• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 DASAR TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB 2 DASAR TEORI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

Keterlambatan proyek adalah tambahan waktu penyelesaian pekerjaan dari jadwal awal proyek yang mendapat tambahan kompensasi atau tidak (Alkhathami, 2005) Keterlambatan proyek juga diartikan sebagai waktu penyelesaian yang melebihi waktu pekerjaan dan waktu penyelesaian dalam kontrak, atau waktu yang melebihi kontrak. waktu serah terima proyek kepada pemilik proyek (Alsharif 2016). Keterlambatan yang dapat dimaafkan adalah keterlambatan proyek yang disebabkan oleh dua bagian, yaitu kelalaian pemilik proyek dan kesalahan pemilik proyek, disebut juga. Perselisihan dan konflik hukum muncul akibat adanya kerugian akibat tertundanya proyek (Sunjka dan Jacob, 2013).

Akibat keterlambatan proyek dapat diatasi dengan pengambilan keputusan yang tepat dan manajemen proyek yang baik. Identifikasi keterlambatan proyek dapat ditinjau dari penelitian terdahulu yang berhasil menjelaskan faktor-faktor keterlambatan proyek konstruksi. Metode pelaksanaan yang tidak tepat di lapangan Pengalaman kerja kontraktor yang kurang Keterlambatan akibat mobilisasi proyek 4. Konsultan Keterlambatan dalam inspeksi dan pengujian.

Kurangnya peralatan lapangan Keterampilan operator masih rendah Rendahnya produktivitas dan efisiensi peralatan 8. Tenaga kerja tidak terampil Rendahnya produktivitas tenaga kerja Konflik pribadi antar pekerja lapangan 9. Kondisi eksternal di lapangan terendam air. Perkiraan waktu yang tidak akurat Perkiraan biaya yang tidak akurat Tim proyek yang tidak kompeten Kontraktor yang tidak dapat diandalkan Manajemen dan pengendalian lokasi yang buruk. Adanya campur tangan pemilik proyek Kurangnya perwakilan proyek yang kompeten Kurangnya komunikasi dan koordinasi Kelayakan proyek tidak memadai.

Terkait dengan konsultan Pengalaman konsultan tidak memadai Perencanaan yang buruk dan desain yang terlambat Asisten manajemen proyek tidak memadai Gambar dan detail tidak lengkap.

Tabel 2.1 Faktor Keterlambatan Proyek   No.  Kelompok
Tabel 2.1 Faktor Keterlambatan Proyek No. Kelompok

Manajemen Risiko

Pengertian Risiko

Risiko adalah kemungkinan suatu peristiwa akan mengakibatkan kerugian ketika peristiwa tersebut terjadi dalam jangka waktu tertentu (Browden et al., 2001). Risiko mempunyai dua unsur, yaitu probabilitas yang berarti kemungkinan terjadinya suatu peristiwa, dan konsekuensi yang berarti dampak yang terjadi akibat peristiwa tersebut (Cooper et al., 2005). Risiko juga digunakan secara terus menerus pada perusahaan konstruksi pada umumnya ketika menghadapi berbagai situasi yang melibatkan banyak faktor, antara lain faktor yang tidak diketahui, tidak terduga, dan seringkali tidak diinginkan.

Tahapan Manajemen Risiko

Fase komunikasi dan konsultasi ini dimaksudkan untuk membantu pemangku kepentingan memahami proses manajemen risiko secara keseluruhan. Tahapan ini merupakan tahap penentuan ruang lingkup manajemen risiko serta tujuan dan strategi organisasi. Tahap ini merupakan tahap untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang akan dihadapi dengan membuat kerangka pertanyaan 5W+1H (di mana, kapan, siapa, mengapa, apa dan bagaimana) yang dapat digunakan dalam tahap identifikasi ini.

Tahap analisis ini terbagi menjadi dua, yaitu analisis risiko kualitatif dan analisis risiko kuantitatif. Analisis risiko kualitatif adalah proses menentukan prioritas analisis atau tindakan respons dengan mengukur dan menggabungkan kemungkinan terjadinya suatu risiko dan dampak dari risiko tersebut (PMBOK, 2013). Setelah probabilitas dan dampak ditentukan, dilakukan penilaian dan penentuan prioritas risiko yang memiliki potensi terbesar untuk diatasi.

