BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Docking
Docking adalah suatu proses memindahkan kapal dari air atau laut menuju atas dok dengan bantuan fasilitas pengedokan. Dalam melakukan pengedokan kapal, memerlukan persiapan dan kehati-hatian mengingat spesifikasi bentuk kapal yang khusus dan berbeda- beda dari setiap kapal. Periode interval dari pengedokan kapal telah diatur oleh pihak syah bandar maupun pihak biro klasifikasi, di mana semua tergantung pada umur kapal, jenis dan bahan dari lambung kapal, serta keadaan atau kebutuhan kapal(Hardiansyah, 2017)..
Sarana pokok galangan pada Gambar 2.1 merupakan fasilitas yang di gunakan untuk memindahkan kapal untuk proses peluncuran maupun pengedokan.
Gambar 2.1 Sarana Pokok Galangan Kapal (Hardiansyah, 2017)
Pada dasarnya galangan kapal dibagi tiga jenis, yaitu building dock shipyard, repair dock shipyard, dan building and repair shipyard. Ketiga jenis galangan tersebut membutuhkan sarana pokok untuk memindahkan kapal dari perairan ketas dok atau atas dok menuju perairan.
Berikut adalah 5 jenis sarana pokok galangan yang umum digunakan (Hadiansyah,2017).
2.1.1 Slipway
Slipway merupakan sarana pokok galangan yang digunakan untuk menaikkan atau meluncurkan kapal dengan menggunakan rel. Terdapat dua jenis slipway, yaitu slipway melintang untuk peluncuran side launching dan slipway memanjang untuk peluncuran endlaunching. Slipway memiliki sudut kemiringan tertentu yaitu 1/12 hingga 1/24 tergantung kondisi kontur tanah pesisir galangan yang didapat dari survei topografi dan batimetri (Hardiansyah, 2017)..
Gambar 2. 2 Slipway
(Sumber: https://www.marineinsight.com/) 2.1.2 Graving Dock
Graving Dock atau dok kolam adalah fasilitas pengedokan kapal berbentuk kolam yang telah dikeruk dan dilapisi konstruksi beton dilengkapi dengan pintu kedap air. Ukuran kedalaman, Panjang dan lebar dok kolam ditentukan sesuai dengan kapasitas pengedokan(Izzul,2017)..
Gambar 2.3 Graving Dock
Gambar 2. 3 Graving Dock
(Sumber : http://muwafiqul.blogspot.com/) 2.1.3 Lifting Dock
Lifting Dock merupakan suatu fasilitas pengedokan kapal dengan landasan atau platform yang dapat diangkat (naik-turun) secara vertical dengan mesin pengangkat (hoist).
Lifting dock dibagi menjadi dua yaitu syncrolift dan chainlift kedua system ini menggunakan motor listrik dan prinsip katrol untuk menggerakkan kabel atau rantai kemudian platform akan terangkat (Hafiz,2020)
Gambar 2.4 Pontoon Lifting (Sumber : Hafizh, 2020) 2.1.4 Floating Dock
Floating dry dock adalah struktur dengan dimensi, kekuatan, displacement, dan stabilitas yang cukup untuk mengangkat kapal dari air dengan menggunakan gaya apung (buoyancy). Tipe dok apung sendiri dapat terdiri dari stuktur menerus atau gabungan beberapa segmen pontoon (Izzul,2017)..
Gambar 2.5 Floating Dock (Sumber: www.perkapalan.net).
2.1.5 Airbag
Teknologi peluncuran menggunakan airbag termasuk teknologi baru dan jarang digunakan galangan kapal modern. Airbag system merupakan metode yang dapat digunakan untuk peluncuran atau pengedokan kapal dengan menggunakan balon karet yang berisi udara(Izzul,2017).
