BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada proses pelaksanaan era otonomi dan reformasi seperti sekarang ini, dari berbagai kalangan masyarakat muncul tuntutan akan terwujudnya kepemerintahan yang baik (good governance) dengan prinsip-prinsip kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas dan profesionalisme. Perubahan paradigma ini menuntut keniscaayaan akan adanya suatu manajemen pemerintahan yang transparan dan dapat dipertanggung-jawab pada berbagai tingkatan penyelenggaraan pemerintahan, termasuk di pemerintahan daerah provinsi.
Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan pemerintah di daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan sendiri menurut azas otonomi dan tugas pembantuan.
Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah telah memberikan perubahan di berbagai tatanan pemerintah di daerah, termasuk didalamnya perubahan kewenangan yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam rangka melaksanakan pembangunan di daerah.
Selanjutnya guna pencapaian good governance, penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan harus mengacu kepada terwujudnya pelaksanaan yang berdaya guna, berhasil guna, bersih, bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan Bebas dari KKN.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka sesuai dengan Pasal 27 UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara, diwajibkan untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya, dengan didasarkan suatu perencanaan strategik yang ditetapkan oleh intansi masing-masing.
Dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan kinerjanya, sebagaimana diatur dalam Intruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap unit organisasi pemerintah Esselon II diwajibkan untuk menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) setiap tahunnya. Secara teknis penyusunan LAKIP mengacu kepada Keputusan Kepala Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu instansi pemerintah dan unsur penyelenggara pemerintahan daerah di Provinsi Jawa Barat juga menyusun LAKIP ini, dengan menggambarkan kinerja selama tahun 2009, yang didasarkan kepada Rencana Strategis Dinas Peternakan.
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu Organisasi Perangkat Daerah yang membantu Gubernur dalam menjalankan kewenangan Desentralisasi, serta kewenanganlainnya yang berazaskan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, berkewajiban untuk menyampaikan Laporan Kinerjanya dari hasil pelaksanaan kegiatan berbagai urusan pemerintah daerah pada sub sektor peternakan selama satu tahun.
Didalam kontek perekonomian, sub sektor peternakan mempunyai peranan yang cukup penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan daerah khususnya dari bidang pertanian, hal ini dapat relihat dari laju peningkatan kontribusi PDRB peternakan terhadap PDRB pertanian yang relatif tinggi dibandingkan dengan laju peningkatan PDRB pertanian secara keseluruhan. Selain dari hal tersebut dengan semakin membaiknya tingkat pendapatan masyarakat dan laju pertumbuhan penduduk Jawa Barat sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Tahun 2009, yaitu sebesar 1,99 % akan sangat berpengaruh terhadap kebutuhan produk peternakan yang cenderung semakin meningkat. Sehingga hal ini menuntut peran yang lebih tinggi Sub Sektor Peternakan untuk memberikan kontribusi bagi penyediaan kebutuhan pangan hasil ternak sekaligus mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.
Berdasarkan angka BPS menurut harga berlaku, pencapaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat tahun 2008 sebesar Rp. 602,421 triliun yang didalamnya termasuk minyak dan gas bumi. Kontribusi sektor pertanian mencapai sebesar Rp. 67,849 triliun atau sekitar 11,26%. Dan sebesar Rp. 6,17 triliun atau sekitar 1,64% berasal dari sub sektor peternakan, yang berasal dari kotribusi on farm (berasal dari ternak sapi, kerbau, kuda, babi, kambing, domba dan unggas) serta hasil ternak (susu segar, telur dan kulit).
Apabila dibandingkan dengan Tahun 2007 terjadi peningkatan Kontribusi PDRB, dimana sub sektor peternakan pada tahun 2007 tersebut memberikan kontribusi sebesar 1,53%. Selain itu apabila dilihat dari tahun 2006 s.d 2008, pertumbuhan kontribusi sub sektor peternakan kurun waktu tersebut mencapai 13,84% atau diatas rata-rata pertumbuhan PDRB Jawa Barat yang mencapai 12,84%.
Disamping berbagai keberhasilan yang telah dicapai, dalam pengembangan agribisnis peternakan masih ditemukan berbagai hambatan dan tantangan, mulai dari masalah pra produksi yang meliputi keterbatasan penyediaan bibit, baik kualitas maupun kuantitas bibit, harga pakan terutama konsentrat yang relatif mahal dan keterbatasan pakan hijauan, serta belum adanya kepastian lahan usaha serta akses terhadap permodalan usaha yang terbatas.
Selanjutnya didalam kegiatan sub sistem produksi/budidaya masalah yang dirasakan adalah skala usaha yang masih kecil kurang efisien dan tidak teringrasi dengan kebutuhan pasar, dan penerapan teknologi yang lamban serta budidaya yang masih konvensional, disamping ancaman penyakit hewan menular strategis yang tinggi yang dapat menimbulkan kerugian sebesar 20% dari produksi.
Pada Tahun Anggaran 2010, dalam rangka menjalankan Tugas Pokok dan Fungsi penyelenggaraan pemerintahan di Sub.Sektor Peternakan dan pembangunan peternakan di Jawa Barat, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat memperoleh Alokasi APBD secara keseluruhan sebesar Rp. 75.612.023.750,- melalui berbagai program dan kegiatan, serta target dan sasaran kinerja yang telah ditetapkan.
1.2. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
3. Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
4. Instruksi Presiden RI Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; 5. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
1.3. Aspek Stratejik yang berpengaruh
Dari berbagai potensi dan permasalahan peternakan yang muncul tahun 2009, maka aspek-aspek strategis peternakan yang berpengaruh terhadap kinerja Tahun 2010 sebagai berikut :
1. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu OPD di lingkup Pemerintah Provinsi yang diberi tugas dalam penyelenggaraan dan fasilitasi pembangunan pada sub sektor peternakan di Jawa Barat. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilengkapi dengan 8 UPTD yaitu (1) Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak Cikole Lembang; (2) Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas Jatiwangi ; (3) Balai Pelatihan Peternakan Cikole Lembang ; (4) Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Ciamis ; (5) Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Cikole Lembang; (6) Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Cikle Lembang ; (7) Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba Margawati ; dan (8) Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah Bunikasih.
2. Pada Tahun 2009 kasus penyakit hewan menular terutama Penyakit Hewan menular strategis (PHMS) Avian Influenza, rabies, anthrax dan brucellosis menunjukan adanya penurunan kasus, tetapi kewaspadaan harus tetap ditingkatkan melalui kegiatan penolakan, pengamatan, pencegahan, pemberantasan dan pengendalian penyakit hewan serta peningkatan pelayanan kesehatan hewan. Jawa Barat harus memberikan kontribusi positif dalam upaya pencapaian beberapa target nasional yaitu (1) Indonesia Bebas Avian Influenza Tahun 2014; (2) Pulau Jawa Bebas Rabies dan (3) Pulau Jawa Bebas Brucellosis.
3. Potensi Sumber Daya Manusia Peternak dan Sumber Daya Peternakan, masih belum terekplorasi secara optimal sesuai dengan keunggulan wilayah masing-masing. Sehingga terlihat walaupun populasi ternak domba di Jawa Barat terbesar di Indonesia dengan plasma nutfah domba garut merupakan terbaik di dunia, namun sampai saat ini belum mampu menjadi tumpuan pendapatan keluarga.
Demikian juga dalam penyediaan daging asal sapi, Jawa Barat baru mampu menyediakan 15 % dari kebutuhan dan sisanya harus didatangkan dari luar, berdasarkan angka sangat sementara tahun 2009, Jawa Barat mendatangkan sebanyak 238.827 ribu ekor sapi dari luar provinsi atau impor.
4. Pengaruh krisis global dunia sangat mempengaruhi dunia peternakan, karena sampai saat ini input produksi peternakan masih sangat tinggi ketergantungannya terhadap dunia luar.
5. Lembaga-lembaga keuangan, masih belum kondusif untuk diakses baik oleh peternak maupun dunia usaha peternakan lainnya, sehingga sampai saat ini investasi di sektor peternakan terkendala pada sumber pembiayaan usaha peternakan.
6. Nilai tukar yang diperoleh peternak masih rendah dibanding dengan harga yang harus dikeluarkan oleh konsumen akhir untuk memperoleh produk hasil peternakan.
