• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - etheses UIN Mataram

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I - etheses UIN Mataram"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Sikap guru untuk mewujudkannya, diantaranya dengan cara menumbuhkannya hasil belajar siswa daam proses belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono mengemukakan bahwa “banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang di kemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persaaan dan perbedaan”. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kta pakai sebagai dasar dalam upaya belajarnya maupun bagi guru dalam meningkatkan mengajarnya.1

Model mengajar adalah preskripsi strategi mengajar yang di siapkan untuk mencapai tujuan khusus pengajaran. Model-model mengajar yang dimaksud ditunjukan kepada para guru untuk dapat memilih alternatif guna meninkatkan efektifitas pengajaran dalam metode mengajar yang interaktif.

Bruce R, Joyce misalnya menjelaskan bahwa fungsi dari strategi mengajar

1 Dimyati dan Mudjiono, 2013, Belajar Dan pembelajaran (Jakarta:Rineka Cipta)

(15)

adalah menyediakan sebuah model atau paradigma dengan mana lingkungan pendidikan dapat di bentuk, yang nantinya meletakkan rencana atas mana kurikulum, atau paket-paket media dapat di kembangkan model prilakunya untuk dapat mencapai pengaruh seperti yang di harapkan. 2

Berdasakan hasil survey awal di MI Miftahul Qulub Al-Ma’rif Ungga tenaga pengajar atau guru bidang studi, menggunakan metode dalam proses kegiatan belajar mengajar yang tidak seperti dulu lagi yang hanya menggunakan metode ceramah akan tetapi sudah menggunakan metode- metode yang tergolong modern agar dapat mengaktifkan siswa. Strategi dan media pembelajaran dalam mengajar memang penting dan harus ada disetiap proses pembelajaran, strategi bisa di katakan cara atau teknik yang di gunakan dalam proses belajar.

Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh guru dalam kelas adalah tinggkat penguasaan dan pemahaman peneliti terhadap nilai mata pelajaran IPS masih sangat rendah. Hasil pengamatan peneliti terhadap nilai mata pelajaran IPS untuk beberapa kompetensi dasar (KD) yang berbeda-beda sebagai berikut: siswa yang memperoleh nilai di atas 80 ada 10%, yang memperoleh nilai di antara 60 s/d 79 ada 52% dan siswa yang nilainya kurang dari 60 ada 83%. Setelah kami analisis, ternyata siswa-siswa yang memperoleh nilai tinggi adalah siswa-siswa yang partisipasinya di kelasnya cukup tinggi. Sedangkan siswa-siswa yang nilainya rendah, partisipasinya juga rendah. Partisipasi yang dimaksud meliputi aktifitas belajar dalam bentuk

2 Abdul Aziz Wahab .2009,Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial

[IPS] (Bandung:Alfabeta. Hal 57)

(16)

bertanya, menjawab baik dari guru maupun dari siswa. Kenyataan ini disebabkan oleh guru kebanyakan guru masih belum semuanya menggunakan metode yang lain selain menggunakan metode cermah.3

Berdasarkan hal tersebut penulis akan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan sebuah model pembelajaran yang diperkirakan mampu meningkatkan partisipasi belajar siswa. Penulis memperkirakan bahwa model pembelajaran Treffinger yang cukup efektif untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.

B. Sasaran Tindakan

Sasaran tindakan dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V MI Miftahul Qulub Al-Ma’rif Ungga jumlah siswa 16 orang.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah“Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Treffinger pada mata pembelajaran IPS pada kelas V MI Miftahul Qulub Al-Ma’rif Ungga Tahun Pelajaran 2016/2017?”

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran Treffinger pada mata pelajaran IPS kelas V MI Miftahul Qulub Ungga Tahun Pelajaran 2015/2016.

3 Dokumentasi, “Hasil Ulangan Harian Kelas V di MI Miftahul Qulub Ungga, 17 Februari 2016

(17)

E. Manfaat Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berharap semoga hasil penelitian dapat memberi manfaat konseptual utamanya pada pembelajaran IPS. Di samping itu juga hasil dari penelitian dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran IPS MI Miftahul Qulub Al-Ma’rif Ungga Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten Lombok Tengah.

1. Manfaat Teoretik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah ilmu pengetahuan tentang peningkatan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran Treffinger pada mata pelajaran IPS di sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Siswa

1) Peserta didik menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran 2) Meningkatkan kemampuan berfikir kreatif oeserta didik b. Manfaat Bagi Guru

1) Memotivasi guru untuk meningkatkan kreativitas model pembelajaran dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat memperbaiki pembelajaran yang ada.

2) Menambah alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami materi.

(18)

c. Manfaat Bagi Sekolah

Memberikan informasi bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses kegiatan belajar mengajar, agar dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dan tercapainya suatu tujuan pembelajaran sesuai dengan strandar kelulusan kurikulum yang ada.

F. Telaah Pustaka

Model pembelajaran Treffinger telah di lakukan dan di teliti oleh berbagai kalangan, baik Mahasiswa antara lain:

1. Penelitian yang di lakukan oleh Ila Bainatul Hidayah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul:

Penerapan Model Treffinger untuk Meningkatkan kemampuan Komunikasi Matematis Siswa”. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penerapan model treffinger dapat meningkatkan komunikasi matematis peserta didik. Hasil rata-rata komunikasi matematis peserta didik pada siklus I sebesar 67.40% menjadi 76.28% pada siklus II. Kenaikan persentase aktifitas belajar matematika peserta didik mencapai lebih dari 75% atau dalam katagori baik. Selain itu, penerapan model treffinger dapatmeningkatkan hasil belajar matematika peserta didik, rata-rata peserta didik pada siklus I mencapai 67%, meningkat menjadi 74% pada siklus II. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan menggunakan model treffinger

(19)

dapat meningkatkan komunikasi matematis dan hasil belajar peserta didik.4

Penelitian yang dilakukan oleh Ila Bainatul Hidayah yakni penelitian kuantitatif yang memiliki dua variabel independen dan satu variabel dependen, sedangkan penelitian yang peneliti akan dilakukan peneliti sekarang ini yaitu penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatan hasil belajar melaui penerapan model pembelajaran Treffinger. Penelitian sekarang ini memiliki variabel independen dan variabel dependen. Pada kedua penelitian ini sama-sama memiliki variabel dependen yaitu hasil belajar.