Gambar 2.6 Airbag
(Sumber : http://www.airbagteam.cn/) 2.2 Floating Dock
Floating dock merupakan suatu bangunan konstruksi yang dipasang dari beberapa kompartemen yang kedap air pada sisi – sisinya dan terbuka pada kedua ujungnya. Dapat ditenggelamkan dengan mengisi kompartemen tersebut dengan air dan kapal akan memasukinya pada saat bangunan tenggelam sesuai sarat air yang diperlukan. Dan akan mencul kepermukaan lagi dengan jalan memompa air keluar dari kompartemen – kompartemen tersebut sesuai dengan prinsip Archimedes. Pada umumnya floating dock dibuat dengan konstruksi baja yang berupa bangunan berbentuk pontoon, sehingga dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain dengan ditarik tarik. Kedudukan dock apung pada pemukaan air dapat berubah sesuai kebutuhan.Hal ini berarti adanya system pontoon yang merupakan ciri khusus dari floating dock. Ukuran bervariasi dari yang kecil ( ratusan ton ) sampai yang besar (ribuan ton). Dibanding dock lain biaya pembuatan dock apung lebih rendah. Tetapi biaya perawatan dan pemeliharaanya lebih tinggi (Kiryanto,2013).
Gambar 2.7 Folating Dock
(Sumber: www.Docking.id).
Pada prinsipnya menurut Cornick, Henry F. (1998) ada dua jenis konstruksi dari floating dock:
1. Jenis Self Dock 2. Jenis Box Dock
yaitu sebuah konstruksi pontoon yang tidak terpisah-pisah menjadi beberapa pontoon sampai kedua sisi dinding floating dock, yaitu konstruksi pontoon yang dipisah-pisahkan menjadi beberapa bagian pontoon, sehingga salah satu pontoon bisa diangkat apabila membutuhkan perawatan / perbaikan (Bambang, 2016).
2.2.1 Proses Docking Menggunakan Floating Dock
Langkah awal yang dilakukan sebelum proses docking menggunakan floatingdock adalah, data General Arrangement kapal yang akan melakukan docking diberikan kepada dock master. Hal tersebut digunakan untuk melihat bentuk lambung dan jumlah frame pada kapal agar mempermudah pemasangan keel blok. Dalam pemasangan keel blok ini, jarak antar blok diukur menggunakan alat ukur meteran seperti gambar dibawah ini (Penulis, 2021).
Gambar 2.8 Pengukuran Jarak anatr Keelblok (Sumber : PT. DPK)
Setelah jarak antar keel blok telah diukur selanjutnya dilakukan peletakan balok pada area floating dock.
Gambar 2.9 Peletakan Keelblok (Sumber : PT.DPK)
Untuk menentukan centerline kapal menggunakan bantuan tali yang di ikatkan di menara floating di bagian kanan dan kiri , dimana di tengah-tengah tali di beri pemberat sehingga ketika kapal dapat duduk tepat di balok /centreline
Gambar 2.10 Pemasangan Tali (Sumber : PT.DPK)
Setelah semua siap, tanki floating dock di isi air dengan cara dipompa hingga tenggelam sesuai tinggi draft kapal yang di butuhkan, floating di tenggelamkan secara bertahap.
Gambar 2.11 Floating Dock Tenggelam
(Sumber : https://navale-engineering.blogspot.com/)
ketika floating sudah di tenggelamkan , kapal yang ingin docking di bantu dengan kapal moring sebagai alat bantu mendorong dan menarik kapal masuk ke daerah floating.
Gambar 2.12 Kapal di Area Floating Dock (Sumber : PT.DPK)
Jika kapal telah berada di area floating dock, kapal di posisikan sesuai dengan tali yang sudah dipasang di floating dock. jika kapal telah pas di dudukan sesuai balok/block, lalu air yang berada di tanki floating dock di pompa keluar, floating dock naik dan proses reparasi dapat di lakukan
Gambar 2.12 Kapal Bertumpu pada Keel Block (Sumber : PT.DPK)
2.3 Desain Floating Dock
Floating dock yang digunakan sebagai fasilitas pengedokan pada galangan kapal harus dirancang dengan perhitungan yang sesuai dengan peraturan badan klasifikasi yang berlaku.
