• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Perpustakaan Poltekkes Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Perpustakaan Poltekkes Malang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber kebutuhan dasar yang sangat krusial. Air adalah komponen penting dalam kehidupan setiap makhluk hidup yang menyusun bagian terbesar dari tubuh makhluk hidup. Menurut Susana (2003) dalam dunia mahluk hidup, air identik dengan kehidupan itu sendiri. Tubuh hewan dan manusia sendiri sebagian besar terdiri dari air, walaupun kadar air dalam tiap jaringannya berbeda-beda. Secara keseluruhan tubuh manusia mengandung 60- 85% air.

Air yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari harus memenuhi persyaratan mutu air untuk higiene sanitasi yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan tentang Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum serta Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Kebutuhan air bersih merupakan keperluan setiap manusia disegala penjuru dunia. Begitupun bagi penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Desa Mrican, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo. TPA Mrican merupakan tempat pembuangan akhir yang telah overload dengan sampah-sampah domestik maupun sampah-sampah elektronik (e-waste) seperti kabel, baterai bekas, aki bekas dan lain-lain. Sehingga, sangat mungkin logam berat yang terkandung dalam sampah akan meresap kedalam tanah ketika dibawa oleh air hujan.

Menurut SNI 03-3241-1994 tentang Tatacara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah, tempat pembuangan akhir adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah berupa tempat yang digunakan untuk mengkarantinakan sampah kota secara aman.

(2)

TPA Mrican merupakan tempat pembuangan akhir sampah untuk seluruh sampah di Kabupaten Ponorogo. Dengan jumlah volume timbulan sampah rata -rata sebesar 328 m3/hari pada tahun 2019 (Wahyunastiti, 2019).

TPA Mrican yang digunakan sebagai tempat pembuangan akhir sampah di Kabupaten Ponorogo telah beroperasi mulai tahun 1995 dengan luas lahan sebesar 17.772 m2 dan daya tampung sebesar 1.964.941 m3 (Bappeda Kabupaten Ponorogo, 2014).

Seiring dengan berjalannya waktu, TPA Mrican telah beroperasi selama 25 tahun. Dengan ini maka potensi penimbunan sampah yang berbahaya pun semakin membesar. Kegiatan penimbunan sampah yang terus menerus dilakukan akan mengakibatkan pencemaran dengan hasil berupa air lindi (leachate) sebagai hasil dari proses air hujan yang masuk ke dalam timbunan sampah. Lindi (leachate) adalah cairan yang merembes melalui tumpukan sampah dengan membawa materi terlarut atau tersuspensi terutama hasil proses dekomposisi materi sampah (Damanhuri & Padmi, 2010). Lindi dapat meresap ke dalam tanah yang menyebabkan pencemaran tanah dan air tanah secara langsung karena dalam lindi terdapat berbagai senyawa kimia organik dan anorganik serta sejumlah pathogen (Susanto, 2004). Sampah-sampah eletronik atau juga disebut e-waste seperti baterai bekas, kabel, dan lain-lain yang bercampur dengan sampah-sampah lain di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) berpotensi besar menghasilkan cemaran logam dan toksik logam berat, salah satunya adalah logam kadmium (Cd) (Fadhilah & Fitria, 2020).

Kadmium (Cd) merupakan logam yang berbahaya bagi manusia, jika masuk ke dalam tubuh kadmium (Cd) dapat menyebabkan gangguan pada syaraf, cacat pada bayi, dan kerusakan sel-sel hati dan ginjal (Arifin, 2011).

Menurut Prasasti (2006), gangguan berupa kulit bersisik dan kering juga merupakan salah satu efek akut dari pencemaran kadmium (Cd) yang terdapat dalam air tanah. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan tentang Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum dengan kadar maksimum logam berat kadmium (Cd) yang diperbolehkan pada air untuk keperluan

(3)

higiene sanitasi adalah sebesar 0,005 mg/L (Kemenkes, 2017). Baku mutu air juga diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dengan kadar logam berat kadmium yang diperbolehkan adalah maksimum sebesar 0,003 mg/L (Depkes, 2010)

Penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan Silaban (2017) dalam Analisis Logam Berat Pb Dan Cd Dalam Air Sumur di Sekitar Lokasi Pembuangan Sampah Akhir, didapatkan hasil pengukuran kadar Cd terhadap sampel cukup tinggi, yaitu sebesar 0,21 mg/L. Selain itu, analisis kadmium juga dilakukan oleh Siswoyo dan Habibi (2018) dalam Sebaran Logam Berat Kadmium (Cd) dan timbal (Pb) pada Air Sungai dan Sumur di Daerah Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Wukirsari, Gunung Kidul, Yogyakarta didapatkan hasil pengukuran kadar Cd pada sampel sumur pantau dan sumur warga sebesar 0,03 mg/L. Dalam penelitian Wacano (2018) tentang Analisis Kandungan Logam Berat di dalam Air Tanah di TPA Gunung Tugel Banyumas didapat hasil kandungan logam berat Cd pada sampel sumur 3 sebesar 0,0084 mg/L. Sehingga, dalam penelitian yang telah dilakukan peneliti terdahulu kadar logam Kadmium tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan dalam Permenkes Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan tentang Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum serta Permenkes Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian terhadap kadar logam berat kadmium (Cd) pada air sumur penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mrican, Jenangan, Ponorogo secara Spektorofotometri Serapan Atom (SSA) untuk medeteksi baku mutu air dengan parameter kandungan logam berat kadmium (Cd).

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa kadar logam kadmium (Cd) yang terdapat dalam air sumur penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mrican, Jenangan, Ponorogo?

(4)

2. Apakah kadar logam kadmium (Cd) dalam air sumur penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mrican, Jenangan, Ponorogo memenuhi persyaratan pada Permenkes Nomor 32 Tahun 2017 untuk Higiene Sanitasi dan Permenkes Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum?

1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui kadar logam kadmium dalam air sumur penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mrican, Jenangan, Ponorogo.

2. Tujuan khusus

1. Untuk mengukur kadar logam kadmium dalam air sumur penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mrican, Jenangan, Ponorogo.

2. Untuk membandingkan kadar logam kadmium dalam air sumur penduduk di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mrican, Jenangan, Ponorogo dengan standar Permenkes Nomor 32 Tahun 2017 untuk Higiene Sanitasi dan Permenkes Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat menambah ilmu dan wawasan tentang cara menganalisis kadar logam berat kadmium (Cd) dalam air sumur.

2. Hasil penelitian dapat menjadi landasan dalam pengembangan dan penerapan media pembelajaran secara lebih lajut.

3. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai gambaran kualitas air sumur di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mrican, Jenangan, Ponorogo.

(5)

1.5 Kerangka Konsep Penelitian

TPA

PENCEMARAN LINGKUNGAN

Tanah Air Udara

Berasal dari pengolahan lindi dan rembesan lindi pada lapisan dasar

TPA

Mencemari air tanah

Permenkes RI No. 32 Tahun 2017 dan Permenkes RI No. 492 Tahun 2010

Syarat Fisik Syarat Kimia Syarat Biologis

As

Permenkes No. 32 Tahun 2017 Permenkes No.492 Tahun 2010

Memenuhi syarat Tidak memenuhi

syarat Memenuhi

syarat Tidak memenuhi

syarat

= Diteliti

Kontruksi air sumur

Zat organik Pestisida Desinfektan

F Cr NO2 Cd NO3 CN Se

Zat anorganik

Jarak dengan sumber pencemar

Aktivitas industri dan domestik

Analisis kualitatif Analisis kuantitatif

Spektrofotometri Serapan Atom Spektrofotometri

UV-Vis

= Tidak diteliti

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 492/Menkes/Per/IV/2010 Tanggal 19 April 2010.. Persyaratan Kualitas Air Minum

Jika dari suhu, air sampel yang kami gunakan termasuk layak untuk diminum karena memenuhi baku mutu air minum yang diatur dalam permenkes 492 tahun 2010. Namun kami

Pelaksanaan pengawasan depot air minum tersebut dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air

Pada penelitian sebelumnya mengenai kadar logam berat dalam air baku dan air minum isi ulang yang dilakukan di Kota Pekanbaru, didapatkan kadar logam timbal telah

Makanan Selingan Pendarahan/Penyakit Infeksi Asupan Fe Rendah Pemberian Makanan Multigizi Subtitusi cookies Tepung ubi Jalar Kuning, Tepung Kedelai, dan Bayam Hijau Nilai Energi

oleh BPJS Kesehatan kepada Puskesmas sehingga dapat mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan.Untuk Rata-rata capaian Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan pada indikator Angka Kontak dengan

Salah satu yang menjadi permasalahan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kualitas proses pembelajaran seperti metode mengajar guru yang tidak tepat, kurikulum dan manajemen

Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh formulasi es krim jambu biji dengan susu kedelai pada es krim jambu biji terhadap mutu kimia, mutu fisik, dan