5. SEJARAH PERJANJIAN BARU
A. Kehidupan Kristus.
Tulisan-tulisan Matius, Markus, Lukas dan Yohanes bercerita mengenai pelayanan Yesus. Penulis-penulis ini adalah saksi mata kehidupan Yesus atau mereka menuliskan apa yang diceritakan kepada mereka oleh saksi-saksi mata, namun mereka tidak memberikan biografi Yesus yang lengkap. Segala sesuatu yang mereka catat benar-benar telah terjadi, tetapi mereka memusatkan perhatian pada pelayanan Yesus dan meninggalkan kekosongan-kekosongan di tempat lain dalam kisah kehidupan-Nya.
Orang-orang yang menulis kitab-kitab Injil melakukan hal yang sama. Tujuan mereka ialah menjelaskan
pribadi dan pekerjaan Yesus dengan jalan mencatat apa yang diperbuat dan dikatakan-Nya. Dan setiap penulis menyajikan pandangan yang sedikit berbeda tentang Yesus dan perbuatan-Nya. (Lihat "Garis Besar Kitab- kitab di Alkitab.") Para penulis kitab Injil tidak
berusaha menceritakan semua kejadian dari masa anak- anak Yesus karena bukan itulah alasan mereka untuk menulis. Mereka juga tidak mencoba memberi catatan harian dari kehidupan Yesus. Mereka hanya menulis hal-hal yang berarti untuk. keselamatan dan kemuridan.
Alkitab tidak menyatakan bahwa ada tiga orang majus, tetapi para pelukis biasanya melukis tiga orang untuk menunjukkan tiga pemberian yang mereka bawa - emas, kemenyan, dan mur (Mat. 2:11). Rupanya para magi itu datang untuk melihat Yesus beberapa bulan setelah ia lahir dan beberapa ahli menduga bahwa Yesus telah berumur dua tahun ketika mereka datang.
Setelah Yesus lahir, orang tuanya menyerahkan Dia di Bait Suci di Yerusalem (Luk. 2:22-28). Mereka mulai mendidik Dia untuk hidup "dikasihi oleh Allah dan manusia" (Luk. 2:52).
Raja Herodes ingin memastikan bahwa rakyatnya tidak akan bersatu keliling raja yang masih bayi itu dan mulai memberontak, maka ia memerintahkan tentaranya untuk membunuh semua bayi laki-laki di Betlehem (Mat.
2:16). Keluarga Yesus melarikan diri ke Mesir agar lolos dari perintah yang jahat itu. Setelah Herodes
meninggal, mereka kembali ke Palestina dan menetap di kota Nazaret.
Alkitab tidak menceritakan apa-apa lagi tentang Yesus sampai ia berusia 12 atau 13 tahun. Lalu, untuk
mengambil peran-Nya yang layak dalam jemaat orang Yahudi, Ia harus mengadakan kunjungan khusus ke Yerusalem dan mempersembahkan kurban di Bait Suci.
Sementara berada di Yerusalem, Yesus bercakap-cakap dengan para pemimpin agama tentang kepercayaan Yahudi. Ia menyatakan pengertian yang luar biasa tentang Allah yang benar, dan jawaban-Nya membuat mereka kagum. Kemudian, orang tua-Nya pulang dan menemukan bahwa Yesus tidak ada. Mereka
menemukan Dia di Bait Suci sedang bercakap-cakap dengan para ahli Yahudi.
Yohanes lahir dalam keluarga yang saleh dan ketika bertambah besar ia mengasihi dan melayani Allah dengan setia. Tuhan berfirman melalui Yohanes dan orang datang berbondong-bondong untuk mendengar dia berkhotbah. Ia menyuruh mereka kembali kepada
Tuhan dan mulai taat kepada-Nya. Ketika ia melihat Yesus, ia berseru bahwa orang ini adalah "... Anak
domba Allah yang menghapus dosa dunia" (Yoh. 1:29).
Yohanes membaptis Yesus; dan saat Ia keluar dari air, Allah mengutus Roh Kudus dalam rupa burung merpati turun ke atas-Nya.
Roh Kudus membawa Yesus ke padang gurun di mana Ia tidak makan selama 40 hari. Sementara Ia berada dalam keadaan yang lemah ini, Iblis datang dan
berusaha menggoda Dia dengan berbagai cara. Yesus menolak dan menyuruh Iblis pergi. Para malaikat datang memberi makan kepada Yesus dan menghibur Dia.
Mula-mula Yesus disukai orang banyak. Di daerah keliling Danau Galilea, Ia menghadiri sebuah pesta perkawinan dan mengubah air menjadi anggur untuk dihidangkan kepada para tamu. Inilah mukjizat-Nya yang pertama yang disebut oleh Alkitab. Mukjizat ini menunjukkan bahwa Ia benar-benar Allah, seperti yang ditunjukkan oleh mukjizat-mukjizat-Nya yang
kemudian. Dari Galilea, Ia pergi ke Yerusalem dan
mengusir sekelompok pedagang keliling yang beragama dari bait suci. Untuk pertama kalinya, di depan umum Ia menyatakan otoritas-Nya atas kehidupan beragama umat-Nya. Peristiwa ini membuat banyak pemimpin agama memusuhi Dia.
Nikodemus, salah seorang pemimpin agama itu,
mengerti bahwa Yesus mengajarkan kebenaran tentang Allah. Suatu malam ia datang kepada Yesus dan
bertanya bagaimana ia dapat memasuki kerajaan Allah, yang merupakan kerajaan penebusan dan keselamatan.
Yesus memberi tahu Nikodemus bahwa ia harus
"dilahirkan kembali" (Yoh. 3:3); dengan kata lain, ia harus menjadi pribadi yang baru. Dari percakapan di antara Yesus dan Nikodemus ini, kita mengetahui bahwa orang Kristen adalah seorang yang sudah
"dilahirkan kembali".
Ketika Yohanes Pembaptis mulai berkhotbah dan menarik banyak orang di Yudea, Yesus kembali ke wilayah Galilea. Di sana Ia mengadakan banyak mukjizat dan orang datang berbondong-bondong kepada-Nya. Sayang sekali, orang banyak itu lebih tertarik pada mukjizat-mukjizat daripada kepada ajaran Yesus.