1 Probabilitas terjadinya kurang dari 5% Sangat jarang terjadi 2 Probabilitas terjadinya antara 5%-25% Jarang terjadi 3 Probabilitas terjadinya antara 25%-50% Sedang 4 Probabilitas terjadinya antara 50%-75% Sering terjadi 5 Kemungkinan terjadinya lebih dari 75% Sangat sering terjadi. Setelah diperoleh probabilitas dan konsekuensinya, langkah selanjutnya adalah membuat peta risiko yang diklasifikasikan berdasarkan data yang telah dianalisis. Tarif ini merupakan perbandingan tingkat risiko dengan kriteria yang telah ditetapkan serta memperhitungkan keuntungan dan kerugian.

Fase ini menentukan langkah-langkah yang akan diambil untuk mengatasi risiko yang teridentifikasi. Penghindaran merupakan suatu bentuk respon terhadap risiko dimana tim proyek akan melakukan perubahan pada rencana proyek untuk menghilangkan risiko atau dampak risiko untuk mempertahankan pencapaian tujuan proyek. Transfer merupakan bentuk respon terhadap risiko dimana tim proyek akan mengalihkan dampak finansial dari risiko tersebut kepada pihak lain sesuai dengan perjanjian kontrak.

Mitigasi merupakan suatu bentuk respon risiko dimana tim proyek akan mencari tindakan alternatif untuk mengurangi kemungkinan atau konsekuensi terjadinya risiko. Penerimaan merupakan suatu bentuk respon risiko dimana proyek akan memutuskan untuk menerima risiko yang ada, tidak melakukan perubahan terhadap perencanaan proyek, atau menyusun strategi pencegahan agar risiko tersebut tidak terjadi. Tahapan ini merupakan tahap pengukuran kinerja manajemen risiko terhadap indikator-indikator yang ada, kemudian ditinjau secara bertahap pada tahap sebelumnya sebagai tahap pengendalian risiko.

Tabel 2.5 Skala Likert Probabilitas
Tabel 2.5 Skala Likert Probabilitas

Kerangka Kerja (Framework) Manajemen Risiko Proyek

Teknologi Industri 4.0

Metode Delphi Technique

Teknik Delphi terdiri dari proses studi literatur yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan dibahas dengan para ahli sehingga data tersebut menjadi spesifik dan berkaitan erat dengan topik yang dituju. Metode ini sering digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan penilaian acak dari para ahli yang tersebar ketika menerima hasil dalam jangka waktu yang lama. Para ahli bisa menanyakan secara langsung apakah ada yang perlu dibicarakan atau disebut dengan diskusi dua arah.

Aplikasi ini memungkinkan pemodelan konstruksi virtual untuk secara otomatis mendeteksi dan menyarankan tindakan pencegahan yang memungkinkan identifikasi lokasi dan periode di mana tindakan tersebut dapat diterapkan dalam konstruksi bangunan. Risiko yang telah dihitung akan didistribusikan sepanjang diagram kronogram kerja untuk memperoleh hasil kuantifikasi risiko yang terkait dengan setiap tugas dan besarnya risiko yang terkait. Peta risiko yang diperoleh akan digabungkan dengan kronogram kerja dan penilaian risiko terkait yang memungkinkan untuk mengukur tingkat akumulasi risiko untuk setiap fungsi pekerjaan yang terjadi di setiap lokasi (Ferreira dan Santos, 2014).

Simulasi Monte Carlo

Analisis Sensitivitas: Dalam simulasi Monte Carlo, mudah untuk mengetahui masukan mana yang memiliki dampak terbesar terhadap keuntungan. Analisis skenario, pada simulasi Monte Carlo dapat diketahui input mana saja yang mempunyai nilai sama jika terjadi outcome tertentu. Korelasi masukan pada simulasi Monte Carlo dapat diperoleh dari hubungan antar masukan, dimana masukan yang satu dapat mempengaruhi masukan lainnya.

Metode Analytical Hierrarcy Process (AHP)

Prinsip ini menyajikan matriks perbandingan berpasangan yang kemudian dicari vektor eigennya untuk mendapatkan prioritas lokal. Karena matriks perbandingan berpasangan terdapat pada setiap level, maka untuk memperoleh prioritas global dapat dilakukan sintesis antar prioritas lokal.

Penelitian Terdahulu dan Letak Penelitian

Desain Penelitian: Penelitian terdahulu, studi kasus dan kuesioner terhadap 60 responden yaitu kontraktor besar di Jakarta. Temuan: Keterlambatan pekerjaan konstruksi disebabkan oleh 6 variabel pekerjaan konstruksi yang memuat 96 indikator penyebab risiko keterlambatan konstruksi proyek. Judul: Analisis Risiko Non-Executable Scope Pada Tahap Implementasi Proyek Pembangunan Stasiun Regional Perkantoran X yang Mempengaruhi Perubahan Kinerja Proyek Model Penelitian: Penelitian Sebelumnya, Studi Kasus dan Kuesioner.

