakan salah satu fasilitas di Kabupaten Kebumen yang memiliki spesialisasi urologi, yang tidak dimiliki oleh semua rumah sakit.
Hal ini sejalan dengan topik penelitian yang berfokus pada infeksi saluran kemih (ISK), yang berkaitan dengan bidang urologi. Selain itu, penelitian mengenai kajian efektivitas pengggunaan antibiotik pada pasien ISK rawat inap di Rumah Sakit belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, diperlukan menganalisis penggunaan antibiotik dengan mengetahui profil serta kualitas penggunaan antibiotik pada pasien ISK, untuk mencegah penggunaan antibiotik yang tidak bijak, yang berpotensi mengarah pada resistensi antibotik dan mengurangi efektivitas penggunaan antibiotik di masa mendatang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil penggunaan antibiotik pada pasien infeksi saluran kemih (ISK) ?
2. Bagaimana efektivitas penggunaan antibiotik dalam mengatasi infeksi saluran kemih (ISK) pada pasien rawat inap?
3. Apakah terdapat perbedaan efektivitas antara jenis antibiotik yang digunakan dalam pengobatan infeksi saluran kemih (ISK) pada pasien rawat inap?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengukur efektivitas penggunaan antibiotik pada pasien ISK di Instalasi Rawat Inap.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui jenis antibiotik yang diberikan pada pasien infeksi saluran kemih (ISK).2.
Untuk mengetahui efektivitas penggunaan antibiotik pada pasien infeksi saluran kemih (ISK).3.
Untuk menentukan efektivitas penggunaan antibiotik berdasarkan kesesuaian dosis, durasi, dan jenis antibiotik yang digunakan pada pasien infeksi saluran kemih (ISK).1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti
Untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, serta wawasan dalam menganalisis penggunaan antibiotik pada pasien infeksi saluran kemih (ISK) rawat inap di rumah sakit.
1.4.2 Bagi Peneliti Lain
Sebagai awal bagi penelitian lebih lanjut dan studi mengenai efektivitas penggunaan antibiotika dan pada pasien infeksi saluran kemih (ISK) ataupun penyakit lainnya.
1.4.3 Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian dapat menjadi dasar untuk perbaikan kebijakan penggunaan antibiotik di Rumah Sakit ,khususnya terkait dengan standar perawatan pasien infeksi saluran kemih (ISK) dan pengelolaan resistensi antibiotik.
1.4.4 Bagi Institusi
Dapat memberikan informasi dan refensi dalam meningkatkan pemahaman tentang pentingnya penggunaan antibiotik yang rasional pada pasien ISK, sehingga dapat meminimalkan resistensi antibiotik dan komplikasi klinis lainnya.
1.5 Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan di RS, penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian
Nama peneliti, Tahun peneliti
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Perbedaan dan
Persamaan dengan Penelitian ini (Yusnita
et al., 2017)
Kajian Efektivitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi
Saluran Kemih (ISK) Di Rumah Sakit
Samarinda medika Citra (SMC) Kota Samarinda
Deskriptif Retrospektif
Hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi infeksi saluran kemih adalah 21% pada pria dan 79% pada wanita, dan sebagian besar infeksi saluran kemih terjadi pada usia 17 hingga 35 tahun, baik pria maupun wanita. . Antibiotik yang umum digunakan
antara lain
ceftriaxone,
cefotaxime, cefixime, ciprofloxacin,
levofloxacin, amoksisilin,
ampisilin dan kombinasi
cefoprazone dan sulfactam.
Perbedaan tempat :
Penelitian lain
di RS
Samarinda Medika Citra Kota Semarang
Penelitian yang akan dilakukan :
Kosong
Perbedaan Waktu :
Peneliti lain Desember 2014- Desember 2016
Waktu yang akan dilakukan :
Kosongin
Persamaan : Metode
penelitian yang digunakan dan
jenis penyakit infeksi yang ditelit
(Hashary et al., 2018)
Analisis Efektivitas dan Efek Samping Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi
Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap RSUP
DR.Wahidin Sudirohusodo Makasar
Prospektif Hasil penelitian menyatakan bahwa, antibiotik yang paling umum digunakan adalah antibiotik sefalosporin beta- laktam generasi ketiga, yaitu ceftriaxone.Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis
efektivitas penggunaan
antibiotik, interaksi antara antibiotik dengan obat lain, dan efek samping yang ditimbulkan dari pemberian antibiotik pada pasien ISK untuk mengurangi infeksi pada pasien ISK di RSUD Dr .Vahidin Sudirohusdu Makassar .