Namun, Yesus terus saja mengajar. Ia memasuki rumah-rumah pribadi, hadir pada pesta-pesta untuk umum, dan berbakti bersama orang-orang Yahudi lainnya di rumah sembahyang mereka. Ia mencela para pemimpin agama pada zaman-Nya karena iman mereka itu pura-pura saja. Ia tidak menolak agama formal
mereka; sebaliknya, Yesus menghormati bait suci dan penyembahan di bait suci (bdg. Mat. 5:17-18). Akan tetapi, orang Farisi dan pemimpin-pemimpin yang lain tidak mengerti bahwa Dialah Sang Mesias, dan mereka tidak peduli apakah mereka diselamatkan dari dosa.
Tambahan pula, mereka tidak puas dengan apa yang telah Tuhan nyatakan kepada mereka di Perjanjian Lama, tetapi mereka terus menambahkan dan
mengubahnya. Mereka menganggap bahwa versi kitab suci yang telah mereka olah kembali itulah yang
memberikan agama yang benar kepada mereka. Yesus memanggil mereka kembali kepada Firman Allah yang asli. Ia sangat cermat bila mengutip ayat-ayat Kitab
Suci dan Ia mendorong para pengikutnya agar mengerti Kitab Suci dengan lebih baik. Ia mengajar bahwa
pengetahuan dasar tentang Kitab Suci pun hendaknya menunjukkan kepada seseorang kehendak Allah bagi keselamatan melalui iman kepada diri-Nya.
Dekat Danau Galilea, Yesus mengadakan mukjizat-Nya yang paling menakjubkan. Ia mengambil tujuh roti dan dua ekor ikan, memberkatinya, dan memecah-
mecahkannya sehingga cukup untuk memberi makan kepada 4000 orang! Namun hal ini tidak menarik lebih banyak orang untuk percaya kepada Yesus; sebenarnya, mereka berpaling dari Dia karena mereka tidak dapat memahami mengapa dan bagaimana Ia menginginkan mereka "makan" tubuh-Nya dan "minum" darah-Nya (Yoh. 6:52-66).
Kedua belas murid Tuhan tetap setia kepada-Nya, dan Ia mulai memusatkan perhatian-Nya untuk mendidik mereka. Ia semakin banyak mengajar mereka tentang kematian dan kebangkitan-Nya yang mendatang, serta menjelaskan bahwa mereka juga akan menderita
kematian apabila mereka terus mengikut Dia.
B. Pelayanan Para Rasul.
Sejarah Alkitab berakhir dengan Kitab Kisah Para Rasul yang memerikan pelayanan gereja yang mula- mula. Dalam Kisah Para Rasul kita melihat bagaimana berita tentang Yesus - pesan penebusan - tersebar dari Yerusalem ke Roma, pusat dunia Barat. Kitab Kisah Para Rasul memperlihatkan perluasan gereja:
(a) di Yerusalem,
(b) dari Yerusalem ke Yudea, Samaria, dan daerah
sekitarnya, dan
(c) dari Antiokhia ke Roma.
1. Di Yerusalem.
Kitab ini mencatat mulai di suatu lereng bukit dekat Yerusalem, tempat Yesus akan naik ke surga. Ia memberi tahu kepada para murid-Nya, "
... kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di
seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi" (Kis. 1:8). Itulah rencana Yesus untuk menginjili dunia.
Beberapa hari kemudian murid-murid
menggantikan Yudas yang telah bunuh diri setelah ia mengkhianati Yesus. Mereka memilih Matias untuk melengkapi kelompok dua belas murid.
Kemudian Kristus yang sudah bangkit itu memberikan gereja Roh Kudus-Nya, yang memungkinkan orang-orang Kristen untuk
menunaikan tugas mereka ke seluruh dunia (Kis.
1:8).
Petrus berbicara atas nama gereja pada hari
Pentakosta; ia membentangkan pentingnya Kristus sebagai Tuhan pohon keselamatan (Kis. 2:14-40).
Roh Kudus memberi kuasa kepada gereja untuk mengadakan tanda-tanda dan keajaiban yang mengukuhkan kebenaran pesan ini (Kis. 2:43).
Yang khususnya penting adalah penyembuhan seorang pengemis oleh para rasul dekat gerbang bait suci (Kis. 3:1-10). Peristiwa ini menimbulkan pertentangan di antara para rasul dengan para pemimpin Yahudi.
Gereja memelihara persekutuan yang akrab di antara anggota-anggotanya. Mereka makan bersama-sama di rumah-rumah mereka; mereka juga beribadah bersama-sama dan berbagi
kekayaan mereka (Kis. 2:44-46; 5:32-34).
Sepasang suami istri, Ananias dan Safira,
mencoba menipu jemaat; setelah menjual tanah mereka, mereka menyatakan telah memberi
seluruh hasil penjualannya kepada Tuhan, padahal mereka hanya memberi sebagian. Karena
berdusta, mereka dihukum Allah dan rebah mati (Kis. 5:1-11).
Karena gereja terus bertambah besar, penguasa- penguasa pemerintah mulai menganiaya orang Kristen dengan terang-terangan. Ketika Petrus dan beberapa rasul lain dipenjarakan, seorang malaikat melepaskan mereka, tetapi mereka disuruh
menghadap kembali pada para penguasa yang memerintah mereka untuk berhenti berkhotbah tentang Yesus (Kis. 5:17-29). Akan tetapi, orang Kristen tidak mau berhenti berkhotbah, meskipun para pemimpin agama Yahudi mendera mereka dan memenjarakan mereka beberapa kali.
Gereja bertambah dengan begitu pesat sehingga para rasul memerlukan bantuan dalam beberapa perkara praktis dari pengurusan gereja, khususnya pelayanan mereka kepada para janda. Mereka mengangkat tujuh orang diaken untuk
melaksanakan tugas ini. Seorang dari ketujuh diaken ini, Stefanus mulai berkhotbah di jalan.