Pada perancangan floating dock tersebut meliputi gambar desain lines plan, kurva hidrostatik, kurva bonjean, general arrangement, konstruksi midship section dan potongan konstruksi secara memanjang. Selain gambar desain tersebut, hal yang harus diperhatikan dalam merancang floating dock adalah menentukan Ton Lifting Capacity (TLC). Berikut adalah tahapan dalam merancang floating dock:
2.3.1 Lines Plan Floating Dock
Lines plan adalah gambar desain awal yang digunakan untuk menggambarkan bentuk bangunan floating dock dari baseline hingga side wall. Langkah yang harus dilakukan untuk menggambar lines plan adalah menentukan ukuran utama floating dock yang terdiri dari ukuran pontoon dan side wall. Adapun ukuran utama ini meliputi panjang (L), lebar (B), tinggi (H), sarat (T) dalam satuan meter (m) yang dapat dilihat pada gambar berikut ;
Gambar 2.13 Parameter Ukuran Floating Dock
Keterangan:
1. : Lpontoon 2. : Llower side wall 3. : Lupper side wall 4. : Beksternal 5. : Bside wall 6. : Binternal 7. : Tpontoon 8. : Hpontoon
9. : Hlower side wall 10. : Hupper side wall
Berdasarkan parameter ukuran tersebut, maka dapat ditentukan ukuran utama floating dock dengan rumus sebagai berikut:
1. Menentukan ukuran pontoon
Ukuran pontoon meliputi panjang (L), lebar (B), tinggi (H) dan sarat (T).
a. Untuk menentukan panjang dari pontoon floating dock dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Lpontoon = Lkapal + working space ...(2.1) Dimana:
Lpontoon : Panjang pontoon dari floating dock.
Lkapal : Panjang kapal.
working space :Ruang kerja yang dibutuhkan.
Dalam menentukan ruang kerja yang dibutuhkan dan lebar kerja yang dibutuhkan pada setiap sisi mengacu dari kondisi ruang kerja (working space) pada dok kolam yang dimiliki perusahaan ketika melakukan pengedokan kapal.
b. Lebar pontoon yang terdapat pada floating dock meliputi lebar internal dan lebar eksternal. Lebar internal merupakan lebar yang diukur antara sisi dalam side wall pada sisi port side hingga starboard side. Untuk menentukan lebar internal pontoon dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Binternal = Bkapal + working space... (2.2) Dimana:
Binternal : Lebar internal pontoon dari floating dock.
Bkapal : Lebar kapal.
working space : ruang kerja yang dibutuhkan.
Selain lebar internal, juga terdapat lebar eksternal yang diukur mulai dari sisi terluar pontoon pada port side hingga starboard side. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menentukan lebar eksternal pontoon:
Beksternal =Binternal + Bside wall ... (2.3) Dimana:
Beksternal : Lebar eksternal pontoon dari floating dock.
Binternal : Lebar internal pontoon dari floating dock.
Bside wall : Lebar lebar side wall (sesuai perencanaan).
c. Tinggi pontoon (Hpontoon) merupakan tinggi pontoon yang diukur mulai dari base line hingga pontoon deck yang dinyatkan dalam satuan meter (m). Dalam menentukan tinggi (H) pontoon dapat dilalukan sesuai perencanaan tanpa menggunakan rumus sebagaimana ketika menentukan ukuran yang lainnya.
d. Untuk menentukan sarat pontoon dapat menggunakan rumus sebaggai berikut:
Tpontoon = Hpontoon - (Wavemax + margin) ... (2.4) Dimana:
Hpontoon : Tinggi pontoon (sesuai perencanaan).
Wavemax : Tinggi gelombang maksimum (0,5 m).
Margin : Batas aman terhadap gelombang (0,2 m).
2. Menentukan ukuran side wall
Dalam menentukan ukuran side wall, hal yang harus diperhatikan adalah kedalaman minimum floating dock yang terletak pada side wall. Adanya kedalaman minimum ini bertujuan untuk menjamin bahwa pada saat akan memuat kapal, bantalan/dudukan kapal pada floating dock tidak mengalami benturan dengan dasar kapal. Rumus yang digunakan untuk menentukan kedalaman minimum air di atas pontoon deck adalah sebagai berikut:
d = Tmin kapal + Hkb + Hb+ c...(2.5) Dimana:
d : Kedalaman minimum air di atas pontoon deck (m).
Tmin kapal : Sarat minimum kapal (m).
Hkb : Tinggi keel block di galangan (1,2 m).
Hb : Tinggi bantalan kayu pada keel block (0,3 – 0,5 m).
c : jarak bebas bantalan dengan lunas kapal (0,3-0,5 m).
Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk mengetahui sarat minimum kapal:
Tmin Kapal = LWT/ LxBxCbxρ...(2.6) Dimana:
Tmin kapal : Sarat minimum kapal (m).
LWT : Berat kapal kosong (m).
L : Panjang kapal (m).
B : Lebar kapal (m).
Cb : Coeffisien block rata-rata kapal ⍴ : Massa jenis air laut (1,025 ton/m3 ).
