• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Tahun 2011.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Tahun 2011."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN

INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP

RUMAH SAKIT “X” TAHUN 2011

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

EKA KURNIA SARI

K. 100 080 001

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

(2)
(3)

1 EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT “X”

TAHUN 2011

EVALUATION OF THE USED OF ANTIBIOTICS IN PATIENTS URINARY TRACT INFECTIONS INSTALLATION “X” HOSPITAL WARD IN 2011

Eka Kurnia Sari dan Tri Yulianti

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta  

ABSTRAK

Di Indonesia angka kejadian penyakit infeksi yang memerlukan terapi antibiotik masih cukup banyak. Infeksi saluran kemih merupakan salah satu infeksi yang angka kejadiannya masih cukup banyak. Pengobatan infeksi saluran kemih membutuhkan terapi antibiotik. Penggunaan antibiotik ini harus tepat agar tidak terjadi resistensi. Selain membahayakan bagi pasien, penggunaan antibiotik yang tidak tepat juga dapat memboroskan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penggunaan antibiotik pada pasien infeksi saluran kemih (ISK) di instalasi rawat inap RSUD “X” tahun 2011 serta mengetahui kesesuaian penggunaan antibiotik pada pasien ISK di instalasi rawat inap RSUD “X” tahun 2011 yang ditinjau dari aspek tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien dan tepat dosis.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional (non eksperimental) yang bersifat retrospektif dan dianalisis dengan metode analisis deskriptif. Data diambil dari bagian rekam medik Rumah Sakit “X” tahun 2011. Metode yang digunakan adalah dengan teknik purposive sampling dimana pengambilan sampel disesuaikan dengan kriteria yang diinginkan oleh peneliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis antibiotik yang digunakan di RSUD “X” adalah ciprofloxacin (38,5%), cefotaxim (32,1%), ceftriaxon (7,3%), ampicillin (7,3%), levofloxacin (5,5%), cefazolin (4,6%), amoxicillin (2,8%) dan cefixime (1,8%). Sedangkan kesesuaian penggunaan antibiotik dari aspek tepat indikasi 100%, tepat obat 72,5%, tepat pasien 85,3%, dan tepat dosis 23,9%.

Kata Kunci : Infeksi Saluran Kemih, antibiotik

 

ABSTRACT

(4)

2

antibiotics usage concordance at UTI patients in inpatient hospital installations "X" in 2011 evaluated from indication precise, drug precise, patient precise and dose precise aspect.

This study was observational (non-experimental) which have retrospective characteristic and analyzed with descriptive analytical method. Data was taken from the medical records of inpatient hospital “X” in 2011. The method applied with purposive sampling technique where the sampling adapted for researchers’ criteria desired.

The results showed that the type of antibiotics used in hospitals "X" is ciprofloxacin (38.5%), cefotaxime (32.1%), ceftriaxon (7.3%), ampicillin (7.3%), levofloxacin (5, 5%), cefazolin (4.6%), amoxicillin (2.8%) and cefixime (1.8%). While antibiotic usage concordance from indication precise aspect 100%, drug precise 72,5%, patient precise 85,3%, and dose precise aspect 23,9%.

Keywords: Urinary Tract Infection, antibiotics  

PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit infeksi yang angka kejadiannya masih cukup banyak. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan ditemukannya mikrorganisme di dalam urin dalam jumlah tertentu. Pasien didiagnosis infeksi saluran kemih bila urinnya mengandung lebih dari 105bakteri/ml (Coyle dan Prince, 2005). Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri Escherichiacoli dan Klebsiella (Saputra, 2010).

Pengobatan infeksi saluran kemih membutuhkan terapi antibiotik. Penggunaan antibiotik untuk terapi perlu didasarkan pada berbagai pertimbangan khusus menuju penggunaan antibiotik yang rasional. Asas penggunaan rasional suatu antibiotik ialah seleksi antibiotik yang selektif terhadap mikroorganisme penginfeksi dan efektif untuk memusnahkannya dan sejalan dengan hal ini memiliki potensi terkecil untuk menimbulkan toksisitas, reaksi alergi ataupun resiko lain bagi pasien (Wattimena dkk., 1991).