Akhirnya, para pemimpin agama melempari dia dengan batu sampai mati (Kis. 7:54-60).
2. Dari Yerusalem Sampai ke Seluruh Yudea.
Tahap kedua dari pertumbuhan gereja memulai penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Hampir semua orang percaya
melarikan diri dari kota (Kis. 8:1). Ke manapun orang Kristen pergi, mereka bersaksi, dan Roh Kudus memakai kesaksian mereka untuk
memenangkan orang lain kepada Kristus (Kis. 8:3 dst). Misalnya, seorang di antara tujuh pembantu rasul itu, yang bernama Filipus, bercakap-cakap dengan seorang diplomat Etiopia, yang menjadi orang Kristen dan membawa kabar baik itu ke tanah airnya (Kis. 8:26-39).
Paulus mulai memberitakan Yesus di rumah sembahyang orang Yahudi, dan para pemimpin Yahudi menghalau dia dari Damsyik. Beberapa waktu kemudian (bdg. Gal. 1:17-2:2) ia pergi ke Yerusalem. Di sana ia mengadakan hubungan kerja dengan para rasul.
Petrus adalah pemimpin yang paling terkemuka dari para rasul dan pelayanannya membangkitkan kembali semangat jemaat yang mula-mula.
Seorang rasul adalah orang yang telah dipilih oleh Kristus untuk mendapat pendidikan khusus dalam pelayanan (bdg. Gal. 1:12). Para rasul meletakkan landasan gereja dengan memberitakan Injil
Kristus (bdg. Ef. 2:20; I Kor. 310-11; Yud 3, 20) Lihat juga "Para Rasul"). Tuhan memakai Petrus
untuk membuka pintu keselamatan kepada orang- orang bukan Yahudi.
Pada titik ini catatan sejarah Alkitab dengan singkat beralih kepada perluasan Injil di antara orang-orang bukan Yahudi di Antiokhia (Kis. 11:
19-30). Kemudian kita membaca tentang kematian Yakobus sebagai seorang syahid di Yerusalem dan bagaimana Petrus dibebaskan dari penjara secara ajaib (Kis. 12:1-19).
3. Dari Antiokhia ke Roma.
Bagian sisa dari Kitab Kisah Para Rasul menggambarkan perluasan gereja melalui
pelayanan Rasul Paulus. Barnabas telah membawa Paulus ke Antiokhia (Kis. 11:19-26). Di Antiokhia Roh Kudus memanggil Barnabas dan Paulus
untuk menjadi misionaris dan gereja menahbiskan mereka untuk tugas itu (Kis. 13:1-3).
Peta yang berjudul "Perjalanan Pertama Paulus untuk Memberitakan Injil" merunut rute dari usaha pertama mereka untuk merintis gereja- gereja. (Lihat juga "Paulus dan Perjalanan-
Perjalanannya".) Biasanya, Paulus dan Barnabas akan mulai dengan berkhotbah di dalam rumah sembahyang Yahudi setempat. Dengan demikian jemaat yang mula-mula terutama terdiri atas para petobat di antara orang Yahudi dan "orang-orang yang takut akan Allah" (orang bukan Yahudi yang beribadah bersama orang Yahudi). Perjalanan yang pertama ini menyaksikan konfrontasi yang dramatis dengan kejahatan ketika Tuhan memakai
Paulus untuk mengalahkan seorang tukang sihir yang bernama Elimas (Kis. 13:8-12). Yohanes Markus yang masih muda menyertai Paulus dan Barnabas, tetapi di Perga ia memutuskan untuk kembali ke Yerusalem; hal ini pasti sangat mengecewakan Paulus (bdg. Kis. 15:38).
Di Listra, orang-orang Yahudi yang bermusuhan menghasut orang banyak sehingga Paulus
dilempari dengan batu dan kemudian ditinggalkan karena disangka ia telah mati (Kis. 14:8-19).
Perjalanan itu berakhir ketika Paulus dan
Barnabas kembali ke Antiokhia di mana mereka menceritakan segala sesuatu yang telah dilakukan Allah melalui mereka dan bagaimana iman itu telah menyebar kepada orang-orang bukan Yahudi (Kis. 14:26-29).
Tidak lama kemudian Paulus memutuskan untuk kembali ke semua gereja yang telah didirikan olehnya dan Barnabas pada perjalanan pertama untuk memberitakan Injil. Dan dengan demikian mulailah perjalanan kedua untuk memberitakan Injil (Kis. 15:40-41).Perhatikanlah terutama penglihatan yang Allah berikan kepada Paulus di Troas, yang memanggil mereka ke Makedonia (Kis. 16:9-10). Di Makedonia, mereka memimpin
"orang-orang yang takut akan Allah" (orang bukan Yahudi yang percaya kepada Tuhan) dan orang-orang Yahudi kepada iman.
Pada suatu hari, kedua misionaris ini berjumpa dengan seorang budak perempuan yang kerasukan
· setan. Tuan-tuannya mendapat untung dari
kemampuannya untuk meramalkan nasib orang.
Paulus mengusir setan dari perempuan ini dan ia kehilangan kuasanya, karena itu pemiliknya menangkap kedua misionaris itu (Kis. 16:19-24).
Sementara di dalam penjara, Paulus dan kawannya membawa kepala penjara kepada pertobatan.
Keesokan paginya mereka dibebaskan lalu pergi ke Tesalonika di mana banyak orang bertobat di bawah pelayanan mereka. Berikutnya mereka pergi ke Berea, di mana mereka juga sangat berhasil (Kis. 17:10-12). Di Atena, Paulus menyampaikan khotbah yang luar biasa kepada para filsuf Yunani di Areopagus.
Tempat persinggahan berikutnya adalah Korintus, di mana Paulus dan kawan-kawannya tinggal selama satu setengah tahun. Dari sana mereka kembali ke Antiokhia lewat Yerusalem (Kis.
18:18-22). Selama ini, Paulus dan kawan- kawannya terus berkhotbah di rumah-rumah ibadah orang Yahudi, dan menghadapi
perlawanan dari beberapa orang Yahudi yang menolak Injil (Kis. 18:12-17).
