• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Perpustakaan Poltekkes Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Perpustakaan Poltekkes Malang"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan global baik di negara maju dan terlebih di negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu bakteri penyebab infeksi adalah Staphylococcus aureus yang biasanya terdapat di berbagai bagian tubuh manusia, termasuk hidung, tenggorokan dan kulit yang menyebabkan penyakit kulit dan diare. Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pneumonia, meningitis, endocarditis, keracunan makanan dan infeksi kulit (Setiaji, 2009). Dalam aktivitas sehari-hari, tangan sering bersentuhan dengan benda-benda disekitar ataupun dengan orang lain yang menyebabkannya sebagai agen perpindahan mikroba dan infeksi terhadap manusia.

Memelihara kebersihan tangan adalah salah satu upaya untuk menjaga kesehatan tubuh.

Namun, pada suatu kondisi seperti dalam perjalanan serta kesibukan yang cukup tinggi, air bersih dan sabun tidak tersedia, salah satu alternatif praktis dalam menjaga kebersihan tangan menggantikan sabun dan air untuk mencuci tangan adalah menggunakan hand sanitizer (Pramita, 2013). Hand sanitizer adalah produk pembersih tangan yang mengandung zat antiseptik yang digunakan untuk membersihkan tangan tanpa harus membilasnya dengan air (Depkes RI, 2008).

Penggunaannya yang efektif membunuh flora residen dan flora transien daripada mencuci tangan dengan sabun biasa dan air serta efisien menjadi daya tarik utama dari produk hand sanitizer (Depkes RI, 2008).

Produk hand sanitizer biasanya berbasis alkohol, dengan etanol atau isopropanol sebagai bahan aktifnya dengan konsentrasi paling efektif antara 60- 95% (Boyce dan Pittet, 2002). Pemilihan alkohol dalam hand sanitizer karena alkohol berfungsi memberikan rasa dingin di tangan dan agar sediaan hand sanitizer lebih cepat kering saat digunakan. Aktivitas antimikroba pada alkohol dikaitkan dengan kemampuannya untuk mendenaturasi protein sel kuman. Alkohol sebagai disinfektan mempunyai aktivitas bakterisidal, bekerja terhadap berbagai jenis

(2)

2

bakteri, tetapi tidak terhadap virus dan jamur. Selain itu, alkohol merupakan pelarut organik dan dapat melarutkan lapisan lemak dan sebum pada kulit dimana lapisan tersebut berfungsi sebagai pelindung terhadap infeksi mikroorganisme. Kelemahan lain dari alkohol adalah mudah terbakar dan pada pemakaian berulang menyebabkan iritasi dan kekeringan pada kulit (Dyer et al., 1998).

Indonesia dengan sumber kekayaan hayati yang beraneka ragam memungkinkan pengembangan manfaat senyawa aktif yang terkandung di dalamnya. Hal ini membuka kesempatan pencarian sumber antibakteri yang berasal dari tumbuhan. Beberapa penelitian terkait menunjukkan bahwa terdapat bahan alam yang memiliki aktivitas antibakteri. Contoh tanaman yang memiliki sifat antibakteri adalah daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis). Berbagai pengalaman masyarakat, binahong dapat dimanfaatkan untuk membantu proses penyembuhan penyakit-penyakit berat (Manoi; 2009), sebagai antioksidan (Selawa, et al.; 2013), antibiotik, antibakteri, antivirus, dan antiinflamasi (Kurniawan &

Aryana, 2015). Ekstrak etanol 70% daun binahong diketahui mengandung polifenol, flavonoid, tannin, saponin, dan alkaloid (Andreani, 2011). Garmana, et al. (2014) melakukan skrining fitokimia daun binahong terkandung senyawa flavonoid, saponin, dan steroid/triterpenoid. Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol, yang mempunyai sifat efektif menghambat pertumbuhan virus, bakteri, dan jamur. Mekanisme kerja dari flavonoid antara lain menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri dan mampu menghambat motilitas bakteri (Darsana, et al.; 2012).

Selain itu, keunggulan daun binahong adalah pengembangbiakannya yang mudah. Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) merupakan tanaman herbal yang cepat tumbuh di daerah lembab dan dingin, sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan di iklim tropis seperti di Indonesia (Shabella, 2013).

