• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

vi

ABSTRAK

HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD

LABUANG BAJI MAKASSAR ARMARETA MALACOPPO

Infeksi saluran kemih merupakan 40 % dari seluruh infeksi nosokomial dan dilaporkan 80 % ISK terjadi setelah instrumenisasi, terutama oleh kateterisasi. Infeksi ini terjadi akibat ketidakmampuan dalam mengendalikan maupun menghindari faktor risiko. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua setelah infeksi saluran nafas atas yang terjadi pada populasi dengan rata-rata 9.3 % pada wanita diatas rata-rata 65 tahun dan 2,5-11% pada pria diatas 65 tahun. Infeksi saluran kemih merupakan infeksi nosokomial tersering yang mencapai kira-kira 40-60 %.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara pemasangan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih (ISK) pada pasien rawat inap di RSUD Labuang Baji Makassar. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 April – 25 April 2014.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study. Pengambilan sample dilakukan secara accidental sampling dengan jumlah sample sebanyak 45 orang. Data dianalisis dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji Fisher Exact.

Hasil penelitian dengan analisa bivariat menunjukkan bahwa variabel pemasangan kateter berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih (ISK) dengan nilai p : 0,001< α : 0,05.

Pemasangan keteter berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih sehingga tenaga medis harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait dengan faktor risiko terjadinya ISK sehingga memberikan manfaat bagi pasien dan masyarakat dengan mengurangi lama perawatan dan dapat menghemat biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan dan perawatan.

Kata Kunci : Pemasangan kateter, infeksi saluran kemih (ISK)

Pendahuluan

Kateterisasi kandung kemih merupakan tindakan memasukkan selang lateks atau plastik melalui uretra ke kandung kemih. Kateter akan menjadi saluran aliran urine kontinu pada klien yang tidak mampu mengendalikan miksi atau pada klien yang tidak mampu mengendalikan atau pada klien

penderita obstruksi. Dengan kateter perawat juga dapat mengukur keluaran urine pada klien dengan gangguan hemodinamika.

Menurut Getliffe (2003) dalam kutipan Potter and Perry (2010), kateterisasi kandung kemih memiliki risiko ISK, sumbatan, dan trauma uretra, oleh karena itu sebaiknya digunakan cara lain untuk

(2)

vii pengambilan spesimen atau

penanganan inkontinensia.

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terdapat di rumah sakit yang paling sering terjadi di Amerika Serikat. Infeksi ini lebih dari 5 juta kunjungan dokter pertahun. Bakteri dalam urine (

bakteriuria) dapat memicu

penyebaran organisme ke dalam aliran dan ginjal. Mikroorganisme paling sering masuk ke dalam saluran kemih melalui rute uretra asenden. Bakteri menempati uretra distal, genitalia eksterna dan vagina pada wanita. Organisme masuk ke dalam meatus uretra dengan mudah dan naik ke lapisan mukosa bagian menuju kandung kemih. Wanita lebih rentan terhadap infeksi karena kedekatan jarak anus dengan meatus uretra dan karena uretranya pendek. Lansia dan klien yang menderita

penyakit utama yang bersifat

progresif atau mengalami penurunan imunitas juga berisiko tinggi. Pada

pria, sekresi prostat yang

mengandung substansi antibakteri dan panjangnya uretra mengurangi kerentanan terhadap infeksi saluran kemih. Diperkirakan 20 % sampai 30 % lansia yang dirawat di rumah sakit memiliki bakteriuria yang signifikan (Potter and Perry, 2005).

Infeksi saluran kemih

merupakan 40 % dari seluruh infeksi nosokomial dan dilaporkan 80 % ISK terjadi setelah instrumenisasi, terutama oleh kateterisasi. Infeksi ini

terjadi akibat ketidakmampuan

dalam mengendalikan maupun

menghindari faktor risiko. Infeksi saluran kemih merupakan masalah yang sering

ditemukan, terhitung 6 sampai 7 juta kunjungan klinik setiap

tahun.Mayoritas kasus didominasi oleh wanita. Satu dari setiap lima wanita di Amerika Serikat

mengalami ISK selama kehidupan mereka. Wanita lebih beresiko terkena ISK karena uretra wanita lebih pendek dan secara anatomi dekat dengan vagina dan anus (Toto Suharyanto, Abdul Madjid, 2009)

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua setelah infeksi saluran nafas atas yang terjadi pada populasi dengan rata-rata 9.3% pada wanita diatas rata-rata 65 tahun dan 2.5-11% pada pria di atas 65 tahun. Infeksi saluran kemih merupakan infeksi

nosokomial tersering yang mencapai kira-kira 40-60%( Jurnal Penelitian Keperawatan STIKES Nani

Hasanuddin 2012).