Pada perjalanan yang ketiga, mereka mengunjungi kembali banyak dari kota-kota yang telah
dikunjungi Paulus pada perjalanan yang kedua. la juga mengadakan kunjungan singkat pada gereja- gereja di Galatia dan Frigia (Kis. 18:23).
Di Efesus ia membaptis 12 murid Yohanes Pembaptis yang telah menerima Kristus dan mereka menerima Roh Kudus (Kis. 19:1-6). Ia berkhotbah di sekolah Tiranus di Efesus selama
hampir 2 tahun (Kis. 19:9-10).
Dari Efesus ia pergi ke Makedonia dan akhirnya kembali ke Filipi. Setelah tinggal beberapa waktu di Filipi ia melanjutkan perjalanan ke Troas. Di Troas seorang pemuda bernama Eutikhus tertidur sementara mendengarkan salah satu khotbah Paulus lalu terjatuh dari tingkat tiga dan mati.
Tuhan bekerja melalui Paulus untuk
menghidupkan Eutikhus kembali (Kis. 20:7-12).
Dari sana, para misionaris itu pergi ke Kaisarea dengan melewati Miletus. Di Kaisarea nabi Agabus bernubuat tentang bahaya yang menantikan Paulus di Yerusalem.
Di Yerusalem, Paulus mengalami kesukaran dan dipenjarakan. Alkitab mencatat suatu pidato yang disampaikannya untuk membela iman Kristennya (Kis. 22:1-21). Akhirnya, para pemimpin agama berhasil mengirim dia ke Roma untuk diadili.
Dalam pelayaran ke Roma, kapal yang
mengangkutnya karam di pulau Malta ("Melite").
Di pulau itu seekor ular berbisa memagut Paulus, tetapi ia tidak terluka (Kis. 28:3-6). Kemudian Paulus menyembuhkan penyakit ayah Publius, pemimpin politik di pulau itu (Kis. 28:7-8).
Setelah tiga bulan di Malta, Paulus dan para pengawalnya berlayar ke Roma.
Kitab Kisah Para Rasul berakhir dengan kegiatan- kegiatan Paulus di Roma. Kita membaca bahwa ia berkhotbah kepada orang-orang Yahudi yang terkemuka di kota itu (Kis. 28:17-20).
6. HAKIKAT DOA BAGI ORANG KRISTEN
Bagaimana Berdoa : Dasar
Saudara harus memiliki hubungan dengan Tuhan terlebih dahulu. Bayangkanlah ada seorang pria bernama Mike yang memutuskan untuk meminta presiden Universitas Princeton (yang tidak pernah dia kenal sebelumnya) untuk memberikan kredit mobil untuknya. Kemungkinan untuk memperoleh persetujuan akan sangat kecil bagi Mike (dengan asumsi bahwa presiden Princeton tersebut bukan orang idiot tentunya.) Akan tetapi, dalam kasus yang sama jika anak presiden tersebut sendiri yang mengajukan permohonan kredit mobil itu pasti tidak ada masalah. Faktor ada atau tidaknya hubunganlah yang menjadi persoalannya.
Bagi Tuhan, ketika seseorang benar-benar telah menjadi anakNya, menjadi milik Tuhan, Dia mengenal mereka satu persatu dan mendengarkan doa mereka. Yesus berkata,
"Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba- domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku.. Domba- domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku."4
Ketika berdoa kepada Tuhan, apakah Saudara sudah yakin bahwa Saudara mengenalNya dan Dia mengenal Saudara?
Apakah Saudara telah memiliki hubugan denganNya yang menjamin bahwa Tuhan akan menjawab doa-doa Saudara?
Atau Tuhan begitu jauh, hanya menjadi sebuah konsep dalam hidup Saudara? Jika Tuhan begitu jauh bagi Saudara, atau Anda tidak yakin bahwa Anda telah mengenal Tuhan, berikut adalah petunjuk bagaimana memulai suatu hubungan
denganNya sekarang juga : Memilki Hubungan dengan Tuhan.
Apakah Tuhan Pasti akan Menjawab Doa Saudara?
Bagi mereka yang telah mengenal dan percaya kepadaNya, Yesus nampaknya agak sedikit sembrono dengan apa yang ditawarkanNya: "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya."5"Tinggal"
didalam Dia dan firmanNya tinggal didalam mereka berarti mereka menjalani kehidupan mereka dengan kesadaran akan Tuhan, percaya kepadaNya, mendengarkan perkataanNya.
Dengan demikian mereka dapat meminta kepadaNya apapun yang mereka inginkan. Syarat yang lain : "Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada- Nya menurut kehendak-Nya." Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan --apa saja yang kita minta--maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya."6 Tuhan menjawab doa kita yang sesuai dengan kehendakNya ( dan sesuai dengan hikmat, kasihNya kepada kita, kekudusanNya, dan lain-lain).
Terkadang kita menganggap kita mengetahui kehendak Tuhan, karena hal-hal tertentu nampaknya masuk akal bagi kita! Lalu kita berasumsi bahwa hanya ada satu "jawaban"
yang benar bagi doa kita yang spesifik, asumsi itu tentu saja bahwa "Hal yang kita minta PASTILAH kehendak Tuhan".
Dan seringkali kita bersikeras. Kita hidup didalam waktu dan pengetahuan yang terbatas. Kita hanya tahu sedikit informasi tentang suatu situasi dan implikasinya dimasa yang akan datang. Sementara Tuhan memiliki pengertian yang tidak terbatas. Apa yang akan terjadi dalam hidup kita hanya Dia yang tahu. Dia memiliki tujuan lebih jauh kedepan dibanding
yang dapat kita bayangkan. Dengan demikian, Tuhan tidak melakukan suatu hal dengan begitu sederhana hanya karena kita menentukan bahwa ini pasti kehendak Tuhan.
Apa yang diperlukan? Apa yang cenderung Tuhan lakukan?
