• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN KETERLIBATAN PEGAWAI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI KANTOR BIRO HUKUM SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN KETERLIBATAN PEGAWAI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI KANTOR BIRO HUKUM SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

Rivai (2012) kinerja pegawai adalah perilaku aktual setiap orang sebagai prestasi kerja pegawai sesuai dengan perannya dalam organisasi. Berdasarkan hasil wawancara pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan kepala subbagian tata usaha pada Kantor Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara, kinerja pegawai dievaluasi oleh kepala Biro Hukum melalui Biro Hukum. Aplikasi Karejo. Berdasarkan penelitian Pambudi dkk (2016), gaya kepemimpinan transformasional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel kinerja karyawan.

Berdasarkan penjelasan/deskripsi diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Keterlibatan Pegawai Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara”. Bagaimana gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara? Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja pegawai pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Selain itu diharapkan bermanfaat sebagai referensi tambahan mengenai hubungan kepemimpinan transformasional dan keterikatan karyawan terhadap kinerja karyawan. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah pemahaman dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai serta pemahaman tentang manajemen sumber daya manusia yang sebenarnya. Bagi Kantor Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para manajer yaitu pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja pegawai, sehingga manajemen Kantor Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara -Sumatera Provinsi Sumatera diharapkan selalu memperhatikan aspek gaya kepemimpinan dan keterlibatan pegawai dalam meningkatkan kinerja.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini terkait dengan kinerja pegawai yang dibuktikan dengan gaya kepemimpinan transformasional dan keterlibatan pegawai.

Gambar 1.1 Aplikasi Karejo
Gambar 1.1 Aplikasi Karejo

Dimensi Kinerja

Kinerja karyawan adalah kemampuan karyawan dalam melakukan tugas tertentu, diukur berdasarkan standar akurasi, kelengkapan, biaya, dan kecepatan yang telah ditentukan (Mehmood et al., 2012). Mangkunegara (2013) mengartikan kinerja sebagai kualitas dan kuantitas hasil kerja yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya. Hasibuan (2017) kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan keterampilan, usaha, dan kesempatan.

Keterampilan yang menilai kemampuan karyawan dalam menggabungkan dan mengoordinasikan berbagai elemen, yang kesemuanya terlibat dalam pengambilan kebijakan dan situasi manajemen. Akuntabilitas, yang menilai kesediaan pegawai untuk mempertanggungjawabkan kebijakan, pekerjaan dan hasil, sarana dan prasarana yang digunakan, serta perilaku kerja.

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Indikator Kinerja Pegawai

Kepemimpinan Transformasional

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Transformasional Bass (dalam Mutamimah 2017), menjelaskan bahwa seorang pemimpin

Ciri -Ciri Kepemimpinan Transformasional

Indikator Kepemimpinan Transformasional

Pemimpin selalu mengkomunikasikan visi, misi dan harapan dengan tujuan agar bawahan mempunyai komitmen yang tinggi dalam mencapai tujuan. Pemimpin selalu merangsang bawahannya secara intelektual agar menjadi inovatif dan kreatif dalam memecahkan masalah dengan cara-cara baru. Selain itu, pemimpin mengajar dengan memandang kesulitan sebagai masalah yang harus dipecahkan dan memberikan pemecahan masalah yang rasional.

Manajer memperhatikan karyawan secara individual, seperti: kebutuhan karyawan akan prestasi, pemberian gaji, konseling kepada karyawan agar karyawan dapat tumbuh dan berkembang. Pada indikator ini, pemimpin transformasional mampu memberikan dan mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan simbol-simbol untuk memfokuskan budaya, dan mengungkapkan tujuan-tujuan penting dengan cara yang sederhana kepada bawahannya. Pemimpin mempunyai visi yang meyakinkan untuk masa depan, menetapkan standar yang tinggi bagi bawahan, optimis dan antusias, serta memberikan dorongan dan pemahaman tentang apa yang perlu dilakukan.

Pada indikator ini, pemimpin transformasional harus mampu meningkatkan kecerdasan, rasionalitas dan pemecahan masalah secara cermat pada bawahannya. Pemimpin mendorong bawahan untuk lebih kreatif, menghilangkan keengganan dalam ide-idenya dan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada menggunakan pendekatan-pendekatan baru yang menggunakan kecerdasan dan penalaran rasional daripada hanya berdasarkan pendapat atau perkiraan saja. Pada indikator ini, pemimpin transformasional memperhatikan bawahan secara pribadi dan individu, serta bersedia berkonsultasi dan melatih bawahan secara pribadi dan individu.

Keempat indikator tersebut dijadikan acuan dalam menyusun item pernyataan untuk dibagikan kepada responden survei.

Keterlibatan Pegawai

Tingkatan Keterlibatan Pegawai

Seorang karyawan dikatakan “engaged” apabila ia bekerja dengan passionnya dan merasakan hubungan yang kuat dengan instansi tempat ia bekerja. Seorang karyawan dikatakan “tidak terlibat” ketika menjalani hari kerja seolah-olah sedang “berjalan dalam tidur” atau hanya hadir secara fisik, namun pikirannya tidak terfokus pada pekerjaannya. Seorang karyawan dikatakan “aktif melepaskan diri” ketika mereka merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka, dan mereka bahkan berusaha menutupi ketidaksenangan mereka.