(5)

3 METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional (non eksperimental) yang bersifat retrospektif dan dianalisis dengan metode analisis deskriptif. Data diambil dari bagian rekam medik Rumah Sakit “X” tahun 2011. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Teknik

purposive sampling ini adalah pengambilan sampling yang disesuaikan dengan kriteria yang diinginkan oleh peneliti yaitu pada pasien yang terdiagnosis infeksi saluran kemih dengan jumlah terbanyak di Rumah Sakit “X” tahun 2011.

Pengumpulan data secara retrospektif dengan jalan melakukan penelusuran catatan dokter yang diberikan pada pasien infeksi saluran kemih di instalasi rawat inap Rumah Sakit “X” pada tahun 2011.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengklasifikasikan infeksi saluran kemih berdasarkan asumsi yang tertera dikartu rekam medik, dimana untuk infeksi saluran kemih atas gejalanya adalah demam, sakit kepala, mual, muntah, dan nyeri pinggang. Sedangkan gejala untuk infeksi saluran kemih bawah biasanya berupa rasa sakit dan panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit dan rasa tidak enak didaerah suprapubik.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pasien

1. Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

(6)

4 Tabel 1. Karakteristik Pasien Infeksi Saluran Kemih Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur

di Rumah Sakit “X” Tahun 2011

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Total Presentase

pasien Jumlah Presentase Jumlah Presentase

Paediatrik

Bayi 4 4,3% 2 2,2% 6 6,5%

Anak 0 0% 1 1,1% 1 1,1%

Remaja 1 1,1% 2 2,2% 3 3,2%

Dewasa 34 36,6% 29 31,2% 63 67,7%

Geriatrik 10 10,8 10 10,8 20 21,5%

Total 49 52,8% 44 47,4% 93 100%

2. Gejala yang Dialami Pasien

Gejala yang dialami oleh pasien infeksi saluran kemih biasanya tidak khas bahkan ada juga yang sebagian pasien yang tanpa gejala. Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, penyakit infeksi saluran kemih dibedakan menjadi 2 yaitu infeksi saluran kemih bawah dan infeksi saluran kemih atas. Pada infeksi saluran kemih atas biasanya ditemukan gejala sakit kepala, malas, mual, muntah, demam, menggigil dan nyeri dipinggang. Sedangkan gejala infeksi saluran kemih bawah biasanya berupa rasa sakit dan panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit dan rasa tidak enak didaerah suprapubik (Tessy dkk, 2001).

Tabel 2. Karakteristik Pasien Infeksi Saluran Kemih Berdasarkan Gejala Penyakit Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

Gejala Jumlah Presentase pasien

Demam 26 27,9%

Mual 33 35,5%

Muntah 21 22,6%

Nyeri perut 56 60,2%

Nyeri saat BAK 19 20,4%

Pusing 6 6,5%

Nyeri pinggang 16 17,2%

BAK menetes/tidak tuntas 17 18,3%

Badan lemas 7 7,5%

Nyeri ulu hati 2 2,2%

(7)

5 Tabel 3. Klasifikasi Pasien Infeksi Saluran Kemih Berdasarkan Diagnosa dari Gejala

Penyakit Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

No Diagnosa No. Kasus Jumlah Presentase

pasien

Berdasarkan tabel 3, sebagian besar gejala yang dialami oleh pasien mengarah pada infeksi saluran kemih atas dengan gejala demam, mual, muntah, nyeri pinggang, badan lemas, pusing, dan nyeri bagian ulu hati, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pasien terdiagnosa infeksi saluran kemih atas yaitu pyelonefritis sebanyak 59,1% sedangkan infeksi saluran kemih bawah yaitu cystitis hanya terdapat 40,9 % .

3. Penyakit Penyerta

Bahan pertimbangan lain yang digunakan dalam memilih terapi antibiotik adalah adanya penyakit penyerta pada pasien infeksi saluran kemih.