Semua halaman ini akan berisi tentang maksud Tuhan terhadap kita. Keseluruhan Alkitab adalah gambaran tentang hubungan seperti apa yang Tuhan inginkan kita alami bersama Dia dan hidup seperti apa yang Tuhan ingin berikan bagi kita. Berikut beberapa contohnya :
"Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!"7 Tidakkah Anda lihat itu? Seperti seseorang yang bangkit dari kursinya dan datang untuk menolong Saudara,
"Dia bangkit untuk menunjukkan belas kasihan kepada Saudara."Adapun Allah, jalan-Nya sempurna... Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada- Nya."8 "TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia- Nya."9
Bagaimanapun, kebesaran kasih Tuhan dan komitmenNya terhadap Saudara terlihat dari perkataan Yesus "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya,"10 seperti yang Yesus lakukan terhadap kita. Dan lagi, Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan- Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak
mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?"11
Bagaimana dengan Doa yang "Tidak Dijawab"?
Manusia tentu saja bisa mengalami sakit penyakit, masalah keuangan, dan kesulitan-kesulitan lain dalam hidupnya. Lalu?
Tuhan mengajarkan kita untuk menyerahkan segala kekuatiran kita kepadaNya dalam situasi yang sulit sekalipun,
"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."12 Keadaan mungkin terasa tidak terkendali, tetapi sebenarnya tidak. Ketika dunia ini rasanya mau runtuh, Tuhan akan menjaga kita. Dalam situasi seperti inilah setiap orang akan sangat bersyukur karena mereka mengenal Tuhan. "Tuhan itu dekat. "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."13 Tuhan bisa saja memberikan jalan keluar, mengatasi masalah yang sedang Saudara alami melebihi yang dapat Saudara bayangkan.
Beberapa orang Kristen pasti ada yang mengalami hal seperti ini dalam hidup mereka. Tetapi jika keadaan tak kunjung membaik, Tuhan masih bisa memberikan kita damai sejahteraNya ditengah-tengah masalah yang kita hadapi.
Yesus berkata "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu.
Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.
Janganlah gelisah dan gentar hatimu."14
Inilah intinya (ketika keadaan tidak kunjung membaik) bahwa Tuhan meminta kita untuk tetap percaya kepadaNya -
"hidup karena percaya, bukan karena melihat" seperti yang
Alkitab katakan. Tetapi ini bukan iman membabi buta.
Melainkan sesuai dengan setiap karakter yang dimiliki Tuhan. Sebuah mobil yang berjalan diatas jembatan Golden Gate secara penuh ditopang oleh kuatnya jembatan tersebut.
Tidak peduli apa yang sedang dirasakan dan dipikirkan oleh si pengemudi, bahkan apa yang sedang didiskusikannya dengan penumpang dimobil tersebut. Apa yang membuat mobil tersebut menjadi aman adalah kekuatan jembatan tersebut, sehingga si pengemudi dengan aman melewati jembatan.
Begitu juga dengan Tuhan kita, Ia menghendaki agar kita mempercayai integritas, karakter, belas kasihan, kebenaranNya dalam hidup kita. Dia berkata, "Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu"15 "Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita."16
7. DOSA MENURUT KRISTEN
Dosa adalah pelanggaran cinta kasih terhadap Tuhan atau sesama yang dapat mengakibatkan terputusnya hubungan antara manusia dengan Allah. Utamanya, dosa disebabkan karena manusia mencintai dirinya sendiri atau hal-hal lain sedemikian rupa sehingga menjauhkan diri dari cinta terhadap Allah.
Dosa juga di pandang sebagai perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, baik itu melalui pikiran, perkataan, perbuatan manusia.
Dosa adalah ketidaktaatan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan yang diungkapkan melalui pemberontakan dan pelanggaran manusia.[1] Menurut Alkitab semua manusia telah jatuh ke dalam dosa karena Adam dan Hawa telah jatuh ke dalam dosa. Kepada Israelditunjuk jalan keluar dari dosa, yakni mempersembahkan korban, a.l. korban penghapus dosa dan korban penebus salah. Dalam Perjanjian Baru Yesus Kristus diberitakan sebagai Penebus (Juruselamat) umat manusia dari segala dosa.[2]
Dosa menurut rasul Paulus adalah (dalam arti keinginan daging) keadaan perseteruan terhadap Allah karena tidak takluk kepada hukum Allah (Roma 8:7). Dosa menurut rasul Yohanes adalah pelanggaran terhadap hukum Allah (1 Yohanes 3:4).
Kronologi berkembangnya dosa
Pada awalnya berupa godaan, tetapi kelalaian atau pembiaran terhadap godaan mengakibatkan terjadinya dosa ringan yang kemudian dapat menjadi dosa berat. Secara kronologis, proses berkembangnya dosa dapat dijelaskan dalam tahapan berikut:[6]
1. Godaan dosa datang dalam pikiran dan dibiarkan
2. Menikmati godaan dalam pikiran, yang berarti menunggu untuk berbuah menjadi keinginan berdosa (Yakobus 1:15)
3. Godaan sampai di hati sehingga timbul keinginan untuk berbuat dosa, atau dengan kata lain sudah
"berbuat dosa" (Matius 5:28)
4. Keputusan untuk berbuat dosa, belum sampai perbuatan namun sudah ada keputusan sebagai hasil dari keinginan
5. Perbuatan dosa dilakukan sebagai akibat nyata dari keputusan yang dibuat sebelumnya
6. Pengulangan perbuatan dosa yang sama sehingga menjadi keterikatan dan kebiasaan jahat
7. Timbul dosa yang lain akibat kebiasaan berbuat dosa yang sama, karena Tuhan sudah tidak bertahta dalam hati (Keluaran 9:12, Roma 1:28)
8. Kejahatan sudah berakar dalam jiwa dan timbul kebencian kepada Tuhan, sehingga dengan sadar dan segenap hati menghujat Roh Kudus—yang adalah dosa yang tidak terampuni (Markus 3:29)
Akibat Dosa
Dosa menghancurkan relasi manusia dengan Tuhan sebagai efek vertikal, dan hubungan manusia dengan sesama sebagai efek horisontal; dengan kata lain bahwa tidak ada dosa yang bersifat pribadi. Semua dosa mempunyai dimensi sosial,
contohnya dosa manusia pertama menghasilkan dosa asal yang mengakibatkan semua manusia memiliki
kecenderungan untuk berbuat dosa
