9
BAB II AVOMETER
A. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan avometer ini adalah mengetahui cara kerja avometer sebagai alat ukur kuat arus, tegangan, dan hambatan.
B. Alat-alat yang Dipergunakan Pengujian Avometer menggunakan alat-alat sebagai berikut.
1. Unit Uji Avometer 2. Multimeter Analog
Berikut gambar 2.1 merupakan alat uji avometer.
Gambar 2.1. Alat Uji Avometer C. Landasan Teori
Multimeter yang sering digunakan pada umumnya menggunakan meter kumparan putar sebagai meter indikatornya. Meter kumparan putar terdiri atas suatu kumparan yang dapat berputar dalam medan magnet bila kumparan itu dialiri arus listrik. Sebuah pegas spiral berfungsi mengembalikan kedudukan kumparan tersebut dalam keseimbangan.
10
Jika arus searah I melewati kumparan dengan n lilitan yang berada di dalam medan magnet B, maka kumparan akan mengalami momen gaya sebesar:
M = N.B.A.I (2.1)
dengan:
M = momen gaya N = jumlah lilitan B = medan magnet A = luas kumparan I = arus listrik
Momen gaya ini dilawan oleh momen gaya pegas dan momen gaya redaman. Meter kumparan putar yang digunakan pada multimeter umumnya mempunyai sifat orde besar arus defleksi skala penuh (full scale deflection = fsd) 200 A, dan tahanan 300 ohm. Multimeter mempunyai tuas (saklar) pilihan fungsi untuk:
a. Arus searah (DC mA)
b. Tegangan arus searah (V DC) c. Tegangan arus bolak-balik (V AC) d. Tahanan (ohm)
D. Pelaksanaan Percobaan
Pada papan peraga tersedia sejumlah komponen listrik, seperti resistor, kapasitor, dioda dan induktor. Sumber tenaga arus bolak-balik dengan frekuensi 50 Hz dan sumber tegangan searah. Cara pengujiannya adalah sebagai berikut.
1. Penggunaan Multimeter sebagai Ohmmeter
Pada pengujian ini tidak diperlukan sumber tegangan, sehingga posisi switch dibiarkan pada keadaan off (lampu mati). Saklar multimeter diputar pada posisi (ohm). Dipilih saklar terbesar. Sebelum dimulai pengukuran, multimeter harus dibuat nol dengan jalan menghubungkan langsung probe merah dan hitam. Kemudian knop “0 adj”
diputar sehingga meter siap untuk mengukur tahanan (resistor). Jika pembacaan terlalu kecil atau besar, dipindahkan pada saklar lain yang sesuai. Pada saat pindah saklar, sebelum mengukur, meter harus dinolkan terlebih dahulu.
11
2. Penggunaan Multimeter Sebagai Voltmeter DC
Saklar Multimeter diubah pada posisi V, DC, di pilih saklar terbesar. Sumber pada papan peraga dihidupkan sehingga lampu menyala, dan tegangan DC diukur dengan memasang probe hitam pada kutup negatif, dan probe merah pada kutub positif, catat hasil pengamatan tegangan ini sebagai V0.
3. Pengunaan Multimeter Sebagai Amperemeter DC
Mengubah Saklar Multimeter pada posisi DC (mA) lalu dipilih skala terbesar.
Rangkaian dibuat seperti bagan dengan probe merah langsung dihubungkan kutub positif dari sumber. Harga arus yang lewat dibaca, bila pembacaan terlalu kecil atau terlalu besar dipilih skala lain yang sesuai. Berikut gambar 2.2 merupakan layout pengukuran.
a b
R 1
Gambar 2.2. Layout pengukuran
Arus ini dicatat sebagai I1. Kemudian multimeter diambil, dihubungkan ke titik a dan b dengan kabel. Melalui penggunaan multimeter itu diukur tegangan pada kutub-kutub sumber, sebelumnya dipindah terlebih dahulu posisi V. DC, dicatat harga tegangan ini, misalnya = V1. Dari besaran itu dihitung kembali nilai tahanan yang terpasang (R1) dengan rumus:
R1 =
1 1
I
V (2.2)
Langkah ini dilakukan untuk tahanan yang lain.
4. Penggunaan Multimeter Sebagai Voltmeter AC
Mengubah Saklar Multimeter pada posisi AC dan dipilih skala terbesar, bila pembacaan terlalu kecil atau terlalu besar dipilih skala lain yang sesuai. Pengukuran
I
12
tegangan AC untuk menghitung kapasitas dan induktansi dengan layout sebagai berikut.Berikut gambar 2.3 merupakan untaian RC.
Gambar 2.3 Untaian RC
Vab = V1, Vbc = V2, Vac = V3 diukur, maka beda fase antara V1 dengan V2 adalah yang memenuhi hubungan:
cos =
2 1
2 2 2 1 2 3
2VV V V
V
(2.4) sehingga:
C = 2.. . . 2.sin
1
V R f
V farrad (2.5)
dengan
f = frekuensi listrik (50hz) R = tahanan
Dengan cara yang sama kapasitas dan kapasitor yang lain dapat dihitung.