1.4. Tupoksi 1.4.1 Tupoksi
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, merupakan salah satu OPD dari Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 36 Tahun 2009 mempunyai tugas pokok dan fungsi sesuai berisi masing-masing sebagai berikut : 1.4.2. Tugas Pokok
Melaksanakan urusan Pemerintah Daerah bidang peternakan berdasarkan asas otonomi, dekonsetrasi dan tugas pembantuan.
1.4.3. Fungsi
Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Dinas mempunyai fungsi :
1. Penyelenggaraan perumusan dan penetapan kebijakan teknis peternakan meliputi prasarana dan sarana, produksi, kesehatan hewan dan kesmavet, serta pengembangan usaha ;
2. Penyelenggaraan urusan peternakan meliputi prasarana dan sarana, produksi, kesehatan hewan dan kesmavet, serta pengembangan usaha ;
3. Penyelenggaraan fasilitas peternakan meliputi prasarana dan sarana, produksi, kesehatan hewan dan kesmavet, dan pengembangan usaha, serta kesekretariatan ; 4. Pelaksanaan tugas lain dari Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.
1.4.4. Kewenangan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota serta Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, pada Urusan Bidang Pertanian di subbidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, terdapat 15 sub bidang urusan kewenangan antara lain sub sub bidang :
1. Kawasan Peternakan
2. Alat dan Mesin Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet)
3. Pemanfaatan Air untuk Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Kesmavet 4. Obat Hewan, Vaksin, Sera dan Sediaan Biologis
5. Pakan Ternak 6. Bibit Ternak 7. Pembiayaan
8. Kesehatan Hewan (Keswan), Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan.
9. Penyebaran dan Pengembangan Peternakan 10. Perizinan/Rekomendasi
11. Pembinaan Usaha 12. Pedoman Usaha
13. Panen, Pasca Panen dan Pengolahan Hasil 14. Pemasaran
15. Pengembangan statistik dan informasi peternakan dan keswan 1.5. Struktur Organisasi dan personalia
Dalam melaksanakan Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas, Kepala Dinas dibantu oleh 1 (satu) orang Sekretaris, 4 (empat) orang Kepala Bidang yaitu (1) Bidang prasarana dan sarana, (2) Bidang produksi, (3) Bidang kesehatan hewan dan kesmavet, serta (4)
Bidang pengembangan usaha, yang membawahi 3 (tiga) orang Kepala Sub Bagian dan 12 orang Kepala
Seksi. Selain perangkat diatas Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 113 Tahun 2009, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Badan dilingkkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, mempunyai perangkat Unit Pelaksana Teknis Daerah setingkat eselon III, yang terdiri dari 8 (delapan) UPTD yaitu 5 (lima) UPTD pengembangan, 2 (dua) UPTD pelayanan dan 1 (satu) UPTD pelatihan, yaitu:
1. Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak Cikole Kabupaten Bandung dengan Sub Unit Pelayanan Bunihayu Kabupaten Subang; 2. Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah Bunikasih
Kabupaten Cianjur;
3. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba Margawati Kabupaten Garut dengan Instalasi SPTD Trijaya Kabupaten Kuningan;
4. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas Jatiwangi Kabupaten Majalengka; 5. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Kabupaten Ciamis;
6. Balai Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner di Cikole Kab. Bandung dengan Instalasi Sub Unit Laboratorium Kesehatan Hewan Losari Kab. Cirebon, Sub Unit Pemeriksaan Hewan Losari Kab. Cirebon, Sub Unit Pemeriksanaan Hewan Banjar Kab.Ciamis, dan Sub Unit Pemeriksaaan Hewan Gunung Sindur Kab. Bogor.
7. Balai Pengujian Sarana Produksi Peternakan Cikole-Lembang Kabupaten Bandung 8. Balai Pelatihan Peternakan Cikole-Lembang Kabupaten Bandung.
Masing-masing UPTD mempunyai struktur organisasi Kepala UPTD dibantu 3 orang pejabat esselon IV (1 Kepala Sub.bagian Tata Usaha dan 2 orang Kepala Seksi). 1.6. Core Business
Pembangunan peternakan di Jawa Barat dalam mewujudkan visi dan misinya. Perlu dicapai melalui pengembangan kegiatan utama (core business) yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Enam Kegiatan Utama (6 Core Business) yaitu Agribisnis, Bisnis Kelautan, Industri Manufaktur, Pariwisata dan Jasa serta pengembangan Sumberdaya Manusia dalam upaya mempercepat pengembangan sektor ekonomi. Salah satu dari kegiatan utama tersebut sebagai strategi pengembangannya adalah agribisnis.
Menurut Gumbira Said (1998), agribisnis adalah suatu kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
Pengertian agribisnis menurut Prof. Bungaran Saragih B (1998) merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai sub sistem yang bekembang secara simultan dan harmonis yakni sub sistem agribisnis hulu (up stream agribusiness) yang meliputi kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi pertanian seperti industri perbibitan/ pembenihan, industri agrokimia (pupuk dan obat-obatan), industri agro otomotif (alat-alat mesin pertanian) dan lain-lain, sub sistem pertanian primer (on farm agribusiness) yaitu kegiatan yang menggunakan sarana produksi pertanian untuk menghasilkan komoditi pertanian primer menjadi produk antara (intermediate product) baik dalam bentuk yang siap dimasak atau siap saji (ready to cook/ready to serve ) atau siap dikonsumsi (ready to eat) maupun produk akhir (final product) beserta kegiatan perdagangan di pasar domestik internasional dan sub sistem jasa layanan penunjang (supporting/pembiayaan, layanan informasi agribisnis penelitian dan pengembangan, kebijakan pemerintah, penyuluh konsultan, asuransi agribisnis dan sebagainya.
Agribisnis merupakan kegiatan sinergis antar pertanian, agroindustri dan jasa-jasa yang menunjang pertanian. Oleh karena itu pola atau pengemasan dan kombinasi agribisnis yang terencana dengan agroindustri, perdagangan dan jasa-jasa penunjang yang selama ini terabaikan dan tidak difokuskan, diharapkan akan menjadi penggerak ekonomi daerah maupun nasional karena membangun pertumbuhan sekaligus pemerataan dan terjadi keseimbangan antar sektor atau menciptakan beban pertanian yang terlalu berat menampung tenaga kerja dapat teratasi.
Pembangunan agribisnis sebagai pembangunan ekonomi didaerah makin relevan pula, mengingat saat ini agribisnis merupakan penyumbang tersebar dalam struktur ekonomi hampir setiap daerah. Demikian juga dalam penyerapan tenaga kerja, kesempatan berusaha disetiap daerah, sebagian besar disumbang oleh sektor agribisnis. Karena itu, melalui percepatan modernisasi agribisnis disetiap daerah akan secara langsung memoderninasikan perekonomian daerah dan dapat memecahkan sebagian besar persoalan ekonomi di daerah.
1.7. Sistematika Penyajian
stratejik yang berpengaruh, tupoksi dan core business serta sistematika penyajian.
BAB II Rencana Stratejik, Kinerja dan Anggaran, terbagi dalam 3 (tiga) bagian : pertama Rencana Stratejik Dinas Peternakan; kedua Rencana kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 dan ketiga Rencana Anggaran Tahun 2009;
BAB III Akuntabilitas Kinerja, berisikan mengenai unsur-unsur tentang penilaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang difasilitasi oleh anggaran APBD dan dekonsentrasi APBN yang dilihat dari aspek keuangan, capaian kinerja kegiatan serta persentase efisiensi dan efektivitas dan kinerja kegiatan dan hambatan serta permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian kinerja;
BAB IV Penutup, yang berisikan tinjauan umum dari hasil kegiatan tentang keberhasilan, permasalahan yang berkaitan dengan kinerja Dinas Peternakan serta strategi pemecahan masalah.
RENCANA STRATEJIK, KINERJA DAN ANGGARAN
2.1. Rencana Stratejik
Sejalan dengan memperhatikan potensi Jawa Barat dari sisi ketersediaan lahan dan kuantitas lahan serta potensi sumberdaya manusia (sekitar sepertiga dari jumlah tenaga kerja merupakan tenaga kerja pada sektor pertanian), nampak bahwa Jawa Barat mempunyai potensi besar untuk mengembangkan agribisnis baik dalam skala usaha kecil maupun menengah atau besar.