(konkupisensi). Sakramen Pembaptisan menghapuskan dosa asal, tetapi tidak menghapuskan kelemahan kodrat manusia dan kecenderungan kepada dosa.[4][6]
Setiap dosa menciptakan kecondongan kepada dosa;
pengulangan perbuatan-perbuatan jahat yang sama akan mengakibatkan kebiasaan buruk. Sehingga mengakibatkan terbentuknya kecenderungan yang salah, menggelapkan hati nurani, dan menghambat keputusan konkret mengenai apa yang baik dan yang buruk. Dosa cenderung terulang lagi dan diperkuat, tetapi tidak menghancurkan seluruh perasaan moral.[3]:1865 Dua orang Bapa Gereja ternama, St Yohanes Kasianus dan St Gregorius Agung, menggolongkan kebiasaan buruk menurut kebajikan yang merupakan lawannya; dinamakan tujuh dosa pokok, karena mengakibatkan dosa-dosa dan kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya.[3]:1866
Manusia tidak dapat melawan semua kecenderungan tersebut tanpa berkat dari Tuhan yang memampukan manusia untuk
"berkata tidak" terhadap dosa. Karena dosa pertama dari Adam adalah dosa kesombongan—sehingga kadang disebut 'ibu dosa' dan adalah dosa pokok yang pertama—
maka kerendahan hati adalah penawar utama untuk menerima berkat dari Tuhan secara berlimpah.[6] Akibat dari dosa adalah kematian kekal yaitu perpisahan dengan Allah selama- lamanya. Seseorang yang meninggal dalam keadaan dosa berat karena pilihan bebasnya sendiri, mengabaikan kesempatan semasa hidupnya di dunia untuk bertobat, beresiko masuk dalam penderitaan neraka, yang berarti keterpisahan abadi dari Allah.[4]
8.HAKIKAT PERTOBATAN KRISTEN
Kata Pertobatan berasal dari kata tobat yang berarti berbalik dari yang jahat. Dalam bahasa Ibrani kata pertobatan ini ada 2 kata yang umumnya dipakai untuk menyatakan pertobatan yaitu Nicham, kata ini mengandung arti adanya perasaan yang dalam baik perasaan menderita atau perasaan terlepas.
Dalam arti lain kata ini bisa juga dinyatakan menyesal dan penyesalan ini biasanya disertai dengan perubahan dalam rencana dan tindakan (bnd Kej 6:6-7, Kel 32: 14, Hak 2:18).
Selain itu kata lain adalah Shubh. Kata ini berarti menyatakan berbalik kembali atau kembali. Kata ini menunjukkan bagaimana Bangsa Israel berbalik kepada Tuhan setelah Israel meninggalkan Dia. Kata ini menjelaskan pertobatan adalah kembali kepada Dia dari dosa yang telah memisahkan manusia dengan Tuhan.
Dalam Bahasa Yunani ada juga beberapa kata yang dipakai untuk menyatakan pertobatan yaitu Metanoia, Kata ini paling umum dipakai untuk menunjukkan pertobatan di dalam Perjanjian Baru. Ini menunjukkan kesadaran dalam hidup manusia. Dalam PB ini menunjukkan kepada suatu perubahan dalam pikiran yang melihat masa lalu dengan lebih bijaksana termasuk juga menyesali segala kekeliruan yang dilakukan dan kemudian mengubah hidup menuju kearah yang lebih baik. Perubahan ini menyangkut secara menyeluruh dalam pikiran yang dalam kepenuhannya menjadi suatu kelahiran kembali secara intelektual dan moral.
Hal ini berarti suatu perubahan itu tidak terbatas pada kesadaran intelektual dan teoretis belaka tetapi juga mencakup kesadaran moral dan juga hati nurani. Ketika jiwa seseorang telah diubah ia bukan saja menerima pengetahuan tetapi juga mendapatkan arah yang jelas dari kehidupannya yang ia sadari dan kualitas-kualitas moralnya juga diubahkan.
Dalam semua kaitan ini metanoia mencakup suatu permusuhan yang benar-benar disadari dengan hidup dimasa
sebelumnya. Jadi pertobatan ini bukan sekedar beralih dari satu arah yang disadari menuju kearah lain, tetapi melakukan hal itu dengan sikap yang jelas membenci arah yang semula.
Kata lain adalah Epistrophe, kata ini dalam bahasa Ibraninya sama dengan Shubh, kata ini bukan sekedar menunjukkan arti suatu perubahan dalam pikiran tetapi menekankan kenyataan bahwa hubungan yang baru sudah ditetapkan. Atau dengan kata lain kata ini bisa juga diterjemahkan dengan kembali atau berpaling atau tindakan putar balik atau pertobatan kepada Allah.
Pertobatan menurut Alkitab
Dalam Perjanjian Lama yang ditekankan dalam pertobatan adalah untuk Bangsa Israel. Bagi Bangsa Israel pertobatan berarti kembali kepada Allah sesudah tersesat dan sesudah mendurhakaiNya. Hal ini bisa juga kita bandingkan dalam Yesaya 10:21,23 yang kembali yaitu yang bertobat di hadapan Allah adalah sisa-sisa Yakub yang tidak dihukum oleh Tuhan Allah atau orang-orang yang percaya kepada Tuhan Allah. Perjanjian Lama menekankan bahwa cakupan pertobatan melebihi dukacita penyesalan dan perubahan tingkah laku lahiriah. Pertobatan mencakup perendahan diri batiniah perubahan yang sungguh-sungguh merindukan Yahwe (Ul 4:29), disertai pengenalan yang jelas dan baru akan diriNya dan jalanNya (Yes 24:7, bnd 2 Raj 5:15, 2 Taw 33:13) . Sedangkan dalam Perjanjian Baru bertobat berarti membelakangi yang semula disembah lalu menghadap
kepada Tuhan Allah dan juga berarti mengubah pikiran atau berganti pikiran. Dalam Injil-injil Synoptik pertobatan
merupakan seruan yang disampaikan oleh Yohanes dan
diteruskan oleh Yesus. menurut Yesus pertobatan merupakan suatu perubahan radikal bukan hanya dalam prilaku
melainkan juga dalam pemikiran. Dalam Kitab Lukas yang merupakan satu kisah pertobatan adalah kisah pertobatan anak bungsu. Dalam tafsiran ini dikatakan ketika ia masih
jauh, ayahnya telah melihatnya hal ini tersirat bahwa selama ini ayahnya telah menunggu kepulangan anaknya yang pergi dari rumah itu. Dan juga dalam hal ini ada tekad dalam diri anak bungsu itu untuk mengubah keadaan hidupnya yang sudah jahat. Dalam tafsiran yang lain ditunjukkan perendahan diri anak bungsu itu. Ia tidak hanya menyadari bahwa ia telah jatuh kedalam dosa tetapi juga bahwa ia tidak layak disebut sebagai anak bapanya. Dalam hal ini ia bersedia
merendahkan dirinya dan berusaha kiranya diterima. Tetapi sebelum seluruh pengakuan itu keluar ayahnya telah
mengambil dia untuk kembali ke dalam keluarga itu. Jadi dari injil-injil sinoptik menyatakan bahwa pertobatan itu
merupakan panggilan Allah dan manusia merespon kepada Tuhan.