Setelah diketahui nilai kedalaman minimum di atas ponton deck, maka untuk mengetahui tinggi side wall dapat dilakukan dengan rumus berikut:
Hsw = d + freeboard ... (2.7) Dimana:
Hsw : Tinggi side wall (m).
d : Kedalaman minimum air di atas pontoon deck (m).
freeboard : Minimal 1 m (BKI Rules for Floating Docks, 2002).
Variabel terakhir pada penentuan ukuran side wall adalah sarat air pada side wall, nilai tersebut dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Tsw = d - (Hkb + Hb) ... (2.8) Dimana:
Tsw : Sarat air side wall diukur dari titik tertinggi bantalan pada keel block (m).
d : Kedalaman minimum air di atas pontoon deck (m).
Hkb : Tinggi keel block di galangan (1,2 m).
Hb : Tinggi bantalan kayu pada keel block (0,3 – 0,5 m). 1 2.3.2 Ton Lifting Capacity (TLC)
Ton Lifting Capacity (TLC) merupakan kapasitas atau daya angkut floating dock untuk memuat kapal dengan nilai berat kosong kapal tertentu. Dalam perancangan floating dock, hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan TLC adalah sebagai berikut:
1. LWT kapal yang melakukan pengedokan di galangan tersebut.
2. Safety factor berupa penambahan margin untuk menghindari risiko over capacity yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja (200 sampai dengan 300 ton).
3. Potensi pengembangan usaha galangan untuk waktu yang akan datang. Hal ini bertujuan agar floating dock dapat melakukan pengedokan kapal yang ukurannya di bawah 100 m tapi memiliki LWT yang besar, seperti kapal tug boat atau offshore support vessel.
Berdasarkan faktor tersebut, maka TLC floating dock dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
2.3.3 Menghitung displacement floating dock (∆)
Displacement merupakan berat air yang dipindahkan oleh badan floating dock yang tercelup air. Untuk mengetahui dispacement floating dock dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
∆ = Lpx Bext x T x ρ ...(2.9) Dimana:
∆ : Displacement floating dock (ton).
Lp : Panjang pontoon (m).
Bext : Lebar eksternal pontoon dari floating dock (m).
T : Sarat pontoon floating dock (m).
⍴ : Massa jenis air laut (1,025 ton/m3 ).
2. Menghitung sarat kosong floating dock (Tmin)
Sarat kosong floating dock merupakan garis air pontoon minimum ketika dalam kondisi tidak mengangkut kapal. Garis air ini menunjukkan kedalaan air tertentu yang dipengaruhi oleh berat kosong floating dock.
Berat kosong floating dock terdiri dari berat konstruksi dan berat peralatan, seperti peralatan untuk reparasi kapal serta peralatan penunjang operasional yang terdapat pada floating dock. Sebelum menghitung sarat kosong floating dock, terlebih dahulu harus dilakukan perhitungan untuk mengetahui estimasi berat kosong floating dock. Rumus yang digunakan untuk menghitung estimasi berat floating dock adalah sebagai berikut:
LWTfd = ∆ - TLC - Wballast ...(2.10)
Dimana:
LWTfd : Berat kosong floating dock (ton).
∆ : Displacement floating dock (ton).
TLC : TLC floating dock yang direncanakan (ton).
Wballast :Berat ballast (15% TLC).
Setelah dilakukan perhitungan berat kosong floating dock, maka dapat dilakukan perhitungan untuk menentukan sarat kosong floating dock dengan rumus sebagai berikut:
Tmax/Tmin = ∆ /LWTfd ...(2.11) Dimana:
Tmax : Sarat maksimum pontoon (m).
Tmin : Sarat minimum pontoon (m).
∆ : Displacement floating dock (ton).
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung nilai TLC floating dock adalah sebagai berikut:
TLC = Lp x Bext x T' x ρ... (2.12) Dimana:
TLC : Kapasitas daya angkut floating dock (ton).
Lp : Panjang pontoon (m).
Bext : Lebar eksternal pontoon dari floating dock (m).
T' : Tmax − Tmin (m).
⍴ : Massa jenis air laut (1,025 ton/m3).