Tabel 4. Karakteristik Pasien Infeksi Saluran Kemih Berdasarkan Penyakit Penyerta Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

No Diagnosa Penyakit Penyerta Jumlah Kasus Presentase Pasien

1 IHD 2 2,1%

4. Status Kepulangan Pasien

(8)

6 menjadi lima macam, yaitu diizinkan pulang, pulang paksa, dirujuk ke…, lari, dan pindah RS lain. Dalam penelitian ini, keadaan keluar pasien dapat dilihat pada tabel 5 dan untuk cara keluar dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 5. Karakteristik Pasien Infeksi Saluran Kemih Berdasarkan Keadaan Keluar Pasien Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

No Keadaan Keluar Pasien Jumlah Presentase pasien

1 Sembuh 2 2,2%

2 Membaik 84 90,3%

3 Belum Sembuh 7 7,5%

Total 93 100%

Tabel 6. Karakteristik Pasien Infeksi Saluran Kemih Berdasarkan Cara Keluar Pasien Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

No Cara Keluar Jumlah Presentase Pasien

1 Diijinkan Pulang 87 93,5%

2 Pulang Paksa 6 6,5%

Total 93 100%

B. Karakteristik obat

Pengobatan yang diberikan kepada pasien infeksi saluran kemih tidak hanya pengobatan dengan menggunakan antibiotik saja melainkan juga dengan non antibiotik. Penggunaan obat non antibiotik ini merupakan terapi penunjang untuk penyembuhan infeksi saluran kemih.

1. Penggunaan Obat Non Antibiotik

Tabel 7. Karakteristik Penggunaan Obat Non Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

Kelas Terapi Nama Obat Jumlah Presentase

pasien

Larutan elektrolit Ringer laktat 93 100%

Analgesik non opioid Antalgin, Paracetamol 51 54,8 %

Antiinflamasi non steroid Ketorolac 16 17,2%

Antagonis 5-HT3 Scopamin (Hyosin), Ondansetron 25 26,9%

Stimulant motilitas Metoklopramide 7 7,5%

Diuretik kuat Furosemide 2 2,2%

Antiangina golongan nitrat Isosorbid dinitrat 1 1,1%

Antiangina golongan antagonis

kalsium Amdixal (Amlodipine maleat) 1 1,1%

Antagonis reseptor H2 Ranitidin 33 35,5%

Kelator dan senyawa

Kompleks Sucralfate 1 1,1%

Ansietas Alvis (Alprazolam) 1 1,1%

Antiseptik saluran kemih Urinter (asam pipemidat) 2 2,2%

(9)

7 2. Penggunaan Antibiotik

Antibiotik yang digunakan pada pengobatan infeksi saluran kemih di instalasi rawat inap Rumah Sakit “X” adalah dari golongan sefalosporin generasi pertama (cefazolin) dan generasi ketiga (cefotaxim, ceftriaxon, dan cefixime), golongan fluorokuinolon (ciprofloxacin dan levofloxacin), dan golongan penisilin (amoxan dan ampicillin). Penggunaan terapi antibiotik pada pasien infeksi saluran kemih di instalasi rawat inap Rumah Sakit “X” meliputi antibiotik tunggal dan kombinasi.

Tabel 8. Karakteristik Penggunaan Obat Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

No Penggunaan Antibiotik Jumlah Presentase pasien

1 Antibiotik tunggal 77 82,8%

2 Antibiotik kombinasi 16 17,2%

Total 93 100%

Dalam penelitian ini, dari 93 pasien ditemukan 77 pasien menggunakan antibiotik secara tunggal dan 16 pasien menggunakan antibiotik kombinasi. Penggunaan antibiotik tunggal yang paling banyak adalah dari golongan sefalosporin.

Tabel 9. Karakteristik Penggunaan Antibiotik Tunggal Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

No Golongan Antibiotik Nama Obat Jumlah Presentase

pasien

1 Sefalosporin

Generasi 1 Cefazolin 5

40,9% Generasi 3

Cefotaxim 28 Ceftriaxon 3 Cefixime 2

2 Fluorokuinolon Ciprofloxacin 30 36,5%

Levofloxacin 4 3

Penisilin Amoxan 3 5,4%

Ampicillin 2

Total 77 pasien 82,8%

Tabel 10. Karakteristik Penggunaan Antibiotik Kombinasi Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

(10)

8 C. Ketepatan Penggunaan Antibiotik

1. Tepat Indikasi

Ketepatan indikasi berkaitan dengan pemberian suatu antibiotik yang sesuai dengan diagnosa infeksi saluran kemih yang tertulis di rekam medik pasien. Semua pasien pada penelitian ini memenuhi kriteria tepat indikasi karena semua pasien yang menderita infeksi saluran kemih mendapatkan terapi antibiotik.