Bagi Paulus pertobatan merupakan suatu syarat mutlak jika seseorang ingin hidup secara berkesinambungan dalam persekutuan umat yang ditebus. Ini bukan berarti pertobatan sebagai dasar keselamatan karena bagi Paulus keselamatan itu ada karena pembenaran dari Allah bukan karena perbuatan manusia karena manusia sudah berdosa sehingga apapun yang diperbuatnya selalu menghasilkan yang jahat.
Keadaan ini tidak memungkinkan untuk dapat menyelamatkan dirinya tetapi manusia bukannya secara pasif menerima keselamatan itu tapi manusia juga menerima sebagai tanggapan atau merespon anugerah itu. Berita perdamaian itu membangkitkan iman sikap penuh percaya yang menerima kabar tentang Allah yang mendamaikan menyelamatkan dia dari dosa dan maut. Iman dalam arti itulah yang menjadi jalan dan cara manusia memproleh anugerah Allah yang begitu besar.
Pertobatan dan Iman
Dari segi manusia, pertobatan merupakan jawaban manusia terhadap panggilan Tuhan Allah. Di dalam jawaban itu
manusia dengan seluruh pribadinya dan seluruh eksistensinya
dikuasai oleh ketaatan kepada kehendak Tuhan Allah.
Bertobat merupakan suatu tindakan yang tidak mau berbalik lagi kepada berhala dunia ini dan menghadap Tuhan Allah serta berbakti kepadaNya. Dalam pertobatan ada 3 unsur dasariah yaitu :
1. Insaf, yaitu berarti menyesal. Perasaan yang sedih hati karena dosa-dosanya. Perasaan ini timbul jika seseorang sadar akan hidupnya yang telah melukai Tuhan. Keinsafan ini bisa kita lihat dalam penyesalan Daud. Penyesalan ini bisa terjadi karena pekerjaan Roh Kudus dimana hidup kita yang lama dibongkar yaitu hidup kita dalam dosa dan dibangun hidup yang baru.
2. Membenci dosa, yaitu suatu tindakan yang dilakukan setelah menyadari kesalahan-kesalahan maka orang itu akan membenci segala tindakannya yang lama yang telah melukai Allah. Pada masa ini tindakan dosa yang dulu dianggap bagus kini akan dibenci.
3. Kembali kepada Allah, yaitu orang yang sudah menyadari dosa-dosanya dan juga membencinya maka dia akan rela hatinya untuk menerima peraturan-peraturan dan hukum- hukum Allah. Orang yang sudah bertobat mengetahui bahwa Allah adalah satu-satunya pedoman untuk kebahagiaan hidupnya.
Pertobatan itu juga mempunyai hubungan yang erat dengan iman atau percaya. Orang yang beriman adalah orang yang menundukkan akunya oleh Kristus dan Kristus telah menjadi rajanya. Di dalam kepercayaan itu terkandung pembaruan dan kelahiran kembali. Pembaharuan dan kelahiran kembali merupakan soal percaya. percaya berarti mengiyakan dan mengaminkan apa yang Tuhan katakan yaitu bahwa kita satu di dalam kematian dan kebangkitanNya. Jadi beriman adalah cara bereksistensi dari hidup yang baru oleh Roh artinya
hidup dalam persekutuan dengan kristus. Hidup dalam iman itu mempunyai beberapa unsur yaitu yang pertama adalah Ketaatan , iman tidak bisa dilepaskan dari ketaatan terhadap injil karena iman adalah menaati isi Injil karena iman itu adalah suatu kepercayaan kepada injil. Pengetahuan, iman merupakan suatu tindakan yang penuh kesadaran berarah serta penuh keyakinan. Adapun yang menjadi isi pengetahuan iman adalah kehendak Tuhan Allah dengan sempurna. Dan kehendak Allah itu tidak diberikan bersamaan dengan iman tetapi harus dicari. Mempercayai, berarti mengandalkan.
Sebab iman bukan hanya soal akal melainkan soal seluruh kehidupan manusia. Iman adalah soal hati orang yang beriman mempercayai segala janji dan kuasa Allah, tidak menyandarkan diri kepada perkara duniawi tidak menyandarkan diri kepada taurat serta amal-amal manusia melainkan menyerahkan dirinya secara mutlak kepada kasih karunia Allah. Harapan , iman dihubungkan dengan kepercayaan kepada Kristus, maka iman juga dihubungkan dengan harapan. Harapan sangat penting dalam iman.
Harapan membawa kepastian bahwa hidup baru itu akan membawa kepada kemenangan.