Temuan: Keterlambatan pekerjaan konstruksi disebabkan oleh dua sub variabel (keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan dan penundaan yang dapat dikompensasi), sembilan indikator yaitu material, tenaga kerja, peralatan, faktor perencanaan, keuangan, pengawasan, subkontraktor dan pemilik, dan 61 sub indikator. Judul: Penyebab Kritis Keterlambatan Proyek Perumahan: Studi Kasus Wilayah Gujarat Tengah di India Model Penelitian: Penelitian sebelumnya dan studi kasus penundaan proyek di pusat kota Gujarat dengan menyebarkan 50 kuesioner yang terdiri dari pengembang, kontraktor dan arsitek. Temuan: Keterlambatan pekerjaan konstruksi di Ghana disebabkan oleh 9 kelompok (proyek, pemilik, kontraktor, konsultan, desain, material, peralatan, tenaga kerja dan eksternal) dan terdapat 59 kategori dalam kelompok tersebut.

Hasil: Dengan menggunakan perhitungan Relative Importance Index (RII), risiko diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa keterlambatan disebabkan oleh kelompok eksternal dengan enam faktor. Model Penelitian: Penelitian sebelumnya, studi kasus dan kuesioner didistribusikan kepada 33 responden ahli di asosiasi kontraktor di Mesir. Temuan: Keterlambatan pekerjaan konstruksi disebabkan oleh 7 kelompok (terkait pemilik, terkait konsultan, terkait kontraktor, terkait material, terkait tenaga kerja dan peralatan, terkait proyek, terkait eksternal) dan terdapat 43 kategori dalam kelompok tersebut.

Hasil: Dengan menggunakan perhitungan Indeks Frekuensi, Indeks Keparahan, dan Indeks Pentingnya untuk mengurutkan risiko dari yang tertinggi hingga terendah, Anda akan melihat hasil dari setiap metode perhitungan yang digunakan. Model penelitian: penelitian terdahulu, studi kasus dan kuesioner kepada kontraktor dan subkontraktor yang mengerjakan proyek. Model penelitian: Penelitian sebelumnya, studi kasus dan survei kontraktor, konsultan dan pemilik di Nigeria.

Temuan: Keterlambatan disebabkan oleh 8 kelompok (bahan, tenaga kerja, peralatan, keuangan, kontraktor, pelanggan, konsultan, eksternal) keterlambatan yang terdiri dari 57 faktor. Gunakan analisis risiko dan simulasi Monte Carlo untuk memperkirakan penundaan dan menentukan risiko dominan yang mempengaruhi lamanya penundaan. Temuan: Keterlambatan pekerjaan konstruksi disebabkan oleh 7 variabel keterlambatan (pekerja lapangan, risiko fisik, informasi proyek, proses konstruksi, teknisi, kondisi aktual, desain penyebab risiko) dan terdiri dari 24 indikator risiko.

Model penelitian: Penelitian sebelumnya dan pengembangan penelitian yang sudah ada mengenai manajemen risiko berbasis teknologi Industri 4.0. Penelitian ini menggunakan kombinasi tiga kriteria berdasarkan penelitian sebelumnya, yaitu faktor penundaan, metode pengolahan data sehingga diperoleh hasil penilaian risiko dari variabel yang berbeda, dan penggunaan metode manajemen risiko baru yang mungkin memuat lebih dari satu variabel. satu pemukiman. metode dan dapat meningkatkan akurasi dalam pengambilan keputusan yaitu teknologi Industri 4.0 sebagai pemanfaatan teknologi manajemen risiko. Secara umum model penelitian dapat ditampilkan seperti pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9 Posisi Penelitian terhadap Penelitian Terdahulu  Sumber  Faktor
Tabel 2.9 Posisi Penelitian terhadap Penelitian Terdahulu Sumber Faktor

Gambar

Tabel 2.1 Faktor Keterlambatan Proyek   No.  Kelompok
Tabel 2.2 Faktor Keterlambatan Proyek   No.  Kelompok
Tabel 2.4 Faktor Keterlambatan Proyek
Tabel 2.5 Skala Likert Probabilitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

The dye-sensitised solar cell DSSC is based on New Fuchsin NF dye with aqueous electrolyte and platinum-free counter electrodes, according to the research published in the Solar Energy