1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam melaksanakan pembangunan suatu negara memerlukan beberapa unsur pendukung, salah satunya adalah tersedianya sumber penerimaan yang memadai dan dapat diandalkan. Untuk membiayainya, sudah barang tentu (dalam zaman modern ini) dibutuhkan uang. Untuk mendapatkan uang, selain dari mencetak sendiri atau meminjam, dalam zaman modern ini banyak jalan yang ditempuh oleh pemerintah. Sumbersumber penghasilan ini umumnya terdiri dari:
Perusahaan-perusahaan, barangbarang milik pemerintah atau yang dikuasai oleh pemerintah, denda-denda dan perampasan-perampasan untuk kepentingan umum, hak-hak waris atas harta peninggalan terlantar, hibah-hibah wasiat dan hibah lainnya, ketiga macam iuran yaitu: pajak, retribusi, dan sumbangan.
Sumber penerimaan ini sangat penting untuk menjalankan kegiatan dari masingmasing tingkat pemerintahan, karena tanpa adanya penerimaan yang cukup maka program-program pemerintah tidak akan berjalan secara maksimal. Salah satu sumber penghasilan negara yang sangat besar adalah dari pajak. Undang-undang No. 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan memberikan definisi: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat” (Undang - undang No. 6 Tahun 1983).
Secara umum “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara herdasarkan undang- undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa-jasa timbal (kontra-prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”,
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan, merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.
Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a. Fungsi anggaran (budgeter).
b. Fungsi mengatur (regulerend).
c. Fungsi stabilitas.
d. Fungsi redistribusi pendapatan.
Mengingat pentingnya pajak sebagai sumber pendapatan negara maka dibutuhkan suatu aturan atau hukum yang mengatur tentang perpajakan yang disebut hukum pajak. Secara umum, hukum pajak adalah kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak, didalamnya mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Sehingga besarnya peran kinerja pegawai dalam meingkatkan kontribusinya dalam pencapaian pajak, untuk meningkatkan kinerja pegawai ada beberapa hal yang perlu di garis bawahi yaitu perlunya perhatian badan terhadap pegawai dalam memberikan pelatihan, peningkatan kemampuan dan motivasi serta kenyamanan dalam berkerja agar pegawai tersebut secara otomotis meningkatkan kinerja sesuai
dengan target-target yang telah di tentukan yaitu memaksimalkan pendapatan daerah dari pajak tersebut.
Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi aktivitas orang lain melalui komunikasi, baik individual maupun kelompok, kearah pencapaian tujuan Andri Saputra(2014). Seorang pemimpin harus dapat mengerti dengan situasi dan kondisi organisasi yang ia pimpin selain itu Peningkatan kinerja karyawan tak lepas dari peran aktif pimpinan didalam memimpin karyawannya serta melakukan sistem manajemen yang baik.
Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin para karyawannya, perilaku para pemimpin itu disebut dengan gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi anggotanya yang dinyatakan dalam bentuk pola tingkah laku atau kepribadian. Ada empat indikator gaya kepemimpinan (Griffin, 2014:83), yaitu:
pemimpin pengarah (Leader Directiveness), pemimpin pendukung (Leader Supportiveness), pemimpin peranserta (Participative Leadership), kepemimpinan berorientasi prestasi (Achievement-Oriented Leadership).
Selain dari gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pimpinan organisasi, selanjutnya faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan adalah motivasi. Motivasi merupakan salah satu unsur pokok dalam perilaku seseorang. Dimana seseorang akan dapat melakukan kegiatan apabila ada keinginan yang timbul dari dalam diri orang tersebut (Thoha, 2016:203). Untuk itu perlu seorang pimpinan untuk mengetahui keinginan serta kebutuhan karyawannya yang mengundangnya untuk mau mengerjakan suatu aktivitas tertentu.