2. Peneliti yang dilakukan oleh Chotmil Huda mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan judul:” Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa dalam Memecah Masalah Matematika dengan Model Pembelajaran Treffinger pada materi pokok Kelilingan Luas Persegi dan

Persegi Panjang”. Dari penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa kemampuan guru dalam pengelolaan kelas sebesar 3,55 dengan kategori sangat baik. Aktivitas siswa juga tergolong aktif dan respon siswa terhadap model pembelajaran treffinger termasuk dalam respon positif. Sedangkan untuk

4 Ila Bainatul Hidayah, “Penerapan Model Treffinger untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa”, Skripsi, (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurun UIN SyarifHidayatullah, 2014, http://repository,uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/24438, diakses 2 Maret 2016.

(20)

kemampuan berfikir kreatif pesrta didik dalam memecahkan masalah matematika meningkat setelah diberikan penerapan dengan model pembelajaran treffinger.5

Penelitian yang dilakukan oleh Chotmil Huda yakni penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperimen) sedangkan penelitian sekarang yaitu penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran Treffinger. Penelitian yang akan dilakukan peneliti sekarang sama-sama menjadikan model pembelajaran Treffinger sebagai variabel independennya dan perbedaanya ada pada variabel dependen. Penelitian sekarang memiliki variabel dependen yaitu hasil belajar pada mata pelajaran IPS, sedangkan penelitian Chotmil Huda yaitu berfikir kreatif pada mata pelajaran Matematika.

G. Kajian Pustaka 1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan

5 Chotmil Huda, Meningkatkan Berfikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika dengan Model Pembelajaran Treffinger pada Materi PokokKeliling dan Luas Persegi dan Persegi Panjang”, Skripsi, (Surabaya: Fakultas Tarbiyah) Diakses 2 Maret 2016.

(21)

mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar.

Menurut Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif karena adanya stimulus (ransangan) dengan respons. Sedangkan menurut Chaplin, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat praktik dan pengalaman.6

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.

Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlansung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh dari pengalaman karena adanya stimulus dan respon.

Proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada belajar kognitif, prosesnya melibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (kognitif), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afektif), sedangkan belajar

6 Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2014), h. 88

(22)

psikomotorik memberikan hasil belajar berupa keterampilan (psychomotoric).

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang mengusai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat.

Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar.

Proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam konteks demikian maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran (ends are being attained).

Tujuan pengajaran menjadi hasil belajar potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya.7

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.

7 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar,(Yogyakarta; Pustaka Belajar, 2014), h.38-45.

(23)

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar.

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:

1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.8. Hasil belajar yang dapat diraih oleh siswa juga bergantung dari lingkungan. Artinya, ada faktor-faktor yang berada diluar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh karena itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Pendapat ini sejalan dengan teori belajar di sekolah (Theory of school learning dari Bloom) yang mengatakan ada tiga variabel utama dalam teori belajar di sekolah, yaitu;

8 Muhibbinsyah, Psikologi, h. 129.

(24)

1) Karateristik individu 2) Kualitas pengajaran 3) Hasil belajar siswa.

Sedangkan Caroll berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor yaitu;

1) Bakat pelajar

2) Waktu yang tersedia untuk belajar

3) Waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran 4) Kualitas pengajaran, dan

5) Kemampuan individu.

Di samping faktor guru, kualitas pengajaran dipengaruhi juga oleh karakteristik kelas. Variable karakteristik kelas antara lain:

1) Besarnya kelas (class size).

2) Suasana belajar.

3) Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia.

Faktor lain yang mempengaruhi kualitas pengajaran di sekolah adalah karakteristik sekolah itu sendiri. Karateristik sekolah berkaitan dengan disiplin sekolah, perpustakaan yang ada di sekolah, letak geografis sekolah, lingkungan sekolah, estetika dalam arti sekolah memberikan perasaan nyaman, dan kepuasan belajar, bersih rapi dan teratur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada tiga unsur dalam kualitas pengajaran yang

(25)

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, yaitu; kompetensi guru, karateristik kelas, dan karateristik sekolah.9

c. Tipe Hasil Belajar.

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikatagorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) serta bidang psikomotor (kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak bisa berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak hasil belajar siswa di sekolah. Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut, harus dipandang sebagai hasil belajar siswa, dari proses pengajaran.

Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar tersebut;

1) Tipe hasil belajar kognitif

a) Tipe hasil belajar penguatan hafalan (knowledge) b) Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention) c) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)

d) Tipe hasil belajar analisis e) Tipe hasil belajar sintesis f) Tipe hasil belajar evaluasi

9 Nana Sudjana, DASAR-DASAR PROSES BELAJAR MENGAJAR, (Bandung; Sinar Baru Algensindo. 2013) h.39-43.

(26)

2) Tipe hasil belajar bidang afektif

Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai tingkat yang dasar/sederhana sampai tingkatan yang kompleks;

a) Responding atau jawaban b) Valuing (penilaian) c) Organisasi

d) Karateristik nilai atau internalisasi nilai 3) Tipe hasil belajar psikomotor

Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang). Ada 6 tingkatan keterampilan yakni;

a) Gerakan reflex (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c) Kemampuan perceptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain.

d) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan.

e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.

f) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.10

10 Nana, Dasar-Dasar Proses. h.49-54

(27)

2. Model Treffinger

a. Pengertian Model Treffinger

Model Treffinger sebenarnya tidak berbeda jauh dengan model pembelajaran yang di gagas oleh Osborn. Model Treffiger ini juga di kenal dengan Creative Problem Solving. Keduanya sama-sama berupaya untuk mengajak siswa berfikir kreatif dalam menghadapi masalah, namun sintak yang diterapkan anatara Osborn dan Treffiger sedikit berbeda satu sama lain. Singkatnya, model CPS Treffiger merupakan revisi atau kerangka kerja CPS yang di kembangkan oleh Osborn.

Menurut Treffinger, gagasanya model ini adalah karena perkembangan zaman yang terus berubah dengan cepat dan semakin kompleksnya permasalahan yang harus di hadapi. Karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan suatu cara agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan dan menghasilkan solusi yang paling tepat. Yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memperhatikan fakta-fakta penting yang ada di lingkunan sekitar lalu memunculkan berbagai gagasan dan memilih solusi yang tepat untuk kemudian diimlementasikan secara nyata. 11

Dari beberapa pendapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Treffinger merupakan salah satu dari sedikit model yang mendagani masalah keaktivitas secara langsung. Dengan melibatkan

Miftahl Huda,Model-model pengajaran dan pembelajaran,(Yogyakarta: Puataka Pelajaran:2015)hal.318

(28)

baik keterampilan kognitif maupu afektif pada setiap tingkat dari model ini, Treffinger menunjukkan saling hubungan dan ketergantungan antara keduanya dalam mendorong belajar kreatif.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Treffinger

Treffinger menyebutkan bahwa model pembelajaran ini terdiri dari tiga kompoen penting, yaitu Understanding Challenge, Generating Ideas, dan Preparing For Action:

1) Guru menginformasikan kompetensi yang harus di capai dalam pembelajarannya.

