• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN remaja

N/A
N/A
efri ansah

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN remaja"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 LatarBelakang

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Berencana (BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah (BPS dalam Utari, 2016). Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas diri.

Pada masa transisi dari masa anak-anak ke masa remaja, individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi lebih berbeda (Kusmiran, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia dari remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar sembilan ratus juta berada di negara sedang berkembang. Sementara di Indonesia dari hasil sensus penduduk, dari total 237,6 juta jiwa penduduk Indonesia 26,67% yaitu 63,4 juta jiwa diantaranya adalah remaja, 49,30% dari total remaja tersebut berjenis kelamin perempuan. Wilayah Pekanbaru memiliki populasi remaja usia 10-14 tahun sebanyak 82.050 jiwa, untuk remaja putri berjumlah 39.821 jiwa (Safitri dalam Pujiati dkk, 2015)

Data Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2017 jumlah penduduk pada kelompok umur 0 - 4 tahun yang laki - laki 74.408 dan perempuan 70.667 orang, sedangkan kelompok umur 5 - 14 tahun yang laki-laki 142.334 orang dan

1

(2)

perempuan 133.191 orang. Dengan demikian untuk kelompok umur dibawah 15 tahun jumlah laki- laki 14% dan perempuan 13 % dari jumlah seluruh penduduk.

Menstruasi ialah perdarahan yang siklik dari uterus. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid yang baru.

Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus haid yang normal dianggap sebagai siklus klasik adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama.

Lebih dari 90% wanita mempunyai siklus menstruasi anatra 24 sampai 35 hari (Fitri, 2017).

Menarche biasanya terjadi antara 3- 8 hari, namun rata-rata terjadi dalam

lima hari. Dalam satu tahun setelah terjadinya menarche, ketidakteraturan dalam menstruasi masih sering dijumpai. Peristiwa menarche yang tidak disertai dengan pemberian informasi atau pendidikan kesehatan tentang menstruasi atau menarche dengan benar dan tepat akan mengakibatkan munculnya gejala-gejala

seperti ketidaksiapan, ketakuan, kecemasan, gangguan berupa pusing, mual, disminorhea, haid tidak teratur dan berbagai macam gangguan lainnya (Zein dan Suryani dalam Utari, 2016).

Perubahan tidak hanya terbatas pada aspek fisik tetapi juga meliputi perubahan dalam status sosial, psikologis, ekonomi, bahkan juga spiritual (Triyanto dalam Pujiati, 2015). Kecemasan adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Kecemasan merupakan kekuatan yang besar untuk menggerakkan tingkah laku baik tingkah laku normal maupun tingkah laku yang menyimpang, yang terganggu dan keduaduanya merupakan pernyataan, penampilan dari pertahanan terhadap kecemasan (Gunarso dalam Pujiati, 2015). Kecemasan dalam menghadapi menarche dapat terjadi karena kurangnya informasi tentang

(3)

menstruasi dan pendidikan dari orang tua yang kurang. Orang tua menganggap bahwa hal ini merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan dan berfikir bahwa anak akan tahu dengan sendirinya, kondisi ini akan menimbulkan kecemasan pada anak tersebut. Hal yang harus dilakukan untuk mengurangi kecemasan tersebut salah satunya adalah dengan meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang menstruasi sejak dini dengan cara pemberian informasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidikan kesehatan khususnya tentang menstruasi (Proverawati dalam Pujiati, 2015).

Kecemasan (ansietas) adalah merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Dalami, 2009). Kecemasan dalam menghadapi menarche dapat terjadi karena kurangnya informasi tentang menstruasi dan pendidikan dari orang tua yang kurang. Orang tua menganggap bahwa hal ini merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan dan berfikir bahwa anak akan tahu dengan sendirinya, kondisi ini akan menimbulkan kecemasan pada anak tersebut. Hal yang harus dilakukan untuk mengurangi kecemasan tersebut salah satunya adalah dengan meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang menstruasi sejak dini dengan cara pemberian informasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidikan kesehatan khususnya tentang menstruasi salah satunya adalah dengan meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang menstruasi sejak dini dengan cara pemberian informasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidikan kesehatan khususnya tentang menstruasi (Proverawati dalam Pujiati, 2015).