Seorang pimpinan harus dapat mengetahui unsur-unsur motivasi yang ada pada diri karyawannya dan dapat memenuhi kebutuhan tersebut agar karyawan dapat termotivasi untuk mau bekerja yang nantinya akan dapat tercapainya tujuan organisasi. Dengan tercapainya tujuan organisasi berarti kinerja karyawan meningkat. Motivasi seseorang akan ditentukan oleh stimulusnya. Stimulus yang dimaksud merupakan mesin penggerak motivasi seseorang sehingga menimbulkan pengaruh perilaku seseorang yang bersangkutan. Motivasi seseorang biasanya meliputi hal-hal sebagai berikut: Kinerja (Achievement), Penghargaan (Recognition), Tantangan (Challange), Tanggung Jawab (Responsibility), Pengembangan (Development), Keterlibatan (Involvement), dan Kesempatan (Opportunity). Andri saputra (2014)
Pentingnya masalah gaya kepemimpinan dan motivasi kerja, maka penelitian ini difokuskan pada Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Pendapatan Daerah Medan Utara, yakni salah satu badan ini pengelolaan pajak ini bergerak di bidang penerimaan pajak dari wajib pajak.
Oleh karena itu peneliti melihat gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai badan pengelolaan pajak dan retribusi daerah unit pelaksana teknis pengelolaan pendapatan daerah medan utara.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian ilmiah dengan judul : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Di Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Pendapatan Daerah Medan Utara.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Gaya kepemimpinan yang bagai mana dalam meningkatkan kinerja pegawai di Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Pendapatan Daerah Medan Utara.
2. Motivasi bagaimana yang di berikan pemimpinan kepada pegawai untuk memicu pegawai untuk menimbulkan kinerja pegawai yang baik.
3. Bagaimana peran pemimpin dalam meningkatkan tingkat kesadaran masyarakat berapa pentingnya pajak.
1.3 Batasan Masalah Batasan masalah
Agar permasalahan yang dikaji terarah maka permasalahan dibatasi sebagai berikut .Penelitian ini hanya membahas factor gaya kepemimpinan dan motivasi kerja dalam kinerja pegawai di Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Pendapatan Daerah Medan Utara.
1.4 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai di Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Pendapatan Daerah Medan Utara
2. Bagaimana pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai di Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Pendapatan Daerah Medan Utara.
3. Bagaimana gaya kepemimpinan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai di Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Pendapatan Daerah Medan Utara.
1.5 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai di Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Pendapatan Daerah Medan Utara.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai di Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Pendapatan Daerah Medan Utara.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis gaya kepemimpinan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai di Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Pendapatan Daerah Medan Utara.
1.6 Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis.
Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan atau mengembangkan wawasan baru yang berhubungan dengan sumber daya manusia, khususnya tentang peningkatan kinerja pegawai. Serta dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian sejenis dimasa yang akan datang.
2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman peneliti dalam praktek bidang manajemen khususnya sumber daya manusia, menambah pengalaman dalam menganalisis dan menyelesaikan permasalah kasus dibidang sumber daya manusia khususnya yang berhubungan dengan variabel-variabel yang diteliti.
b. Bagi kantor Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Pendapatan Daerah Medan Utara.
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan dan pertimbangan bagi kantor Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Pendapatan Daerah Medan Utara terkait dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai yang lebih baik lagi kedepannya.
c. Bagi program S1 manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara.
Untuk menambah referensi kepustakaan dan dapat berguna sebagai dasar pemikiran bagi kemungkinan adanya penelitian sejenis dimasa mendatang yang berkenan dengan variabel-variabel yang diteliti.
11 BAB II
LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Gaya Kepemimpinan 2.1.1.1 Pengertian Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi, factor kepemimpinan memegang peran yang penting karena pemimpin itulah yang akan menggerakkan dan mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan dan sekaligus merupakan tugas yang tidak mudah. Tidak mudah, karena harus memahami setiap perilaku bawahan yang berbeda-beda. Bawahan di pengaruhi sedemikian rupa sehingga bisa memberikan pengabdian dan partisipasinya kepada organisasi secara efektif dan efisein. Dengan kata lain, bahwa sukses tidaknya usaha pencapaian tujuan organisasi di tentukan oleh kualitas kepemimpinan. Ada bermacam-macam pengertian mengenai kepemimpinan yang diberikan oleh para ahli. Namun, pada intinya, kepemimipinan adalah suatu proses kegiatan seseorang untuk menggerakkan orang lain dengan memimpin, membimbing, memengaruhi orang lain, untuk melakukan sesuatu agar dicapai hasil yang diharapakan, di kemukakan oleh (Sutrisno, 2020:2013).