Selama ini, kegiatan ekonomi yang memanfaatkan keunggulan komparatif telah berkembang di Jawa Barat dalam bentuk pembangunan pertanian yang merupakan salah satu sub sistem agribisnis.
Pengalaman di masa lalu membuktikan bahwa pembangunan pertanian saja yang tidak disertai dengan pengembangan industri hulu pertanian, industri hilir pertanian serta jasa-jasa pendukung secara harmonis dan simultan, tidak mampu mendayagunakan keungggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing. Meskipun Jawa Barat berhasil menjadi salah satu produsen terbesar pada beberapa komoditas pertanian diantaranya ayam ras, sapi perah dan domba tetapi belum memiliki kemampuan bersaing di pasar. Selain itu, nilai tambah yang kita raih dari pemanfaatan keunggulan komparatif tersebut masih relatif kecil, sehingga tingkat pendapatan masyarakat tetap rendah.
Oleh karena itu Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam mewujudkan visi dan misinya telah menetapkan sebagai berikut ”Menjadi Dinas Yang Memberdayakan Sumber
Daya Domestik Menuju Ketahanan Pangan Asal Ternak Serta Kesejahteraan Masyarakat Peternakan Jawa Barat ”. Untuk mencapai visi tersebut, maka penerapan kegiatan harus dilaksanakan yang dijabarkan melalui beberapa Misi, yaitu :
a. Melayani masyarakat peternakan di Jawa Barat dengan profesional melalui kemitraan strategis;
b. Mempasilitasi pengembangan kawasan usaha peternakan yang berwawasan lingkungan;
c. Menciptakan lingkungan yang konduksif bagi peningkatan status kesehatan masyarakat veteriner, ketahanan dan keamanan pangan asal hewan.
Untuk mencapai Visi dan Misi tersebut telah ditetapkan tujuan dan sasaran yaitu:
Melayani masyarakat peternakan di Jawa Barat dengan profesional melalui kemitraan strategis;
Tujuan 1.1. yang dicapai adalah ;
Terbentuknya kemitraan strategis di antara seluruh pemangku kepentingan di dalam sektor peternakan Jawa Barat.
Dengan Sasaran yang ingin dicapai adalah :
a. Mengidentifikasikasi dan menghasilkan peta rantai produksi dan pelaku di dalam sektor peternakan;
b. Memfasilitasi,mendisain dan melembagakan terbentuknya forum kemitraan pembangunan peternakan;
c. Menghasilkan strategi kolaboratif di dalam proses pembangunan peternakan.
Tujuan 1.2. Peningkatan profesionalisme aparatur di dalam konteks keberlangsungan kemitraan :
a. Meningkatkan lingkup pelayanan publik melalui penetapan standar pelayanan minimal yang mengarah kepada terlaksananya kemitraan strategis.
Misi Kedua :
Memfasilitasi Pengembangan Kawasan usaha peternakan yang berwawasan lingkungan Tujuan 2.1. Terdapatnya kawasan-kawasan peternakan yang telah terintegrasi kepada kebijakan tataruang Jawa Barat
a. Menghasilkan peta spesifik kawasan peternakan berdasarkan kesesuaian dan kelayakan teknis, sosial-ekonomi dan ekologis.
b. Meningkatkan efektivitas dan efisien kebijakan dan peraturan perwilayah komoditas peternakan.
c. Mengidentifikasikasi kebutuhan dan pola diseminasi teknologi alsin peternakan, kesehatan hewan dan kesmavet yang bersifat spesifik kawasan.
Tujuan 2.2. Terjaminnya ketersediaan bibit ternak unggul di dalam kawasan pada jangka panjang
a. Menghasilkan pola dan mekanisme peningkatan produksi dan ketersediaan bibit ternak di dalam wilayah kawasan.
b. Menghasilkan pola dan mekanisme peningkatan produksi dan ketersediaan bibit ternak sapi potong dan domba/kambing di dalam wilayah kawasan.
c. Menghasilkan instrumen yang dapat menjamin kelayakan dan kualitas penggunaan bibit ternak melalui identifikasi, investarisasi standarisasi atau sertifikasi perbibitan. d. Meningkatkan efektivitas pemantauan dan pengawasan lalulintas pengeluaran dan
pemasukan antar daerah sehingga keseimbangan populasi bibit potensial dapat dikendalikan.
e. Mengidentifikasi kontribusinya dan memfasilitasi infrastruktur dasar bagi pengembangan plasma nuftah.
Tujuan 2.3. Terpenuhinya kebutuhan pakan dan bahan pakan di kawasan di dalam jangka panjang.
a. Mengidenfitifikasi ketersediaan dan keragaman sumber pakan lokal di dalam kawasan peternakan.
b. Menghasilkan pola pemenuhan kebutuhan pakan dan bahan baku pakan berbasis keterkaitan spasial
c. Memfasilitasi pelaku usaha ternak di dalam penyerapan teknologi manajemen pakan dan konservasi bahan pakan.
Tujuan 2.4. Terjaminnya ketersediaan dan sumber air di dalam kawasan peternakan. a. Mengidentifikasi dan melembagakan pola pemanfaatan air dan sumberdaya air
didalam kawasan
b. Menyediakan fasilitasi terhadap penggunaan teknologi-teknologi pemanenan air. Tujuan 2.5. Terbentuknya kawasan dengan lingkungan yang diperlukan untuk menjamin berlangsungnya proses produksi, reproduksi dan breeding.
a. Menghasilkan mekanisme baku pelaksanaan pengamatan dan pencegahan penyakit hewan secara spesifik kawasan.
b. Mengidentifikasi, merencanakan dan memfasilitasi penyediaan infrastruktur dasar kesehatan hewan.
Tujuan 2.6. Tersedianya sumber pendanaan bagi usaha ternak dan usaha lainnya yang berkaitan :
a. Meningkatnya aksesibilitas usaha ternak terhadap sumber pembiayaan dan kredit mikro. b. Mengidentifikasi dan mengahsilkan rancang bangun kelembagaan dan fasilitas
pembiayaan peternakan.
c. Merancang dan mendisain skema penjaminan finansial bagi usaha ternak dan usaha lain yang berkaitan.
Misi Ketiga :
Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan status kesehatan masyarakat veteriner,keamanan dan ketahanan pangan asal hewan
Tujuan 3.1. Terjaminnya kualitas kesehatan dan keamanan pangan asal hewan.
a. Menghasilkan standarisasi dan sertifikasi atas input, proses, output dan pasca panen. b. Mengidentifikasi kebutuhan teknologi pasca panen dan merancang serta memfasilitasi
penerapan teknologinya.
c. Meningkatkan efektivitas infrastruktur dan jangkauan informasi dan umpan balik kepada kemasyatrakatan veteriner.
Tujuan 3.2. Terciptanya pola dan sistem pasokan pangan asal hewan yang terstanrisasi. a. Menghasilkan peta karateristik dan konsumsi pangan asal hewan berdasarkan spesial
dan komoditas secara spesifik.
b. Memfasilitasi kelembagaan pelaku yang berada di dalam rantai pasok pangan asal hewan.
Tujuan 3.3. Tumbuhnya iklim yang konduksif bagi usaha-usaha pengolahan pasca panen di dalam kawasan
a. Menghasilkan standarisasi teknis usaha pengolahan pangan asal hewan
b. Menghasilkan dukungan teknologi dan peningkatan aksebilitasnya terhadap usaha pengolahan.
a. Membentuk mekanisme diseminasi informasi di dalam seluruh rantai pasok pangan asal hewan.
b. Meningkatkan efektivitas promosi konsumsi pangan asal hewan yang ASUH.