5. Pengukuran Tegangan AC untuk Menghitung Induktansi
Saklar Multimeter diubah pada posisi AC, dipilih skala terbesar, bila pembacaan terlalu kecil atau terlalu besar dipilih skala lain yang sesuai. Pengukuran tegangan AC untuk menghitung kapasitas dan induktansi dengan layout sebagai berikut. Berikut gambar 2.4 merupakan untaian RL.
Gambar 2.4 Untaian RL
R b
a
13
Vab = V1, Vbc = V2, Vac = V3 diukur, dengan beda fase , maka V1 dengan V2 adalah yang memenuhi hubungan:
f V
V L R
. . 2 .
sin . .
1 2
(2.6)
E. Hasil Percobaan dan Analisis Data
1. Percobaan Volmeter DC
Berikut tabel 2.1 merupakan percobaan voltmeter DC.
Tabel 2.1. Percobaan Volmeter DC
Nomor I II III V rata rata
Volt Volt Volt Volt
1 15,5 15,4 15,5 15,5
Nilai rata-rata untuk pengukuran Vo dihitung Vo =VI + VII + VIII
3
=
15,5 + 15,4 + 15,53
=
15,5 volt2. Percobaan Ohmmeter
Berikut tabel 2.2 merupakan percobaan ohmmeter.
Tabel 2.2. Percobaan Ohmmeter
Nomor I II III R rata-rata
Ω Ω Ω Ω
1 59800 60100 60000 59966,67
2 50000 51000 51400 50800,00
3 29000 29500 29350 29283,33
4 5500 5560 5550 5536,67
5 1900 1925 1910 1911,67
6 500 495 506 500,33
7 100 103 102 101,67
Nilai rata-rata untuk pengukuran Ro dihitung
14 Ro =
3
III II
I
3. Percobaan Ampermeter DC
Berikut tabel 2.3 merupakan percobaan amperemeter DC.
Tabel 2.3. Percobaan Amperemeter DC
Nomor V (Volt) V
rata rata
I (mili Ampere) I rata rata
Tahanan (R)
I II III I II III Ω
1 12,00 11,50 12,30 11,97 0,27 0,28 0,27 0,27 43780,49 2 12,50 12,30 12,60 12,47 0,26 0,27 0,25 0,26 47948,72 3 13,60 13,50 13,70 13,60 0,43 0,42 0,43 0,43 31875,00 4 15,00 14,80 15,10 14,97 2,65 2,62 2,63 2,63 5683,54 5 15,30 15,30 15,20 15,27 7,60 7,55 7,68 7,61 2006,13 6 15,50 15,45 15,50 15,48 26,50 26,70 26,50 26,57 582,81 7 15,90 15,70 15,90 15,84 85,00 86,00 84,00 85,00 186,27
Dengan menggunakan rumus perhitungan hukum ohm : Rn = In
Vn maka dapat kita tentukan besarnya R.
Rn=Vn
In R4=15,27
7,61 = 5683,54 Ω R1=11,97
0,27 = 43780,49 Ω R5=15,27
7,61 = 2006,13 Ω R2=12,47
0,26 = 47948,72 Ω R6=15,48
26,57= 582,81 Ω R3=13,6
0,43= 31875,00 Ω R7=15,84
85,00= 186,27 Ω
Kesalahan Relatif = R Perhitungan-R Pengukuran
R Perhitungan ×100%
15 Berikut tabel 2.4 merupakan kesalahan relatif.
Tabel 2.4. Kesalahan Relatif
No R() Kesalahan relatif
R Pengamatan Pengukuran (%)
1 59966,67 43780,49 -36,97
2 50800,00 47948,72 -5,95
3 29283,33 31875,00 8,13
4 5536,67 5683,54 2,58
5 1911,67 2006,13 4,71
6 500,33 582,81 14,15
7 101,67 186,27 45,42
4. Percobaan Voltmeter AC
Berikut tabel 2.5 merupakan percobaan voltmeter AC.
