• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dukungan Sosial (Social Support)

N/A
N/A
ike dewi priyastina

Academic year: 2023

Membagikan "Dukungan Sosial (Social Support)"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

Sumber dukungan sosial alami berbeda dengan sumber dukungan sosial buatan dalam beberapa hal. Uchino (Eagle et al, 2018) Individu yang tidak menerima dukungan sosial akan menderita konsekuensi psikososial negatif. Dukungan sosial jenis ini memungkinkan seseorang memperoleh kedekatan emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima dukungan tersebut.

Dalam dukungan sosial jenis ini, lansia mendapatkan pengakuan atas kemampuan dan keterampilannya serta mendapat rasa hormat dari masyarakat. Sumber dukungan sosial seperti ini dapat berasal dari keluarga atau lembaga/instansi atau perusahaan/organisasi tempat lansia bekerja. Pada dukungan sosial jenis ini, lansia mendapat dukungan sosial berupa jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan untuk memberikan bantuan ketika lansia membutuhkan bantuan tersebut.

Dukungan sosial jenis ini datang dari guru, ulama, pegawai negeri sipil di masyarakat, tokoh berpengaruh dan juga orang tua. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan orang lanjut usia untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain bergantung pada mereka untuk kesejahteraan mereka.

Konsep resiko jatuh .1 Definisi resiko jatuh

  • Faktor yang berhubungan
  • Faktor Resiko Jatuh
  • Akibat Jatuh
  • Komplikasi Jatuh
  • Pencegahan Jatuh

Gangguan gerak pada lansia disebabkan oleh proses penuaan sehingga terjadi kelainan pada ganglia basalis yang terbagi menjadi 2 yaitu hipokinetik dan hiperkinetik. Mata merupakan salah satu organ indera yang meneruskan rangsangan jarak jauh ke otak di lobus oksipital dimana indera penglihatan diterima sesuai dengan proses penuaan yang terjadi, tentunya banyak perubahan yang terjadi diantaranya adalah alis yang mulai memutih, bisa juga menjadi kasar terhadap laki-laki dan menjadi kurus pada sisi temporal baik pada pria maupun wanita. Gangguan pendengaran pada lansia terjadi akibat adanya perubahan pada telinga bagian dalam (Tortora & Derrickson, 2006 dalam Mauk, 2010).

Faktor risiko perubahan pendengaran pada lansia adalah proses penyakit, pengobatan ototoksik, dan pengaruh lingkungan. Penyebab eksternal lain yang menyebabkan jatuh pada lansia antara lain gangguan gaya berjalan, gangguan keseimbangan, pengobatan, penyakit tertentu seperti depresi, demensia, diabetes melitus, hipertensi dan lingkungan yang tidak aman (Miller, 2005 dalam Ashar, 2016). Penggunaan alat bantu berjalan dalam jangka waktu lama dapat mempengaruhi keseimbangan dan dapat menyebabkan terjatuh (Safe Saskatchewan and the Seniors' Falls Province Steering Committee, 2010).

Lingkungan adalah suatu situasi atau kondisi yang bersifat mendukung atau berbahaya dan dapat mempengaruhi jatuhnya lansia (Prabuseso, 2006 dalam Ashar, 2016). Lingkungan yang sering dikaitkan dengan kejadian jatuh pada lansia antara lain perkakas atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau berada di lantai, tempat tidur yang tidak tua atau kamar mandi yang rendah dan licin, tempat berpegangan yang tidak kuat atau sulit dijangkau, lantai yang tidak dapat dijangkau, dan sebagainya. tidak rata, licin atau kendur, karpet yang tidak tergulung dengan baik, pencahayaan yang kurang baik (tidak terang atau menyilaukan), perlengkapan kaki yang tidak sesuai ukuran, berat atau cara penggunaan yang salah ( APS Health Care, 2010). Aktivitas fisik yang teratur dapat meningkatkan kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Howe et al., 2007 dalam Salzman, 2010).

Riwayat penyakit kronis yang diderita lansia selama bertahun-tahun biasanya membuat mereka lebih rentan terjatuh, seperti stroke, hipertensi, kehilangan penglihatan, pusing, dan sinkop yang seringkali menyebabkan terjatuh (Darmojo, 2009 dalam Ashar, 2016). Dan hal ini bertujuan untuk mencegah terjatuh berulang kali dan menghindari komplikasi yang timbul serta mengembalikan rasa percaya diri penderitanya. Setiap lansia harus diperiksa faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik terjadinya jatuh, perlu dilakukan penilaian terhadap kondisi sensorik, neurologis, muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering menyebabkan jatuh.