Dalam rangka pencapaian sasaran dan tujuan sub sektor peternakan ditetapkan strategis pelaksana pembangunan dengan kebijakan dan program sebagai berikut :
(1) Kebijakan
a. Mendorong pengembangan sumberdaya manusia peternakan baik aparat maupun petugas dan peternak;
b. Mendukung peningkatan populasi dan mutu genetik ternak terutama ternak unggulan serta peningkatan skala usaha lebih ekonomis;
c. Memberikan fasilitasi dalam pengembangan potensi wilayah dan pengembangan kawasan andalan (Ciayumajakuning, Bodebek, Jabar Selatan, Pantura sebagai sentra produksi), rehabilitasi lahan kritis dan kawasan KLS yang keseluruhannya melalui pola 3 strata : penumbuhan, pengembangan dan pemantapan.
d. Mengembangkan pemanfaatan teknologi peternakan dengan pendekatan agribisnis; e. Mengembangkan sistem pengendalian penyakit hewan menular dan kesehatan
masyarakat veteriner;
f. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan investasi dan kemitraan yang saling menguntungkan dan saling memperluas;
g. Reformasi sistem pemerintahan dalam upaya menanggulangi perbedaan kelembagaan pembagian peran antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
(2) Program
1. Program Peningkatan Produksi,
Bertujuan mendorong usaha peternakan untuk lebih produktif dan efisien, memiliki nilai tambah dan berdaya saing dipasar; lokal, domestik maupun internasional serta untuk meningkatkan kontribusi sub.sektor peternakan dalam perekonomian Jawa Barat terutama melalui peningkatan pertumbuhan PDRB. Sedangkan sasaran dari program ini adalah :
a. Meningkatkan produksi, produktivitas dan kualitas produk pertanian, perkebunan dan peternakan
b. Meningkatnya pengembangan benih/bibit unggul pertanian, perkebunan dan peternakan.
c. Meningkatnya pendapatan usaha tani komoditas pertanian, perkebunan dan peternakan;
d. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja pertanian,perkebunan dan peternakan; e. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pertanian,
perkebunan, dan peternakan;
f. Meningkatnya diversifikasi produk usaha pertanian, perkebunan dan peternakan;
g. Tersedianya fasilitasi produk kawasan agropolitan; h. Meningkatnya multi aktivitas Agribisnis (GEMAR);
i. Terlaksananya inovasi dan teknologi pertanian,perkebunan, dan peternakan yang ramah lingkungan;
j. Menurunnya tingkat kehilangan hasil pasca panen. 2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan dan stabilitas pangan asal ternak untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri dan ekspor. Sedangkan sasarannya adalah :
a. Meningkatnya produksi dan produktivitas pangan pokok, beras jagung dan kedelai;
b. Menurunnya tingkat kehilangan hasil pasca panen;
c. Menurunnya kerawanan pangan masyarakat terhadap pangan; d. Tertatanya distribusi dan perdagangan beras;
e. Meningkatnya keanekaragaman konsumsi dan kualitas pangan, serta menurunnya ketergantungan terhadap pangan pokok beras, ketersediaan dan konsumsi sepanjang tahun sampai tingkat rumah tangga;
f. Meningkatnya kualitas dan pengendalian keamanan pangan.
Bertujuan untuk Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ternak, bertujuan untuk Pencegahan dan Pemberantasan penyakit hewan, terutama Penyakit Hewan menular Strategis (PHMS) yaitu Penyakit Flu Burung pada unggas,Brucellosis, Anthrax dan Rabies serta penyakit individual dan penyakit eksotik.
4. Program Pemberdayaan Sumber Pertanian
Bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya pertanian di Jawa Barat, guna mendukung daya saing daerah dengan sasarannya adalah :
a. Meningkatnya kinerja sumber daya pertanian Jawa Barat;
b. Meningkatnya penyuluhan terhadap petani,peternak dan pekebun; c. Meningkatnya kemampuan perah kelembagaan usaha agribisnis;
d. Meningkatnya kualitas tata guna lahan dan air, terkendalinya konversi lahan pertanian serta percetakan lahan persawahan.
5. Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Peternakan
Bertujuan meningkatkan sarana prasarana dan pengolahan hasil peternakan guna memperoleh margin pemasaran dan nilai tambah pengolahan hasil produk peternakan dengan sasarannya adalah :
a. Meningkatnya sarana pemasaran hasil pertanian, perkebunan,peternakan, perikanan dan kehutanan;
b. Meningkatnya pengembangan usaha pemasaran;
c. Meningkatnya sarana pengolahan hasil pertanian,perkebunan, peternakan,perikanan dan kehutanan;
d. Meningkatnya pengolahan hasil pertanian, perkebunan,peternakan,perikanan dan kehutanan;
e. Meningkatnyamargin pemasaran hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan f. kebutanan;
g. Meningkatnya nilai tambah pengolahan hasil pertanian,perkebunan,peternakan, h. perikanan dan kehutanan.
Bertujuan untuk meningkatkan Kemandirian petani melalui revitalisasi petugas dan pemberdayaan petani dengan sasaranya adalah :
a. Meningkatnya kapasitas dan posisi tawar peternak; b. Semakin kokohnya kelembagaan peternak;
c. Meningkatnya akses peternak terhadap sumberdaya produktif; d. Meningkatkan pendapatan peternak.
7. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pemerintah yang memadai guna mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi dengan sasarannya adalah :
a. Meningkatnya sarana dan prasaran untuk mendukung pelayanan kepada masyarakat, antara lain melalui pengembangan pilihan layanan bergerak (Mobile Services Option);
b. Terlaksananya upaya pemberian penghargaan kepada masyarakat dan lembaga yang berkontribusi kepada pembangunan Jawa Barat.
8. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Bertujuan meningkatkan keahlian, profesionalisme, kompetensi dan kinerja aparatur. dengan sasarannya adalah :
a. Meningkatnya kualitas aparatur daerah;
b. Meningkatnya pelayanan administrasi kepegawaian;
c. Tertatanya regulasi manajemen sumberdaya aparatur daerah. 9. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar operasional unit kerja organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam mendukung tugas pokok dan fungsi. Dengan sasarannya adalah :
a. Terpenuhinya kebutuhan dasar operasional unit kerja OPD dalam mendukung tugas pokok dan Fungsinya;
b. Terwujudnya kualitas pelayanan antar lembaga dan kepada masyarakat;
c. Terlaksananya pembenahan sistem dan prosedur serta standarisasi kualitas pelayanan publik provinsi.
10. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur
Bertujuan untuk pemeliharaan sarana dan prasarana operasional OPD guna mendukung terwujudnya kenyamanan dan pelayanan pada masyarakat dengan sasarannya adalah :
a. Terpeliharanya sarana dan prasarana operasional OPD; b. Terwujudnya kenyamanan dan pelayanan kepada masyarakat.
11. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
Bertujuan tersedianya sistem pelaporan capaian kinerja pada OPD guna penyedian dokumen operasional untuk mendukung capaian kinerja organisasi dengan sasarannya adalah :
a. Tersedianya sistem pelaporan capaian kinerja pada unit kerja OPD;
b. Tersedianya dokumen operasional OPD yang mendukung capaian kinerja organisasi.
12. Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah, tersedianya data/informasi spasial yang mutakhir dan akurat.
2.2. Rencana Kinerja Tahun 2009
2.2.1. Target Sasaran yang ingin dicapai Tahun 2009
Pembangunan peternakan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 merupakan penjabaran dari pembangunan daerah di Provinsi Jawa Barat tahun 2009 dengan sasaran ekonomi dan sosial makro tahun 2008 antara lain :
(1) Laju Pertumbuhan Penduduk 2,1% - 2,2% (2) Laju Pertumbuhan Ekonomi 5,2% – 6,7 %; (3) Inflasi Tahun 200 8% -10%;
(4) PDRB berdasarkan harga Konstan tahun 2000 Rp. 287 trilyun – Rp 304 trilyun; Jumlah keluarga miskin 27% - 28% %
Arah kebijakan pembangunan peternakan di Jawa Barat mengacu pada kebijakan pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintah Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan tujuan dan sasaran sebagai berikut :
(1) Tujuan
- Meningkatnya mutu dan peran SDM peternakan dalam memfasilitasi pembangunan peternakan;
- Meningkatnya efisiensi dan efektivitas usaha peternakan usaha peternakan, investasi serta pendapatan peternak;
- Meningkatnya ketersediaan pangan yang layak dikonsumsi, perlindungan sumberdaya peternakan dan pengendalian penyakit hewan.