Dari data Rekam Medik RSUD Labuang Baji Makassar ditemukan kasus infeksi saluran kemih pada pasien rawat inap pada tahun 2011 sebanyak 189 orang, tahun 2012 sebanyak 208 orang dan pada tahun 2013 ditemukan 230 orang yang menderita ISK. Dari data tersebut diketahui bahwa dari tahun ketahun jumlah kejadian ISK semakin meningkat.

Mencermati permasalahan di atas terdapat dugaan bahwa

pemasangan kateter dapat

menjadi penyebab infeksi saluran kemih pada pasien yang menjalani rawat inap sehingga peneliti

memandang perlu untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan pemasangan kateter dengan kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada

(3)

viii

Pasien Rawat Inap di RSUD Labuang Baji Makassar”

Metode

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional

study untuk mengetahui hubungan

variabel independen dan dependen,

dengan cara observasi atau

mengumpulkan data pada satu saat,

artinya tiap responden hanya

diobservasi sekali saja dan

pengukuran dilakukan terhadap

status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Labuang

Baji Makassar.Penelitian ini

dilaksanakan mulai dari tanggal 3 April 2014 – 25 April 2014.Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang terpasang kateter maupun tidak terpasang kateter dan semua yang mengalami ISK maupun tidak mengalami ISK yang dirawat di Ruang ICU, RPK, Baji Kamase, Baji Pamae, Baji Ada dan Baji Dakka di RSUD Labuang Baji Makassar sebanyak 69 orang. Sampel adalah sebagian dari pasien rawat inap yang terpasang kateter maupun tidak

terpasang kateter dan yang

mengalami ISK maupun tidak

mengalami ISK di RSUD Labuang Baji Makassar.Teknik pengambilan

sampel menggunakan accidental

sampling, yaitu cara pengambilan

sampel yang dilakukan dengan

kebetulan bertemu responden yang akan diteliti. Besar sampel pada penelitian ini adalah 45 orang.

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer diperoleh dengan

melakukan observasi langsung kepada setiap responden untuk pemasangan kateter dan untuk ISK diperoleh dari pengamatan data diagnosa medis pada status responden .

2. Data Sekunder yaitu data yang

diperoleh dari bagian-bagian yang berhubungan dengan objek penelitian seperti bagian medical

record, catatan perawatan (status

pasien), buku laporan dan bagian lain yang terkait.

Hasil

Dalam penelitian ini diperoleh berbagai data mengenai Hubungan Pemasangan Kateter dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD Labuang Baji Makassar.

Adapun hasil penelitian ini disajikan secara berurutan sesuai dengan analisis yang telah direncanakan yaitu : pertama dengan analisis univariat yang meliputi distribusi frekuensi dari data demografi responden meliputi umur, jenis kelamin, suku dan ruang rawat. Sedangkan yang terdapat pada variabel

independen yaitu pemasangan kateter dan variabel dependen yaitu infeksi saluran kemih (ISK).

(4)

vii

Analisa univariat dalam penelitian ini akan menggambarkan distribusi frekuensi data demografi responden (umur, jenis kelamin, suku, ruang rawat), distribusi frekuensi dari variabel dependen dan variabel independen.

1. Data demografi

Data demografi responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, suku, dan ruang rawat.Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Labuang Baji Makassar.

Tabel 1

Distribusi Responden Menurut Umur Pada PasienRawat Inap Di RSUD Labuang Baji MakassarApril 2014

Umur (tahun) n % 16-35 36-55 56-75 76-80 24 12 7 2 53,3 26,7 15,6 4,4 Jumlah 45 100

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 1 diatas, diketahui bahwa responden yang terbanyak dari seluruh sampel yaitu yang berumur 16-35 tahun, dan golongan yang terkecil adalah responden yang berumur 76-80 tahun.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD Labuang Baji MakassarApril 2014

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan jenis kelamin dari tabel 2, diketahui bahwa dari 45

responden, responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 23 orang (51,1 %) dan responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 22 orang (48,9 %). Dari keseluruhan responden, jumlah laki-laki lebih banyak dari jumlah perempuan.