Menurut Terry dalam Sutrisno (2020:2014) menganggap kepemimipinan sebagai kegiatan untuk memengaruhi orang agar bekerja dengan rela untuk mencapai tujuan bersama. Secara luas kepemimpinan diartikan sebagai usaha yang terorganisasi untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia, materi, dan finansial guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Zainun, dalam Sutrisno, 2020:214).
Adapun Bass dan Stogdill dalam Sutrinso (2020), mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses memengaruhi aktivitas suatu kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Anoraga dalam Sutrisno (2020) Mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik lansung maupun tidak lansung dengan maksud untuk menggerakkan orang- orang agar penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan.
Seorang pemimpin adalah orang yang memiliki posisi tertentu dalam hierarki organisasi. Ia harus dapat membuat perencanaan, pengorgnisasian, dan pengawasan serta keputusan yang efektif. Kepemimpinan selalu melibatkan orang lain, oleh karenanya dapat dikatakan bahwa dimana ada pemimpin maka disana ada pengikut yang harus dapat mempengaruhi karyawannya untuk mencapai tujuan organisasi (Anoraga, dalam saputra, 2014:134).
2.1.1.2 Fungsi dan Peran Pemimpin Dalam Organisasi
Fungsi pemimpin dalam organisasi kerap kali memiliki spesifikasi berbeda dengan bidang kerja atau organisasi lain. Perbedaaan ini disebabkan oleh beberapa macam hal, antara lain: macam organisasi, situasi social dalam organisasi dan jumlah angora kelompok (Sutrisno 2020:219)
Fungsi pemimpin dalam organisasi dapat di kelompokakan menjadi empat: (Sutrisno,2020):
a. Perencanaan b. Pengorganisasian c. Penggerakan
d. Pengendalian
Dalam menjalankan fungsinya pemimpin mempunyai tugas-tugas tertentu, yaitu mengusahakan agar kelompoknya dapat mencapai tujuan yang baik, dalam kerjasama produktif, dan dalam keadaan yang bagaimana pun yang dihadapi kelompok. Tugas utama pimpinan, Sutrisno (2020):
1) Memberi struktur yang jelas terhadap situasi-situasi rumit yang dihadapi kelompok.
2) Mengawasi dan menyalurkan tingkah laku kelompok.
3) Merasakan dan menerangkan kebutuhan kelompok pada dunia luar, baik mengenai siakp-sikap, harapan, tujuan dan kekhawatiran kelompok.
2.1.1.3 Pengertian Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dasarnya dapat dilihat dari bermacam-macam sudut pandang. Bila dilihat dari sudut perilaku pemimpin, apa yang dikemukakan oleh Tannenbaum dan Schmidt (dalam Sutrsino (2020:221)), perilaku pemimpin membentuk suatu kontinum dari sifat otokratik sampai demokratik. Sifat ekstrem ini dipengaruhi oleh intensitas penggunaan kekuasaan oleh pemimpin dan penggunaan kebebasan oleh pengikut. Kombinasi dari kedua factor inilah yang menentukan pada tingkat mana seorang pemimpin mempraktikkan perilaku kepemimpinan.
Menurut Siswanto dalam Saputra (2014:136) gaya kepemimpinan merupakan cara atau tipe yang ada pada diri seorang pimpinan di dalam memanajemen para anggotanya (karyawan) untuk dapat menjalankan amanat yang diberikan untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk melihat seorang manajer
didalam mengembangkan kinerja karyawannya, maka dapat dilihat dari gaya seorang pemimpin tersebut didalam memimpin karyawannya. Robbins dalam saputra (2014:136) mengidentifikasikan empat prilaku kepemimpinan yaitu pemimpin yang mengarahkan (Directive Leader) adalah pimpinan memberitahukan kepada bawahan apa yang diharapkan dari mereka, jadwal pekerjaan yang harus diselesaikan, serta memberikan bimbingan/arahan secara spesifik tentang cara-cara menyelesaikan tugas.