2) Guru mendemontrasikan atau menyajika fenomena alam yang dapat mengundang keingintahuan siswa.

3) Guru memeberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi permasalahan.

4) Guru memeberi waktu dan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasannya dan juga memimbing siswa untuk menyepakati alternatif pemecahan yang akan diuji.

5) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan pejelasan dan pemecahan masalah.

6) Guru mengecek solusi yang telah di peroleh siswa dan memberikan permasalahan yang baru namun lebih kompleks agar siswa dapat menerapkan solusi yang ia peroleh. 12

12 Ibid.hal.319

(29)

c. Keunggulan Dan Kelemahan Model Treffinger

Setiap model mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri karena tidak ada satu metode yang lebih baik dan lebih unggul dari model lainnya, semua tegantung pada bagaimana keraatifitas seorang guru dalam menyampaikan bahan ajar. Adapun kelebihan dan kelemahan dari model Treffinger ini adalah:

Keunggulan :

1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami konsep- konsep dengan cara menyelesaikan suatu permasalahan.

2) Membuat siswa aktif dalam pembelajaran.

3) Mengembangkan kemampuan berfikir siswa karena disajikan masalah pada awal pembelajaran dan memberi keleluasaan kepada siswa untuk mencari arah-arah penyelesaiannya sendiri.

4) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mendefinisikan masalah, mengumpulkan data, menganalisis data, membangun hepotesis, dan percobaan untuk memecahkan suatu permasalahan.

5) Membuat siswa dapat menerapkan pengetahuan yang sudah dimilikinya kedalam situasi baru.

Kelemahan :

1) Perbedaan level pemahaman dan kecerdasan siswa dalam menghadapi masalah.

2) Ketidaksiapan iswa untuk menghadapi masalah baru dijumpai di lapangan .

(30)

3) Model ini mungkin tidak terlalu cocok diterapkan untuk siswa taman kanak-kanak dan kelas-kelas awal sekolah dasar.

4) Membtuhkan waktu yang tidak sebentar.13 3.Pembelajaran IPS

a. Hakikat Mata Pelajaran IPS

Susilo, dkk mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan social adalah program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisiplin konsep ilmu-ilmu social dan humaniora. Ilmu pengetahuan social lahir dari keinginan para pakar pendidikan untuk membekali para siswa supaya nanti mereka mampu menghadapi dan mendagani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang sering kali berkembang secara tidak teduga.

Sedangkan soewarso dan susilo mengatakan bahwa pada dasarnya IPS merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya. Yang menjadi kajian IPS iaalah tentang hubungan antara manusia. Latar telaahnya adalah kehidupan nyata manusia.

Peraturan pemerintah NO.22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk tingkat SD/MI menyebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Mmerupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajran IPS, peserta didik

13Ibid. Hal 320-321

(31)

diarahkan untuk menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Dalam beberap pegertian, peneliti menyimpulkan bahwa hakikat IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari berbagai kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosial serta mempelajari , menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu.14

b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Kosasih dalam Trianto mengemukakan tujuan dari pendidikan ips adalah untuk mendidik dan memeberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan,dan dan lingkungan, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Mata Pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecah masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

14 Badan Standar Nasional Pendidikan. 2008. Kurikulum Tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar

. Jakarta : Depertemen Pendidikan Nasional

(32)

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan .

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkopetensi dalam masyarakat yang menjemuk, di tingkat local, nasional, dan global.

c. Ruang Lingkup Ilmu pengetahuan Sosial

Kosasih dalam Trianto mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan sosial membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan bekembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lngkungan sekitarnya.

Ruang Lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a) Manusia, Tempat, dan Lingkungan b) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan c) System Sosial dan Budaya

d) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan

Materi yang peneliti ambil dalam penelitian ini yaitu tentang materi “ peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia” masuk ke dalam ruangan lingkup manusia, tempat, dan waktu.

(33)

d. Manfaat Pembelajaran IPS di SD/MI

Manfaat yang didpati setelah pembelajaran IPS menurut Ischak anatara lain:

a. Pengalaman langsung apabila guru IPS memanfaatkan lingkungan alam sekitar sebagai sumber belajar.

b. Kemapuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi di mayarakat.

c. Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat

d. Kemampuan mengembangkan pengetahuan sebagai bekal untuk melanjukan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi serta mempersiapkan diri untuk terjun sebagai anggota masyarakat. 15

H. Kerangka Pikir

Dari permasalahan yang peneliti agkat dalam penelitian ini, terlihat jelas bahwa dalam judul penelitian yang peneliti ajukan terdapat dua variabel yang berbeda yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam masalah definisi variabel ini, menurut Sugiyono variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang terbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti pada dasarnya untk dipelajari sehingga diperoleh informasi untuk hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan demikian dapat peneliti simpulkan bahwa variabel itu adalah objek-objek yang akan diteliti sehingga dari objek- objek diperoleh data-data yang akan diola secara statistik maupun nonstatistik menjadi suatu kesimpulan dari suatu penelitian.

15 Ibid

(34)

Dalam setiap pengajuan hipotesis peneliti minimal harus memiliki dua variabel yaitu variabel terikat (tergantung) adalah variabel yang diperoleh oleh veriabel lain dan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Pada penelitian ini yang berlaku sebagai variabel terikat adalah “Peningkatan hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran Treffinger pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Miftahul Qulub Ungga Tahun Pelajaran 2015/2016. Sedangkat dalam penelitian ini MI Miftahul Qulub Ungga berlaku sebagai variabel bebas adalah “Hasil belajar pada siswa kelas V MI Miftahul Qulub Ungga”.