Jenis Kelamin n % Laki-laki Perempuan 23 22 51,1 48,9 Jumlah 45 100

(5)

viii Tabel 3

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Suku Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD Labuang Baji MakassarApril 2014

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan suku responden pada tabel 3 tersebut, diketahui bahwa dari 45 responden, golongan terbanyak dari responden tersebut yaitu suku Makassar sebanyak 34 orang (75,6 %) dan golongan yang terkecil yaitu suku Jawa sebanyak 1 orang (2,2 %).

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Ruang Rawat Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD Labuang Baji MakassarApril 2014

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan data ruang rawat pada tabel 4, diketahui dari 45 responden, golongan terbanyak dari seluruh responden yaitu yang dirawat di ruang Baji Kamase sebanyak 15 orang (33,3 %), dan golongan terkecil yaitu responden yang dirawat di ruang Baji Ada sebanyak 2 orang (4,4 %).

2. Variabel independen dan variabel dependen

Suku n % Makassar Bugis Jawa 34 10 1 75,6 22,2 2,2 Jumlah 45 100 Ruang Rawat n % ICU RPK Baji Kamase Baji Pamae Baji Dakka Baji Ada 13 5 15 7 3 2 28,9 11,1 33,3 15,6 6,7 4,4 Jumlah 45 100

(6)

ix

Variabel independen pada peneltian yaitu pemasangan kateter dan variabel dependen yaitu infeksi saluran kemih (ISK), yang dapat dilihat distribusi

frekuensinya pada tabel-tabel berikut ini. Tabel 5

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemasangan Kateter Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD Labuang Baji Makassar

April 2014 Kateter N % Terpasang Tdk Terpasang 35 10 77,8 22,2 Jumlah 45 100

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 5, didapatkan bahwa dari 45 responden, yang terpasang kateter sebanyak 35 orang (77,8 %) sedangkan yang tidak terpasang kateter sebanyak 10 orang (22,2 %). Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah responden yang terpasang kateter lebih banyak dari responden yang tidak terpasang kateter.

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD Labuang Baji

MakassarApril 2014 ISK n % ISK Tdk ISK 8 37 17,8 82,2 Jumlah 45 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 6, didapatkan bahwa dari 45 responden, responden yang menderita ISK sebanyak 8 orang ( 17,8 %) sedangkan yang tidak menderita ISK sebanyak 37 orang (82,2 %). Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah responden yang tidak menderita ISK lebih banyak dari responden yang menderita ISK.

(7)

x

3. Analisa bivariat

Pada tahap ini dilakukan analisi hubungan variabel yaitu hubungan pemasangan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih (ISK).Penilaian adanya hubungan didasarkan atas hasil uji chi-square.

Tabel 7

Hubungan Antara Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD labuang Baji

MakassarApril 2014

Kateter Kejadian ISK Jumlah Uji

statistik atau p Value Menderita Tdk Menderita n % n % n % Terpasang 2 5,7 33 94,3 35 100,0 0,001 Tdk terpasang 6 60 4 40 10 100,0 Jumlah 8 17,8 37 82,2 45 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 7, diketahui bahwa jumlah responden yang terpasang kateter sebanyak 35 orang, adapun responden yang terpasang kateter yang menderita ISK sebanyak 2 orang (5,7 %), sedangkan responden yang terpasang kateter yang tidak mengalami ISK sebanyak 33 orang (94,3 %). Adapun

responden yang tidak terpasang kateter sebanyak 10 orang, responden yang tidak terpasang kateter yang mengalami ISK sebanyak 6 orang (60 %) sedangkan responden yang tidak terpasang kateter yang tidak mengalami ISK sebanyak 4 orang (40 %).