2.1.1.4 Gaya Kepemimpinan
Adapun gaya kepemimpinan yang ada menurut Sutrisno (2020:222), Yaitu:
a. Gaya persuasive, yaitu gaya memimpin dengan menggunakan pendekatan yang menggugah perasaan, pikiran atau dengan kata lain dengan melakukan ajakan atau bujukan.
b. Gaya refresif, yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan tekanan-tekanan, ancaman-ancaman, sehingga bawahan merasa ketakutan.
c. Gaya partisipatif, yaitu gaya kepemimpinan dimana memberikan kesempatan kepada bawahan untuk itu secara aktif baik mental, spiritual, fisik, maupun materil dalam kiprahnya diorganisasi.
d. Gaya inovatif, yaitu pemimpin yang selalu berusaha dengan keras untuk mewujudkan usaha-usaha pembaruan di dalam segala bidang, baik bidang politik, ekonomi, social, budaya atau setiap produk terkait dengan kebutuhan manusia.
e. Gaya investigasi, yaitu gaya pemimpin yang selalu melakukan penelitian yang disertai dengan rasa penuh kecerugian terhadap bawahannya sehingga menimbulkan yang menyebabkan kreativitas, inovasi, serta insiatif dari kewahan kurang berkembang, karena bawahan takut melakukan kesalahan-kesalahan.
f. Gaya inspektif, yaitu pemimpin yang suka melakukan acara-acara yang sifatnya protokoler, kepemimpinan dengan gaya inspektif menuntut penghormatan bawahan atau pemimpin yang senang apabila dihormati.
g. Gaya motivatif, yaitu pemimpin yang dapat menyampaikan informasi mengenai ide-idenya, program-program dan kebijakan-kebijakan kepada bawahan dengan baik. Komunikasi tersebut membuat segala ide, program dan kebijakan dapat dipahami oleh bawahan sehingga bawahan mau merealisasikan semua ide, program dan kebijakan yang di tetapkan oleh pemimpin.
h. Gaya naratif, yaitu pemimpin yang bergaya naratif merupakan bangan bawahan dengna cara memberikan pendidikan dan keterampilan kepada bawahan, sehingga bawahan menjadi memiliki wawasan dan pengamalan yang lebih baik dari hari kehari. Sehingga seorang pemimpin yang bergaya edukatif takkan pernah menghalangi bawahan yang ingin mengembangkan pendidikan dan keterampilan.
i. Gaya edukatif, yaitu pemimpin yang suka melakukan pengembangan bawahan dengan cara memberikan pendidikan dan keterampilan kepada bawahan, sehingga bawahan menjadi memiliki wawasan dan pengalaman yang lebih baik dari hari kehari. Sehingga seorang pemimpin yang
bergaya edukatif takkan pernah menghalangi bawahan yang ingin mengembangkan pendidikan dan keterampilan.
j. Gaya retrogresif, yaitu pemimpin tidak suka melihat maju, apalagi melebihi dirinya. Untuk itu pemimpin yang bergaya retrogresif selalu menghalangi bawahannya untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Sehingga dengan kata lain, pemimpin yang bergaya retrogresif sangat senang melihat bawahannya selalu terbelakang, bodoh dan sabagainya.
2.1.2 Motivasi Kerja
2.1.2.1 Pengertian Motivasi Kerja
Pada dasarnya motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti
“dorongan atau daya penggerak” motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, kgususnya kepada para bawahan atau pengikut. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan kemampuan dan keterampilannyua untuk mewujudkan tujuan perusahaan atau badan. Motivasi ini penting karena dengan motivasi diharapkan setiap individu karyawan atau pegawai mau bekerja dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Tingkah laku seseorang dipengaruhi serta dirangsang oleh keinginan, kebutuhan, tujuan dan keputusannya. Ransangan timbul dari diri sendiri (internal) dan dari luar (eksternal lingkungannya). Rangsangan ini akan menciptakan “motif dan motivasi” yang mendorong orang bekerja (beraktivitas) untuk memperoleh kebutuhan dan kepuasan hasil kerjanya, Sunyoto(2020:191).