2.4 General Arrangement Floating Dock
General arrangement adalah perancangan didalam penentuan atau penandaan dari semua ruangan yang dibutuhkan, ruangan yang dimaksud seperti ruang muat, kamar mesin dan akomodasi. General arrangement digunakan untuk beberapa kegunaan, tidak hanya sekedar menunjukkan jenis kapal dan featurnya. Galangan kapal juga menggunakan general arrangement untuk membuat kalkulasi awal biaya pembangunan kapal, serat sebagai dasar untuk membuat drawing (Widarto,2014). Berikut adalah contoh gambar General arrangement floating dock.
Gambar 2.14 Gambar Desain dan Penampakan floating Dock
Gambar 2.15 General Arrangement Floating dock (Sumber: www.theinvergordonarchive.org)
2.5 Sistem Instalasi Perpipaan
Sistem perpipaan merupakan sistem yang kompleks di kapal untuk perencanaan dan pembangunannya. Sistem perpipaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan prinsip- prinsip analisa static dan dinamic stress, thermodinamic, teori aliran fluida untuk merencanakan keamanan dan efisiensi jaringan pipa (network piping). Peletakan komponen yang akan disambungkan dengan pipa perlu diperhatikan untuk mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan seperti : panjang perpipaan, susunan yang kompleks, menghindari pipa melalui daerah yang tidak boleh ditembus, menghindari penembusan terhadap struktur kapal, Jalur instalasi pipa sedapat mungkin direncanakan untuk mengindari stress yang terlalu tinggi pada struktur. Pada perancangan sistem instalasi diharapkan menghasilkan suatu jaringan instalasi pipa yang efisien dimana aplikasinya baik dari segi peletakan maupun segi keamanan dalam pengoperasian harus diperhatikan sesuai peraturan-peraturan klasifikasi maupun dari spesifikasi installation guide dari sistem pendukung permesinan (Windyandari & Iffa, 2013).
Menurut BKI tahun 2015 Ch.4 sec. 2 diameter internal pipa hisap cabang dari kompartemen atau tangki mana pun tidak boleh kurang dari d = 2,15√A + 25 [mm] dan A = luas dalam m2 batas dari bagian kompartemen atau tangki yang berada di bawah permukaan tanah sesuai dengan draf maksimum dermaga dengan freeboard minimum ke dek
atas.Diameter bagian dalam tidak boleh kurang dari 50 mm. Kemudian untuk area aliran penampang dari garis lambung utama harus tidak kurang dari luas gabungan keduanya hisap
cabang terbesar (BKI, 2015). Berikut adalah contoh layout pipa floating dock pada perusahaan PT.Dok Perkapalan Kaltim
Gambar 2.16 Lay Out PT.DPK (Sumber : PT.Dok Perkapalan Kaltim)
2.6 Teknis dan Perhitungan Pompa
Pompa adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengubah energi kinetis (kecepatan) cairan menjadi energi potensial (dinamis) melalui suatu impeller yang berputar dalam casing yang menyebabkan fluida terlempar keluar. Parameter utama pompa adalah kapasitas pompa, head pompa, daya dan efisiensi pompa.
Menurut BKI tahun 2015 Ch 4 Sec. 2 Katup yang dioperasikan dengan kendali jarak jauh harus diatur juga untuk operasi lokal manual.Kegagalan daya ke katup yang dikendalikan dari jarak jauh tidak boleh mengakibatkan situasi kritis apa pun untuk dok (mis.tumit berlebihan, trim dan / atau defleksi).Kapasitas setiap lambung kapal dan pompa balast harus cukup untuk mengalirkan air, dalam kondisi kerja normal kondisi, kecepatan tidak kurang dari 122 m / menit, melalui ukuran garis lambung utama seperti yang dipersyaratkan (BKI, 2015).
Gambar 2. 17 Dock Pump : Floating Drydock (Sumber: centrifugal-pump-lexicon) 2.6.1 Kapasitas Pompa (Q)
Kapasitas pompa adalah kemampuan pompa mengalirkan volume fluida dalam waktu tertentu dengan satuan m3 /jam atau m3 /detik. Kapasitas pompa tergantung pada jenis, ukuran dan sumber penggerak pompa itu sendiri. Kebocoran cairan atau fluida pada packing perapat poros atau air balik maupun gesekan tidak diperhitungkan sebagai kapasitas pompa, karena itu maka sering menggunakan istilah efisiensi volumetrik.