Tabel 11. Ketepatan Indikasi Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

No Ketepatan Indikasi Jumlah Presentase Pasien

1 Tepat indikasi 109 100%

2 Tidak tepat indikasi 0 0%

Total 93 pasien 100%

2. Tepat Obat

Ketepatan obat merupakan kesesuaian pemilihan antibiotik dengan memperhatikan efektivitas antibiotik yang bersangkutan. Antibiotik yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih di instalasi rawat inap Rumah Sakit “X” adalah antibiotik golongan sefalosporin, fluorokuinolon dan penicillin.

Tabel 12. Penggunaan Antibiotik Tepat Obat Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

No Antibiotik No Kasus Jumlah Presentase

Peresepan

1 Cefotaxim 1, 8, 9, 16, 17, 20, 30, 37, 47, 50, 59, 70,

71, 81, 82, 83, 87, 90, 92 19 17,4%

2 Levofloxacin 2, 21, 34, 35, 48, 56 6 5,5%

3 Ciprofloxacin

3, 4, 6, 7, 10, 15, 18, 19, 20, 24, 26, 28, 29, 31, 32, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 44, 46, 48, 51, 52, 54, 55, 60, 62, 64, 65, 69, 63, 72,

73, 75, 80, 84, 85, 89, 91

42 38,5%

4 Ceftriaxon 11, 29, 46, 58, 79 5 4,6%

5 Cefixime 23, 88 2 1,8%

6 Ampicillin 78 1 0,9%

7 Amoxicillin 53, 65, 86 3 2,8%

(11)

9 Tabel 13. Penggunaan Antibiotik Tidak Tepat Obat Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

No Nama

Antibiotik

Diagnosis

Berdasarkan Gejala No Kasus Jumlah

Presentase Peresepan

1 Cefotaxim Cystitis

5, 12, 14, 15, 22, 33, 38,

3. Tepat Pasien

Tepat pasien adalah ketepatan pemberian antibiotik sesuai dengan kondisi pasien infeksi saluran kemih. Kondisi pasien ini dapat dilihat dari hasil data laboratorium pasien yang mencantumkan hasil tes fungsi hati dan fungsi ginjal pasien. Tes fungsi hati yang digunakan adalah SGOT (AST) dan SGPT (ALT). Menurut laboratorium pemeriksaan di Rumah Sakit “X”, rentang normal SGPT (ALT) adalah 0-29 U/L dan SGOT (AST) adalah 0-25 U/L. Sedangkan test fungsi ginjal yang digunakan adalah dengan pengukuran Glomerular Filtration Rate (GFR). GFR diukur dengan melihat nilai serum kreatinin pasien kemudian diukur nilai klirens kreatinin dengan menggunakan rumus Jelliffe.

Pada penelitian ini terdapat 14 pasien yang tidak melakukan tes fungsi ginjal dan fungsi hati. Penggunaan cefixime, cefotaxim, dan ceftriaxone pada pasien dengan gangguan fungsi hati yang disertai dengan gangguan fungsi ginjal dapat menyebabkan terjadinya pergeseran bilirubin dari ikatan plasma (IONI, 2008).

Tabel 14. Penggunaan Antibiotik Tidak Tepat Pasien Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

No Antibiotik No Kasus Jumlah Presentase

gangguan fungsi hati dan ginjal dapat

menyebabkan terjadinya pergeseran

bilirubin dari ikatan plasma (IONI, 2008)

2 Ceftriaxon 27, 29, 58 3 2,7%

(12)

10 Tabel 15. Penggunaan Antibiotik Tepat Pasien Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

No Antibiotik No Kasus Jumlah Presentase

Peresepan

1 Cefotaxim 1, 5, 8, 9, 12, 15, 16, 22, 25, 30, 33, 36, 37,

45, 47, 67, 71, 76, 77, 82, 87, 92 22 20,2%

2 Levofloxacin 2, 21, 34, 35, 47, 56 6 5,5%

3 Ciprofloxacin

3, 4, 6, 7, 10, 15, 18, 19, 20, 24, 26, 28, 29, 31, 32, 36, 38, 39, 40, 41, 43, 44, 46, 48, 51, 52, 54, 55, 60, 62, 63, 64, 66, 69, 72, 73, 75,