Doktrin Pertobatan menurut Calvinis
Calvin setuju dengan pandangan Luther tentang pembenaran oleh iman. Iman mempersatukan orang percaya dengan
Kristus di dalam suatu kesatuan mistis. Persatuan dengan Kristus ini mempunyai dampak rangkap dua yang disebut dengan anugerah ganda. Pertama, persatuan antara orang percaya dengan Kristus membawa secara langsung
pembenaran dirinya. Melalui Kristus orang percaya
dinyatakan menjadi benar dalam pandangan Allah. Kedua, oleh karena persatuan orang percaya dengan Kristus maka orang percaya tersebut mulai melakukan proses menjadi seperti Kristus melalui lahir kembali. Pertobatan itu adalah benar-benar membalikkan kehidupan kita kepada Allah
dengan digerakkan oleh rasa takut yang tulus dan sungguh- sungguh akan Dia. Calvin menyatakan bahwa baik
pembenaran maupun kelahiran kembali merupakan hasil dari persatuan orang percaya dengan Kristus melalui iman. Tetapi menurutnya akar dari pembenaran itu adalah Predestinasi dan yang menjadi buahnya adalah pengudusan.
Ajaran Predetinasi ini adalah berbicara tentang Allah yang memilih. Ajaran ini sudah ada sejak zaman Agustinus yang memandang ini menunjuk pada tindakan Allah dalam memberikan anugerahNya kepada beberapa orang. Hal ini menggambarkan keputusan Illahi yang khusus ketika Allah mengaruniakan anugerahNya kepada orang-orang yang diselamatkan. Pemilihan yang menurut Calvin ini berarti bahwa Allah bertindak ke luar dan mengarahkan kasihNya kepada dunia dan kepada kita manusia. Allah yang memilih itu dinyatakan dalam Yesus Kristus. Di dalam kedatangan Yesus Kristus maka Allah datang untuk memilih manusia.
Pemilihan oleh Allah ini berarti Kristuslah yang memilih manusia. Ia menjadi manusia seperti kita untuk menanggung hukuman Allah atas dosa kita. Di dalam Dia kita manusia menjadi milikNya oleh karena percaya kepada Allah turut dipilih oleh percaya kita menyadari bahwa segala sesuatu yang hendak diberikan oleh Allah kepaa kita adalah bersifat anugerah. Jadi dengan demikian iman itu adalah hasil pemilihan bukan sebaliknya.
Predestinasi adalah dasar pembenaran dan menjadikan usaha untuk membenarkan diri adalah sia-sia. Calvin sebenarnya setuju dengan pandangan Luther yang mengatakan bahwa keselamatan hanya tergantung kepada kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia dan setelah dinyatakan oleh Kristus Yesus. Iman yang membenarkan bukanlah usaha manusia tetapi anugerah Allah yang diberikan kepada orang-orang yang telah dipilihNya.
Bagi Calvin kemampuan manusia untuk bertobat itu hanyalah dengan kekuatan Allah. Allah memulai pekerjaan baik di dalam diri manusia dengan menimbulkan dalam hati kita rasa kasih, rindu dan semangat akan kebenaran. Atau dnegan kata lain dengan membentuk hati kita dan mengarahkannya ke kebenaran dan memperkuat hati kita untuk bertekun. Seperti apa yang tertulis dalam Yeheskiel 36:26-27 “ Kamu akan Kuberikan hati yang baru dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada peraturanKu dan melakukannya”. Jadi menurut Calvin juga tidak ada daya manusia untuk bertobat dan segala kemauan manusia untuk bertobat itu juga berasal dari Allah.
Inti Teologi Calvin adalah Kemuliaan Allah artinya segala sesuatu tujuannya untuk kemulian Allah. Berhubungan dengan penekanan ini, Calvin mementingkan kelahiran kembali (regeneration) atau Pengudusan yang harus menyertai pembenaran orang-orang berdosa. Manusia yang dibenarkan wajib menampakkan imannya dalam perbuatan- perbuatan yang berkenan kepada Allah. Pengudusan ini terjadi ketika orang percaya itu telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah maka perkembangan pengudusan sudah pasti. Roh Kudus akan mematikan perbuatan-perbuatan daging, mengerjakan di dalam diri orang percaya tersebut ketaatan kepada firman Allah, menghasilkan buah-buah roh serta memakainya dalam pelayanan kepada Tuhan.
Bertambah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan juruslamat kita Yesus Kristus, bertambah-tambah dalam kasih kepada orang lain dan terhadap semua orang, menyucikan diri dari segala pencemaran jasmani dan rohani.
Dalam pasal-pasal ajaran Dordrecht pertobatan itu adalah sebagaimana sejak semula orang-orang kepunyaan yang telah dipilihNya dalam Kristus, demikian juga mereka dipanggilNya dengan ampuh dalam hidup ini. Dia mengaruniakan kepada mereka iman dan pertobatan dan setelah melepaskan mereka dari kuasa kegelapan memindahkan mereka ke dalam kerajaan AnakNya.
Maksudnya agar mereka memasyurkan perbuatan- perbuatanNya yang besar yang telah memanggil mereka keluar dari kegelapan menuju terangNya yang ajaib. Dengan demikian maka pertobatan itu merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada orang-orang yang dipilihNya, Allah yang melaksanakan perkenananNya di dalam orang-orang pilihanNya itu. Dia tidak hanya menerangi pikran mereka oleh Roh sedemikian rupa sehingga mereka memahami dengan baik dan menilai hal-hal yang berasal dari Roh Kudus. Dia bahkan juga masuk sampai ke batin manusia dan dengan keampuhan Roh Kudus yang sama itu yang mengerjakan kelahiran kembali, hati yang tertutup dibukaNya, apa yang keras dilunakkanNya yang tadinya mati dihidupkannya yang jahat dijadikannya baik. Dalam hal ini kelahiran kembali itu juga tidak bekerja di dalam manusia seolah-olah ia adalah sebongkah batu atau kayu, dan karunia itu tidak memusnahkan kehendak manusia dan sifat-sifat kehendak itu dan tidak memaksakan manusia berlawanan dengan kehendaknya. Tetapi karunia Illahi itu menghidupkan kehendak secara rohani menyembuhkannya, memperbaikinya, menundukkan secara lembut. Maka dimana dahulu kedegilan dan perlawanan daging merajalela sekarang oleh Roh mulai berkuasa ketaatan yang rela dan tulus.