Pendidikan kesehatan tentang menstruasi merupakan suatu aplikasi atau suatu proses penyampaian informasi tentang kesehatan menstruasi yang bertujuan

(4)

untuk memberikan pengetahuan kepada remaja putri mengetahuai apa yang harus dilakukan di saat mengalami menarche atau menstruasi pertama. Diharapkan dengan diberikannya pendidikan kesehatan tentang menstruasi remaja putri akan merasa siap dan tidak takut atau cemas dalam menghadapi menarche (Notoatmodjo dalam Utari, 2016)

Hasil penelitian Utari (2016) mengenai pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap tingkat kecemasan menghadapi menarche pada siswi kelas V SD Negeri 16 Pontianak. Hasil penelitian rata-rata skor kecemasan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang menstruasi adalah 11,50 dan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang menstruasi adalah 5,50. Terdapat penurunan bermakna skor kecemasan antara sebelumd an sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang menstruasi dengan nilai p value = 0,002.

Hasil penelitian Pujiati (2015) mengenai pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap tingkat kecemasan menghadapi menarche. Hasil penelitian berdasarkan uji stastistik menggunakan uji wilcoson pada kelompok eksperimen, menunjukkan bahwa hasil p value=0,000.

Berdasarkan data SMP Negeri 38 Palembang jumlah siswa kelas VII tahun ajaran 2018/2019 berjumlah 238 orang dengan rincian laki-laki sebanyak 116 orang dan perempuan sebanyak 120 orang. Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap tingkat kecemasan dalam menghadapi menarche pada siswi SMP Negeri 38 Palembang tahun 2019”.

(5)

1.2 RumusanMasalah

Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap tingkat kecemasan dalam menghadapi menarche pada siswi SMP Negeri 38 Palembang tahun 2019?

1.3 Tujuan Penelitian

Diketahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap tingkat kecemasan dalam menghadapi menarche pada siswi SMP Negeri 38 Palembang tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan bahan menambah kepustakaan menarche dan dapat dijadikan sebagai dasar penelitian selanjutnya serta diharapkan sebagai bahan bacaan dan tambahan referensi bagi institusi pendidikan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri mengenai menarche dan dapat mengurangi kecemasan sehingga ada persiapan ketika menarche datang tiba-tiba.

Referensi

Dokumen terkait

“Hubungan Tingkat Konsumsi Zat Besi dan Pola Menstruasi dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMP Kristen 1 Surakarta”.

Hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku hygienis remaja putri pada saat menstruasi.. Universitas Muhannadiyah

Hubungan Peran Keluarga dengan Pengetahuan Remaja Putri tentang Menstruasi Di SMP An-Nizam.. Kecamatan

Diketahui hubungan pengetahuan remaja putri terhadap perilaku penatalaksanaan vulva hygiene saat menstruasi pada siswi kelas X dan XI di SMA Xaverius 2 Palembang

Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan dari penyuluhan ini yaitu untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang permasalahan pada masa menstruasi yaitu 3T

Untuk meningkatkan kinerja guru, banyak cara yang dilakukan pemerintah yakni salah satunya dengan mendirikan Badan Akreditasi Nasional Sekolah/ Madrasah (BANSM)

Salah satunya yang dilakukan di kegiatan sekolah melalui Pusat Infromasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja). PIK Remaja ini dikelola dari, oleh dan untuk siswa sekolah

Sejalan dengan kreativitas, dosen perlu terus berupaya menemukan dan memahami cara-cara untuk meningkatkan hasil pembelajaran mahasiswa salah satunya dengan melibatkan mahasiswa dalam