BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bullying atau perundungan adalah penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang secara verbal, fisik atau psikologis, sehingga korbannya merasa tertekan, terluka, dan tidak berdaya. Kata bullying berasal dari bahasa Inggris, tepatnya kata bull yang mengacu pada banteng yang suka menyeruduk kesana kemari. Dalam bahasa Indonesia, kata tiran secara etimologis berarti raja atau penguasa yang lalim yang berbuat sewenang wenang untuk mengancam pihak yang lemah. Pelaku intimidasi, yang sering juga disebut dengan pelaku bully, bisa berupa seseorang atau sekelompok orang dan mereka merasa berhak melakukan apa pun terhadap korbannya.
Korban juga mengidentifikasi dirinya sebagai orang yang lemah, tidak berdaya dan merasa terancam oleh pelecehan.
Pada tahun 2015, WHO melakukan studi Global School-Based Student Health (GSHS). Menurut penelitian tersebut, 21 persen, atau sekitar 18 juta, anak-anak berusia 13 hingga 15 tahun menjadi korban perundungan dalam sebulan terakhir. Studi GSHS juga menggambarkan 25 persen dari insiden ini sebagai pertengkaran fisik, dengan 36 persen anak laki-laki melaporkan lebih banyak dibandingkan anak perempuan, yaitu hanya 13 persen. Laporan tersebut juga menjelaskan bahwa dampak bullying mengakibatkan satu dari 20 atau 20,9 persen remaja Indonesia ingin melakukan bunuh diri.
Data tambahan berasal dari survei PISA tahun 2018, yang menemukan bahwa 41 persen pelajar Indonesia berusia 15 tahun mengalami perundungan setidaknya beberapa kali dalam sebulan. Laporan tersebut juga menjelaskan dampak buruk dari penindasan terhadap para korbannya. Peneliti PISA menyimpulkan bahwa para korban cenderung memiliki hasil belajar yang buruk, termasuk keterampilan membaca yang buruk. Informasi lain juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) pada tahun 2018. Penelitian
tersebut menemukan bahwa dua dari tiga remaja laki-laki dan perempuan berusia antara 13 dan 17 tahun mengalami perundungan. Studi ini juga melaporkan dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap kesehatan mental, penurunan fungsi sosial, dan hasil belajar yang buruk.
dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 yang telah beberapa kali diperbaharui dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014. Peraturan perundang-undangan lain yang relevan adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 yang mengatur tentang peradilan anak.
Anak harus dipersiapkan sejak dini untuk menjadi karakter yang baik, berkarakter kuat, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, cerdas, berdaya saing dan pengubah masa depan.
Atas dasar itu, sekolah perlu melakukan upaya preventif untuk menghindari terjadinya kejadian bullying khususnya di lingkungan sekolah. Madrasah Aliyah Royatul Islam Muara Panas merupakan salah satu sekolah di Provinsi Sumatera Barat yang telah merencanakan dan melaksanakan kegiatan pencegahan bullying melalui pelatihan. Pencegahan perundungan dilakukan karena mengacu pada Visi dan Misi Sekolah yaitu menjadi siswa yang berakhlak, cinta Qur’an, disiplin, diakui dan diterima masyarakat.
. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membantu siswa memahami pentingnya saling membantu, saling menjaga, dan menghindari perundungan yang berdampak buruk bagi semua pihak.
B. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah:
Membuat siswa memahami bahaya bullying yang berdampak buruk bagi semua pihak.
Membuat siswa memahami pentingnya membantu dan peduli satu sama lain.