(2) Sasaran yang ingin dicapai :
- Terkoordinasinya perencanaan pembangunan peternakan;
- Terpadunya dan terkendalinya program pembangunan peternakan; - Mewujudkan sarana dan prasarana aparatur yang memadai; - Mendorong peningkatan populasi, produktivitas dan mutu ternak; - Mendorong peningkatan skala usaha, investasi, penyerapan tenaga
kerja dan pendapatan;
- Mendorong pengembangan sentra-sentra peternakan di kawasan usaha peternakan;
- Mendorong peningkatan ketersediaan pangan yang HAUS; - Terkendalinya distribusi pangan asal ternak;
- Mewujudkan sumberdaya peternakan yang bebas penyakit; - Terkendalinya penyakit strategis.
Sebagai tolok ukur pencapaian Visi dan Misi serta Tujuan Pembangunan Peternakan ditetapkan sasaran umum dengan :
a. Peningkatan populasi ternak;
b. Peningkatan penyediaan konsumsi daging, telur dan susu; c. Peningkatan produksi hasil ternak;
Dengan sasaran sebagai berikut :
No Uraian Satuan Tahun 2009 Target
I. Populasi Ternak
1. Sapi Perah Ekor 112.507
2. Sapi Potong Ekor 308.766
3. Kerbau Ekor 146.635
4. Kuda Ekor 14.292
5. Kambing Ekor 1.446.586
6. Domba Ekor 5.718.901
7. Babi Ekor 4.956
8. Ayam Buras Ekor 28.103.557
9. Ayam Ras Petelur Ekor 10.804.854
10. Ayam Ras Pedaging Ekor 76.834.647
11. I t i k Ekor 8.356.940
II. Produksi
1. Daging 532.757
- Sapi Lokal Ton 48.008
- Sapi Impor Ton 27.836
- Kerbau Ton 3.697
- Domba Ton 26.764
- Kambing Ton 8.163
- Babi Ton 1.856
- Kuda Ton 320
- Ayam Buras Ton 26.641
- Ayam Ras Petelur Ton 5.847
- Ayam Ras Pedaging Ton 378.251
- I t i k Ton 5.373
2. Telur
- Ayam Buras Ton 17.529
- Ayam Ras Ton 102.775
- I t i k Ton 55.843
3. Susu Ton 247.816
2.3. Rencana Anggaran Tahun 2010
Dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan fasilitasi pembangunan peternakan di Jawa Barat, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 mengalokasikan anggaran sebagai berikut :
A. Belanja Tidak Langsung, Jumlah Anggaran Sebesar Rp. 24.823.613.720,- Terdiri dari:
- Belanja Gaji dan Tunjangan, anggaran sebesar Rp. 20.654.233.720,- - Belanja Tambahan Penghasilan PNS, anggaran sebesar Rp. 4.169.380.000,- B. Belanja Langsung, Jumlah Anggaran Sebesar Rp. 43.665.072.000,-
Terdiri dari:
- Belanja Pegawai, anggaran sebesar Rp. 2.845.3202.000,-
- Belanja Barang dan Jasa, anggaran sebesar Rp. 24.266.771.160,-
- Belanja Modal, anggaran sebesar Rp. 16.552.998.840,-
Anggaran tesebut dialokasikan pada program berikut: 1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
2. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
- Keg. Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
3. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
- Keg. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran Dinas
Peternakan
- Keg. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran di
BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih
- Keg. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran di BPT
Sapi Perah dan HMT Cikole
- Keg. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran di
BPPT Sapi Potong Ciamis
- Keg. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran di
BPPT Domba Margawati dan SPTD Trijaya
- Keg. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran di
BPPT Unggas Jatiwangi
- Keg. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran di BPP
Cikole
- Keg. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran di
BPMPT Cikole
- Keg. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran di
BP3HK Cikole
4. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur - Keg. Pengembangan Prasarana dan Sarana Aparatur
Peternakan
5. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur - Keg. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat
- Keg. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor di
BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih
- Keg. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor di
BPT Sapi Perah dan HMT Cikole
- Keg. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor di
BPPT Sapi Potong Ciamis
- Keg. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor di
BBPT Domba Margawati dan SPTD Trijaya
- Keg. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor di
BPPT Unggas Jatiwangi
- Keg. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor di
BPP Cikole
- Keg. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor di
BPMPT Cikole
- Keg. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor di
BP3HK Cikole
6. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
- Keg. Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Internal
Organisasi Perangkat Daerah
7. Program Peningkatan Produksi Pertanian
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 500.000.000,- 500.000.000,- 3.120.000.000,- 1.910.000.000.- 150.000.000,- 183.000.000,- 145.000.000,- 117.000.000,- 140.000.000,- 100.000.000,- 75.000.000,- 300.000.000,- 3.082.500.000,- 3.082.500.000,- 1.592.600.000,- 627.600.000,- 150.000.000,- 200.000.000,- 130.000.000,- 100.000.000,- 125.000.000,- 85.000.000,- 80.000.000,- 95.000.000,- 50.000.000,- 50.000.000,- 25.806.750.250,-
- Keg. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak
Sapi Perah di BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih
- Keg. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak
Sapi Perah di BPT Sapi Perah dan HMT Cikole
- Keg. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak
Sapi Potong di BPPT Sapi Potong Ciamis
- Keg. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak
Domba di BPPT Domba Margawati dan SPTD Trijaya
- Keg. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak
Unggas di BPPT Unggas Jatiwangi
- Keg. Penguatan Peternak Sapi Perah Guna
Meningkatkan Produktivitas dan Kelancaran Distribusi Susu Sapi Perah Lokal (Gerimis Bagus)
- Keg. Pengendalian dan Pengujian Mutu Pakan di
BP3HK Cikole
8. Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian - Keg. Peningkatan Produktivitas SDM Peternakan di
BPP Cikole
- Keg. Fasilitasi PHK-I dalam Pemberdayaan dan
Pembelajaran Masyarakat di Bidang Pangan
9. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak dan Ikan
- Keg. Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan
Bahan Asal Hewan di BP3HK
- Keg. Pengamatan, Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Hewan serta Fasilitasi Penerapan Keamanan Produk Asal Hewan
- Keg. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Avian
Influenza (Flu Burung)
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. 600.000.000,- 700.000.000,- 850.000.000,- 17.000.000.000,- 500.000.000,- 2.200.000.000,- 300.000.000,- 805.810.000,- 300.000.000,- 505.810.000,- 2.500.000.000,- 450.000.000,- 550.000.000,- 1.500.000.000,-
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Kerangka Pengukuran Kinerja
Untuk mendukung pengukuran kinerja, diperlukan berbagai perangkat yang dapat digunakan dalam pengukuran kinerja. Perangkat yang digunakan berupa data dan informasi. Jenis data yang dapat digunakan terbagi atas dua, yaitu data primer dan data sekunder. Untuk pengukuran kinerja ini, jenis data yang digunakan sebagian besar adalah data sekunder baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data kualitatif adalah data-data yang berkaitan dengan angka atau numerik, khusus yang menyangkut kegiatan pembangunan peternakan di Jawa Barat. Data kualitatif adalah data yang berkaitan dengan pencapaian hasil yang diuraikan dalam bahasa kualitatif seperti tercapainya hingga sekian persen, sedangkan sumber data lebih menekankan darimana data atau informasi tersebut diperoleh. Data sekunder yang diperlukan untuk mengukur kinerja peternakan ini berasal dari berbagai sumber, yaitu untuk data populasi, produksi dan konsumsi dari data kabupaten/kota yang diolah; sedangkan untuk data PDRB dari Badan Pusat Statistik Jawa Barat. Sedangkan pengukuran kinerja dengan menggunakan indikator kinerja kegiatan dari mulai indikator masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), dari pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing unit kerja (Sekretariat dan Bidang-bidang) dan UPTD/balai-balai di bawah Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, melalui pola pelaporan yang dijadwalkan setiap bulan, disampaikan oleh masing-masing unit kerja yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan, selanjutnya dilakukan pula monitoring dan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui kemajuan suatu kegiatan, sebagai bahan bagi pengukuran kinerja.
Pengukuran kinerja mencakup :
- Kinerja kegiatan yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing kelompok indikator kinerja
- Tingkat pencapaian sasaran yang telah ditetapkan sebagaimana yang tertuang didalam dokumen rencana kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang merupakan pencapaian target dari masing-masing indikator sasaran.
