BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Stunting merupakan kondisi dimana anak dengan keadaan, panjang atau tinggi badan berdasarkan umur menurut standar WHO-MGRS (World Health Organization) (Multicentre Growth Reference Study) dengan hasil z-score kurang dari – 2 standar deviasi atau disebut dengan pendek, sedangkan jika panjang atau tinggi badan berdasarkan umur menurut standar WHO-MGRS dengan hasil z-score kurang dari – 3 standar deviasi disebut sangat pendek. Stunting juga mengakibatkan adanya penuruan kecepatan pertumbuhan akibat dari ketidakseimbangan gizi.
Stunting akan menyebabkan dampak jangka panjang yang nantinya akan menggangu perkembangan fisik, mental intelektual, serta kemampuan kognitif. Jika anak terus dibiarkan dengan keadaan stunting hingga usia lima tahun, maka akan berdampak fatal sehingga sulit untuk diperbaiki dan akan berlanjut hingga dewasa.
Hal ini dapat meningkatkan risiko keturunan dengan berat badan lahir yang rendah (BBLR).1
Pada tahun 2017, Food and Agricultur Organization the United Nations prevalensi stunting secara global masih dikatakan cukup tinggi, meskipun mengalami penurunan dari tahun 2012 dengan jumlah 165,2 juta atau mewakili penurunan sebanyak sembilan persen, sedangkan pada tahun 2017 angka stunting adalah 22,2% atau sebanyak 150,8 juta.2 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 di Indonesia angka stunting masih cukup tinggi yaitu
30,8% pada tahun 2018 untuk Balita (Bawah Lima Tahun), dengan pembagian sangat pendek 11,5% dan pendek 19.3%, sedangkan untuk Baduta (Bawah Dua Tahun) adalah 29,9% pada tahun 2018 dengan pembagian sangat pendek 17,1%
dan pendek mencapai 12,8%. Di Jawa Barat mencapai angka 31,0% pada tahun 2018 untuk Balita dan Baduta mencapai 28,0%.3 Dari salah satu Kabupaten yang terdapat di Jawa Barat yaitu di Kabupaten Sumedang angka kejadian stunting sangat tinggi yaitu mencapai angka 41,08% pada tahun 2018.4
Beberapa faktor di bawah ini dapat menyebabkan terjadinya kondisi stunting. Salah satunya adalah gizi. Gizi merupakan hal yang sangat penting dalam masa pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita karena akan berhubungan dengan kesehatan dan kecerdasan. Status gizi bayi dan balita merupakan salah satu indikator gizi dalam masyarakat yang telah ditetapkan sebagai salah satu indikator kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Kekurangan gizi dapat mengakibatkan hal yang serius bagi bayi dan balita di masa yang akan datang jika tidak ditangani dengan serius.5
Anemia dalam kehamilan adalah hemoglobin dalam darah kurang dari 11gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II. Menurut WHO, kejadian anemia pada ibu hamil berkisar antara 20-89% dengan menetapkan haemoglobin 11 gr% sebagai dasarnya.6 Di Indonesia, anemia pada ibu hamil cukup tinggi, berdasarkan RISKESDAS tahun 2013 ibu hamil dengan anemia mencapai 37,1%. Sedangkan di tahun 2018 RISKESDAS mengeluarkan data terbaru, dengan angka yang lebih tinggi yaitu mencapai 48,9%.3
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Sukmawati mengenai status gizi ibu saat hamil, berat bada lahir bayi dengan stunting pada balita. Mengungkapkan salah
satu faktor penting yang dapat menyebabkan anak stunting diantaranya adalah adanya hambatan pertumbuhan ketika anak di dalam kandungan ibu. Asupan zat gizi ibu, yang tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan, atau kondisi ibu yang mengalami Kekuranga Energi Kronik (KEK), ketika kondisi ini terus terjadi pada sang ibu, akan menyebabkan proses pertumbuhan dan tumbuh kembang janin menjadi terhambat. Dalam hasil penelitiannya ibu hamil dengan keadaan KEK merupakan penyebab 25-30% Intrauterine Growth Retardation (IUGR) yang jika dibiarkan akan menyebabkan anak lahir BBLR sehingga berisiko anak mengalami stunting di masa yang akan datang.7
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan F. Ernawati; dkk,(2013) tentang kejadian stunting. Dipengaruhi oleh rendahnya asupan protein ibu saat hamil. Rendahnya asupan protein dapat menyebabkan kadar hemoglobin ibu saat hamil mejadi rendah atau anemia. Hemoglobin adalah bagian dari pigmen darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan karbon dioksida yang dibentuk oleh komponen ikatan protein. Dalam hasil penelitian F. Ernawati; dkk, memperkuat bahwa konsumsi protein bagi ibu hamil sangat dibutuhkan. Karena ibu hamil yang mengonsumsi protein di bawah rata-rata dan memiliki hemoglobin redah berisiko 1,6 kali lebih besar mempunyai anak pendek dibandingkan ibu yang mengkonsumsi protein di atas rata-rata.8
Di Indonesia dan di Jawa Barat khususnya daerah kabupaten Sumedang angka stunting masih terbilang tinggi dengan angka 41,08%. Dan dari salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Sumedang yaitu Kecamatan Conggeang menurut laporan dari Puskesmas Conggeang terdapat 67 Balita stunting atau empat pesen (4%) yang tersebar di 12 desa, dan yang terbesar prevalensinya terdapat di desa
Ungkal yaitu mencapai empat puluh pesen (40%) anak mengalami stunting. Melihat data tersebut tentunya termasuk cukup tinggi, sehingga masih sangat perlu ada perhatiaan dan penangan khusus terhadap hal tersebut. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kadar hemoglobin rendah pada ibu hamil dengan anak yang stunting di Kabupaten Sumedang, Kecamatan Conggeang.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa jumlah anak yang stunting di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang?
2. Berapa nilai hemoglobin rata-rata pada ibu hamil trimester satu di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang ?
3. Berapa jumlah ibu hamil berkadar hemoglobin rendah pada trimester satu yang anaknya mengalami stunting di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang?
4. Berapa jumlah ibu hamil berkadar hemoglobin normal pada trimester satu yang anaknya mengalami stunting di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang?
5. Bagaimana hubungan kadar hemoglobin ibu hamil pada trimester satu dengan kejadian stunting di Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. mengetahui jumlah anak yang stunting di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang,
2. mengetahui nilai hemoglobin pada ibu hamil trimester satu di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang,
3. mengetahui jumlah ibu hamil berkadar hemoglobin rendah pada trimester satu yang anaknya mengalami stunting di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang,
4. mengetahui jumlah ibu hamil berkadar hemoglobin normal pada trimester satu yang anaknya mengalami stunting di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang,
5. Mengetahu hubungan kadar hemoglobin ibu hamil pada trimester satu dengan kejadian stunting di Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan informasi dan pengetahuan mengenai faktor yang berhubungan dengan stunting terutama faktor materal. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk dilakukan yang mngalami penelitian lanjutan mengenai stunting.
1.4.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan kesadaran kepada keluarga, masyarakat, dan puskesmas terkait, mengenai hubungan kadar hemoglobin pada ibu hamil, dengan kondisi anak yang mengalami stunting di Kabupaten Sumedang, Kecamatan Conggeang. Sehingga penulis berharap adanya tindak lanjut mengenai permasalah stunting di wilayah tersebut oleh Puskesmas sekitar yang nantinya dapat memberikan informasi mengenai penanganan dan pencegahan terhadap stunting kepada keluarga dan masyarakat sekitar.