Keterlibatan didefinisikan sebagai kekuatan positif untuk melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan keadaan pikiran yang ditandai dengan antusiasme, dedikasi, dan pencelupan (Schaufeli dan Bakker, 2016: 9). Semangat kerja ditandai dengan tingkat energi dan ketangguhan mental yang tinggi selama bekerja, kemauan untuk menginvestasikan upaya dalam pekerjaan, ketekunan bahkan ketika menghadapi kesulitan. Penyerapan, ditandai dengan konsentrasi penuh dan bahagia tenggelam dalam pekerjaan, dimana waktu berlalu dengan cepat dan orang tersebut sulit memisahkan diri dari pekerjaannya.

Faktor- faktor Keterlibatan Pegawai

Hal ini merupakan cara bagi manajer untuk menciptakan keterlibatan karyawan sehingga secara khusus disebut sebagai pendorong keterlibatan karyawan. Hal ini dikarenakan pegawai yang merasa menerima keadilan distributif dan prosedural akan bertindak adil terhadap organisasi dengan membangun ikatan emosional yang lebih dalam terhadap organisasi.

Indikator Keterlibatan Pegawai

Penelitian Terdahulu No. Nama

Pengembangan Hipotesis

Tempat dan Waktu Penelitian

Teknik Pengambilan Sampel

Mengenai besar sampel, Arikunto mengatakan, jika sumber/subjek kurang dari seratus, sebaiknya diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Besar sampel penelitian ini ditentukan oleh seluruh pegawai yang bekerja pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 38 orang, sehingga penelitian ini disebut penelitian populasi dengan menggunakan teknik sampling jenuh.

Sumber Data Penelitian

Menurut Sugiyono, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik suatu populasi. 134), menyatakan bahwa apabila sumber/subyek kurang dari seratus, sebaiknya diambil semuanya sehingga pencariannya merupakan pencarian populasi. Data primer diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada seluruh pegawai di Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara yang ditetapkan sebagai responden. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur yang mendukung dan berhubungan dengan masalah yang diteliti, berupa arsip-arsip milik instansi, artikel-artikel yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, dan data pendukung lainnya.

Metode Pengumpulan Data

Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada salah satu kepala subbagian yang bekerja di kantor hukum sekretariat daerah provinsi Sumatera Utara. Dalam penelitian ini data dikumpulkan melalui artikel, jurnal dan dokumen yang ada di kantor kantor hukum sekretariat daerah provinsi Sumatera Utara.

Teknik Pengumpulan Data

Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian

30. jika peneliti ingin melakukan penyelidikan pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang perlu diselidiki, namun juga jika peneliti ingin mengetahui hal-hal mengenai responden secara lebih mendalam dan jumlah responden sedikit atau sedikit. Agar penelitian ini dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan, perlu dipahami berbagai unsur yang menjadi dasar penelitian ilmiah yang terkandung dalam variabel operasional. Transformasional adalah pemimpin yang mempunyai cara tertentu dalam mempengaruhi bawahannya agar bawahan merasakan kepercayaan, kebanggaan, kesetiaan dan rasa hormat terhadap atasan, serta termotivasi untuk berbuat lebih dari yang diharapkan (Mangkunegara, 2013). b) Motivasi inspiratif c) Stimulasi.

Keterlibatan karyawan merupakan kekuatan positif dalam melakukan pekerjaan yang dikaitkan dengan keadaan pikiran yang ditandai dengan antusiasme, komitmen, dan keasyikan (Bass dan Avolio, dalam Connie et al., 2022). a) Semangat (momentum) b) Komitmen. Kinerja pegawai merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan perannya dalam organisasi (Schaufeli dan Bakker, dalam CJ Caniels et al., 2017).

Tabel 3.2 Defenisi Operasional Variabel
Tabel 3.2 Defenisi Operasional Variabel

Instrumen Penelitian

Teknik Analisis Data

Dasar pengambilannya adalah jika data tersebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola sebaran normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Untuk menentukan ada tidaknya multikolinearitas dalam suatu model regresi dapat dilihat dari beberapa syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut: a) Multikolinearitas terjadi jika nilai VIF (Variance Inflating Factor) lebih besar dari 10. b) Multikolinearitas terjadi apabila nilai toleransi yang diperoleh dari hasil perhitungan kurang dari 0,1. Ghozali (2013) menyatakan uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketimpangan varians dari residual satu observasi ke observasi lainnya.

Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dan residu (SRESID). Jika terdapat pola tertentu, misalnya titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka hal ini menunjukkan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik di atas dan di bawah angka 0 berdistribusi pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Metode Analisis

Gambar

Gambar 1.1 Aplikasi Karejo
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 Rekapitulasi Jumlah Pegawai Berdasarkan Pada Satuan Kerja
Tabel 3.2 Defenisi Operasional Variabel
+2

Referensi

Dokumen terkait

In other words, the book aims to provide librarians who currently have or will have e-resource management and access responsibilities with the knowledge they need to understand the dy-

Dengan mengetahui bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja pegawai generasi millenial, maka pemimpin organisasi dapat memetakan kebijakan dan strategi