(35)

BAB II

METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas didefinisikan sebagai suatu penelitian tidakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.16

Penelitian ini dilaksanakan di MI Miftahul Qulub Ungga pada siswa kelas V tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 16 orang, yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Alasan mengambil lokasi di MI Miftahul Qulub Ungga, karena ketika guru memberikan materi pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah, dan penugasan saja dengan tidak menerapka model-model pembelajaran, padahal dengan menerapkan model pembelajaran dapat membangkitkan motivasi anak untuk belajar terlebih lagi pelajaran IPS sehingga akan dapat mempengaruhi terhadap hasil belajar.

16 Kunanar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h.45

(36)

B. Sasaran Penelitian

Sasaran tindakan dalam penelitian ini adalah Kelas V dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS di MI Miftahul Qulub Ungga Tahun Pelajaran 2015/2016.

C. Rencana Tindakan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian yang bersifat kolaboratif yang didasarkan pada permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sejarah. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai.17 PTK juga menggunakan data pengamatan langsung terhadap jalanya strategi pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan materi IPS di kelas. Data tersebut dianalisis melalui beberapa tahapan dalam siklus-siklus tindakan yang terdiri dari 4 tahap yaitu (1) menyusun perencanaan (2) melaksanakan tindakan (acting) (3) melaksanakan pengamatan (observing) (4) melakukan refleksi (reflecting). Adapun bentuk spiral kerja tindakan dari siklus ke siklus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

17 Sukidin, Basrowi, Suranto, Manajemen Penilaian Tindakan Kelas, ( Bandung: Insan Cendekia, 2007), h.188-189.

(37)

Gambar 3.0.1

Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

a. Siklus I

1) Tahap Perencanaan Tindakan

Dalam tahap ini, hal-hal yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

a) Menyiapkan skenario (perencana) pembelajaran dengan Model Treffinger.

b) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan guru.

c) Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan penelitian.

Pelaksanaan Refleksi SIKLUS I

Pserencanaan

Pengamatan Perencanaan SIKLUS II Refleksi

Pengamatan Pelaksanaan

Dilanjutkan ke siklus berikutnya

(38)

d) Mempersiapkan instrument penilaian, yaitu alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar dan lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi siswa.

e) Membuat Kriteria Penilaian.

f) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) 2) Tahap pelaksanaan tindakan dan observasi

Pada tahap ini, peneliti mengimplementasikan atau menerapkan apa yang telah disusun dalam skenario pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya, yaitu melaksanakan tindakan di kelas melalui metode eksperimen. Observasi atau pengamatan dilaksanakan bersamaan pada saat proses belajar berlansung. Observer akan mengamati kegiatan pembelajaran sesuai dengan format pembelajaran yang telah disusun. Semua aktivitas guru dan siswa yang tampak dicatat di lembar observasi.

3) Tahap Evaluasi

Pada tahap ini, peneliti dan guru memberikan tes evaluasi berupa tes tulis kepada siswa pada setiap akhir siklus. Tes ini dikerjakan secara individual untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pelajaran IPA setelah mempelajari wujud zat menggunakan model Treffinger.

4) Refleksi

Refleksi dilakukan setelah observasi dan evaluasi dilaksanakan dan dijadikan sebagai acuan. Pada tahap ini, guru dan siswa mengkaji hasil yang diperoleh dan pemberian tindakan pada siklus awal. Hasil refleksi ini

(39)

dijadikan sebagai dasar untuk mneyempurnakan serta memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada tahap berikutnya.

b. Siklus II

Hasil refleksi analisis data pada siklus I digunakan untuk merencanakan siklus II, dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan pada siklus I.

1. Jenis Instrument dan Cara Penggunaannya

Instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian. Adapun dalam penelitian ini, data diambil dengan menggunakan tiga instrumen penelitian yaitu:

a. Observasi atau Pengamatan

Observasi atau pengamatan adalah suatu tekhnik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencacatan secara sistematis.18 Dalam pengertian psikologi, observasi atau pengamatan langsung meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi dilakukan oleh peneliti dan dua orang pengamat dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas serta perilaku dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Menurut Sutrisno Hadi, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses pengamatan dan

18 Suharsimi Aritkunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta; Bumi Aksara, 2013), h.

45

(40)

ingatan. Tekhnik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.19

Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi unutk mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran, yaitu aktivitas guru dan siswa. Lembar observasi akan diberikan kepada seorang observer sebelum proses pembelajaran berlansung. Kemudian observer mengisi lembar observasi tersebut pada saat proses pembelajaran berlansung. Adapun aktivitas siswa yang akan menjadi acuan dalam lembar observasi adalah:

1) Kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran 2) Antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran.

3) Kerjasama antar siswa dalam kelompok.

4) Aktivitas siswa dalam mengerjakan eksperimen.

5) Interaksi siswa dengan guru selama proses pembelajaran.

6) Aktivitas siswa dalam menyimpulkan hasil beajar.

b. Tes

Tes hasil belajar merupakan butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Tes hasil belajar meliputi hasil belajar produk, tes hasil belajar proses, dan tes hasil belajar psikomotorik. Tes hasil belajar psikomotorik berupa keterampilan melaksanakan eksperien.

19Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta.2013), hal.145

(41)

Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Tes hasil belajar dikembangkan disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif. Untuk penskoran hasil tes, menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci dan pedoman penskoran setiap butir soal.20

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar adalah kegiatan megukur kemampuan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang disesuaikan dengan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 10 butir soal dengan masing-masing butir 1 skor. Tes dalam bentuk pilihan ganda diyakini mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Tes ini diasumsikan sudah valid, karena diadopsi dari beberapa buku pelajaran IPS yang dipergunakan oleh guru bidang studi.

2. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan selama bulan maret sampai bulan april dikelas V di MI MI Miftahul Qulub Ungga pada tahun pelajaran 2015/2016 3. Cara Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung kolaborasi dengan teman sejawat menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Adapun yang diamati adalah bagaimana pelaksanaan tindakan,

20 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konse, Strategi Dan Implemtasinya Dalam

Kurikulum Satuan Pendidikan (Ktsp)I (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 114.

(42)

bagaimana guru menyajikan pelajaran, dan bagaimana sikap siswa dalam belajar, dan apakah proses pembelajaran sudah sesuai dengan sekenario yang dibuat.

4. Analisis Data Dan Refleksi

a. Analisis data hasil belajar siswa

Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang, dan menggolongkan data untuk menjawab dua permaslahan pokok, yaitu; a). Tema apa yang dapat ditemukan pada data-data ini, b).

Seberapa jauh data-data ini dapat menyokong tema tersebut.