Input adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran;
Output adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan/atau non fisik ; Outcome adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung); Benefit adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan; Impact adalah sesuatu yang memperlihatkan pengaruh yang ditimbulkan dari manfaat yang diperoleh dari hasil kegiatan.
Dengan rumus perhitungan persentase pencapaian kinerja sebagai berikut :
(1). Semakin tinggi realisasi menunjukan pencapaian kinerja yang semakin baik, maka digunakan rumus :
Persentase pencapaian
Rencana Tingkat Capaian = Realisasi Rencana x 100%
(2). Semakin tinggi realisasi menunjukan semakin rendah pencapaian kinerja, maka digunakan rumus :
Persentase pencapaian
Rencana Tingkat Capaian = Rencana – (Realisasi - Rencana) Rencana x 100%
Sedangkan untuk menghitung efisiensi dan efektifitas menggunakan rumus sebagai berikut : Untuk Efisiensi :
(1).
Efisiensi = Selisih RIO x 100% Actual RIO
(2). Efisiensi = Rencana - (Realisasi – Rencana) x 100% Rencana Untuk Efektifitas : (1).
Efektifitas = Output yg dimanfaatkan x 100% Jumlah seluruh fisik input
(2). Efektifitas = Outcome sesungguhnya x 100% Outcome yang diharapkan
Dengan pengukuran skala ordinal untuk memberikan makna capaian maka ditentukan batasan peneliaian sebagai berikut :
SKALA NILAI KATEGORI PENILAIAN
> 100 % Sangat Baik ( SB )
80 – 100 % Baik (B )
50 - < 80 % Sedang (S )
< 50 % Kurang (K )
3.2. Pencapaian Kinerja Sasaran Program dan Kegiatan dan Indikator Makro 3.2.1. Pencapaian Kinerja Sasaran
Berdasarkan Rencana Strategis Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, serta ditindaklanjuti dengan DPA di Lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2010, dengan sasaran yang dilaksanakan berjumlah 35 buah sasaran. Hasil pengukuran sampai dengan akhir Desember 2010 dengan pencapaian rata-rata kinerja sebagai berikut :
No. Sasaran Capaian (%) Makna
1. Program Jawa Barat Satu Juta Sapi Tahap I
2. Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
3. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di Dinas Peternakan 4. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPIB Ternak Sapi Perah
Bunikasih
5. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPT Sapi Perah & HMT Cikole
6. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Sapi Potong Ciamis 7. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Domba Margawati 8. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Unggas Jatiwangi 9. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPP Cikole
10. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPMPT Cikole 11. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BP3HK Cikole 12. Pengembangan Sarana dan Prasarana Aparatur Peternakan 13. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Dinas Peternakan
14. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih 15. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPT Sapi Perah & HMT Cikole 16. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Sapi Potong Ciamis 17. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Domba Margawati 18. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Unggas Jatiwangi 19. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPP Cikole
20. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPMPT Cikole 21. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BP3HK Cikole
22. Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Internal Organisasi Perangkat Daerah 23. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Perah di BPPIB
Ternak Sapi Perah Bunikasih
24. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Perah di BPT Sapi Perah & HMT Cikole
25. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Potong di BPPT Sapi Potong Ciamis
26. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Domba di BPPT Domba Marawati dan SPTD Trijaya
27. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Unggas di BPPT Unggas Jatiwangi
28. Penguatan Peternak Sapi Perah Guna Meningkatkan Produktivitas dan Kelancaran Distribusi Susu Sapi Perah Lokal (Gerimis Bagus) 29. Pengendalian dan Pengujian Mutu Pakan di BPMPT Cikole 30. Pengembangan Kawasan Usaha Ternak Domba di Jawa Barat 31. Peningkatan Produktivitas SDM Peternakan di BPP cikole
32. Fasilitasi PHK-I dalam Pemberdayaan dan Pembelajaran Masyarakat di bidang pangan
33. Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Bahan Asal Hewan di BP3HK Cikole Pengamatan.
34. Pengamatan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan serta Fasiitasi Penerapan Kemanan Produk Asal Hewan
35. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Avian Influenza (Flu Burung)
Dari tabel tersebut di atas nampak bahwa 43 buah sasaran capaian kinerja sangat baik, 1 buah sasaran capaian kinerjanya sedang (67,47 %) dan 2 buah sasaran memperoleh capaian kinerja kurang 0,13% dan 40,97%. 3 buah sasaran kegiatan kurang baik antara lain disebabkan :
a. Asdadedadaw b. Asdasdasda c. Adsasdasda
3.2.2. Pencapaian Kegiatan
Hasil evaluasi pencapaian indikator kinerja pembangunan peternakan di Jawa Barat adalah sebagai berikut :
No. Kegiatan Input Capaian (%) Output
1. Program Jawa Barat Satu Juta Sapi Tahap I
2. Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
3. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di Dinas Peternakan 4. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPIB Ternak Sapi Perah
Bunikasih
5. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPT Sapi Perah & HMT Cikole 6. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Sapi Potong Ciamis 7. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Domba Margawati 8. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Unggas Jatiwangi 9. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPP Cikole
10. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPMPT Cikole 11. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BP3HK Cikole 12. Pengembangan Sarana dan Prasarana Aparatur Peternakan 13. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Dinas Peternakan
15. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPT Sapi Perah & HMT Cikole 16. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Sapi Potong Ciamis 17. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Domba Margawati 18. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Unggas Jatiwangi 19. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPP Cikole
20. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPMPT Cikole 21. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BP3HK Cikole
22. Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Internal Organisasi Perangkat Daerah 23. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Perah di BPPIB
Ternak Sapi Perah Bunikasih
24. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Perah di BPT Sapi Perah & HMT Cikole
25. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Potong di BPPT Sapi Potong Ciamis
26. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Domba di BPPT Domba Marawati dan SPTD Trijaya
27. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Unggas di BPPT Unggas Jatiwangi
28. Penguatan Peternak Sapi Perah Guna Meningkatkan Produktivitas dan Kelancaran Distribusi Susu Sapi Perah Lokal (Gerimis Bagus) 29. Pengendalian dan Pengujian Mutu Pakan di BPMPT Cikole 30. Pengembangan Kawasan Usaha Ternak Domba di Jawa Barat 31. Peningkatan Produktivitas SDM Peternakan di BPP cikole
32. Fasilitasi PHK-I dalam Pemberdayaan dan Pembelajaran Masyarakat di bidang pangan
33. Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Bahan Asal Hewan di BP3HK Cikole Pengamatan.
34. Pengamatan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan serta Fasiitasi Penerapan Kemanan Produk Asal Hewan
35. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Avian Influenza (Flu Burung)
3.3. Evaluasi dan Analisis Kinerja Sasaran Meningkatnya Laju Pertumbuhan Ekonomi 3.3.1. Evaluasi
Hasil evaluasi pencapaian indikator kinerja pembangunan peternakan di Jawa Barat adalah sebagai berikut :
No. Kegiatan Input Capaian (%) Output
1. Program Jawa Barat Satu Juta Sapi Tahap I
2. Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
3. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di Dinas Peternakan 4. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPIB Ternak Sapi Perah
Bunikasih
5. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPT Sapi Perah & HMT Cikole
6. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Sapi Potong Ciamis 7. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Domba Margawati 8. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Unggas Jatiwangi 9. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPP Cikole
11. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BP3HK Cikole 12. Pengembangan Sarana dan Prasarana Aparatur Peternakan 13. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Dinas Peternakan 14.
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih
15. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPT Sapi Perah & HMT Cikole 16. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Sapi Potong Ciamis 17. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Domba Margawati 18. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Unggas Jatiwangi 19. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPP Cikole
20. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPMPT Cikole 21. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BP3HK Cikole
22. Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Internal Organisasi Perangkat Daerah
23. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Perah di BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih
24. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Perah di BPT Sapi Perah & HMT Cikole
25. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Potong di BPPT Sapi Potong Ciamis
26. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Domba di BPPT Domba Marawati dan SPTD Trijaya
27. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Unggas di BPPT Unggas Jatiwangi
28. Penguatan Peternak Sapi Perah Guna Meningkatkan Produktivitas dan Kelancaran Distribusi Susu Sapi Perah Lokal (Gerimis Bagus) 29. Pengendalian dan Pengujian Mutu Pakan di BPMPT Cikole 30. Pengembangan Kawasan Usaha Ternak Domba di Jawa Barat 31. Peningkatan Produktivitas SDM Peternakan di BPP cikole
32. Fasilitasi PHK-I dalam Pemberdayaan dan Pembelajaran Masyarakat di bidang pangan
33. Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Bahan Asal Hewan di BP3HK Cikole Pengamatan.