Menurut Sutrisno (2020:110) mengemukakan bahwa motif adalah suatu rangsangan keingninan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang karena setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin di capai. Dan motif juga keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan, atau menggerakkan dan motif itulah yang mengarahkan dan menyalurkan perilaku, sikap dan tindak tanduk seseorang yang selalu dikaikan dengan pencapaian tujuan, baik tujuan organisasi maupun tujuan pribadi masing-masing anggota organisasi. Motivasi merupakn akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu dihadapinya.
Karena itulah, terdapat perbedaan dalam kekuatan motivasi yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menghadapi situasi tertentu dibandingkan dengan orang lain yang menghadapi situasi yang sama. Bahkan, seseorang akan menunjukan dorongan tertentu dalam menghadapi situasi yang berbeda dan dalam waktu yang berlainan pula.
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan atau pegawai dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan atau badan. Perlunya motivasi bagi setiap manusia khususnya dalam tujuan untuk mencapai ketercapaian yang ingin di capai suatu perusahaan atau badan, menurut Mangkunegara (2019:61) menyatakan bahwa motivasi merupakan kondisi atau energy yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal.
Sikap mental karyawan haruslah memiliki sikap mental yang siap sedia secara psikofisik (secara mental, fisik, situasi dan tujuan). Artinya, karyawan
atau pegawai dalam bekerja secara mental siap, fisik sehat, memahami situasi dan kondisi serta berusaha keras mencapai target kerja (tujuan utma organisasi).
Menurut Wayne F. Cascio dalam Sunyoto (2020:192) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya, missal rasa lapar, haus dan dahaga.
Motivasi merupakan suatu bentuk keinginan yang timbul dalam diri seseorang untuk mencapai sesuatu yang ia inginkan. Menurut Berelson dan Steiner (dalam Saputra, 2014:136) mendefinisikan motivasi sebagai all those inner striving conditions variously described as wishes, needs, drivers, and the like. Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan (Moves), dan mengarah atau menyalurkan pilaku kearah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan.
2.1.2.2 Prinsip-Prinsip dalam Motivasi
Adapun prinsip-prinsip dalam memotivasi pegawai untuk mencpai tujuan tertentu menurut, Mangkunegara (2020:62) yaitu:
a. Prinsip partisipasi, dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pimpinan.
b. Prinsip Komunikasi, pimpinan mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
c. Prinsip mengakui andil bawahan, pemimpinan mengakui bahwa (pegawai) mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
d. Prinsip pendelegasikan wewenang, pemimpinan yang memberikan otoritas atau weweng kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.
e. Prinsip memberikan perhatian, pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahan, akan memotivasi pegawai bekerja apa yang diharapkan oleh pemimpin.
2.1.2.3 Kandungan dalam Motivasi
Adapun tiga hal kandungan-kandungan dari motivasi menurut Sutrisno (2020:115) sebagai berikut:
1) Motivasi berkaitan lansung dengan usaha pencapaiantujuan dan berbagai sasaran organisasional. Artinya, didalam tujuan dan sasaran organisasai telah tercakup tujuan dan sasaran pribadi para anggota organisasi. Secara popular, motivasi hanya akan efektif apabila dalam diri bawahan yang digerakkan itu terdapat keyakinan bahwa dengan tercapai tujuan organisasi akan tercapai pula tujuan pribadi.
2) Motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan tertentu. Dengan kata lain, motivasi merupakan kesediaan mengerahkan usaha tingkat tinggi untuk mencapai tujuan organisasi.
Akan tetapi, kesediaan mengerahkan usaha itu sangat bergantung pada kemampuan seseorang untuk memuashkan kebutuhannya.
3) Dalam usaha memahami motivasi, yang dimaksud dengan bebutuhan ialah internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi menarik. Artinya, suatu kebutuhan yang belum terpuaskan menciptakan ketegangan yang pada gilirannya menimbulkan dorongan tertentu dalam diri seseorang.
2.1.2.4 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kinerja menurut Hasibuan (2016:222) menjelaskan bahwa motivasi kerja di pengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Motivasi sebagai proses dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-Faktor tersebut dapat dibedakan atas:
a. Faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi kerja : 1) Lingkungan kerja yang menyenangkan.
Adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu sendiri.