Toilet sebaiknya mempunyai dudukan kloset dan pegangan pada dinding. Alat bantu jalan yang digunakan oleh lansia, baik berupa tongkat, kruk, maupun alat bantu jalan, hendaknya terbuat dari bahan yang kuat namun ringan, aman dan tidak mudah digerakkan. . dan cocok untuk tinggi badan orang tua. Faktor risiko lingkungan situasional berupa aktivitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan pasien. Perlu diinformasikan kepada penderita aktivitas fisik sejauh mana aman bagi penderitanya, aktivitas tersebut tidak boleh melebihi batas yang diperbolehkan menurut hasil pemeriksaan kondisi fisik.

Apabila lansia dalam kondisi sehat dan tidak ada pembatasan aktivitas fisik, maka disarankan agar lansia tidak melakukan aktivitas fisik yang sangat melelahkan atau berisiko tinggi terjatuh. Terdapat program pencegahan jatuh yang telah berhasil mengurangi insiden jatuh dengan berfokus pada intervensi yang mengurangi atau menghilangkan insiden jatuh ketika risiko jatuh teridentifikasi.

Klasifikasi Lanjut Usia

Lansia Potensial, yaitu lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa. Lansia tidak mempunyai potensi, Lansia yang tidak mampu menghidupi dirinya sendiri dan hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Karakteristik Lanjut Usia

Pengertian Ageing Process (Proses Menua)

Hingga saat ini, terdapat banyak definisi dan teori yang menjelaskan proses penuaan tidak seragam. Secara umum, proses penuaan diartikan sebagai perubahan yang berkaitan dengan waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif dan merugikan. Teori genetik ini menyatakan bahwa manusia dan hewan dilahirkan dengan program genetik yang mengatur proses penuaan sepanjang umurnya.

Menurut “teori keausan” (wear and air mata teori) disebutkan bahwa proses penuaan terjadi akibat pengerahan tenaga dan stres yang berlebihan yang menyebabkan sel-sel tubuh menjadi lelah dan tidak mampu meremajakan fungsinya. Teori gizi menyatakan bahwa proses penuaan dan kualitas proses penuaan dipengaruhi oleh asupan gizi seseorang sepanjang hidupnya. Teori stres menyatakan bahwa proses penuaan terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.

Regenerasi jaringan tidak dapat menjaga stabilitas lingkungan internal; Pengerahan tenaga yang berlebihan dan kelelahan sel menyebabkan sel-sel tubuh menjadi lelah. Menurut teori ini, sistem kekebalan tubuh menjadi lebih efektif seiring bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ. Menurut teori ini, kepribadian seseorang tidak hanya terfokus pada dunia luarnya saja, namun juga pada pengalaman pribadinya.

Menurut teori ini, proses penuaan dikatakan berhasil jika seseorang melihat ke dalam dan menghargai dirinya lebih dari sekedar kerugian atau keterbatasan fisiknya. Jika lansia dapat menemukan makna dalam kehidupan yang dijalaninya, maka lansia akan memiliki integritas ego untuk beradaptasi dan mengelola proses penuaan yang dialaminya. Menurut teori ini, pada lansia terjadi penurunan kekuasaan dan gengsi, sehingga interaksi sosialnya juga berkurang, hanya harga diri dan kemampuan mengikuti perintah yang tersisa.

Teori ini menyatakan bahwa keberhasilan penuaan bergantung pada bagaimana seseorang merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas, dan mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting daripada jumlah dan aktivitas yang dilakukan. Menurut teori ini, setiap orang akan berubah seiring bertambahnya usia, namun kepribadian dasar dan pola perilaku individu tidak akan berubah. Teori ini melibatkan penurunan kemampuan sel-sel dalam tubuh untuk mempertahankan diri terhadap oksigen yang mengandung racun tingkat tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri yang spesifik.

Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan berpartisipasi dalam banyak kegiatan sosial (Azizah dan Marifatul, L., 2011). Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia seseorang perlahan tapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari lingkungan sosialnya (Azizah dan Lilik M, 2011).

