BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Keamanan dan mutu produk konsumsi, khususnya produk tradisional seperti jamu gendong, merupakan aspek penting yang harus diperhatikan karena secara langsung berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Jamu gendong merupakan salah satu produk herbal tradisional Indonesia yang banyak dikonsumsi masyarakat karena dianggap memiliki manfaat kesehatan, seperti meningkatkan daya tahan tubuh, melancarkan peredaran darah, atau mengatasi pegal-pegal. Meskipun bahan-bahan yang digunakan bersifat alami, proses pembuatan jamu gendong secara tradisional seringkali tidak memenuhi standar higienis dan sanitasi yang memadai. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi mikrobiologis pada produk akhir (BPOM RI, 2018).
Kontaminasi mikroba pada produk pangan dan minuman tradisional dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air yang tidak steril, peralatan yang tidak bersih, bahan baku yang terkontaminasi, atau lingkungan pengolahan yang tidak higienis. Akibatnya, produk yang dikonsumsi dapat mengandung mikroorganisme patogen atau non-patogen dalam jumlah yang melebihi ambang batas yang diperbolehkan. Jika produk tersebut dikonsumsi secara terus-menerus, maka dapat menimbulkan risiko kesehatan, seperti gangguan pencernaan, keracunan makanan, hingga infeksi saluran cerna, terutama bagi individu dengan daya tahan tubuh rendah (Depkes RI, 2014).
Mikroorganisme seperti bakteri, kapang, dan khamir dapat tumbuh dalam jamu cair apabila tidak disimpan dengan baik. Kontaminasi tersebut dapat menyebabkan penurunan mutu produk, mempercepat kerusakan, serta menimbulkan dampak kesehatan seperti diare, keracunan makanan, atau infeksi saluran pencernaan, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia (Rahmawati et al., 2019). Oleh karena itu, diperlukan pengujian
mikrobiologis sebagai bentuk pengendalian mutu dan jaminan keamanan produk.
Untuk menilai tingkat kebersihan dan keamanan mikrobiologis suatu produk, dilakukan pengujian Angka Lempeng Total (ALT). ALT merupakan salah satu metode standar dalam mikrobiologi untuk menghitung jumlah mikroorganisme hidup aerob mesofilik yang tumbuh pada media padat. Uji ini tidak membedakan jenis mikroba, namun memberikan gambaran umum tentang kualitas mikrobiologis dari suatu produk. Semakin tinggi jumlah koloni mikroba yang tumbuh, maka semakin tinggi pula tingkat kontaminasinya. ALT menjadi indikator penting untuk mengetahui apakah suatu produk aman dikonsumsi atau perlu dilakukan proses dekontaminasi lebih lanjut (Pelczar et al., 2001).
I.2 Maksud dan Tujuan A. Maksud
1) Dapat menghitung jumlah mikroba yang terdapat dalam sampel
2) Dapat menguji bahwa sampel yang diuji tidak boleh mengandung mikroba melebihi batas yang ditetapkan karena berbahaya bagi kesehatan manusia
B. Tujuan
1) Untuk menghitung jumlah mikroba yang terdapat dalam sampel
2) Untuk menguji bahwa sampel yang diuji tidak boleh mengandung mikroba melebihi batas yang ditetapkan karena berbahaya bagi kesehatan manusia
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
A. Perhitungan jumlah mikroba dalam sampel dilakukan menggunakan metode Angka Lempeng Total (ALT), yaitu dengan cara melakukan pengenceran serial, menanam sampel pada media padat, dan menginkubasi selama 24–48 jam. Setelah inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung pada cawan dengan jumlah koloni antara 30–300, kemudian dihitung menggunakan rumus CFU. Nilai ini digunakan untuk menilai kelayakan mikrobiologis suatu produk.
B. Pengujian mikrobiologis terhadap suatu sampel sangat penting untuk memastikan bahwa jumlah mikroorganisme yang terkandung tidak melebihi batas yang telah ditetapkan oleh standar kesehatan. Hal ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan mutu produk, terutama produk pangan dan farmasi, karena keberadaan mikroba yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia, seperti infeksi atau keracunan. Dengan demikian, uji cemaran mikroba menjadi salah satu indikator penting dalam pengawasan kualitas produk sebelum dipasarkan atau dikonsumsi.
V.2 Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini adalah agar praktikan lebih memperhatikan kebersihan laboratorium sehingga menjamin kenyamanan laboratorium pada saat digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2018. Pedoman Cara Produksi Jamu yang Baik dan Benar (CPOTB Jamu). BPOM RI.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Rahmawati, I., Sulistiyani, & Wahyuningtyas, R. 2019. "Evaluasi Mutu Mikrobiologis Jamu Gendong di Pasar Tradisional". Jurnal Ilmu Kesehatan , 7(2), 89–94.
Pelczar, M. J., Chan, E. C. S., & Krieg, N. R. 2001. Dasar-Dasar Mikrobiologi (Ed.
5). Jakarta: UI Press.