Hasil analisis ststistik dengan menggunakan Fisher Exact menunjukkan nilai p = 0,001 < α = 0,05, hal ini berarti ada hubungan bermakna antara

pemasangan kateter dengan kejadian ISK. Pembahasan

Hubungan pemasangan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih (ISK)

Berdasarkan hasil observasi pada 45 responden diketahui bahwa jumlah responden yang terpasang kateter sebanyak 35 orang,

didapatkan bahwa responden yang terpasang kateter yang menderita

ISK sebanyak 2 orang (5,7 %), sedangkan responden yang terpasang kateter yang tidak mengalami ISK sebanyak 33 orang (94,3 %). Sementara responden yang tidak terpasang kateter sebanyak 10 orang, dimana responden yang tidak

terpasang kateter yang mengalami ISK sebanyak 6 orang (60 %) sedangkan responden yang tidak terpasang kateter yang tidak mengalami ISK sebanyak 4 orang

(8)

vii (40 %). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemasangan kateter dengan kejadian ISK.

Penelitian ini diperkuat oleh Getliffe (2003) dalam kutipan Potter and Perry (2010) yang mengatakan bahwa kateterisasi kandung kemih memiliki risiko infeksi saluran kemih.Setelah memasukkan kateter indwelling, pertahankan sistem drainase tertutup untuk mengurangi risiko infeksi.Kantung drainase urine tersebut dari plastik dan dapat

menampung 1000-1500 ml

urine.Kantung tersebut digantung di samping tempat tidur atau kursi roda tanpamenyentuh lantai.Jangan menggantung kantung pada pegangan tempat tidur karena posisinya terkadang harus

ditinggikan melebihi tinggi kandung kemih.Anda dapat mengambil spesimen dari kateter tersebut tanpa membuka sistem drainase dengan menggunakan port khusus yang terdapat di selang.

Menjaga sisitem drainase urine tetap tertutup sangat penting dalam pengendalian infeksi. Sistem yang terganggu akan menyebabkan masuknya mikroorganisme. Lokasi yang berisiko adalah lokasi insersi kateter, kantung drainase,

keran,percabangan selang, serta percabangan antar selang dan kantung.

Selain itu, awasilah

kepatenan sistem untuk mencegah penumpukanurine di dalam selang.Urine di kantung drainase merupakan media pertumbuhan mikroorganisme.Bakteri dapat

menyebar ke atas selang drainase dan

tumbuh di dalam urine.Jika urine mengalir kembali ke dalam kandung kemih klien, maka infeksi dapat terjadi.

Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh

Muhlis Hartawan (2012) yang

berjudul “ Hubungan Pemasangan Kateter Tetap Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih”, Tujuan

penelitian adalah mengetahui

hubungan Pemasangan Kateter

(prosedur pemasangan

kateter,perawatan kateter, lama

kateter terpasang) dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien

rawat inap RSUD Lapatarai

Kabupaten Barru Propinsi Sulawesi Selatan, dengan jumlah populasi sebanyak 30 responden. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif melalui desain cross Sectional Study.Sampel ditarik secara total sampling dengan jumlah 30 responden. Hasil analisis bivariat

diperoleh ada hubungan antara

pemasangan kateter dengan kejadian ISK (ρ = 0,007<α =0,05), terdapat hubungan antara perawatan kateter dengan kejadian ISK (ρ = 0,035<α =0,05) dan terdapat hubungan antara

lama kateter terpasang dengan

kejadian ISK (ρ =0,003<α =0,05). Disimpulkan bahwa ada hubungan

antara pemasangan kateter,

perawatan kateter, dan lama kateter terpasang dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien rawat inap

di RSUD Lapatarai Kabupaten

Barru. Teori tersebut sejalan

dengan hasil penelitian yang

diperoleh bahwa dari 6,2 %

responden yang terpasang kateter mengalami ISK, karena tindakan pemasangan kateter dapat menjadi akses masuknya mikroorganisme ke

(9)

viii dalam saluran kemih. Lokasi kateter yang berisiko adalah lokasi insersi kateter, kantung drainase, keran, serta percabangan antara selang dan kantung. Kejadian infeksi tersebut dapat terjadi jika tidak mewaspadai terjadinya penumpukan urine di

dalam selang. Urine di kantung drainase merupakan pertumbuhan

mikroorganisme. Bakteri dapat

menyebar ke atas selang drainase dan tumbuh di dalam urine. Jika urine mengalir kembali ke dalam kandung kemih, maka infeksi dapat terjadi. Simpulan

Ada hubungan antara pemasangan kateter dengan infeksi saluran kemih (ISK).

Saran

1. Kejadian infeksi saluran

kemih dapat terjadi pada tindakan pemasangan kateter, tapi dengan perawatan

kateter, jenis kateter dan lama terpasangnya kateter dapat mencegah terjadinya infeksi saluran kemih.