2) Kompensasi yang memadai.
Kompensasi merupakan sumber penghasilan utama bagi karyawan untuk menghidupi diri beserta keluarganya. Kompensasi yang memadai merupakan motivasi yang paling ampuh bagi perusahaan untuk mendorong para karyawan bekerja dengan baik.
3) Supervisi yang baik.
Fungsi supervisi dalam suatu pekerjaan adalah memberikan pengarahan, bimbingan kerja kepada karyawan, agar mereka dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik tanpa membuat kesalahan.
4) Adanya penghargaan atas prestasi.
Setiap orang akan mau bekerja mati-matian mengorbankan pada dirinya untuk perusahaan, agar dapat meraih penghargaan atas prestasi dan jaminan karir yang jelas di dalam perusahaan.
5) Status dan tanggung jawab.
Status dan kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan dambaan setiap karyawan dalam bekerja di perusahaan.
6) Peraturan yang berlaku.
Bagi perusahaan yang besar biasanya sudah di tetapkan sistem dan prosedur kerja yang harus dipatuhi oleh semua karyawan.
b. Faktor internal yang mempengaruhi pemberian motivasi pada seseorang antara lain:
1) Keinginan untuk dapat hidup.
2) Keinginan untuk dapat memiliki.
3) Keinginan untuk memperoleh penghargaan.
4) Keinginan untuk berkuasa.
2.1.3 Kinerja Pegawai
2.1.3.1 Pengertian Kinerja Pegawai\
Kinerja merupakan gambaran mengenai hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam menjalankan dan mengerjakan tugas pekerjaan yang diberikan
dan seberapa banyak kontribusi yang diberikan kepada organisasi. Bisa disebut juga sebagai tingkat keberhasilan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan perusahaan yang merupakan perwujudan dari kemampuan yang dimiliki. Hasil kerja yang dicapai dapat berupa kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan (Sudaryono et al., 2018; Priansa, 2017a).
Banyak manfaat yang didapatkan dari penilaian kinerja, salah satunya adalah membantu organisasi untuk membuat keputusan bagaimana memperlakukan karyawannya dalam hal jabatan yang diberikan, kebutuhan pelatihan dan pengembangan, dan pemutusan hubungan kerja. Penilaian kinerja yang dilakukan dapat memberikan informasi untuk organisasi bagaimana keterampilan dan kompetensi karyawan sehingga program perbaikan dapat dikembangkan dan gaji yang pantas. Selain itu, penilaian kinerja juga bermanfaat bagi perencanaan kebijakan-kebijakan organisasi seperti penyesuaian kompensasi, pengambilan keputusan untuk rotasi; mutasi; promosi;
dan alih jabatan, membantu diagnosis terhadap kesalahan disain karyawan, mendapatkan feedback yang akurat terkait kinerja sebelumnya, dan untuk kepentingan penelitian kepegawaian. (Robbins dan Judge, 2017; Sulistiyani dan Rosidah, 2018; Sudaryono et al. 2018).
Menurut Mangkunegara (2020:9) mengemukakan definisi pegawai sebagai “Ungkapan seperti Output, efisiensi serta efektifitas sering menghubungkan dengan produktivitas”, dan kinerja pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantittas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya dengan tanggung jawab yang diebrikan kepadanya.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa kinerja pegawai adalah prestasi kerja atau hasil kerja (outpu) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai pegawai persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi. Memang, untuk mencapai komitmen organisasional yang kuat dan kinerja yang baik, anggota organisasi harus merasa terpanggil dan kokoh kewargaannya didalam organisasi dan merasa memiliki organisasi. Pengertian kinerja karyawan menunjuk pada kemampuan karyawan dalam melaksanakan keseluruhan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya.
Menurut Robbins (2016), kinerja merupakan pencapaian yang optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki seorang karyawan merupakan hal yang selalu menjadi perhatian para pemimpin organisasi. Kinerja ini menggambarkan sejauh mana aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas dan berusaha dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya dicapai oleh seseorang). Menurut Mondy (dalam saputra 2014:136), kinerja merupakan proses berorientasi tujuan yang diarahkan untuk memastikan bahwa proses-proses keorganisasian ada pada tempatnya untuk memaksimalkan produktivitas para karyawan, tim, dan akhirnya organisasi.