Tipe-tipe Lanjut Usia

Orang lanjut usia seringkali kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa rendah diri, menyesal, pasif, acuh tak acuh. Sebelumnya mempunyai riwayat pekerjaan/jabatan tidak stabil, selalu menolak bantuan, emosi sering tidak terkendali, melekat pada indera, kompulsif, takut “menjadi tua” dan suka pensiun. Orang lanjut usia yang selalu percaya bahwa orang lain adalah penyebab kegagalan, selalu mengeluh, agresif dan curiga.

Biasanya Anda memiliki pekerjaan yang tidak stabil ketika Anda masih muda, menganggap penuaan sebagai hal yang buruk, takut mati, iri pada orang yang masih muda, suka mencoba peruntungan di tempat kerja, dan secara aktif menghindari masa-masa buruk. Sikap kritis dan menyalahkan diri sendiri, kurang ambisi, mengalami kemerosotan sosial ekonomi, tidak mampu beradaptasi, membuat lansia tidak hanya mengalami kemarahan namun juga depresi, menganggap masa tua sebagai masa yang tidak menarik dan membosankan.

Tugas Perkembangan Lansia

Kehilangan ini seringkali sulit untuk diatasi, terutama bagi para lansia yang bergantung pada hidupnya dan seseorang yang telah meninggalkannya dan sangat berarti bagi mereka. Seseorang yang telah aktif secara sosial sepanjang hidupnya mungkin akan relatif mudah bertemu orang baru dan memperoleh minat baru. Namun, seseorang yang introvert dengan sosialisasi terbatas mungkin akan kesulitan bertemu orang baru di masa pensiun.

Mengetahui tugas perkembangannya, orang tua diharapkan mampu beradaptasi dengan penurunan kekuatan dan penurunan kesehatan secara bertahap, mencari kegiatan untuk menggantikan tugas-tugas sebelumnya yang menyita sebagian besar waktunya ketika masih kecil. Bagi sebagian lanjut usia, kewajiban untuk menghadiri pertemuan-pertemuan yang memuat kegiatan sosial sangat sulit untuk dilaksanakan, karena kesehatan dan pendapatan mereka menurun setelah pensiun, mereka seringkali menarik diri dari kegiatan sosial. Selain itu, sebagian besar lansia harus mempersiapkan diri dan menyesuaikan diri dengan kehilangan pasangan.

Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Sistem pendengaran; Prebiosis (gangguan pendengaran) akibat hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga bagian dalam, terutama pada bunyi atau nada tinggi, bunyi tidak jelas, kata sulit dipahami, 50% terjadi pada usia di atas 60 tahun. Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia : Jaringan ikat (kolagen dan elastin), tulang rawan, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai penopang utama kulit, tendon, tulang, tulang rawan dan jaringan ikat berubah dalam peregangan yang tidak teratur.

Tulang rawan : Jaringan tulang rawan pada sendi menjadi lunak dan mengalami granulasi sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan tulang rawan untuk beregenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi bersifat progresif sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Tulang: Penurunan kepadatan tulang yang diamati adalah bagian dari penuaan fisiologis dan akan menyebabkan osteoporosis dan selanjutnya menyebabkan nyeri, kelainan bentuk, dan patah tulang.

Otot: Perubahan struktur otot seiring bertambahnya usia sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serat otot, peningkatan jaringan ikat dan jaringan lemak pada otot menimbulkan efek negatif. Sendi; Pada lansia, jaringan ikat di sekitar sendi seperti tendon, ligamen, dan fasia mengalami elastisitas penuaan. Perubahan sistem kardiovaskular pada lansia adalah massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi, sehingga peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena adanya perubahan pada jaringan ikat.

Perubahan ini disebabkan oleh akumulasi lipofuscin, klasifikasi nodus SA dan perubahan jaringan konduksi ke jaringan ikat. Selama proses penuaan terjadi perubahan pada jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap terjaga, namun volume cadangan paru meningkat untuk mengimbangi peningkatan ruang paru dan aliran udara di paru menurun. Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai penurunan fungsi yang nyata akibat kegagalan.

Orang yang lebih tua menjadi lebih matang dalam kehidupan beragama, yang tercermin dalam pemikiran dan tindakan harian mereka.

Kerangka Konsep

Gambar

Gambar 2.1 kerangka konsep Proses Aging

Referensi

Dokumen terkait

Konsep diri yang stabil menjadi salah satu faktor individu mampu menerima dirinya sendiri, bagi remaja korban bullying apabila tidak memiliki konsep diri yang stabil maka