Kapasitas pompa dapat dihitung dengan rumus berikut (Sularso, Haruo T, 1983) :
Q = V/t (m3/det) ... (2.13) Dimana :
Q = kapasitas pompa (m3/det) V = volume air yang dipompa (m3 ) t = waktu pompa (s)
2.6.2 Head Pompa (H)
Head pompa adalah energi persatuan berat yang harus disediakan untuk mengalirkan sejumlah zat cair yang direncanakan sesuai dengan kondisi instalasi pompa, atau tekanan untuk mengalirkan sejumlah zat cair, yang umumnya dinyatakan dalam satuan Panjang. Head ini tidak tergantung dari berat jenis media, dengan kata lain sebuah pompa sentrifugal dapat menimbulkan head yang sama untuk jenis cairan. Tetapi berat jenis media akan menyebabkan tekanan pada pompa tersebut. Head pompa dapat dihitung dengan rumus berikut (Sularso, Haruo T, 1983) :
H = ha + ∆hp + hI + v2d/g. ... (2.14) Dimana ;
H = head pompa (m)
Ha = head statis yaitu perbedaan muka air di sisi isap dan sisi ke luar (m)
∆hp = perbedaan tekanan air diantara dua permukaan (m)
hI = head lost yaitu berbagai kerugian head pada bagian-bagian pipa yaitu pada belokan percabangan pertemuan, katup dan jalur isap (m)
v2d/g = head pada saluran keluar (m)
2.6.3 Daya Pompa
Daya pompa adalah daya pada poros untuk menggerakkan sebuah pompa yang dapat dihitung. Untuk menghitung daya yang dibutuhkan oleh setiap water ballast pump menggunakan rumus sebagai berikut
P = ρ x g x Q x H………(2.15) Dimana :
P : daya pompa (kw)
Q : debit aliran fluida yang mengalir (m3/s) H : Head total pompa (m)
ρ :rapat jenis fluida (kg/m3)
g : Percepatan gravitasi = 9,81 (m/s2) 2.7 Ukuran Pipa
Menurut (Sularso & Tahara, 1996) ukuran pipa dibagi menjadi berikut:
1. Pipa schedule 40
Pipa ini dilindungi terhadap kerusakan mekanis yaitu perlindungan menyeluruh dengan system galvanis. Dengan sistem perlindungan tersebut maka pipa dapat digunakan untuk suplai air laut, dapat juga untuk saluran sistem bilga, kecuali dalam ruangan yang kemungkinan mudah terkena api sehingga dapat melebar dan merusak sistem bilga.
3 Pipa schedule 80 –120
Pipa jenis ini diisyaratkan mempunyai ketebalan yang lebih tebal dibandingkan dengan jenis pipa yang lain. Dalam penggunaan pipa schedule 80 – 120 dapat difungsikan sebagai pipa hidrolis yaitu pipa dengan aliran fluida bertekanan tinggi.
1. Ukuran pipa berdasarkan kapasitas tangki (BKI 2006 Sec 11 N 31) Seperti yang terdapat pada tabel 2.1 berikut ini:
NO
Kapasitas Tangki
(Ton)
Diameter dalam pipa &
Fitting (mm)
1 0-20 60
2 20-40 70
3 40-75 80
4 75-120 90
5 120-190 100
6 190-265 110
7 265-360 125
8 360-480 140
9 480-620 150
10 620-800 160
11 800-1000 175
12 1000-1300 200 13 1300-1700 215
4 Ukuran Pipa Berdasarkan JIS (Japan International Standart)
NO Kapasitas Tangki
(Ton)
Diameter dalam pipa &
Fitting (mm)
1 0-20 60
2 20-40 70
3 40-75 80
4 75-120 90
5 120-190 100
6 190-265 110
7 265-360 125
8 360-480 140
9 480-620 150
10 620-800 160