34. Pengamatan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan serta Fasiitasi Penerapan Kemanan Produk Asal Hewan
35. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Avian Influenza (Flu Burung)
Indikator sasaran : Angka Laju Pertubuhan Ekonomi - Target : 5,2% – 6,7 %
- Realisasi : 6,02 %
- Capaian Kinerja : 87,56%
INDIKATOR SASARAN : Kontribusi PDRB Peternakan.
Kontribusi PDRB Peternakan terhadap PDRB Jawa Barat 1,64 %,
Kontribusi PDRB Peternakan terhadap Sektor Pertanian 11,26 %,
Kontribusi PDRB Peternakan Jawa Barat terhadap PDRB Pertanian Nasional 2,07 %, Kontribusi PDRB Peternakan Jawa Barat terhadap PDRB Peternakan Nasional 2,03 %
Sasaran tersebut didukung oleh program dan kegiatan sebagai berikut : I. Program Peningkatan Produksi Pertanian
Tujuan Program :
a. Meningkatkan produksi, produktivitas dan kualitas produk pertanian, perkebunan dan peternakan b. Meningkatnya pengembangan benih/bibit unggul pertanian, perkebunan dan peternakan. c. Meningkatnya pendapatan usaha tani komoditas pertanian, perkebunan dan peternakan; d. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja pertanian,perkebunan dan peternakan;
e. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pertanian, perkebunan, dan peternakan;
f. Meningkatnya diversifikasi produk usaha pertanian, perkebunan dan peternakan; g. Tersedianya fasilitasi produk kawasan agropolitan;
h. Meningkatnya multi aktivitaas Agribisnis (GEMAR);
i. Terlaksananya inovasi dan teknologi pertanian,perkebunan, dan peternakan yang ramah lingkungan;
Kendala dan Hambatan :
(1).Terlambatnya pelaksanaan kegiatan pengadaan barang dan jasa yang disebabkan oleh : a. Kurang tersedianya personalia yang mempunyai persyaratan sebagai panitia pengadaan. b. Terjadinya gagal lelang yang diakibatkan oleh terkendalanya calon rekanan terhadap proses
pelelangan melalui media elektronik (LPSE).
(2). Meningkatnya ancaman penyakit hewan menular strategis akibat dari tingginya intensitas lalulintas ternak dan perubahan iklim yang ekstern.
(3). Tingginya tingkat mutasi ternak yang mengakibatkan terhambatnya program pembibitan ternak di Jawa Barat.
(4). Pengadaan Susu sapi UHT pada Kegiatan Optimalisasi pemanfaatan produktivitas susu sapi perah lokal di Kabupaten Garut, Sumedang, Bandung dan Bandung Barat sebesar Rp 4.794.284.915,- karena proses pelelangan umum melalui LPSE namun tidak ada yang memasukan penawaran sehingga lelang tidak menghasilkan pemenang sebagai pihak ketiga yang mengadakan barang, maka pengadaan susu UHT/sterilisasi dengan kemasan bantal tidak dapat dilaksanakan.
(5). Lahan Margawati pada kegiatan Pengembangan UPTD BPPT Domba Margawati dan SPTD Kuningan sebesar Rp.3.234.519.600,- dengan alasan pelepasan hak lahan belum adanya persetujuan dari DPRD Kabupaten Garut sehubungan dengan kelengkapan DPRD Garut baru terbentuk pada Bulan November 2009, serta pengadaan susu sapi UHT pada kegiatan Optimalisasi pemanfaatan produktivitas susu sapi perah lokal di Kabupaten Garut, Sumedang, Bandung dan Bandung Barat sebesar Rp. 4.794.284.915,- karena proses pelelangan umum melalui LPSE namun tidak ada yang memasukan penawaran sehingga lelang tidak menghasilkan pemenang sebagai pihak ketiga yang mengadakan barang, maka pengadaan susu UHT/Sterilisasi dengan kemasan bantal tidak dapat dilaksanakan dan Fasilitasi gemar
pada kegiatan Fasilitasi Usaha Peternakan sebesar Rp. 436.034.600,- untuk anggaran sarjana pendamping tidak terlaksana disebabkan seleksi sarjana pendamping menetapan lokasi calon penerima paket GEMAR dari tim Provinsi baru ditetapkan pada akhir anggaran.
3.4. Pencapaian Indikator Makro
(1) Pencapaian Populasi Ternak
Salah satu faktor yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi sub sektor peternakan adalah perkembangan populasi ternak. Populasi ternak Jawa Barat pada tahun 2010 (angka sangat sementara) dibandingkan target yang ditetapkan telah menunjukkan pencapaian berkisar antara 86,09% s.d. 112,57%. Adapun pencapaian populasi ternak dibandingkan target secara rinci adalah sebagai berikut, untuk ternak sapi potong sebesar
308.414 ekor atau 100,47% dari target sebesar 306.969 ekor, sapi perah sebesar 111.871 ekor atau 98,82% dari target sebesar 113.210 ekor, kerbau sebesar 144.984 ekor atau 96,93% dari target sebesar 147.416 ekor, kuda sebesar 13.760 ekor atau 106,38% dari target sebesar 12.935 ekor, kambing sebesar 1.561.082 ekor atau 106,55% dari target sebesar 1.465.146 ekor, domba sebesar 5.593.191 ekor atau 99,45% dari target sebesar 5.624.054 ekor, babi sebesar 7.751 ekor atau 101,62% dari target sebesar 7.627 ekor, ayam buras sebesar 27.190.975 ekor atau 95,02% dari target sebesar 28.614.780 ekor, ayam ras petelur sebesar 12.403.502 ekor atau 112,57% dari 11.018.204 ekor, ayam ras pedaging sebesar 76.854.169 ekor atau 102,45% dari target sebesar 75.014.865 ekor dan itik sebesar 7.540.710 ekor atau 86,09% dari target sebesar 8.759.063 ekor. Rincian pencapaian populasi ternak tahun 2010 (angka sangat sementara) adalah tercantum pada tabel 1.
Tabel 1 : Pencapaian Populasi Ternak (ekor) Tahun 2010
NO JENIS TERNAK (EKOR) 2009 2010 *) TARGET 2010 R 09-10 (%) (%) r/t JANTAN BETINA JUMLAH
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. SAPI POTONG SAPI PERAH KERBAU KUDA KAMBING DOMBA BABI AYAM BURAS AYAM RAS PETELUR AYAM RAS PEDAGING ITIK 310.981 117.839 142.502 13.757 1.615.002 5.817.834 8.146 28.371.910 10.501.767 73.088.485 8.213.920 319.128 115.705 149.284 13.069 1.504.836 5.977.367 7.567 29.421.122 11.636.204 81.484.811 9.605.166
Ket. *) Angka Sangat Sementara Tahun 2010
(2) Pencapaian Produksi Hasil Ternak
Sejalan dengan pencapaian populasi ternak, maka produksi daging, telur dan susu tahun 2009 juga menunjukkan adanya keragaan. Adapun rincian keragaan produksi hasil ternak tercantum pada tabel 2 :
Tabel 2 : Pencapaian Produksi Hasil Ternak Tahun 2010
NO PRODUKSI (TON) 2009 2010* TARGET 2010 r09-10 (%) r/t (%)
1. DAGING SAPI LOKAL SAPI IMPORT KERBAU KUDA KAMBING DOMBA BABI AYAM BURAS AYAM RAS PET. AYAM RAS PEDNG ITIK 498.784 33.602 36.897 3.457 165 6.291 27.640 1.562 26.264 5.621 352.140 5.145 591.791 49.914 30.778 3.750 327 9.014 29.585 1.921 27.619 6.199 426.895 5.789 2. TELUR AYAM BURAS AYAM RAS ITIK 167.633 17.400 96.528 53.705 189.482 18.048 111.531 59.902 3. SUSU 256.440 253.664
Ket. *) Angka Sangat Sementara Tahun 2009
Jika dilihat dari tabel diatas, untuk produksi daging, terdapat 5 (lima) komoditi yang sudah melebihi target, yaitu kerbau sebesar 4.167 ton atau 112,70% dari target sebesar 3.697 ton, kambing sebesar 8.644 ton atau 105,89% dari target sebesar 8.163 ton, domba sebesar 28.592 ton atau 106,83% dari target sebesar 26.764 ekor, babi 1.856 ton atau 100% dari target serta ayam ras petelur 6.639 ton atau 113,55% dari target sebesar 5.847 ton. Sementara komoditi yang belum mencapai target adalah sapi lokal sebesar 44.657 ton atau 93,02% dari target sebesar 48.008 ton, sapi impor sebesar 24.535 ton atau 88,14% dari target sebesar 27.836 ton, ayam buras sebesar 25.170 ton atau 94,48% dari target sebesar 26.641 ton, ayam ras pedaging sebesar 370.283 ton atau 97,89% dari target sebesar 378.251 ton dan itik sebesar atau 4.723 ton atau 87,90% dari target sebesar 5.373 ton. Khusus untuk produksi daging kuda, pencapaiannya baru mencapai 99 ton atau sebesar 31,01% dari target sebesar 320 ton. Kesimpulan sementara, hal tersebut disebabkan oleh rendahnya angka pemotongan kuda di Kab. Bandung sebagai dampak dari meningkatnya fungsi kuda sebagai alat transportasi di masyarakat, khususnya di Kab. Bandung.
Secara rinci keragaan produksi daging, telur dan susu adalah sebagai berikut : - Produksi Daging
Stabilitas sosial dan laju pertumbuhan ekonomi mengakibatkan permintaan akan daging secara gradual meningkat, baik dalam jumlah maupun harga. Produksi daging tahun 2009 (angka sangat sementara) sebanyak 519,366 ton yang dihasilkan Jawa Barat atau 97,45% dari target tahun 2009 yang sebesar 532.757 ton. Produksi daging yang
dihasilkan sebagian besar berasal dari ternak yang dihasilkan Jawa Barat, kecuali daging sapi, untuk memenuhi permintaan produksi daging sapi pada tahun 2009 harus mendatangkan sapi siap potong dan bakalan dari provinsi dan negara lain.
Upaya untuk meningkatkan kontribusi Jawa Barat dalam memenuhi kebutuhan sapi potong, pada tahun 2009 dilaksanakan melalui program antara lain Pengembangan Pusat Pembibitan Ternak Sapi di Kabupaten Ciamis dalam menunjang pengembangan sentra perbibitan ternak sapi pada masyarakat di Jawa Barat Bagian Selatan dan ditunjang dengan sentra-sentra penggemukan di Jawa Barat bagian Tengah dan Utara. Peningkatan program fasilitasi kemitraan antara pengusaha dan pemerintah dengan para peternak sapi potong dalam usaha budidaya dan penggemukan serta dari peningkatan kinerja IB, pengamanan ternak dan pengendalian pemotongan betina produktif.
- Produksi Telur
Produksi telur tahun 2009 (angka sangat sementara) yang dihasilkan Jawa Barat mencapai 179,987 ton atau 102,18% dari target tahun 2009 sebesar 176.147 ton. Keberhasilan produksi telur tersebut sangat berarti sekali bagi kebutuhan telur nasional, karena Provinsi Banten, Jawa Timur dan Jawa Tengah yang merupakan sumber produksi telur nasional selain Jawa Barat juga telah terkena Wabah Penyakit ayam ras petelur yang sangat mematikan, sehingga pasokan telur dari ketiga provinsi tersebut berkurang banyak, sedangkan Jawa Barat sampai saat ini cukup berhasil dalam menekan serangan penyakit menular tersebut.
- Produksi Susu
Produksi susu dihasilkan pada tahun 2009 (angka sangat sementara) 243.453 ton atau 98,24% dari target tahun 2009 yang sebesar 247.816 ton. Bila melihat
produksi susu nasional, Jawa Barat masih tercatat sebagai penghasil susu No. 2 (dua) nasional, setelah Jawa Timur. Dilain pihak pada tahun 2009 dengan telah diterapkannya perdagangan bebas maka industri pengolah susu (IPS) telah menerapkan stándar kualitas susu selain penerapan kuantitas kadar lemak dan berat jenis susu juga menerapkan dengan ketat, ambang batas residu antibiotik dan kandungan bakteri dengan kondisi peternakan di Jawa Barat 90% ádalah peternak rakyat, cukup berat menerapkan hal tersebut. Selama tahun 2009 telah terjadi beberapa penolakan susu rakyat oleh IPS, Namun dengan berbagai upaya peningkatan kualitas yang melibatkan seluruh stake holders maka rendahnya kualitas susu tersebut dapat ditekan melalui milking hygienis. - Pengendalian Penyakit Hewan Menular
Prinsip pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan yang menjadi tugas pemerintah terutama diarahkan pada penyakit yang berdampak kerugian ekonomi tinggi, oleh karena menular, penyebaran cepat serta mengakibatkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Berdasarkan Surat Direktur Jenderal Peternakan No. 59/Kpts /PD.610/05/07 tanggal 9 Mei 2007, 13 (tiga belas) PHMS yaitu Rabies, Hog Cholera, Brucellosis, Anhtrax, Salmonellosis, New Castle Disease (ND), Jembrana, Infectiouse Bursal Disease (IBD), Septichaemia Epizootica (SE), dan Infectiouse Bovine (BV). Penyakit Infectiouse Bovine Rhinottracheitis (IBR), Bovine Viral Diarheae (BVD) dan Surra.Penyakit tersebut diatas sering berubah sifat dan intensitasnya sehingga beresiko menjadi status wabah penyakit hewan menular yang akan berdampak terhadap sosiosekonomi. Oleh karena itu tindakan antisipasi melalui pengamatan dini, pencegahan,dan pemberantasan penyakit harus dilakukan berkesinambungan. Dari 13 PHMS tersebut, hanya 4 PHMS yang menjadi prioritas pengendalian di Jawa Barat yaitu AI, rabies,anthrax dan brucellosis :
Pengendalian Penyakit AI (Avian Influenza) pada unggas :
Pengendalian AI pada unggas dilaksanakan di 26 Kabupaten/Kota melalui penerapan sembilan langkah pengendalian AI. Pada tahun 2008 terjadi 170 kasus positif AI yang menyebabkan kematian 10.292 ekor unggas di 26 Kabupaten/Kota terdiri dari 8.225 ekor ayam buras, 2.020 ekor ayam ras, 23 ekor ayam bangkok, 18 ekor itik dan 1 ekor burung, Realisasi vaksinasi massal dilaporkan sebanyak 17.486.745 ekor unggas. Pada tahun 2009 kasus positif AI pada unggas turun menjadi 114 kasus yang menyebabkan kematian 5.528 ekor ayam buras di 73 Kelurahan/desa tersebar di 59 kecamatan dan 21 Kabupaten/Kota. Hanya Kabupaten/Kota. Hanya Kabupaten Subang serta Kota Cirebon, Bekasi, Sukabumi dan Banjar yang tidak melaporkan adanya kasus AI pada unggas. Pada Tahun 2009 penyediaan vaksin AI sebanyak 7.959.500 dosis berasal dari APBD Provinsi Tahun Anggaran 2009 (2.800.000 dosis), APBD Provinsi T.A. 2008 (3.924.000 dosis) , APBD Kab/Kota Tahun Anggaran 2009 (167.000 dosis) dan sumber lain/ILRI (1.068.500 dosis). Realisasi vaksinasi tertarget (vaksinasi selektif) dilaporkan sebanyak 6.858.325 ekor unggas terdiri dari 4.906.874 ekor ayam buras (71,50%), 301.797 ekor, ayam ras pedagang (4,4%), 357.030 ekor ayam ras petelur (5,2%), 803.968 ekor itik (11,7%), 11.455 ekor angsa (0,17%), 240.860 ekor (3,5%) dan 235.341 (3,4%) ekor burung. Peningkatan biosekuriti dilakukan melalui disinfeksi di