80, 84, 85, 89, 91

42 38,5%

4 Ceftriaxon 11, 45, 46, 66, 79 5 4,6%

5 Cefazolin 13, 49, 57, 61, 74 5 4,6%

6 Cefixime 23, 88 2 1,8%

7 Ampicillin 26, 27, 31, 33, 34, 55, 78, 93 8 7,3%

8 Amoxicillin 53, 65, 86 3 2,8%

Total 93 85,3%

4. Tepat Dosis a. Besaran

Data penggunaan antibiotik dengan dosis yang tidak sesuai dengan dosis standart menurut Drug Information Handbook 14th edition tahun 2006 sebagai berikut:

Tabel 16. Penggunaan Antibiotik Aspek Tepat Dosis Kategori Besaran Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

No Antibiotik No Kasus Jumlah Presentase

Peresepan

1 Cefotaxim 1, 5, 8, 9, 12, 14, 15, 16, 17, 25, 30, 33, 37, 38, 42, 45,

47, 50, 51, 59, 63, 68, 70, 71, 81, 82, 83, 84, 90, 92 30 27,5%

2 Ciprofloxacin 3, 4, 6, 7, 10, 19, 20, 24, 26, 28, 29, 37, 40, 41, 43, 44,

46, 51, 54, 60, 64, 66, 69, 72, 73, 75, 80, 84, 85, 89, 91 31 28,4%

3 Ceftriaxon 11, 27, 29, 45, 46, 58, 66, 79 8 7,3%

4 Cefazolin 13, 49, 57, 61, 74 5 4,6%

5 Cefixime 88 1 0,9%

6 Ampicillin 53, 65 2 1,8%

(13)

11 Tabel 17. Penggunaan Antibiotik Aspek Tidak Tepat Dosis Kategori Besaran Pada Pasien

Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

No No Kasus Diagnosis Antibiotik Dosis Dosis

Lazim Ket

pyelonefritis Cefotaxim 200 mg

Penggunaan antibiotik aspek tepat dosis kategori frekuensi dapat dilihat pada tabel 18 dan untuk aspek tidak tepat dosis kategori frekuensi dapat dilihat pada tabel 19.

Tabel 18. Penggunaan Antibiotik Aspek Tepat Dosis Kategori Frekuensi Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

No Antibiotik No Kasus Jumlah Presentase

(14)

12 Tabel 19. Penggunaan Antibiotik Aspek Tidak Tepat Dosis Kategori Frekuensi Pada Pasien

Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

No No Kasus Antibiotik Frekuensi

Frekuensi

Lazim Ket Jumlah Presentase

Peresepan

1 21 Levofloxacin 3xsehari 1xsehari Frekuensi

berlebih 1 0,9%

25 4xsehari Frekuensi

berlebih

Ciprofloxacin 2xsehari 1xsehari Frekuensi

berlebih 16 14,7%

Frekuensi penggunaan antibiotik ampicillin dan cefotaxim pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal berbeda dengan frekuensi pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Pada pasien yang mendapatkan antibiotik ampicillin dengan nilai klirens kreatinin (ClCr) >50 ml/menit frekuensinya 4xsehari, nilai ClCr 10-50 ml/menit frekuensinya 2-4xsehari, dan nilai ClCr <10 ml/menit frekuensinya 1-2xsehari (Lacy dkk, 2006).

Sedangkan untuk pasien yang mendapatkan terapi antibiotik cefotaxim dengan nilai klirens kreatinin 10-50 ml/menit frekuensinya 2-3xsehari dan nilai klirens kreatinin <10 ml/menit frekuensinya 1xsehari (Lacy dkk, 2006).

c. Durasi

Penggunaan antibiotik aspek tidak tepat dosis kategori durasi dapat

dilihat pada tabel 20 dan untuk aspek tidak tepat durasi kategori besaran dapat

(15)

13 Tabel 20. Penggunaan Antibiotik Aspek Tepat Dosis Kategori Durasi Pada Pasien

Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

No Antibiotik No Kasus Jumlah Presentase

Peresepan

Tabel 21. Penggunaan Antibiotik Aspek Tidak Tepat Dosis Kategori Durasi Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

N

(pyelonefritis) <10 hari 10 hari Durasi

(16)

14 Dari data tersebut terdapat 70,6% peresepan yang besaran dosisnya tepat, 71,6% peresepan dengan frekuensi tepat, dan 38,5% peresepan dengan durasi yang tepat. Dari keseluruhan data terdapat 26 kasus peresepan (23,9%) yang tepat dosis. Dikatakan tepat dosis apabila besaran, frekuensi, dan durasi sesuai dengan dosis standar. Data peresepan yang tepat dosis dapat dilihat pada tabel 22.