11 800-1000 175
12
1000-
1300 200
13
1300-
1700 215
Ukuran pipa yang ditetapkan oleh JIS (Japan International Standart) terdapat pada tabel 2.2. (OCDI, 1999)
NO Inside Diameter
(mm)
Nominal Size (inch)
Outside Diameter
(mm)
SGP Tebal
Min (mm)
Sch 40 (mm)
Sch 80 (mm)
1 8,5 1/4 10,5 2 1,7 2,4
2 15 3/8 17,3 2,3 2,3 3,2
3 18,9 1/2 21,7 2,8 2,8 3,7
4 23,4 3/4 17,2 2,8 2,9 3,9
5 30,8 1 34 3,2 3,4 4,5
6 39,2 1 1/4 42,7 3,5 3,6 4,9
7 45,1 1 1/2 48,6 3,5 3,7 5,1
8 66,7 2 60,5 3,8 3,9 5,5
Tabel 2.1 Standart Ukuran Pipa Baja Menurut “JIS”
2.8 Data Kapal Tanker Balikpapan
Berikut adalah data kapal tanker pengangkut minyak yang ada di Balikpapan menurut sumber dari pertamina.com dan aplikasi findship
No Nama Kapal GT LPP B T DWT(Ton)
1 ARIN 8 5483 113 m 19 m 5.5 m 8.834
2 SUCCESS 9 4374 107 m 16 m 6,2 m 6.135
3 MEDELIN WEST 9948 143 m 22 m 5 m 15.999
4 GAS AMBALAT 5036 107 m 18 m 5.4 m 3.769
5 VIJAYANTI 11431 145 m 23 m 6.8 m 16.636
6 SAIPEM 3000 20783 162 m 20 m 10.5 m 15.761
7 GANDAWATI 1 9149 133 m 23 m 6.5 m 16.408
8 AE PIONNER 9457 140 m 21 m 6.5 m 14.449
9 GRIYA AMBON 14580 158 m 27 m 4.2 m 18.144
10 GRACE HARMONY 7248 119 m 20 m 5.2 m 11.706
11 SULAWESI PALM 11243 144 m 23 m 7 m 16.945
12 BRO COMBO 9882 144 m 22 m 5.5 m 16.597
13 MAIDE ALPHA 9959 143 m 21 m 6.5 m 15.999
14 MAIDEN TARGET 9119 163 m 21 m 5.2 m 15.037
15 GREEN PARK 11590 145 m 24 m 7.9 m 19.940
16 PEARL ORCHID 11662 145 m 25 m 8.9 m 19.980
17
TRANSKO
ANTASENA 5339 108 m 19 m 5.2 m 6.693
18
TRANSKO
ARAFURA 2930 105 m 12 m 5.3 m 3.650
19 TRANSKO BIMA 3633 102 m 16 m 4.9 m 4.923
20 DEWAYANI 2755 90 m 15 m 4.2 m 3.557
21 SRIKANDI 2221 88 m 14 m 3.9 m 3.200
22 GAS INDONESIA II 3516 99 m 16 m 3.9 m 4.252
23 GAS PATRA 3478 81 m 16 m 5.2 m 3.995
9 72,1 2 1/2 76,3 4,2 5,2 7
10 87,9 3 89,1 4,2 5,5 7,6
11 97,4 3 1/2 101,6 4,2 5,7 8
12 109,8 4 114,3 4,5 6 8,6
13 134,3 5 139,8 4,5 6,6 9,5
14 160,2 6 165,2 5 7,1 11
15 210,5 8 216,3 5,8 8,2 12,7
16 260,8 10 267,4 6,6 9,3 -
17 312,6 12 318,5 6,9 10,3 -
18 348,7 14 355,6 7,9 11,1 -
24 MT. CHEM PATRIOT 16.786 155,6 m 26,9 m 10,52 m 26.617 25 MT. CASTILLO DE T 21.589 168,14 m 25,3 m 11 m 29.500 26 MT. CASTILO DE M 21.682 168,12 m 25,3 m 11,15 m 29.759 27
MT. CAPT
GREGORY 23.386
168 m 31 m 8,98 m 29.259
28 MT. ABLE SAILOR 20.563 168 m 29 m 9,5 m 29.745 2.9 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan terhadap pengerjaan tugas akhir ini ditunjukkan pada Tabel 2.4 berikut:
No Nama, Judul, dan Tahun Publikasi
Hasil
1 Kiryanto Dkk, PERANCANGAN FLOATING DOCK UNTUK DAERAH PERAIRAN
PELABUHAN TEGAL, 2013
Dari Kapasitas kapal yang ada dan berdasarkan metode perbandingan ukuran beberapa floating dock,maka ditemukan ukuran utama yang tepat untuk menampung kebutuhan pelayanan reparasi kapal yaitu LOA = 136,37 m, Lpt = 114.80 m, Bmax = 36,40 m, Bmd: 30,80 m, Tmin = 0,86 m, Tmax =1,58 m, Hpt = 2,10 m, HOA = 9,60 m.