Setelah memperoleh data tes hasil belajar siswa, data tersebut dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui ketercapaian ketuntasan belajar siswa dengan kriteria sebagai berikut:

1) Ketuntasan individu

Setiap siswa dalam proses belajar di katakan tuntas secara individu terhadap materi pelajaran yang diberikan apabila memperoleh nilai ≥ 65.

Untuk mencari nilai peneliti menggunakan rumus:

N =skor yang diperoleh

skor maksimal x 100 Keterangan:

N = Nilai

100 = Nilai tetap.21

21Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar. (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013), h. 207

(43)

2) Ketuntasan klasikal

Ketuntasan belajar klasikal dikatakan telah tercapai apabila target pencapaian ≥ 75% dari jumlah siswa dalam kelas bersangkutan yang telah memenuhi kriteri ketuntasan belajar individu. Hal ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

P =∑siswa yang tuntas belajar

∑ siswa x 100

Keterangan:

P = Ketuntasn klasikal

∑ siswa yang tuntas belajar / mendapatakan nilai ≥ 65.

∑ siswa = Jumlah siswa yang ikut tes.22

Table 3. Kriteria Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Siswa

Skor Kognitif Kriteria

81 – 100 Sangat Baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup Baik

21- 40 Kurang Baik

0 – 20 Tidak Baik

Selain itu jika rata-rata hasil belajar siswa lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar siswa pada tes sebelumnya dan minimal 75% siswanya mencapai nilai SKBM (minimal 75).

22Zainal Aqib dkk, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. (Bandung: CV. Yrama Widya, 2009), h. 41

(44)

3) Menghitung nilai rata-rata kelas Rumus :

Me = ∑ 𝑥𝑖 N Keterangan :

Me = mean (rata-rata)

∑ = epsilon (baca jumlah) Xi = nilai semua siswa N = jumlah siswa23 a. Data aktivitas siswa

Menentukan rata-rata skor aktivitas belajar siswa dengan menggunakan rumus :

A= 𝑥𝑖

𝑛𝑖=1 𝑛

Keterangan :

A = rata-rata skor aktivitas belajar siswa

𝒏𝒊=𝟏𝑿𝒊 = total skor aktivitas belajar seluruh siswa n = banyak indikator

Data tentang aktivitas belajar siswa dianalisi secara deskriptif kualitatif. Indikator tentang aktivitas belajar siswa yang diamati adalah sebanyak 6 indikator. Setiap indikator terdiri dari 3 deskriptor.Adapun cara pensekoran sebagai berikut:

23Sugiono, StatistikaUntukPenelitian(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 49

(45)

1) Skor 1 diberikan jika X ≤ 25 % 2) Skor 2 diberikan jika 25% < X ≤ 50 % 3) Skor 3 diberikan jika 50 % < X ≤ 75 % 4) Skor 4 diberikan jika X > 75 %

Keterangan: X = jumlah siswa dalam kelas yang cukup aktif melakukan kegiatan menurut descriptor.

b. Menentukan MI dan SDI MI=1

2 x ( skor tertinggi + skor terendah) =1

2× (4 + 1)

=2,5 SDI=1

6× ( skor tertinggi − skor terendah) =1

6× (4 − 1)

=0,5

c. Menentukan kriteria aktivitas belajar siswa

Berdasarkan akor standar, kriteria untuk menetukan aktivitas belajar siswa dijabarkan pada tabel berikut ini:

Tabel 2

Kriteria penentuan aktivitas belajar siswa berdasrkan skor standar.

Interval Interval Skor Katagori Mi + 1,5 SDi < A

Mi + 0,5 SDi < A ≤ Mi + 1,5 SDi

Mi – 0,5 SDi < A ≤ Mi + 0,5 SDi

3,25 < A

2,75 < A ≤ 3,25 2,25 < A ≤ 2,75 1,75 < A ≤ 2,25 A ≤ 0,75

Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Sangat Kurang

(46)

Mi – 1,5 SDi < A ≤ Mi – 0,5 SDi

A ≤ Mi – 1,5 Sdi

Aktif

d. Data aktivitas guru

Cara menentukan aktivitas guru sama dengan menentukan aktivitas siswa. Dengan mengadopsi kriteria aktivitas siswa dapat ditentukan kriteria aktivitas guru.

Table 3

Kriteria penentuan aktivitas guru berdasrkan skor standar.

Interval Interval Skor Katagori Mi + 1,5 SDi < A

Mi + 0,5 SDi < A ≤ Mi + 1,5 SDi

Mi – 0,5 SDi < A ≤ Mi + 0,5 SDi

Mi – 1,5 SDi < A ≤ Mi – 0,5 SDi

A ≤ Mi – 1,5 Sdi

3,25 < A

2,75 < A ≤ 3,25 2,25 < A ≤ 2,75 1,75 < A ≤ 2,25 A ≤ 0,75

Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Sangat Kurang

Aktif

(47)

b. Refleksi

Refleksi dilakukan pada tahap akhir siklus. Pada tahap ini peneliti, guru, dan teman sejawat mengkaji pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dalam pemberian tindakan tiap siklus. Refleksi dilakukan dari data kualitatif sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan tindakan pada siklus berikutnya.

5. Indikator Penilaian

Adapun yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah: Tercapai kelulusan hasil belajar siswa dengan ketentuan minimal 75%.

(48)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya MI Miftahu Qulub Ungga

Yayasan Miftahul Qulub Ungga dirintis oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat serta tokoh pemuda yang ada di desa Ungga dan diprakarsai oleh TGH. Abdul Hamid (alm). Madrasah ini berdiri pada 1 Januari 1968 dan mulai beroperasi pada tahun itu juga. Madrasah ini berdiri tanah wakaf seluas 800 m2 yang terletak di tengah pemukiman penduduk madrasah ini berada di dusun Banteng Kurus pada tahun pertama madrasah ini terdiri atas 2 ruangan 1 ruang kantor sekaligus sebagai ruang guru dengan ukuran 6 x 9 m dan ruang kelas berukuran 7 x 21 m yang kemudian di sekat menggunaka kayu, seiring dengan berjalannya waktu maka madrasah ini telah di renovasi yang saat ini terdiri atas 6 ruang kelas 1 kantor dan ruang guru dan 1 perpustakaan.

Sedangkan sarana prasarana pendukung yang berupa komputer, mikrophon, meubelair untuk kepala madarsah dan guru cukup memadai, begitu juga untuk siswa 1 bangku dan meja untuk 2 siswa, setiap kelas masing-masing 1 whiteboard 1 rak buku.

Adapun tenaga pendidik terdiri dari 16 orang, 8 laki-laki 7 perempuan 1 stap, sebagian besar tenaga pendidik adalah alumni IAIN Mataram.

Sedangkan kepala madrasah seorang guru PNS Kemenag yang saat ini

(49)

sedang melanjutkan study S2 di IAIN Mataram. Guruyang telah memiliki sertipikat pendidik sebanyak 6 orang 3 laki-lak dan 3 perempuan termasuk kepala madrasah.

2. Letak Geografis MI Miftahu Qulub Ungga

Madrasah Ibtidaiyah ini terletak di jalan raya Ungga – Ranggagata Keamatan Praya Barat Daya Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat.

Dilihat dari kondisinya sangat strategis karena berada di tepi jalan raya Ungga – Ranggagata yang mudah dijangkau oleh Masyarakat.

Adapun batas-batas wilayahnya adalah : 1. Sebelah Utara : Jalan raya Ungga-Ranggagata.

2. Sebelah Selatan : Permukiman Penduduk.

3. Sebelah Timur : Pertokoan dan pemukiman Penduduk.

4. Sebelah Barat : Permukiman Penduduk.

3. Data Guru MI Miftahul Qulub Ungga

Sebagai sebuah lembaga pendidikan formal, peran guru sangat penting dalam usaha mencapai tujuan pendidikan, baik tujuan institusional maupun tujuan pendidikan nasional. Guru tidak sekedar mengajar, tetapi guru juga membimbing, memfasilitasi, dan mengontrol aktivitas belajar siswa. Jumlah guru di MI Mifatahul Qulub Ungga yakni 15 orang dibawah pimpinan Nasaruddin S.Pd selaku kepala sekolah.

Berikut adalah table data guru MI Miftahul Qulub Ungga.

(50)

Table 5 data guru MI Miftahul Qulub Ungga24

NO NIP/NUPTK / PegId Nama Lengkap Personal Tempat Lahir Tanggal

Lahir L/P Pendidikan Terakhir

Status Kepegawaia

n

TMT SK

Awal KET.

1

196912312005011043

1563747649200510 Nasaruddin , S.PdI Iting Bengkel Lombok Tengah 31/12/1969 L S1 - PAI PNS 1/4/2005

2 3563754656200120 Mazhar, S.PdI Ungga 13/12/1976 L S1 - PAI GTT 8/8/1995

3 49756960300082 Fatmawati R., S.Pd Lombok Tengah 17/01/1981 P S1 - MTK GTT 6/6/2001

4 1563759660300100 Idayati, S.PdI Lombok Tengah 31/12/1981 P S1 - PAI GTT 6/6/2001

5 7944756656200030 Muhadasah, S.Pd Lombok Tengah 12/6/1977 L S1 - IPA GTT 15/06/2003

6 1563760663300040 Muliyani, S.PdI Lombok Tengah 31/12/1982 P S1 - PAI GTT 27/01/2005

7 3562748653200000 Mansa Herawan, S.Pd Ungga 31/12/1970 L S1 - EKO GTT 15/07/2005

8 7563755656200070 Tajudin, S.Pd Ungga 13/12/1977 L S1 - MTK GTT 15/06/2006

9 ID50201830183001 Simin, S.Pd Tunjang 31/12/1983 P S1 - IPA GTT 15/06/2007

10 ID50201830175001 Roaniah, S.PdI Iting Bengkel Lombok Tengah 31/12/1975 P S1 - PAI GTT 15/06/2007

11 1D50201830185001 Huswatun Hasanah, A.Ma Ungga 29/12/1985 P D2 GTT 15/06/2007

12 7444764665110050 Sapwan Jayadi, S.Pd Ungga 12/1/1986 L S1 - BIND GTT 15/06/2009

13 8850762663210140 Hindrayani, A.Ma Ungga 18/05/1984 P D2 GTT 13/07/2011

DATA GURU MI MIFTAHUL QULUB AL-MA'ARIF UNGGA

4. Data Siswa SDN 03 Pengadangan

Berdasarkan data yang tersedia di MI Miftahul Qulub Ungga, jumlah siswa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Ini menandakan bahwa kepercayaan para wali murid terhadap sekolah semakin meningkat, oleh sebab itu tanggungjawab para guru semakin berat dalam usaha mencetak lulusan yang berkualitas. Keadaan siswa dapat dilihat pada table berikut.

24 Dokumentasi: Profile MI Miftahul Qulub Ungga dikutip tanggal 15 April 2016

(51)

5. Table 6 data siswa MI Miftahu Qulub Ungga tahun ajaran 2015/201625

Data Siswa

Jumlah Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah

L P

Kelas I 1 10 8 18

Kelas II 1 9 6 15

Kelas III 1 7 8 15

Kelas IV 1 11 9 20

Kelas V 1 7 9 16

Kelas VI 1 8 9 17

Jumlah 8 52 49 101

Table 7 data siswa kelas III A Tahun Pelajaran 2015/2016

No Nama siswa Reforman Produk Jumlah

skor

Nilai Pengetahuan sikap

1 Abdul Aziz 2 M. AdityanPerdi

Rahman

3 Agus Wara Antana 4 Ahmad Fauzi

5 Alisa Martiani 6 Desi Ratnasari 7 Dewi Kurniawati

25 Dokumentasi: Profile SDN 03 Pengadangan dikutip tanggal 15 April 2016

(52)

8 Edy Ahmad Jeki 9 Eny Setiawan 10 Erik Satriawan 11 Fahrul Hidayat 12 Fahrunnisa Auliya 13 Fitri Rahmayani 14 Fitriani

15 Gina Iftinan 16 X.bal Fansori

6. Struktur Organisasi

Sebagai suatu lembaga pendidikan formal, sekolah harus memiliki struktur organisasi agar pembagian tugas dan kerja dapat dilaksanakan dengan efektif. Berikut dapat dilihat struktur organisasi MI Miftahul Quub Ungga.

(53)

Tabel 8 struktur organisasi MI Miftahul Qulub Ungga26 STRUKTUR ORAGNISASI

MI MIFTAHUL QULUB AL-MA’ARIF UNGGA

7. Data Sarana dan Prasarana

Selain guru dan siswa, sarana dan prasarana juga mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dapat membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. MI Miftahul Qulub Ungga dilengkapi dengan beberapa sarana dan prasarana baik yang dapat menunjang proses pembelajaran maupun aktivitas diluar jam pelajaran. Beberapa sarana dan prasarana yang terdapat di MI Miftahul Qulub Ungga dapat dilihat pada tabel berikut.