2. Bagi pihak RSUD Labuang

Baji Makassar agar

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat terkait dengan pengendalian kejadian infeksi saluran kemih pada pemasangan kateter sehingga dapat memberikan manfaat bagi pasien dan masyarakat dengan mengurangi lama perawatan atau mencegah bertambahnya hari perawatan akibat dari infeksi saluran kemih sehingga dapat menghemat biaya yang dikeluarkan untuk

pengobatan dan perawatan.

3. Untuk peneliti selanjutnya

yang berminat meneliti tentang hubungan kejadian infeksi saluran kemih di rumah sakit selain pemasangan kateter.

Daftar Pustaka

Ali, Zaidin. 2002. Dasar

Keperawatan Profesional. EGC, Jakarta

Arisandy, Nopi.2013.Hubungan Lamanya Kateter Dengan Kejadian

Infeksi Saluran Kemih pada

Pasien Raway Inap di Rumah Sakit Daerah Ulin Banjarmasin 2013. Diakses tanggal 25 Januari 2014 Baradero, Mary,dkk. 2008. Klien Gangguan Ginjal.EGC,Jakarta Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : Aplikasi

Konsep dan Proses

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz. 2011. Metode

Penelitian keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Edisi Pertama. Salemba Medika, Jakarta

Hartawan, Muhlis, dkk. 2012.

Hubungan Pemasangan Kateter Dengan

Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Lapatarri kabupaten Barru. http : //library. Stiknesnh.ac.id. Diakses tanggal 28 Desember 2013

(10)

vii Mansjoer, Arif, dkk. 2001.

Kapita Selekta Kedokteran. Media

Aesculapius, Jakarta Marlina, Rani Samad. 2012.

Jurnal Hubungan Pemasangan Kateter dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih.

http://jurnal.unimus.aci d. Diakses tanggal 25 Januari 2014

O’callogan, C. A. 2009. At a

Glance Sistem Ginjal.

Erlangga, Jakarta Price, S ylvia Anderson. 1995.

Patofisiologi : Konsep Klinis proses-proses penyakit :

Pathophysiologi Clinical Concept of Disese Process. Lih

Bahasa: Peter Anugrah. Edisi : 4. EGC, Jakarta Puji, Esse P, dkk. 2014 .

Pedoman Penulisan Skripri. Edisi 10. STIK

Makassar, Makassar Potter, Patricia A dan Perry,

Anne G. 2010.

Fundamental

Keperawatan. Edisi 7

Buku 3. Salemba Medika, Jakarta Potter, Patricia A dan Perry,

Anne G. 2005. Buku

Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.

EGC, Jakarta

Rekam Medik RSUD Labuang Baji Makassar

Suharyanto, Toto dan Madjid, Abdul. 2009. Asuhan

Keperawtan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan.

TIM, Jakarta

Smaltzer, Suzanne C. 2001.

Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Alih

Bahasa: Agung Waluyo. Edisi 8. EGC, Jakarta Tess y, Agus dan Ardaya,

Suwanto. 2001. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran kemih. Edisi 3. FKUI,

Referensi

Dokumen terkait

Data – data yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis dan dijadikan baha refleksi.Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan observer, bahwa dalam pelaksanaan

While the holistic idea of culture apparently migrated to literary study in the 1930s, ethnography did not really take root in the field of English until the advent of cultural

Melihat permasalahan konsep rumah pintar dan kebutuhan pengguna, penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah konsep rumah pintar yang mempunyai kelebihan sistem pemindah

Penelitian ini menggunakan objek Susu Kental Manis Frisian Flag Gold, yang mana kemasan yang digunakan sebagai pembeda dengan perusahaan sejenis serta konsep yang digunakan

Pengadaan Barang/Jasa di Desa yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Pemerintah Desa, baik dilakukan

Pengadaan dan pemasangan instalasi air bekas, air kotor, air hujan, dan pipa ventilasinya dalam gedung berikut fixtures, fittings, aksesoris, hanger &amp; support dan

As the robot uses serial servo motor, it is easier to control these motor with CM-510 controller from Bioloid also.. The servo motors are connected serially and finally it

Hasilnya adalah pertama , atribut yang mendasari butir soal ada 47 yang terdiri atas empat atribut isi, 36 atribut proses, dan tujuh atribut keterampilan; kedua , kemampuan