Berdasarkan perhitungan ditemukan juga Ton Lifting Capacity(TLC) sebesar 3000 ton, berikut design floating dock yang dihasilkan
Dari Kapasitas kapal yang ada dan berdasarkan metode perbandingan ukuran beberapa floating dock,maka ditemukan ukuran utama yang tepat untuk menampung kebutuhan pelayanan reparasi
kapal yaitu LOA = 136,37 m, Lpt = 114.80 m,
Bmax = 36,40 m, Bmd: 30,80 m, Tmin = 0,86 m, Tmax =1,58 m, Hpt = 2,10 m, HOA = 9,60 m.
Berdasarkan perhitungan ditemukan juga Ton Lifting Capacity(TLC) sebesar 3000 ton, berikut
design floating dock yang dihasilkan
1. Jumlah pompa yang direncanakan 2 unit dengan pompa cadangan.
2. Kapasitas pompa yang di dapatkan dengan menggunakan perhitungan 3206,9884 m3 / jam. 1 pompa dapat bekerja dengan waktu 2,5 ja
Diameter pipa yang didapatkapan melalui perhitungan yaitu 67,4 cm. Jenis system pipa yang digunakan adalah system pipa inetrkoneksi digunakan untuk membantu jalannya proses pengeluaran air apabila dalam satu ruangan terjadi kesalahan misalnya pipa macet dan tidak bisa difungsikan. Berikut gambar Interconnection
2 Izzul
Fikry, PERENCANAAN UKURAN
DAN KONSTRUKSI FLOATING DOCK 5000 TLC PT.X, 2017
1.Untuk perencanaan floating dock 5000 TLC ini, akan direncanakan menggunakan metode kapal pembanding atau sister ship. Floating dock pembanding yang digunakan adala dock A dan dock B milik PT. X yang juga memiliki kapasitas angkut 5000 ton.
Dari aspek yang telah dikaji, maka didapatkan ukuran utama floating dock LOA : 138 m, Length Over Pontoon : 126 m, Breadth Over Outer Tower : 26 m, Breadth Between Inner Side : 20 m, Depth of Pontoon : 3 m, Depth of Dock
: 12 m, Draught of Dock with 5000 t Ship : 2,8 m.
setelah didapatkan ukuran utama maka didapatkan model 3d floating dock
2. Pada perencanaan pompa pada floating dock Pamekasan, direncanakan menggunakan 6 pompa. 4 pompa utama dan 2 pompa cadangan. Pompa- pompa tersebut hanya digunakan untuk mengeluarkan water ballast. Waktu yang yang dibutuhkan untuk mengeluarkan water ballast hingga water ballast tank kosong direncanakan 90 menit.
Untuk perhitungan daya pompa yang dibutuhkan sebesar 82 kw dan daya shaft 100 kw. Maka kebutuhan daya yang dibutuhkan oleh setiap water ballast pump adalah 100 kW. Untuk mengoperasikan empat pompa
tersebut membutuhkan daya sebesar 400 kW
3. Perencanaan ukuran pipa ballast Kapasitas pompa 1 = 2112 m3 / jam
Kapasitas pompa 2 = 2307 m3 / jam. Dengan menggunakan rumus kapasitas pompa myang sesuai dengan mekanika fluida Q=A x V maka
3 Riyan Prayogo Kurniawan Dkk, PERENCANAAN PENGEMBANGAN SARANA
PENGEDOKAN DI GALANGAN
PT.WARAKO UTAM, 2020
didaptkan diameter pipa 18 inch. Berdasarkan pipa yang beredar dipasaran, dipilih pipa jenis karbon steel
1. Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan data yang dimiliki, maka didapatkan ukuran utama floating dock sebagai berikut: Lpontoon
= 108 m. Binternal = 25,4 m. Bexternal = 32,6 m.
Hpontoon = 2,5 m. Tpontoon = 1,8 m. Llower side wall
= 100,8 m. Lupper side wall = 93,6 m. Bside wall = 3,6 m. Hlower side wall = 3
m. Hupper side wall = 2,3 m. Hoa = 7,8 m. Tside wall
= 2,1 m
Menurut hasil perhitungan yang telah dilakukan untuk menentukan TLC, dapat diketahui bahwa Foating Dock yang driancang memiliki nilai 2887 TLC dan lebih besar dengan TLC perencanaan (2500 TLC)
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu