BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (Kusumawati & Hartono, 2011). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mengekspresikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Gangguan jiwa halusinasi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi penghidu, halusinasi pengecapan, halusinasi perabaan, halusinasi cenesthetic, dan kinestetika (Kusumawati & Hartono, 2011). Menurut Yusuf Ah., Dkk (2015) menyebutkan faktor penyebab halusinasi adalah faktor predisposisi (perkembangan, sosial budaya, psikologis, biologis, genetik) dan faktor presipitasi (stressor sosial budaya, biokimia, psikologis, perilaku). Upaya penting terhadap proses pengontrolan atau pencegahan kekambuhan terhadap penderita adalah adanya dukungan dari keluarga.
Pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan masalah halusinasi mempunyai tuntutan pengorbanan ekonomi, sosial dan psikologis yang telah lebih besar daripada yang normal. Dukungan keluarga pada klien halusinasi dapat diwujudkan dengan adanya upaya perawatan keluarga pada klien halusinasi ini berkaitan erat dengan masalah yang dihadapi oleh klien itu sendiri. Dukungan keluarga terhadap
klien halusinasi sangat penting dilakukan dalam upaya peningkatan status kesehatan klien halusinasi. Klien bisa semangat dan termotivasi sehingga menjadikan kehidupan klien halusinasi lebih berharga dan berarti serta bemakna bagi keluarganya, dan klien halusinasi akan merasakan bahwa dirinya masih sangat dibutuhkan oleh orang lain khususnya oleh keluarga dimana klien halusinasi tersebut tinggal (Friedman, 2010).
Menurut penelitian Nurdiana (2007), Keluarga merupakan orang terdekat dengan penderita dan merupakan perawat bagi penderita.
Keberhasilan perawat di rumah sakit akan sia-sia jika tidak diteruskan dirumah yang kemudian mengakibatkan penderita harus dirawat kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat penderita di rumah sehingga kemungkinan kambuh dapat dicegah. Salah satu penyebabnya adalah karena keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku penderita.
Menurut Friedman (2010) keluarga merupakan unit yang terdekat dan sebagai “perawat utama” bagi pasien untuk memberikan dukungan pada anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa. Orang yang mengalami gangguan jiwa sangat membutuhkan dukungan dari orang- orang terdekat khusunya dukungan sosial dari keluarga.
Dukungan sosial dapat mengurangi ketegangan dengan meningkatkan kepercayaan diri dan harga diri, membangun perasaan positif menekan kecemasan dan depresi serta mengarahkan individu untuk beranggapan bahwa stressor eksternal bukanlah beban yang berat (Argyle, 1988 dalam Stuart 2006 : 67). Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh
keluarga dalam membantu anggota keluarga yang mengalami halusinasi adalah dengan ikut mengambil peran membantu klien untuk bisa mengontrol halusinasinya.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Wagir, Kabupaten Malang pada tahun 2017 didapatkan data untuk orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang mengikuti rawat jalan tercatat sebanyak 151 orang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti berminat unuk melakukan penelitian tentang gambaran strategi pelaksanaan keluarga dalam membantu mengontrol halusinasi pada klien gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Wagir.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini adalah Bagaimana gambaran strategi pelaksanaan keluarga dalam membantu mengontrol halusinasi pada klien gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Wagir.
1.3 Tujuan
Tujuan Umum :
Mengetahui gambaran strategi pelaksanaan keluarga dalam membantu mengontrol halusinasi di wilayah kerja Puskesmas Wagir.
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui bagaimana keluarga dapat mengidentifikasi halusinasi dan melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
2. Untuk mengetahui bagaimana keluarga dapat membantu klien dalam mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap saat terjadi halusinasi.
3. Untuk mengetahui bagaimana keluarga dapat membantu klien dalam mengontrol halusinasi dengan cara mengikutkan klien melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Untuk mengetahui bagaimana keluarga dapat membantu klien dalam mengontrol halusinasi dengan patuh obat.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait, antara lain :
1.4.1 Bagi Peneliti
Sebagai pemberi masukan dalam pengembangan ilmu keperawatan dimasa mendatang dan dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam perawatan pasien dengan gangguan jiwa halusinasi.
1.4.2 Bagi Keluarga Klien
a. Sarana untuk memperoleh dan menambah pengetahuan tentang perawatan gangguan jiwa dengan gangguan halusinasi.
b. Sebagai acuan bagi keluarga klien dalam melakukan perawatan halusinasi di rumah.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan bacaan/referensi bagi Mahasiswa Ilmu Keperawatan atau institusi yang terkait, khususnya tentang strategi pelaksanaan keluarga dalam membantu mengontrol halusinasi.