Tabel 2.5. Percobaan Voltmeter AC
No
V1 Rata-
rata (volt)
V2 Rata-
rata (volt)
V3 Rata-
rata (volt)
θ (Derajat)
C (Farad)
L (Henry) 1 2,51 5,12 7,21 40,755594 5,459712E-08 185,579720 2 3,01 5,51 8,16 35,030981 6,317709E-08 160,376470 3 4,80 3,26 11,21 #Tidak dapat
dihitung
Tidak dapat dihitung
Tidak dapat dihitung 4 9,50 5,31 12,25 71,688408 1,055426E-06 9,600027 5 5,59 7,42 12,31 38,066711 1,938686E-06 5,226281 6 4,48 11,22 12,61 82,471429 2,199724E-06 4,606086 7 5,13 8,92 12,56 55,530009 1,192088E-05 0,849948
16 a. Dihitung untuk masing-masing θ:
Cos θ = V32-V22-V12 2.V1.V2 Cos θ1 = V32-V22-V12
2.V1.V2 = 7,212-5,122-2,512
2.2,51.5,12 = 0,75750 θ1 = arc cos 0,75750 = 40º45’20,53”
Cos θ2 = V32-V22-V12
2.V1.V2 = 8,162-5,512-3,012
2.3,01.5,51 = 0,81884 θ2 = arc cos 0,81884 = 35º1’52,17”
Cos θ3 = V32-V22-V12
2.V1.V2 = 11,212-3,262-4,802
2.4,80.3,26 = 2,94566 θ3 = arc cos 2,94566 = Tidak dapat dihitung Cos θ4 = V32-V22-V12
2.V1.V2 = 12,252-5,312-9,502
2.9,50.5,31 = 0,31418 θ4 = arc cos 0,31418 = 71º41’19,25”
Cos θ5 = V32-V22-V12
2.V1.V2 = 12,312-7,422-5,592
2.5,59.7,42 = 0,78729 θ5 = arc cos 0,78729 = 38º4’1,29”
Cos θ6 = V32-V22-V12
2.V1.V2 = 12,612-11,222-4,482
2.4,48.11,22 = 0,13102 θ6 = arc cos 0,13102 = 82º28’17,26”
Cos θ7 = V32-V22-V12
2.V1.V2 = 12,562-8,922-5,132
2.5,13.8,92 = 0,56597 θ7 = arc cos 0,56597 = 55º31’49,16”
a. Dihitung untuk masing-masing C: Catatan f = 50 Hz.
17 C = V1
2π.f.Rn.V2.sinθ C1 = V1
2π.f.R1.V2.sinθ= 2,51
2π.50.43780,49.5,12.sin40º45’20,53” = 5,459712×10-8 farad C2 = V1
2π.f.R2.V2.sinθ= 3,01
2π.50.47948,72.5,51.sin35º1’52,17” = 6,317709×10-8 farad C3 = V1
2π.f.R3.V2.sinθ= Tidak dapat dihitung C4 = V1
2π.f.R4.V2.sinθ= 9,50
2π.50.5683,54.5,31.sin71º41’19,25” = 1,055426×10-6 farad C5 = V1
2π.f.R5.V2.sinθ= 5,59
2π.50.2006,13.7,42.sin38º4’1,29” = 1,938686×10-6 farad C6 = V1
2π.f.R6.V2.sinθ= 4,48
2π.50.582,81.11,22.sin82º28’17,26” = 2,199724×10-6 farad C7 = V1
2π.f.R7.V2.sinθ= 5,13
2π.50.186,27.8,92.sin55º31’49,16” = 1,192088×10-5 farad b. Dihitung masing-masing untuk L:
Catatan f = 50 Hz.
L = Rn.V2.sinθ V1.2π.f L1 = R1.V2.sinθ
V1.2π.f = 43780,49.5,12.sin40º45’20,53”
2,51.2π.50 = 185,579720 Henry L2 = R2.V2.sinθ
V1.2π.f = 47948,72.5,51.sin35º1’52,17”
3,01.2π.50 = 160,376470 Henry L3 = R3.V2.sinθ
V1.2π.f = Tidak dapat dihitung L4 = R4.V2.sinθ
V1.2π.f = 5683,54.5,31.sin71º41’19,25”
9,50.2π.50 = 9,600027 Henry
18 L5 = R5.V2.sinθ
V1.2π.f = 2006,13.7,42.sin38º4’1,29”
5,59.2π.50 = 5,226281 Henry L6 = R6.V2.sinθ
V1.2π.f = 582,81.11,22.sin82º28’17,26”
4,48.2π.50 = 4,606086 Henry L7 = R7.V2.sinθ
V1.2π.f = 186,27.8,92.sin55º31’49,16”
5,13.2π.50 = 0,849948 Henry
F. Pembahasan
1. Berdasarkan hukum Ohm bahwa arus yang melewati logam sebanding dengan tegangan sehingga semakin besar hambatan semakin kecil arus untuk suatu tegangan.
2. Besar kapasitas sebanding dengan tegangan (V).
3. Hasil perhitungan R dengan menggunakan rumus V/I dan R hasil pengamatan berbeda jauh dapat disebabkan oleh kurangnya ketelitian pada saat pengamatan angka yang menunjukkan ukuran pada multimeter yang sulit dibaca karena terlalu kecil.
G. Kesimpulan
1. Berdasarkan Hasil Penelitian dan Hasil Percobaan maka Alat Uji Avometer digunakan untuk mengetahui tahanan Resistor (Ohm), menentukan besarnya tegangan (V, DC), menentukan arus searah (DC, mA), menentukan arus tegangan bolak – balik (V, AC) dan mengetahui cara kerja Multimeter.
2. Semakin besar kapasitasnya maka kesalahan relatif belum tentu semakin besar tergantung hasil pengamatan dan perhitungan.
3. Ketelitian sangat diperlukan dalam proses percobaan dan perhitungan laporan.