Membiasakan siswa untuk saling hormat menghormati dan saling menghargai antar sesama
C. SASARAN
Adapun objek dari kegiatan ini adalah seluruh masyarakat Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Royatul Islam
D. MANFAAT
Adapun manfaat dari kegiatan pencegahan perundungan di MA Royatul Islam Muara Panas adalah siswa dapat berprilaku seperti yang tercantum dalam visi sekolah, yaitu menjadi siswa yang berakhlak, cinta Qur’an, disiplin, diakui dan diterima masyarakat.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. AGENDA/BENTUK KEGIATAN N
O
Indikator Pencegahan Praktik
Perundungan Fisik
Tujuan
Bentuk/Jenis Kegiatan
Waktu Pelaksanaa
n
1
a. Praktik
perundungan fisik b. Praktik
perundungan verbal c. Praktik
perundungan sosial
d. Praktik perundungan seksual e. Praktik
perundungan dunia maya
Menyadarkan siswa akan bahaya bullying yang berdampak buruk bagi semua pihak
Sosialisasi program anti bullying (pembinaan karakter siswa)
Sekali setahun
2
Memberikan pemahaman sehingga siswa saling
membantu dan peduli
Pelaksanaan program pendidikan karakter pada setiap apel pagi
Setiap hari
3 Membiasakan
siswa untuk saling hormat menghormati dan harga menghargai antar sesama
Pelaksanaan program pendidikan karakter muslim
Setiap hari
B. PANDUAN KEGIATAN
mekanisme untuk melaksanakan kegiatan anti bullying
1. Sosialisasi program anti perundungan dilakukan setahun sekali pada saat pengenalan lingkungan sekolah/awal pembelajaran baru, dalam program pendidikan karakter yang melibatkan seluruh siswa baru MA Royal Islam 2. Program anti bullying melalui poster, banner dan pamphlet.
3. Program pembinaan krakter islam bisa dilaksanakan setiap hari, karena hal ini di dukung oleh Madrasah Royatul islam merupakan sekolah lanjutan tingkat atas berbasis pesantren.
4. Menerima laporan program pengembangan karakter siswa dan menerapkan pendekatan khusus bagi siswa yang mempunyai permasalahan karakter
5. Guru kelas harus mencatat jika ada laporan/ada siswa yang melakukan perundungan!
6. Guru BK/Guru kelas memberikan pembinaan secara intensif kepada pelaku bullying, jika bermasalah maka sekolah akan menindak lanjuti pelaku bullying tersebut.
Ketentuan Pendanaan
1. Bantuan Operasional Sekolah 2. Yayasan Royatul Islam
Pelaporan Kegiatan
1. Dicatat di buku BK/buku perundungan
2. Memberikan laporan kepada kepala sekolah. Jika masalah tidak dapat diselesaikan, maka surat panggilan akan dikirimkan kepada orang tua baik korban intimidasi maupun pelaku intimidasi
Pelaksanaan pencegahan perundungan
Berikut ini adalah tanggung jawab pelaksanaan program pencegahan intimidasi di sekolah:
1. Kepala Sekolah
2. Guru dan tenaga pendidik
rekonsiliasi antara korban dan pelaku
Memberikan dukungan kepada korban bullying
Memberikan pengarahan kepada pelaku bullying
Melaporkan kepada pihak yang berwenang jika tidak ada solusi
BAB III PENUTUP
Pencegahan bullying yang dilakukan setelah satu tahun pembelajaran memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Siswa terbiasa bekerja sama dalam segala kegiatan di sekolah. Siswa memahami perlunya rutinitas dan konsistensi tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di luar kelas.
Selain membiasakan siswa untuk berperilaku unggul, beretika, dan konsisten, guru juga tidak kalah dengan siswa, dimana setiap hari guru dan staf mendapat bimbingan dan arahan dari Kepala Sekolah untuk terus memberikan teladan dan menjalankan perannya dengan baik sebagai contoh bagi siswa yang ada di Sekolah.
Kami meyakini bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya, baik dalam bentuk implementasi maupun dalam bentuk penulisan laporan ini. Oleh karena itu, kami mohon maaf dan berharap kelalaian ini dapat menjadi awal yang lebih baik lagi di masa depan
Lampiran Partisipasi Siswa Dalam Sosialisasi Pencegahan Perundungan
(Sosialisasi bahaya bullying oleh guru BK)
(Siswa banat/banin mengikuti sosialisasi bahaya bullying)