Metode uji antibakteri dibagi menjadi dua, yaitu difusi dan dilusi. Metode difusi kemudian dibagi menjadi tiga metode yaitu, metode difusi cakram, sumuran, dan parit. Sedangkan metode dilusi dibagi menjadi dua yaitu, broth dilution dan agar dilution. Yang membedakan antara metode difusi dan dilusi adalah media yang digunakan. Pada umumnya metode difusi menggunakan medium padat, sedangkan metode dilusi menggunakan medium cair. Dari metode-metode yang

(3)

3

telah disebutkan diatas, metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi cakram. Namun, dalam penelitian ini metode sumuran digunakan untuk menguji antibakteri. Hal ini disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eko Prayoga (2013) yang membandingkan antibakteri ekstrak daun sirih dengan metode disk dengan metode sumuran yang menunjukkan metode sumuran lebih mudah terlihat dan menampakkan hasil yang nyata.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitin ini bertujuan untuk uji aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada produk hand sanitizer ekstrak daun binahong dengan berbagai variasi konsentrasi menggunakan metode sumuran.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat aktivitas antibakteri pada hand sanitizer ekstrak daun binahong dalam berbagai variasi konsentrasi terhadap bakteri Staphylococcus aureus?

2. Bagaimana pengaruh konsentrasi penambahan ekstrak daun binahong dalam berbagai konsentrasi terhadap tingkat aktivitas antibakteri pada produk hand sanitizer yang dihasilkan?

3. Apakah hand sanitizer dengan penambahan ekstrak daun binahong memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?

4. Berapakah konsentrasi minimum dari hand sanitizer esktrak daun binahong dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

a. Tujuan Umum

Melakukan pengujian aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada produk hand sanitizer ekstrak daun

(4)

4

binahong dengan berbagai variasi konsentrasi menggunakan metode sumuran.

b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui adanya aktivitas antibakteri pada produk hand sanitizer ekstrak daun binahong dalam berbagai variasi konsentrasi pada bakteri Staphylococcus aureus.

2. Mengetahui pengaruh tingkat penambahan esktrak daun binahong terhadap aktivitas antibakteri pada produk hand sanitizer yang dihasilkan.

3. Menganalisis perbedaan aktivitas antibakteri antara hand sanitizer tanpa penambahan ekstrak dengan hand sanitizer menggunakan tambahan ekstrak daun binahong dalam berbagai variasi konsentrasi.

4. Mengetahui konsentrasi minimum dari penambahan ekstrak daun binahong yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Segi pendidikan, yaitu mengembangkan wawasan mengenai pengembangan formulasi hand sanitizer berbasis bahan alam dan memberikan informasi mengenai aktivitas antibakteri ekstrak daun binahong terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

2. Segi industri, yaitu dapat meningkatkan pengembangan pembuatan hand sanitizer menggunakan bahan alam untuk diproduksi skala industri.

3. Pemanfaatan ekstrak daun binahong dapat mengurangi jumlah penggunaaan etanol dimana dapat menghasilkan produk yang lebih terjangkau dengan kualitas yang baik.

Referensi

Dokumen terkait

ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN ADAS (Foeniculum vulgare Mill.) TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 6538 DAN Escherichia coli ATCC 11229 SECARA IN VITRO. Latar Belakang:

Apakah ekstrak daun parijoto (Medinilla speciosa) dengan pelarut etil asetat dan metanol memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

ANALISIS AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN MANGROVE Avicennia marina DARI KABUPATEN TRENGGALEK DAN KABUPATEN PASURUAN TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus DAN

Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak daun teratai terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang dilakukan dengan metode difusi sumuran pada gambar 2

Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol daun sirsak terhadap Staphylococcus

Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun afrika dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif yaitu Staphylococcus aureus

Fraksi non polar ekstrak etanol batang inggu (Ruta angustifolia (L.) Pers.) mengandung senyawa kuersetin yang mempunyai aktivitas antibakteri terhadap. Staphylococcus aureus

Fraksi semipolar ekstrak etanol batang inggu (Ruta angustifolia [L.] Pers.) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap mencit yang diinfeksi bakteri Staphylococcus aureus