Perbedaan tempat : RSUP DR.Wahidin Sudirohusodo Makasar
Penelitian yang akan dilakukan :
Kosong Perbedaan Waktu :
Peneliti lain April-Juni 2018
Waktu yang akan dilakukan :
Kosongin Persamaan : Metode
penelitian yang digunakan dan jenis penyakit infeksi yang ditelit
(Ritonga, 2022)
Gambaran Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi
Saluran Kemih di RSUD Cut Meutia
Deskriptif Retrospektif
Hasil penelitian menyatakan bahwa, penggunaan
antibiotik yang tidak
tepat dapat
menyebabkan terapi yang tidak tercapai dan terjadi resistensi.
Penelitian ini menunjukkan hasil
Perbedaan tempat :
RSUD Cut Meutia
Penelitian yang akan dilakukan :
angka kejadian ISK terbanyak pada jenis kelamin Perempuan sebanyak 85,7%
sedangkan laki-laki sebanyak 14,3%.
Jenis obat antibiotik untuk terapi ISK paling banyak pada ceftriaxone 51,4%, diikuti antibiotik ciprofloxacin 28,6%, dan cefotaxime 14,3%.
Kosong Perbedaan Waktu :
Peneliti lain Pada tahun 2021-2023 Waktu yang akan dilakukan :
Kosongin Persamaan : Metode
penelitian yang digunakan dan jenis penyakit infeksi yang ditelit
Haryanto, E., Pestariati, Handyati, A., & Astuti, S. S. E. (2019). Pengaruh Penyimpanan Urine Terhadap Jumlah Leukosit Dan Eritrosit Pada Penderita Infeksi Saluran Kemih Dengan Metode Sy (Standard Yeild). JURNAL PENELITIAN KESEHATAN, 13(1), 39-44.
Hashary, A. R., Manggau, M. A., & Kasim, H. (2018). Analisis Efektivitas Dan Efek Samping Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rsup Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Majalah Farmasi Dan Farmakologi, 22(2), 52–55.
https://doi.org/10.20956/mff.v22i2.5701
Maulani, D., & Siagian, E. (2022). Hubungan Pengetahuan Dan Kebersihan Urogenital Dengan Infeksi Saluran Kemih. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 4(4), 153–158.
Megawati, R., Prasetya, D., & Sanjiwani, A. A. S. (2023). Identifikasi Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih pada Pasien di Laboratorium Klinik Prodia Blitar. Prosiding Rapat Kerja Nasional Asosiasi Institusi Perguruan Tinggi Teknologi Laboratorium Medik Indonesia, 2, 100–110.
https://prosiding.aiptlmi-iasmlt.id/index.php/prosiding/issue/view/5 Nawakasari, N., & Nugraheni, A. Y. (2019). Evaluasi Penggunaan Antibiotik
pada Pasien Infeksi Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap RSUP X di Klaten Tahun 2017. Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia, 16(1), 38–48.
https://doi.org/10.23917/pharmacon.v16i1.8113
Ritonga, I. R. (2022). Gambaran Penggunaan Antibiotik pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di RSUD Cut Meutia. SEJ (School Education Journal, 10(1), 65–73.
Sholihah, A. H. (2017). Analisis Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) Oleh Bakteri Uropatogen Di Puskesmas Ciputat Dan Pamulang Pada Agustus-Oktober 2017. Developmental Biology, 276(1), 225–236.
Yusnita, R., Meylina, L., Ibrahim, A., & Rijai, L. (2017). Kajian Efektivitas Penggunaan Antibiotik pada Pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Rumah Sakit Samarinda Medika Citra (SMC) Kota Samarinda. Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences, 5(April 2017), 205–222.
https://doi.org/10.25026/mpc.v5i1.238