26 Dokumentasi: Profile MI Miftahul Qulub Ungga dikutip tanggal 15 April 2016

KEPALA MADRASAH NASARUDDIN, S.PdI NIP. 196912312005011043

WALI KELAS I MULIYANI, S.PdI

GURU MAPEL MANSA HERAWAN,

S.Pd

WALI KELAS II IDAYATI, S.PdI

GURU MAPEL TAJUDIN, S.Pd

WALI KELAS III FATMAWATI R, S.Pd

GURU MAPEL SIMIN, S.Pd

WALI KELAS IV MAZHAR, S.PdI

GURU MAPEL ROANIAH, S.PdI

WALI KELAS V SAPWAN JAYADI, S.Pd

GURU MAPEL MUHAMMAD JAELANI,

S.Pd

WALI KELAS VI MUHADASAH, S.Pd

GURU MAPEL HINDRAYANI, A.Ma KEPALA

PERPUSTAKAAN MAZHAR, S.PdI

KOMITE MADRASAH

SISWA

(54)

Tabel 9 sarana dan prasarana MI Mifathul Qulub.27

No. Jenis Bangunan

Jumlah Ruang Menurut Kondisi (Unit) Baik Rusak

Ringan

Rusa k Berat

1. Ruang Kelas 3 2 1

2. Ruang Kepala Madrasah 1

3. Ruang Guru 1

4. Ruang Tata Usaha

5. Laboratorium IPA (Sains)

6. Laboratorium Komputer

7. Laboratorium Bahasa

8. Ruang Perpustakaan 1

9. Ruang Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS)

10.

Ruang Keterampilan

11. Ruang Kesenian

12. Toilet Guru 1 1

13. Toilet Siswa 1 1

14. Ruang Bimbingan Konseling (BK)

15. Gedung Serba Guna (Aula)

16. Ruang Pramuka

17. Masjid/Musholla

18. Gedung/Ruang Olahraga

19. Rumah Dinas Guru

20. Kamar Asrama Siswa (Putra)

21. Kamar Asrama Siswi (Putri)

22. Pos Satpam

23. Kantin

27 Dokumentasi: Profile MI Miftahul Qulub Ungga dikutip tanggal 15 April 2016

(55)

C. Sarana Prasarana Pendukung Pembelajaran

No. Jenis Sarana Prasarana

Jumlah Unit Menurut Kondisi

Jumlah Ideal Yang Seharusnya Baik Rusak Ada

1. Kursi Siswa 20 35 60

2. Meja Siswa 15 40 60

3. Loker Siswa

4. Kursi Guru di ruang kelas 3 3 6

5. Meja Guru di ruang kelas 2 4 6

6. Papan Tulis 4 2 6

7. Lemari/rak buku di ruang

kelas 2 4 6

8. Alat Peraga PAI 5 7 12

9. Alat Peraga IPA (Sains) 1 1 6

10. Bola Sepak

11. Bola Voli

12. Bola Basket

13. Meja Pingpong (Tenis Meja)

14. Lapangan Sepakbola/Futsal

15. Lapangan Bulutangkis 1

16. Lapangan Basket

17. Lapangan Bola Voli

D. Sarana Prasarana Pendukung Lainnya No. Jenis Sarana Prasarana

Jumlah Sarpras Menurut Kondisi (Unit)

Baik Rusak

1. Laptop

2. Personal Komputer 1 1

3. Printer 1 1

4. Televisi 1 1

5. Mesin Fotocopy

6. Mesin Fax

7. Mesin Scanner 1

8. LCD Proyektor

9. Layar (Screen)

10. Meja Guru & Tenaga

Kependidikan 5 6

11. Kursi Guru & Tenaga

Kependidikan 4 7

12. Lemari Arsip 1

(56)

13. Kotak Obat (P3K) 1

14. Brankas

15. Pengeras Suara 1

16. Washtafel (Tempat Cuci Tangan) 6 17. Kendaraan Operasional (Motor) 18. Kendaraan Operasional (Mobil)

19. Mobil Ambulance

E. Sumber Listrik : PLN

F. Sumber Air Bersih : Air Tanah (Sumur) G. Jaringan Internet : Belum Tersedia

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki SDN 03 Pengadangan sudah cukup memadai meskipun ada beberapa sarana dan prasarana yang perlu dilengkapi.

A. Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas V materi Peristiwa sekitar proklamasi di MI Miftahul Qulub Ungga menggunakan model pembelajaran Treffinger.Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 April sampai dengan 23 April 2016. Dari hasil observasi diperoleh data kualitatif yang akan memberikan gambaran tentang kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses belajar mengajar, dan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes belajar siswa yang berupa nilai rata-rata hasil belajar siswa dan ketuntasannya secara klasikal. Data-data tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode dan rumus yang telah ditetapkan sebelumnya, Adapun analisis data tiap-tiap siklus adalah sebagai berikut:

(57)

1. Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 11 April dan 16 April 2016, yang terdiri dari dua kali pertemuan. Pemberian tes evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir siklus (pertemuan kedua pada masing-masing siklus). Berikut adalah tahapan pada masing-masing siklus.

a. Tahap Perencanaan 1) Pertemuan I

Sebelum melakukan penelitian tindakan, terlebih dahulu diadakan perencanaan. Perencanaan yang lakukan pada pertemuan I yakni sebagai berikut:

a) Menganalisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang disesuaikan dengan penerapan model Treffinger. Model Treffinger yang akan disampaikan kepada siswa dalam pembelajaran IPS pada materi Pristiwa Sekitar Proklamasi kelas V MI Mifathul Qulub Ungga.

b) Merancang RPP penerapan model Treffinger.

c) Membuat lembar kerja siswa ( LKS )

d) Menyusun Instrumen yang digunakan dalam siklus PTK : Tes hasil belajar, Lembar observasi aktivitas guru , dan lembar observasi aktivitas siswa.