2.1.3.2 Karakter-karakter Individu dengan Kinerja Tinggi
Berdasarkan hasil penelitian David Mc. Clelland dalam (Mangkunegara, 2019:28) tentang pencapaian kinerja, dapat disimpulkan bahwa individu-
individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi untuk mencapai kinerja dapat dibedakan dengan yang lainnya dalam diri-ciri seperti :
a. Individu yang senang bekerja dan menghadapi tantangan yang moderat.
b. Individu yang memperoleh sedikit kepuasan juka pekerjaannya sangant mudah dan jika terlalu sulit cendrung kecewa.
c. Individu yang senang memperoleh umpan balik yang konkret mengenali keberhasilan pekerjaannya.
d. Individu yang cenderung tidak menyenangi tugas tersebut jika tidak mencapai prestasi sesuai yang diinginkan
e. Individu yang lebih senang bertanggung jawab secara personal atau tugas yang dikerjakan.
f. Individu yang puas dengan hasil bila pekerjaan dilakukan sendiri, g. Individu yang kurang istirahat, cendrung inovatif dan banyak bepergian h. Individu yang sering mencari kemungkinan pekerjaan yang lebih
menantang, meninggalkan sesuatu yang lama dan menjadi rutinitas serta berusaha untuk menemukan sesuatu yang baru.
2.1.3.3 Pengukuran Kinerja
Dharma (2013:355) mengemukakan bahwa hampir seluruh cara pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Kuantitas yaitu jumlah yang diselesaikan atau dicapai.
b. Kualitas yaitu mutu yang harus diselesaikan atau dicapai.
c. Ketepatan waktu yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan untuk mengetahui kinerja karyawan agar dapat di ukur ada tiga yaitu: kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu. Selain hal itu juga diperlukan gaya kepemimpinan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan petunjuk yang diberikan dan harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan karyawan tersebut.
2.1.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut (Mangkunegara, 2013) menjelaskan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai dapat dikelompokkan atas beberapa factor, yaitu:
1) Factor individual yang terdiri dari:
a. Kemampuan atau kecerdasan adalah tingkat kemampuan, kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual yang dimiliki oleh pegawai dalam melaksanakan tugas.
b. Latar belakang yaitu latar belakang pendidikan dari masing-masing pegawai.
c. Demografi adalah lingkungan tempat kerja pegawai 2) Factor psikologis yang terdiri dari:
a. Persepsi, adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterprestasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.
b. Attitude, yaitu sikap terhadap objek tertentu yang merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan tetapi sikap tersebut disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap obejak itu. Jadi
attitude bisa diterjamahkan dengan tepat sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal
c. Kepuasan kerja, merupakan perbandingan antara harapan dengan kenyataan yang diterima oleh pegawai. Kepuasan kerja dapat terwujud apabila harapan pegawai dapat menjadi kenyataan.
d. Personality, merupakan sesuatu yang sifatnya individual, dalam arti tidak seorangpun mempunyai personality yang sama.
e. Pembelajaran, adalah sikap perubahan perilaku yang relative permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.
f. Motivasi kerja, adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.
3) Factor organisasi yang terdiri dari:
a. Kepemimpinan b. Penghargaan c. Struktur
d. Karakteristik pekerjaan
(Robbins, 2014) menjelaskan bahwa kinerja dalam suatu organisasi dipengaruhi oleh tiga factor yaitu:
1) Factor individu
Factor individu merupakan factor yang ada dalam diri pegawai, misalnya kemampuan fisik, mental, pengetahuan dan keterampilan
2) Factor organisasi
Factor organisasi merupakan system yang dianut oleh organisasi dimana tempat pegawai bekerja, misalnya kepemimpinan, kompensasi, pelatihan dan tata kelola organisasi (corporate governance).
3) Factor lingkungan
Lingkungan kerja yang kondusif akan menciptakan suasana kerja yang harmonis, sementara lingkungan kerja yang tidak kondusif akan dapat menyebabkan terjadinya konflik kerja dan bahkan berhubungan yang tidak baik yang mengarahkan pada saling mencurigai dan tidak percaya antar pekerja.