Tabel 22. Penggunaan Antibiotik Tepat Dosis Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011

No Kasus Jumlah Presentase peresepan

3, 8, 16, 20, 24, 27, 28, 37, 38, 40, 45, 46, 47, 51, 53, 58, 64, 65, 66, 75, 79, 80, 82, 83, 87,

90

26 23,9%

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan 93 sampel pasien yang terdiagnosis infeksi saluran kemih di instalasi rawat inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011 dengan jumlah peresepan antibiotik sebanyak 109 maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Jenis antibiotik yang digunakan di Rumah Sakit “X” adalah ciprofloxacin (38,5%) kemudian cefotaxim (32,1%), ceftriaxon (7,3%), ampicillin (7,3%), levofloxacin (5,5%), cefazolin (4,6%), amoxicillin (2,8%) dan cefixime (1,8%).

2. Kesesuaian penggunaan antibiotik dalam pengobatan infeksi saluran kemih di Rumah Sakit “X” menurut guideline Guidelines on Urological Infections

tahun 2010 adalah sebagai berikut : a. Tepat indikasi sebanyak 100 % b. Tepat obat sebanyak 72,5 % c. Tepat pasien sebanyak 85,3 % d. Tepat dosis sebanyak 23,9%

SARAN

(17)

15 2. Metode prospektif dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut agar

peneliti dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya dari pasien yang terdiagnosis infeksi saluran kemih.

UCAPAN TERIMA KASIH Ibu Tri Yulianti, M.Si.,Apt

DAFTAR ACUAN

Barker, C., Nunn, A.J. & Turner, S., 2003, Paediatrics, In: Walker, R. & Edward, C., Clinical Pharmachy and Therapeutics 3th Edition, Churchill Livingstone, New York.

BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Coyle, E. A. & Prince, R. A., 2005, Urinary Tract Infection and Prostatitis, in 7th Edition, The McGraw Hill Comparies, Inc., USA.

Saputra, L., 2010, Intisari Ilmu Penyakit Dalam, Binarupa Aksara, Tangerang.

Shetty, H.G.M., & Woodhouse, K., 2003, Geriatrics, In: Walker, R. & Edward, C., Clinical Pharmachy and Therapeutics 3th Edition, Churchill Livingstone, New York.

Siregar, C.J.P. & Kumolosasi, E., 2004, Farmasi Klinik : Teori dan Penerapan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Tessy, A., Ardaya & Suwanto., 2001, Infeksi Saluran Kemih. Dalam Tessy, A (eds)., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga, Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

Gambar

Tabel 1.  Karakteristik Pasien Infeksi Saluran Kemih Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur di Rumah Sakit “X” Tahun 2011
Tabel 3. Klasifikasi Pasien Infeksi Saluran Kemih Berdasarkan Diagnosa dari Gejala
Tabel 7. Karakteristik Penggunaan Obat Non Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011
Tabel 9. Karakteristik Penggunaan Antibiotik Tunggal Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok II mempunyai ciri utama tinggi tanaman pendek, tidak terdapat warna antosianin batang, terdapat bulu batang, jumlah tunas yang berbunga pada batang satu,

Sesuai dengan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui penerapan model pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan motivasi

Data primer diperoleh langsung dari petani dan pelaku pemasaran manggis, seperti pedagang pengumpul, pedagang besar dan pengecer, meliputi harga ditingkat petani, harga

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum sosiologis/empiris yaitu penelitian penelitian hukum

Dari hasil analisis hubungan bernilai positif dari variabel pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung terhadap efektivitas kerja maka sudah saatnya pimpinan

Mata Pelajaran Ekonomi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang dipelajari di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang diharapkan dapat mencapai

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul:

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang direncanakan guru untuk membantu siswa dalam mengalami proses belajar untuk mencapai tujuan