(58)

2) Pertemuan II

Perencanaan yang dilakukan pada pertemuan pertama sama dengan perencanaan yang dilakukan pada pertemuan II, akan tetapi pada pertemuan kedua guru mengecek kinerja model pembelajaran Treffinger dan memberikan pengarahan yang berguna untuk pertemuan berikutnya.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian siklus I pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 11 April 2016, sedangkan pertemuan II siklus I dilaksanakan pada tanggal 16 April 2016. Alokasi waktu masing-masing pertemuan siklus I yakni 2x35 menit dan dilanjutkan dengan evaluasi pada akhir pertemuan II. Pelaksanaan tindakan mengacu pada RPP yang disusun sebelumnya. Adapun langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut:

1) Kegiatan awal

a) Pertemuan I (5 menit)

(1) Guru mengabsen siswa, berdo’a, mengatur tempat duduk dan tes awal pelajaran. Pada kegiatan ini siswa dapat mengatur tempat duduk dan berdo’a dengan tertib tnapa diminta, tetapi pada saat guru mengabsen, ada siswa yang tidak memperhatikan

(59)

(2) Guru memotivasi siswa dengan memberikan arahan agar sungguh-sungguh mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa sudah merespon guru dengan baik.

(3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan ini masih ada siswa yang belum fokus mendengarkan penjelasan guru.

b) Pertemuan II (5 menit)

(1) Guru mengabsen siswa, berdo’a, mengatur tempat duduk dan tes awal pelajaran. Pada kegiatan ini siswa dapat mengatur tempat duduk dan berdo’a dengan tertib tnapa diminta, dan siswa juga fokus mendengarkan guru mengabsen.

(2) Guru memotivasi siswa dengan memberikan arahan agar sungguh-sungguh mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa sudah merespon guru dengan baik.

(3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan ini siswa sudah merespon dengan baik penjelasan guru.

2) Kegiatan inti

a) Pertemuan I (50 menit)

(1) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok. Siswa segera berkumpul dengan kelompok yang sudah dibagikan.

(2) Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran. siswa mendengarkan dengan baik penjelasan guru.

(60)

(3) Guru memberikan permasalan dalam LKS/buku paket yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa.

(4) Guru menjelaskan dengan singkat tentang materi tentang pristiwa sekitar proklamasi. Pada kegiatan ini masih ada siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru.

(5) Guru meminta untuk berdiskusi bersama kelompoknya masing-masing. Pada kegiatan ini, bimbingan guru ke masing-masing kelompok belum merata, guru hanya fokus pada kelompok yang ada di dekatnya saja.

(6) Guru mengontrol aktivitas masing-masing kelompok.

Pada kegiatan ini, dapat dilihat hanya dua kelompok yang mendapat bantuan dari guru, sementara kelompok yang lain kurang diperhatikan.

(7) Guru meminta siswa untuk mempersentasikan pendapatnya. Pada kegiatan ini, keompok yang sudah selesai mengerjakan tugasnya disuruh maju untuk membaca hasil kegiatanya.

(8) Guru mencatat gagasan siswa. Pada kegiatan ini, guru mencatat pendapat masing-masing kelompok atau siswa.

(9) Bersama siswa, guru bertanya jawab meluruskan kesalah fahaman, memberi penguatan, dan menyimpulkan. Pada kegiatan ini guru lebih dominan, siswa belum terlalu

(61)

aktif merespon baik dalam kegiatan tanya jawab maupun kegiatan menyimpulkan.

(10) Guru meminta untuk membuat raknguman. Pada kegiatan ini , pokok-pokok bahasan yang dibahas tadi suruh mengingat dan ditulis.

a) Pertemuan II (50 menit)

(1) Guru meminta siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya.

Pada kegiatan ini siswa langsung berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.

(2) Guru menjelaskan kembali langkah-langkah pembelajaran.

pada kegiatan ini, siswa sudah merespon dengan baik penjelasan guru.

(3) Guru membimbing setiap kelompok dalam melakukan kegiatan Treffinger. Pada kegiatan ini, dapat dilihat hanya dua kelompok yang mendapat bantuan dari guru, sementara kelompok yang lain kurang diperhatikan.

(4) Setiap kelompok mempersentasikan hasil kerja. Pada kegiatan ini, setiap keompok disuruh maju untuk membaca hasil kegiatanya.

(5) Setiap kelompok menyampaikan gagasan atau ide yang berbeda. Pada kegiatan ini, setiap kelompok harus menyapaikan pendapat masing-masing , dengan pendapat yang harus berbeda-beda dengan kelopok yang lain.

(62)

(6) Siswa menerima gagasan atau ide yang berbeda. Pada kegiatan ini, pendapat dari masing-masing kelompok tadi bias diterima oleh masing-masing siswa atau kelopok.

3) Kegiatan akhir

a) Pertemuan I (15 menit)

(1) Guru meminta siswa mengulangi pelajaran di rumah. Siswa merespon dengan baik arahan guru.

(2) Guru menutup kegiatan pembelajaran. siswa bersama-sama dengan guru menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca kalimat hamdallah.

b) Pertemuan II (15 menit)

(1) Guru memberikan tes evaluasi. Siswa menjawab tes evaluasi dengan sungguh, waktu yang diberikan 15 menit.

(2) Guru menutup kegiatan pembelajaran. kegiatan pembelajaran ditutup dengan membaca hamdallah.

c. Tahap Observasi

1) Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar siswa

Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dapat di lihat pada tabel berikut:

(63)

a) Pertemuan I

Tabel 10 hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan I No/Indikator Deskriptor yang Nampak Skor

1 2 3

2 2 3

3 2 3

4 1 2

5 2 3

6 1 2

Jumlah 16

Rata-rata skor aktivitas belajar siswa dapat ditentukan dengan rumus:

A= 𝑥𝑖

𝑛𝑖=1

𝑛

=

16

6 = 2,70

Dari hasil perhitungan diatas maka dapat ditentukan Kategori keaktifan siswa dengan mengacu pada tabel kategori keaktifan yang tertera pada analisi data yakni: 2,25 < A ≤ 2,75 = 2,25 < 2,70 ≤ 2,75 = cukup aktif

b) Pertemuan II

Tabel 11 hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan II No/Indikator Deskriptor yang Nampak Skor

1 2 3

2 2 3

3 3 4

4 2 3

5 2 3

6 2 3

Jumlah 16

Gambar

Table 3. Kriteria Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Siswa
Table 5 data guru MI Miftahul Qulub Ungga 24
Table 7 data siswa kelas III A Tahun Pelajaran 2015/2016
Tabel 8 struktur organisasi MI Miftahul Qulub Ungga 26 STRUKTUR ORAGNISASI
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Bahwasannya terdapat 3 pelayanan dari e-Government yang dibuat oleh pemerintah kota Malang antara lain, Pelayanan pengaduan online, pelayanan data dan Informasi melalui