2.2.Penelitian Terdahulu
Table 2.1 Peneltitan Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian 1 Rangga
Mahardhika1 Djamhur Hamid Ika2 Ruhana3
Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Motivasi X, Kinerja Karyawan Y
Motivasi intrinsik berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. AXA Financial Indonesia, ditunjukkan dengan nilai signifikansi t sebesar 0,000 lebih kecil dari D
= 0,05 (0,000 < 0,05) dengan koefisien regresi sebesar 0,514.
Motivasi ekstrinsik berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. AXA Financial Indonesia, ditunjukkan dengan nilai signifikansi t sebesar 0,000 lebih kecil dari D
= 0,05 (0,000 < 0,05) dengan
koefisien regresi sebesar 0,475.
2 Andri Saputra
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Badan Pusat Statistik (Bps) Kota Padang
Gaya
Kepemimpinan X1, Motvasi Kerja X2, Kinerja
Karyawan Y
Hasil dari penelitian ini terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang. Diperoleh nilai Fhitung sebesar 7.820 dengan nilai signifika sebesar 0.002.
Nilai sig < dari yaitu (0,002 <
0,05) dengan demikian dapat diartikan bahwa variabel gaya kepemimpinan dan motivasi kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
3 Luh Komang Handani1 Desak Gede Sayang Adnyani2
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Terhadap
Kinerja Karyawan
Pada Hotel
Kayumanis Ubud Private
Villa & Spa Gianyar
Gaya
Kepemimpinan X1, Motivasi Kerja X2, Kinerja Karyawan Y
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa variabel gaya kepemimpinan dan motivasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel kinerja karyawan. Pengujian secara simultan juga membuktikan bahwa variabel gaya kepemimpinan dan motivasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel kinerja karyawan. Dengan persamaan regresi linier berganda yang didapatkan Y
=1,382+0,516X1+0,458X2 Kontribusi dua variabel dapat diketahui dari besarnya nilai determinasi 72,2% sedangkan 27,8% lainnya dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak diteliti.
2.3.Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual bertujuan agar penelitian ini dapat terarah secara sistematis dalam suatu alur metode penelitian yang baik, sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang akan dicapai. Kerangka konsep penelitian secara komprehensip perlu di bangun dengan mendasarkan kepada fakta masalah yang ada, keterkaitan variable-variabel secara teoritis, metodologi, metode analisis dan dengan keselarasasan tujuan penelitian yang ingin di capai.
Kinerja pegawai adalah prestasi seorang pegawai baik secara kualitas dan kuantitas dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tanggung jawab yang di berikan dan diukur dalam periode tertentu. Kinerja pegawai merupakan hal-hal penting untuk diperhatikan karena keberhasilan suatu organisasi maupun instansi dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan sangat bergantung kepada kinerja pegawainya.
Gaya kepemimpinan pada dasarnya melihat dari cara atau tipe yang ada pada diri seorang pimpinan di dalam memanajemen para anggotanya (karyawan) untuk dapat menjalankan amanat yang diberikan untuk mencapai tujuan tertentu..
Motivasi kerja dilihat dari internal pegawai yaitu dilihat dari lingkungan kerja, kompensasi, supervise yang baik, penghargaan atas prestasi, status kerja, dan peraturan yang berlaku. Dan dari eksternal bisa di lihat dari keinginan untuk
dapat hidup, keinginan untuk memiliki, keinginan untuk memperoleh penghargaan dan keinginan untuk berkuasa. Yang mana motivasi ini secara tidak lansung menciptakan pola kerja bagi pegawai untuk meningkatkan kinerja seorang pegawai.
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual 2.4.Hipotesis
Hipotesis dalam penelitan adalah :
1. Gaya Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai di Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Pendapatan Daerah Medan Utara.
2. Motivasi Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai di Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Pendapatan Daerah Medan Utara.
3. Gaya Kepemimpinan Kerja dan Motivasi Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai di Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Pendapatan Daerah
Medan Utara.
Motivasi Kerja (X2)
Kinerja X1,X2-Y (Y)
Gaya Kepemimpinan (X1)